18 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Inokulasi Virus Tungro pada Varietas Hibrida dan Beberapa Galur Padi di Rumah Kaca Pengaruh Infeksi Virus Tungro terhadap Tipe Gejala Gambar 2 menunjukkan variasi gejala penyakit tungro pada daun tanaman padi yang terinfeksi virus tungro. Daun sehat atau daun tanaman yang tidak diinokulasi virus tungro tidak menunjukan adanya gejala (A). Gejala pada semua tanaman yang diinokulasi virus tungro tidak berbeda. Pada awalnya gejala yang terlihat pada daun muda yang terinfeksi virus tungro adalah mosaik (B) yang dicirikan bercampurnya warna putih dengan warna hijau yang normal pada daun atau strip putih-hijau yang memanjang sejajar tulang daun (C). Kemudian warna tersebut berubah menjadi kuning sampai oranye yang dimulai pada ujung dan pinggir daun yang memanjang sejajar tulang daun (D dan E). A B C D E Gambar 2 Variasi gejala penyakit tungro pada daun tanaman padi. (A) daun tanaman sehat (HIPA 4), (B) mosaik dan (C) strip putih (HIPA 4), (D) strip kuning (IPB97-F-20-2-1), (E) strip kuning-oranye (IPB97- F-15-1-1). Bentuk daun yang terinfeksi virus tungro menjadi tidak normal atau terlihat bergelombang serta permukaan daun menjadi tidak rata dibandingkan dengan daun yang sehat. Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Suparyono et al. (2003) bahwa daun muda yang terinfeksi virus tungro sering menunjukkan gejala belang atau mempunyai strip putih dan hijau yang berbatasan dan memanjang
19 sejajar tulang daun. Pada daun tanaman padi yang terinfeksi virus tungro juga menunjukkan bahwa daun padi menggulung keluar seperti spiral. Ling (1972) juga menyatakan bahwa biasanya daun tanaman padi yang terinfeksi virus tungro kadang terlihat ramping menggulung keluar dan seperti spiral. Selain itu infeksi virus tungro menunjukkan bahwa pada daun yang kuning berkembang bintikbintik berwarna coklat gelap tidak beraturan dan kadang-kadang pada daun tanaman hijau bila infeksi terjadi pada bibit muda. Selain variasi gejala pada daun tanaman padi, respon tanaman terhadap virus tungro juga ditunjukkan oleh penghambatan tinggi tanaman dan jumlah anakan yang sedikit. Hibino et al. (1978) menyebutkan bahwa gejala utama pada tanaman padi yang terinfeksi virus tungro adalah perubahan warna daun menjadi kuning-oranye, kerdil, dan terjadi penurunan jumlah anakan. Pengaruh Inokulasi Virus Tungro terhadap Periode Inkubasi Periode inkubasi virus tungro bervariasi pada semua tanaman uji yang diinokulasi virus tungro yang berkisar antara antara 8,13-13,99 HSIV (Hari Setelah Inokulasi Virus). Periode inkubasi virus tungro pada varietas Tukad Petanu sebagai pembanding varietas yang tahan terhadap penyakit tungro berbeda nyata dengan semua tanaman uji. Periode inkubasi virus tungro pada 5 galur harapan tidak berbeda nyata dengan IR64 sebagai pembanding varietas yang rentan terhadap penyakit tungro. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa periode inkubasi virus tungro paling cepat telihat pada galur IPB97-F-20-2-1, IPB97-F-31-1-1, IPB97-F-44-2-1, dan IPB97-F-13-1-1. Selanjutnya periode inkubasi virus tungro paling lama terlihat pada HIPA 4 dan galur IPB102-F-92-1-1 (Tabel 2). Perbedaan periode inkubasi virus tungro pada semua tanaman uji diduga karena galur dan varietas yang digunakan berbeda dan adanya perbedaan faktor genetis yang mempengaruhi tingkat ketahanan dari setiap jenis padi yang diuji. Menurut Walkey (1991) bahwa periode inkubasi dan tipe gejala yang muncul pada tanaman yang terinfeksi virus dipengaruhi oleh faktor inang, konsentrasi virus, dan faktor lingkungan. Periode inkubasi yang berbeda kemungkinan disebabkan oleh sifat virus dan kecepatan perkembangan virus dalam jaringan tanaman pada tingkat kerentanan tanaman yang berbeda. Dalam
tanaman yang rentan terhadap virus, infeksi menyebabkan terjadinya suatu gejala yang lebih cepat daripada tanaman yang tahan terhadap virus (Bos 1990). 20 Tabel 2 Pengaruh inokulasi virus tungro terhadap periode inkubasi pada varietas hibrida dan beberapa galur padi Jenis padi IR64 (pembanding rentan) Periode inkubasi (HSIV)* 9,06ab Tukad Petanu (pembanding tahan) 13,99d HIPA 4 11,33c IPB97-F-13-1-1 8,73ab IPB97-F-15-1-1 9,73b IPB97-F-20-2-1 8,13a IPB97-F-31-1-1 IPB97-F-44-2-1 8,86ab 8,86ab IPB102-F-92-1-1 11,66c * Angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (uji selang berganda Duncan α 0,05) Pengaruh Infeksi Virus Tungro terhadap Kejadian Penyakit dan Indeks Penyakit Rata-rata kejadian penyakit (KP) pada semua tanaman uji adalah sama, yaitu 100%. Hal ini menunjukkan bahwa semua tanaman padi yang diinokulasi virus tungro terinfeksi virus tungro. Walaupun demikian nilai indeks penyakit (IP) bervariasi tergantung jenis varietas dan galur padi yang diuji. Indeks penyakit tungro berkisar antara 3,5%-9% (Tabel 3). Indeks penyakit tungro paling rendah yang diobservasi adalah pada varietas Tukad Petanu yang diketahui tahan. IR64 sebagai pembanding varietas yang rentan terhadap virus tungro menunjukkan nilai IP paling tinggi yaitu 9%. Nilai indeks penyakit tungro pada varietas HIPA 4 dan galur yang diuji berada diantara nilai indeks penyakit tungro Tukad Petanu dan IR64. Diantara galur yang diuji, IP galur IPB97-F-44-2-1 adalah paling rendah yaitu 4,5% yang berarti menunjukkan tingkat ketahanan yang paling tahan terhadap virus tungro. Indeks penyakit yang rendah menunjukkan tanaman padi pada perlakuan tersebut mempunyai skor yang rendah dalam persentase penghambatan tinggi tanaman dan tingkat keparahan gejala pada daun. Hal ini
berarti tanaman padi mempunyai tinggi tanaman yang relatif tinggi dan keparahan gejala yang relatif ringan. Sedangkan galur IPB97-F-15-1-1 dan IPB97-F-20-2-1 merupakan tanaman uji dengan nilai IP paling tinggi. Nilai indeks penyakit yang tinggi menunjukkan tingkat ketahanan tanaman padi yang rendah terhadap virus yang menginfeksi tanaman. Sehingga kedua galur tersebut merupakan jenis padi yang menunjukkan tingkat ketahanan yang paling rentan diantara semua tanaman uji. Menurut Matthews (1992) bahwa ketahanan suatu tanaman dapat diwujudkan sebagai kemampuan tanaman untuk membatasi perkembangan virus dalam sel tertentu sehingga virus tidak menyebar ke sel-sel yang lain. Tabel 3 Pengaruh inokulasi virus tungro terhadap kejadian penyakit dan indeks penyakit pada varietas hibrida dan beberapa galur padi Jenis padi Kejadian penyakit (%) Indeks penyakit IR64 (pembanding rentan) 100 9 Tukad Petanu (pembanding tahan) 100 3,5 HIPA 4 100 6,5 IPB97-F-13-1-1 100 5 IPB97-F-15-1-1 100 7,5 IPB97-F-20-2-1 100 7,5 IPB97-F-31-1-1 100 5,5 IPB97-F-44-2-1 100 4,5 IPB102-F-92-1-1 100 6,5 21 Pengaruh Infeksi Virus Tungro terhadap Tinggi Tanaman Infeksi virus tungro mempengaruhi pertambahan tinggi tanaman dan menyebabkan penghambatan tinggi tanaman padi (Tabel 4). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Hibino et al. (1978) bahwa tanaman padi yang terinfeksi virus tungro menjadi kerdil atau mengalami penghambatan tinggi tanaman. Persentase penghambatan tinggi tanaman pada semua tanaman yang diinokulasi virus tungro berbeda setiap minggunya. Persentase penghambatan tinggi tanaman Tukad Petanu sebagai varietas yang tahan terhadap virus tungro menunjukkan persentase penghambatan tinggi tanaman yang paling rendah, sedangkan persentase
22 penghambatan tinggi tanaman paling tinggi ditunjukkan oleh varietas IR64 sebagai varietas yang rentan terhadap virus tungro. HIPA 4 dan galur-galur yang diuji menunjukkan persentase penghambatan tinggi tanaman berada diantara persentase penghambatan tinggi tanaman Tukad Petanu dan IR64. Galur IPB102- F-92-1-1 menunjukkan persentase penghambatan tinggi tanaman paling rendah. Hal ini berarti galur ini merupakan galur yang mempunyai tingkat ketahanan yang paling tahan. Pesentase penghambatan paling tinggi adalah IPB97-F-15-1-1 yang berarti mempunyai tingkat ketahanan yang paling rentan. Pada saat 1-2 minggu setelah inokulasi virus (MSIV) menunjukkan tingkat penghambatan tinggi tanaman paling tinggi pada tanaman yang diinokulasi virus tungro kecuali pada Tukad Petanu yang berarti bahwa pada saat tersebut tanaman uji dalam keadaan paling rentan (Gambar 3). Gambar 3 Pengaruh inokulasi virus tungro terhadap penghambatan tinggi tanaman pada varietas hibrida dan beberapa galur padi pada 1-8 minggu setelah inokulasi virus (MSIV) di rumah kaca Hal ini diduga disebabkan konsentrasi patogen yang menginfeksi lebih tinggi pada saat umur tanaman masih muda. Penghambatan pertumbuhan yang berbeda diduga juga disebabkan oleh faktor genetis inang, tingkat ketahanan yang berbeda, respon tanaman terhadap infeksi virus. Faktor genetis inang menunjukkan perbedaan jenis dan jumlah gen yang mengatur ketahanan yang terdapat dalam masing-masing tanaman uji. Hal ini didukung oleh pernyataan
23 Agrios (1997) yang menyatakan bahwa genotipe suatu varietas tanaman dapat menentukan tipe gejala yang muncul dan variasi dalam kerentanan terhadap patogen yang disebabkan karena adanya perbedaan jenis dan jumlah gen yang berperan mengatur ketahanan yang terdapat dalam masing-masing varietas.
Tabel 4 Pengaruh inokulasi virus tungro terhadap pertambahan tinggi dan penghambatan tinggi tanaman pada varietas hibrida dan beberapa galur padi Jenis Padi Perlakuan Pertambahan tinggi (cm) dan persentase penghambatan (%) tinggi tanaman uji pada minggu setelah tanam (MST) 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST IR64 (pembanding rentan) Inokulasi 18,03 18,4 18,05 19,73 23,2 24,25 34 40,93 Kontrol 21,95 36,4 53,75 60,1 70,58 87,75 101 110,2 17,86% 49,45% 66,42% 67,17% 66,99% 72,36% 66,34% 62,86% Tukad Petanu (pembanding rentan) Inokulasi 20,75 34,23 53,38 60,08 72,8 82,75 89 97,03 Kontrol 26,48 37,75 54,33 65,5 77,95 93,25 107,5 116,5 21,64% 9,32% 1,75% 8,27% 6,61% 11,26% 17,21% 16,71% HIPA 4 Inokulasi 17,33 20,98 32,13 35,95 43,8 50 55 62,88 Kontrol 19,63 28,2 42,88 53,18 64,53 78 91,5 100,73 11,72% 25,6% 25,07% 32,4% 32,12% 35,9% 39,89% 37,57% IPB97-F-13-1-1 Inokulasi 21,83 26,18 37,25 47,78 56,95 65,5 76 86,03 Kontrol 24,78 35,6 50,08 61,48 76,2 102,5 115,5 126,23 11,9% 26,46% 25,62% 22,28% 25,26% 36,1% 34,2% 31,85% IPB97-F-15-1-1 Inokulasi 19,53 22,9 28,58 32,85 46,18 49,25 59,75 74,8 Kontrol 23,1 35,28 49,68 61,83 80,63 102,25 114,75 125,28 15,45% 35,1% 42,47% 46,87% 42,73% 51,83% 47,93% 40,29% IPB97-F-20-2-1 Inokulasi 19,2 23,08 30,48 38,6 46,6 55,75 71,25 86,05 Kontrol 24,48 37,3 49,85 63,75 79,35 105,75 118,25 128,28 21,57% 38,12% 38,86% 39,45% 41,27% 47,28% 39,75% 32,92% IPB97-F-31-1-1 Inokulasi 21,35 24,68 36,73 44,43 52,8 53,75 74 75,58 Kontrol 23,53 38,13 50,45 63,65 76,03 100 111 121,45 9,26% 35,27% 21,95% 30,2% 30,55% 46,25% 33,33% 37,77% IPB97-F-44-2-1 Inokulasi 23,75 26,75 42,23 49,85 60,73 69,5 75,5 84 Kontrol 24,63 35,53 49,68 60,58 72,8 91 104,5 114,73 3,57% 24,71% 14,99% 17,71% 16,58% 23,63% 27,75% 26,78% IPB102-F-92-1-1 Inokulasi 18,33 24,7 37,7 45,88 57,7 68,25 78,5 94 Kontrol 24,38 40,4 50,33 67,63 82,33 105,5 113 120,83 24,81% 38,86% 25,09% 32,16% 29,92% 35,31% 30,53% 22,2%
Pengaruh Infeksi Virus Tungro terhadap Masa Berbunga Secara umum rata-rata masa berbunga tanaman uji yang diinokulasi virus tungro berbeda dengan masa berbunga tanaman kontrol. Masa berbunga tanaman padi yang diinokulasi virus tungro relatif lebih lambat dibandingkan dengan tanaman padi yang tidak diinokulasi virus tungro. Tukad petanu sebagai sebagai pembanding varietas yang tahan terhadap penyakit tungro menunjukkan persentase penghambatan masa berbunga yang paling tinggi dibanding dengan varietas IR64. Persentase penghambatan masa berbunga tanaman HIPA 4 dan galur yang diuji berada di bawah persentase penghambatan masa berbunga Tukad Petanu dan IR64. Galur IPB97-F-31-1-1 menunjukkan persentase penghambatan masa berbunga yang paling rendah, sedangkan persentase penghambatan masa berbunga paling tinggi adalah IPB102-F-92-1-1 (Tabel 5). Tabel 5 Pengaruh inokulasi virus tungro terhadap penghambatan masa berbunga pada varietas hibrida dan beberapa galur padi Masa berbunga Penghambatan Jenis padi masa berbunga Inokulasi Kontrol (%) IR64 (pembanding rentan) 89 80 10,11 Tukad Petanu (pembanding tahan) 96,25 84,25 12,46 HIPA 4 89,5 85,5 4,46 IPB97-F-13-1-1 84 81,5 2,97 IPB97-F-15-1-1 88 81,25 7,67 IPB97-F-20-2-1 87,75 82,75 5,69 IPB97-F-31-1-1 84 83 1,19 IPB97-F-44-2-1 85 80,5 5,29 IPB102-F-92-1-1 92,5 84 9,18 25 Keterlambatan pembentukan bunga akan menyebabkan masa pembentukan malai menjadi lebih lama. Keterlambatan masa berbunga diduga karena tingkat ketahanan tanaman yang diuji terhadap virus tungro. Keterlambatan masa berbunga ini disebabkan karena tanaman yang terinfeksi virus tersebut mengalami penghambatan pertumbuhan sehingga tanaman mengalami penurunan produksi hormon pertumbuhan yang berhubungan dengan pembungaan. Masa berbunga
26 pada semua tanaman uji berbeda tergantung lamanya umur tanaman varietas dan galur tersebut. Menurut Agrios (1997) bahwa tanaman yang terinfeksi virus dapat menurunkan kadar hormon pertumbuhan dan juga merangsang sintesis zat-zat yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Hasil Pengamatan Infeksi Virus Tungro pada Dua Varietas Padi di Lahan Situ Gede Pengaruh Infeksi Virus Tungro terhadap Tipe Gejala Gambar 4 menunjukkan variasi gejala penyakit tungro pada tanaman padi IR64 dan padi varietas Santana di lahan tanaman padi di Situ Gede. Tanaman padi yang terinfeksi virus tungro menunjukkan gejala daun kuning (A), kemudian warna tersebut berubah menjadi kuning sampai oranye yang dimulai pada ujung dan pinggir daun yang memanjang sejajar tulang daun (B) pada tanaman padi varietas IR64. Pada awalnya, gejala pada varietas IR64 terlihat bahwa daun muda menunjukkan gejala berupa mosaik yang dicirikan bercampurnya warna putih dengan warna hijau yang normal pada daun. Tanaman padi varietas Santana menunjukkan gejala kuning-orange yang menanjang sejajar tulang daun (C). A B C Gambar 4 Variasi gejala penyakit tungro pada daun tanaman padi di lahan Situ Gede. (A) strip kuning (IR64), (B) strip kuning-oranye (IR64), (C) strip kuning-oranye (Santana). Kedua tanaman padi yang diamati terlihat adanya perbedaan gejala yaitu pada tingkat perubahan warna daun. Pada tanaman padi varietas IR64 tingkat
27 keparahan gejala ditunjukkan adanya mosaik yang berubah menjadi kuning oranye, sedangkan pada varietas Santana ditunjukkan oleh warna daun yang menjadi oranye. Pengaruh Infeksi Virus Tungro terhadap Kejadian Peyakit dan Indeks Penyakit Tabel 6 menunjukkan nilai kejadian penyakit dan indeks penyakit tungro pada padi varietas IR64 berbeda dengan padi varietas Santana. Kejadian penyakit dan indeks penyakit tungro pada varietas Santana lebih rendah dibandingkan dengan kejadian penyakit dan indeks penyakit tungro pada varietas IR64. Indeks penyakit yang rendah menunjukkan tanaman padi mempunyai skor yang rendah dalam penghambatan tinggi tanaman dan tingkat keparahan gejala pada daun yang terinfeksi virus tungro, demikian sebaliknya untuk indeks penyakit yang tinggi. Kejadian penyakit dan indeks penyakit yang berbeda menunjukkan tingkat ketahanan varietas yang berbeda dan faktor genetis inang dari kedua varietas. Menurut Bos (1990) bahwa pada tingkat kerentanan tanaman terhadap virus, sel tanaman yang menunjukkan ketahanan tidak akan menunjukkan reaksi apa-apa ketika jaringan tanaman diinfeksi virus. Namun, apabila sel tanaman tersebut rentan, virus yang menginfeksi jaringan tanaman akan menetap dalam metabolisme inang dan akan bereplikasi atau memperbanyak diri. Tabel 6 Kejadian penyakit dan indeks penyakit tungro pada tanaman padi di lahan Situ Gede Varietas Kejadian penyakit (%) Indeks penyakit IR64 100 4,06 Santana 60 2,73 Pengaruh Infeksi Virus Tungro terhadap Tinggi Tanaman Infeksi virus tungro menyebabkan penghambatan tinggi tanaman padi. Menurut Sastrahidayat (1990) bahwa virus umumnya menyebabkan penurunan jumlah senyawa pengatur pertumbuhan dengan memperbanyak senyawa-senyawa penghambat pertumbuhan. Pada varietas Santana persentase penghambatan tinggi tanaman lebih rendah dibandingkan dengan varietas IR64. Hal ini menunjukkan
28 bahwa tinggi tanaman varietas Santana lebih tinggi daripada tinggi tanaman varietas IR64. Berdasarkan tingkat penghambatan tinggi tanaman pada kedua varietas, varietas Santana menunjukkan tingkat ketahanan yang lebih tahan dan IR64 menunjukkan tingkat ketahanan yang lebih rentan. Tingkat ketahanan yang berbeda diduga karena sifat katahanan yang terdapat pada kedua varietas tersebut (Gambar 5). Gambar 5 Pengaruh infeksi virus tungro terhadap penghambatan tinggi tanaman padi pada 1-4 minggu setelah tanam (MST) di lahan Situ Gede. Respon Ketahanan Varietas Hibrida dan beberapa Galur Padi terhadap Infeksi Virus Tungro Respon ketahanan varietas hibrida dan beberapa galur padi terhadap infeksi virus tungro dapat dilihat pada tabel 7. Berdasarkan hasil penelitian respon beberapa tanaman terhadap infeksi virus tungro dikelompokkan menjadi tahan, moderat, dan peka. Pengelompokan respon ini berdasarkan gejala, periode inkubasi, indeks penyakit, penghambatan tinggi tanaman, dan penghambatan masa berbunga. Galur IPB97-F-13-1-1, IPB97-F-31-1-1, IPB97-F-44-2-1, dan IPB102-F-92-1-1, dan varietas HIPA 4 menunjukkan tingkat ketahanan yang moderat terhadap infeksi virus tungro, Sedangkan galur IPB97-F-15-1-1 dan IPB97-F-20-2-1 menunjukkan tingkat ketahanan yang sama dengan varietas IR64 sebagai pembanding varietas yang rentan terhadap penyakit tungro yaitu peka. Tanaman padi yang diuji tidak ada yang menunjukkan tingkat ketahanan yang tahan terhadap inveksi virus tungro. Perbedaan respon ketahanan diduga
29 disebabkan faktor genetis inang terhadap infeksi virus tungro. Menurut Matthews (1992) bahwa faktor genetis menjadikan inang seringkali memberikan respon yang berbeda terhadap infeksi virus, yaitu (1) imun, dimana tanaman tidak terinfeksi dalam berbagai keadaan, (2) resisten terhadap penyakit, (3) hipersensitif atau tanpa adanya penyebaran virus lebih lanjut, (4) toleran, dimana virus dapat memperbanyak diri dan menyebar luas di dalam tubuh tanaman tetapi gejala yang terlihat sangat lemah atau tidak berarti. Hasil pengamatan gejala penyakit tungro pada tanaman padi yang terinfeksi virus tungro yang telah dilakukan di rumah kaca dan lahan padi di Situ Gede menunjukkan adanya perbedaan tipe gejala, kejadian penyakit, indeks penyakit, dan tingkat penghambatan tinggi tanaman. Tipe gejala yang terlihat pada tanaman padi terinfeksi virus tungro di rumah kaca dan di lahan padi Situ Gede juga menunjukkan gejala yang bervariasi karena varietasnya berbeda. Perbedaan yang paling jelas terlihat pada kejadian penyakit dan indeks penyakit tungro pada varietas Tukad Petanu di rumah kaca dan varietas Santana di lapangan padahal keduanya mempunyai sifat tahan. Pada varietas Tukad Petanu diketahui kejadian penyakit tungro 100% sedangkan varietas Santana kejadian penyakit tungro 60% yang berarti berpengaruh terhadap indeks penyakit tungro kedua varietas tersebut. Hal ini diduga dipengaruhi oleh perbedaan lingkungan antara di lapangan yang dipengaruhi oleh banyak faktor sedangkan di rumah kaca inokulasi dilakukan secara buatan. Perbedaan tersebut menunjukkan adanya interaksi yang berbeda antara patogen, inang, dan lingkungan di rumah kaca dan di lapangan. Pengaruh petogen dan tingkat ketahanan tanaman inang sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Pengaruh keadaan lingkungan terhadap penyakit virus tersebut terutama terhadap inang. Menurut Bos (1990) bahwa penyakit diketahui sebagai hasil interaksi antara patogen, inang, dan lingkungan. Patogen dan inang bersifat variabel dari segi genetik, aksi, dan reaksi mereka dipengaruhi oleh lingkungan. Selain itu perbedaan yang terlihat diduga juga dipengaruhi oleh waktu infeksi pada tanaman di rumah kaca dan di lapangan tidak sama.
Tabel 7 Respon ketahanan sembilam jenis padi terhadap infeksi virus tungro Penghambatan tinggi tanaman Jenis padi Gejala Periode Indeks inkubasi penyakit (%) (%) Respon IR64 (pembanding rentan) +++ +++ +++ +++ +++ Peka Tukad Petanu (pembanding tahan) ++ + + + +++ Tahan HIPA 4 ++ ++ ++ ++ + Moderat IPB97-F-13-1-1 + +++ ++ ++ + Moderat IPB97-F-15-1-1 ++ +++ +++ ++ ++ Peka IPB97-F-20-2-1 ++ +++ +++ ++ ++ Peka PB97-F-31-1-1 ++ +++ ++ ++ + Moderat PB97-F-44-2-1 ++ +++ ++ + ++ Moderat IPB102-F-92-1-1 ++ ++ ++ ++ +++ Moderat Keterangan: Gejala - : tidak ada penampakan gejala + : gejala hanya berupa daun mosaik ++ : gejala berupa daun mosaik dan sedikit kuning +++ : gejala berupa daun berwarna kuning-oranye Periode inkubasi - : tidak ada penampakan gejala sampai akhir pengamatan + : gejala muncul setelah hari ke-12-14 ++ : gejala muncul setelah hari ke-10-12 +++ : gejala muncul pada hari ke-8-10 Penghambatan masa berbunga - : tidak ada penghambatan masa berbunga + : penghambatan berkisar 1-5% ++ : penghambatan lebih dari 5-9% +++ : penghambatan lebih dari 9-13% Penghambatan tinggi tanaman - : tidak terjadi penghambatan tinggi tanaman + : penghambatan berkisar 1-25% ++ : penghambatan lebih dari 25-49% +++ : penghambatan lebih dari 49-73% Indeks penyakit - : tidak ada keparahan penyakit + : keparahan penyakit 1-3 ++ : keparahan penyakit 4-6 +++ : keparahan penyakit 7-9 Penghambatan masa berbunga