BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan, fokus, serta lokasi penelitian. Latar belakang menjelaskan alasan atau motif yang mendasari penelitian ini dilakukan. Sementara fokus dan lokus penelitian menjelaskan konten yang ingin diteliti di lokasi penelitian. Selain itu pada bab ini juga dibahas persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah ada sebelumnya. 1.1 Latar Belakang Wilayah peri-urban merupakan wilayah yang memiliki ciri perkotaan dan perdesaan. Sebagai wilayah yang berbatasan langsung dengan wilayah kota, wilayah peri-urban bukan merupakan wilayah perdesaan maupun perkotaan. Namun sebuah antarmuka yang memiliki kecenderungan berkurangnya pelayanan seperti di kawasan perkotaan dan apabila dibandingkan sistem pedesaan juga memiliki kecenderungan berkurangnya lahan ekologis (Gutman dan Dascal, 1987). Wilayah peri-urban juga sering disebut sebagai calon wajah perkotaan di masa depan, karena transisi sifat perkotaan akan semakin mendominasi aktivitas dan menyebabkannya tumbuh menjadi pusat kota yang baru. Webster (2002) menyatakan bahwa di beberapa negara, peri-urbanisasi akan berdampak pada struktur kemasyarakatan, perkembangan ekonomi, dan lingkungan kota di masa depan. McGregor (2006) menyatakan bahwa wilayah peri-urban di negara berkembang seperti Afrika dan Asia Selatan merupakan zona transisi antara kota dan desa dalam bentuk acak (sprawl). Pembahasan tentang wilayah peri-urban tidak dapat dipisahkan dari peran, keterkaitan, dan hubungannya antara urban dan rural. Wilayah peri-urban memiliki peran penting dalam mendukung aktivitas di pusat kota seperti sebagai pemasok sumberdaya sekaligus menjadi salah satu aktor penggerak perekonomian perdesaan. Salah satu bentuk rural-urban linkage adalah adanya aliran sumberdaya antar keduanya dan membentuk karakter desakota pada beberapa 1
kawasan di wilayah peri-urban. Keterkaitan dan karakter percampuran dari sifat dan perkotaan sering ditunjukkan pada perubahan struktur keruangan, sosial, ekonomi, maupun budaya di wilayah peri-urban. Perubahan atau transisi sifat perkotaan dan perdesaan yang tidak tampak jelas ini sering sulit dipahami oleh pemerintah maupun perencana kota, sehingga menghasilkan kebijakan dan penataan ruang yang tidak sesuai dengan karakteristik wilayahnya. Perkembangan perkotaan di Indonesia menyebabkan konversi lahan yang tinggi, terutama di wilayah peri-urban. Wilayah perkotaan identik sebagai sumber utama konsumerisme dan wilayah perdesaan menjadi pemasok sumberdaya, sehingga menyebabkan wilayah peri-urban menjadi wilayah yang mengolah hasil pertanian mentah menjadi produk jadi dan langsung dapat dikonsumsi. Hal ini disebabkan wilayah peri-urban memiiki akses yang sama terhadap bahan baku dari perdesaan dan pasar ke pusat kota dan daerah sekitarnya. Dalam penelitiannya Firman (1997) menyatakan bahwa proses konversi di Jawa Barat bagian utara adalah dari lahan pertanian menjadi industri dan perumahan. Pada kasus di Yogyakarta, perkembangan dan perluasan aktivitas perkotaan Yogyakarta ke kawasan sekitar menimbulkan tekanan yang besar terhadap perubahan penggunaan lahan menjadi lebih bersifat kekotaan, seperti permukiman, perdagangan, jasa, serta industri kecil dan rumah tangga. Industri yang berada di wilayah peri-urban merupakan industri besar yang membutuhkan lahan luas dengan proses produksi yang panjang sehingga terletak jauh dari area permukiman untuk menghindari kebisingan (Carter, 1981: 333). Namun terdapat juga kegiatan industri kecil yang tumbuh di wilayah peri-urban Yogyakarta dan diikuti dengan industri kecil sejenis yang menempati lokasi berdekatan sehingga membentuk klaster industri. Munculnya klaster-klaster industri kecil ini menarik perhatian tentang bagaimana pertumbuhan dan pola pertumbuhan serta faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tersebut terutama karena lokasinya yang menempati wilayah peri-urban. 2
Perkembangan teori tentang industri sendiri masih jarang memberi perhatian khusus terhadap isu ini. Analisis tentang klaster industri merupakan konsep awal yang membahas tentang peran kedekatan, ruang, dan lingkungan yakni merupakan aspek penting dalam geografi ekonomi. Terdapat banyak peran ruang dan tempat dalam proses ekonomi dengan mencoba untuk menemukan kekuatan pendorong yang membuat aglomerasi ruang pada ekonomi sejenis dan terkait (Malmberg dan Maskell, 2002:4). Selain itu Gordon dan McCann (2000) menyatakan bahwa tidak ada satupun konsep tentang klaster industri yang dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena klaster industri di lokasi lain. Oleh sebab itu pemahaman terhadap dinamika klaster industri kecil di wilayah peri-urban sangat penting sebagai satu kesatuan ruang antara pusat kota dan desa yang didalamnya terdapat berbagai perubahan dinamis seperti perluasan kota dan perubahan sosial-ekonomi. 1.2 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas, pertanyaan penelitian yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana pertumbuhan dan pola pertumbuhan klaster industri kecil yang tersebar di wilayah peri-urban Yogyakarta? 2) Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pertumbuhan klaster industri kecil di wilayah peri-urban Yogyakarta? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) mendeskripsikan pertumbuhan klaster industri kecil; 2) menggambarkan pola pertumbuhan klaster industri kecil; 3) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan klaster industri kecil yang terletak di wilayah peri-urban Yogyakarta. 3
1.4 Batasan Penelitian Dalam proposal penelitian ini, batasan penelitian digunakan agar pembahasan penelitian yang dilakukan tidak meluas. Adapun batasan penelitian meliputi batasan fokus dan batasan lokus adalah: 1.4.1 Lokus Lokus dari penelitian ini adalah desa yang tergolong sebagai wilayah periurban Yogyakarta mengacu pada delineasi Pradoto (2012) yaitu Desa Sidoarum, Desa Nogotirto, Desa Ambarketawang, Desa Banyuraden, Desa Sinduadi, Desa Sendangadi, Desa Condongcatur, Desa Sinduharjo, Desa Sardonoharjo, Desa Suko Harjo, Desa Maguwoharjo, Desa Purwomartani, Desa Banguntapan, Desa Baturetno, Desa Panggungharjo, dan Desa Bangunharjo. 1.4.2 Fokus Klaster industri kecil yang menjadi fokus penelitian adalah klaster industri pasir semen di Desa Sidoarum, klaster industri roti lapis legit di Desa Banyuraden, serta klaster industri mebel dan kerajinan kayu di Desa Panggungharjo. Selain ketiga klaster industri tersebut, masih terdapat 2 klaster industri di Desa Minomartani dan Desa Tirtoadi yang lokasinya berjarak kurang lebih 1 km dengan wilayah peri-urban yang telah didelineasi dalam penelitian Pradoto (2012). Kedua klaster industri tersebut adalah klaster industri bakpia di Desa Minomartani dan kerajinan bambu di Desa Tirtoadi. Berdasarkan pertimbangan tersebut dan didukung dengan data kepadatan penduduk dan tata guna lahan, klaster bakpia mino dan kerajinan bambu juga termasuk kedalam fokus penelitian ini. Oleh sebab itu, terdapat 5 klaster industri kecil yang menjadi fokus penelitian. 4
Gambar 1. Peta Penggunaan Lahan di wilayah peri-urban Yogyakarta tahun 2007 Sumber: Pradoto (2012: 90) dengan modifikasi 5
1.5 Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang telah ada sebelumnya tentang fokus klaster industri adalah sebagai berikut: Tabel 1. Perbandingan dengan Penelitian Lain No Nama Judul Penelitian Tahun 1 Ginanjar Adhi Putra (UGM) 2 Ahmad Zaenuri (UGM) 3 Emi Fatma Widayani (UGM) Sumber: Analisis peneliti, 2014 Fenomena Pengelompokan Sektor Informal Sejenis di Kota Yogyakarta Faktor yang Mempengaruhi Persebaran Industri Kecil dan Menengah di Desa Wukirsari Model Konektivitas Klaster Industri Makanan dan Minuman untuk Implementasi MP3EI di Propinsi DIY Jenis Penelitian 2009 Skripsi 2011 Skripsi 2013 Skripsi Fokus Mengidentifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi terjadinya pengelompokan sektor informal Mengidentifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi persebaran industri kecil dan menengah di Desa Minomartani Mengidentifikasi hirarki klaster di masing-masing kabupaten dan menggambarkan model konektivitas klaster Lokasi Kota Yogyakarta Desa Wukirsari, Imogiri, Bantul, DIY Propinsi DIY Metode Penelitian Induktiffenomenologi Studi kasuskualitatif Deduktifkualitatif, kuantitatif 6
Perbedaaan penelitian ini dengan penelitian yang telah ada sebelumnya adalah lokasi penelitian ini yang berada di wilayah peri-urban, sedangkan penelitian sebelumnya berada di Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Propinsi DIY. Pada penelitian ini cara pemilihan klaster yang menjadi fokus penelitian juga berbeda, kerena berdasarkan wilayah yang termasuk wilayah periurban Yogyakarta. Oleh sebab itu, klaster industri yang menjadi fokus dalam penelitian akan berbeda dengan penelitian yang sudah ada sebelumnya. 7