Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner2000 PEMANFAATAN PROBIOTIK DALAM FERMENTASI JERAMI SEBAGAI PAKAN SAPI BALI DI MUSIM KEMARAU MATImus SARwBANG, DANIEL PAsAMBE, A. NuRHAYu, SuRYANATAL T.,dan CHALIDJAH Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Gowa, Kotak Pos 4 Sungguminasa-Gowa Kata kunei : Fermentasi jerami, probiotik, sapi Bali ABSTRAK Penelitian ini telah dilaksanakan di Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru sebagai Sentra Pengembangan Komoditas Unggulan (SPAKU) Sapi Bali dilaksanakan sejak Juni 1999 sampai dengan Maret 2000. Paket teknologi telah dicobakan pada 4 kelompok tani, tiap kelompok tani beranggotakan 25 petsni. Setiap kelompok tani terpilih secara acak 10 petsni untuk mendapatkan pakan berupa fetmentasi jerami dengan probiotik (0,5% dsri total mnsum) dan sisanya (15 petani) sebagai kontrol (rumput lapangan). Berdasarkan uji "t" menunjukkan bahwa dengan perlakuan dan tanpa perlakuan probiotik memberikan pertambahan bobot badan harian berbeda sangat nyata (P<0,01). Sementara itu, tinggi pundak, lingkar dada, dan panjang badan tidak menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P>0,01). PENDAHULUAN Jerami padi di negeri kita sebagian besar yaitu 36 ssmpai 62% dibskar dikembalikan ke tanah sebagai kompos. Untuk makanan temak berkisar antara 34 sampai 39% dengan sisanya antara 7 sampai 16% digunakan untuk keperluan industri. Dari kenyataan yang ada maka sebagian besar produksi jerami tersebut habis dibakar menjadi abu, agar dapat segera menggarap tanahnya untuk musim tanam berikutnya. Namun disadari atau tidak pembakaran jerami tersebut membawa dampak negatif yang cukup luas, pertama kita telah kehilangan bahan organik yang sengaja dibakar, kedua efek negatif pembakaran terhadap ekologi tanah itu sendiri, yang ketiga adalah efeknya terhadap polusi lingkungan. Jerami agaknya dapat memberikan prospek yang lebih cerah khususnya sub sektor petemakan, karena potensinya memang cukup besar untuk dikembangkan ke arah itu. Namun sejauh ini pemanfaatan jerami untuk makanan temak masih sangat kecil sekali dibandingkan produksi pertahunnya. Hal ini dapat dimengerti bahwa jerami nilai gizinya sangat rendah, maka salah satu altematif untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan fermentasi melalui teknologi "pemanfaatan probiotik" untuk kualitas pakan clan dapat disimpan dalam waktu yang lama clan pada saat paceklik hijauan di musim kemarau. MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru sebagai Sentra Pengembangan Komoditi Unggulan (SPAKU) sapi Bali sesuai penyusunan perwilayahan komoditas pertanian yang dibandngkan Bapak Gubemur Sulawesi Selatan yang dilandari oleh adanya zonasi agroekologi. Dengan mengintroduksi fermentasi jerami dalam pakan sapi Bali. Paket teknologi telah dicobakan pada 4 kelompok tani temak, tiap kelompok beranggotakan 25 petani. Setiap kelompok terpilih secara acak sebanyak 10 petani untuk mendapatkan pakan berupa 219
Seminar Nasional Peternakan clan Veteriner 2000 fermentasi jerami dengan probiotik (0,5% dari total ransum dan sisanya (15 petani) sebagai kontrol (rumput lapangan). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu monitoring (pengukuran ternak secara berkala) dan survei yang dikumpulkan pada awal dan akhir kegiatan. Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan digunakan uji "T" menurut STEEL clan ToRRIE (1993). Karakteristik responden HASIL DAN PEMBAHASAN Pada hakekatnya keberhasilan usaha ternak sangat dipengaruhi berbagai &ktor dan identitas petani tersebut. Oleh sebab itu maka pada usaha proses pemelihaaan dan keterlibatan petani dalam usaha tani ternak disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Karakteristik responden di Kecamatan Tanete Riaja Uraian Jumlah sampel (1`1) Rataan Persentase Umur (tahun) 60 44,51 t 13,7 Pendidikan (tahun) Tidak sekolah 16 26,67 SD 35 58,33 SUP 4 6,67 SLTA 4 6,67 Perguruan Tinggi 1 1,67 Pengalaman betemak sapi (tahun) 60 24,4 t 7,6 Lama mengikuti program Il3 (tahun) 60 2,84 t 1,8 Jumlah tanggungan keluarga (jiwa) 60 4,86 t 1,8 Jumlah anggota keluarga yang terlibat dalam usaha ternak sapi Qiwa) 60 1,7 t1,5 Peternak responden mempunyai variasi tunur dengan mta-rata 44,51 t 13,7. Pada kondisi umur rata-mta ini nampak bahwa para peternak responden masih tergolong umur produktif seperti yang dikemukakan ADiw1LAGA (1973) bahwa pada umur 40-50 tahun sebagai umur produktif karena pada umur tersebut kondisi fisik clan pikiran masih cukup baik sedangkan umur di atas 50 tahun daya fisik dan pikiran mulai menurun. Pendidikan para responden juga bervariasi yang tidak mengikuti pendidikan (26,67%) pernah mengikuti pendidikan pada Sekolah Dasar (58,33%) ; SLTP (6,67%) ; SLTA (6,67%); dan Perguruan Tinggi (1,67%). Tingkat pendidikan responden tidak banyak berpengaruh terhadap pengelolaan usaha peternakan sapi, karena dari segi pemeliharaan antara responden yang ticlak berpendidikan tidak ada perbedaan. Umumnya masih dilakukan secara tradisional. Hal ini terlihat dari segi pemberian pakan dan tata laksana. Namun pengalaman beternak tidak diakukan lagi yaitu rata-rata 24,4 t 7,6 tahun, namun usaha ternak sapi pada umumnya masih usaha sambilan dengan pekerjaan pokoknya adalah usaha tani tanaman pangan. 220
Seminar Nasional Peternakan den Peteriner 2000 Penampilan sapi Bali Berdasarkan hasil disajikan pada Tabel 2. pertambahan ukuran tubuh ternak Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja Rataan pertambahan berat badan antara Sapi Bali dengan perlakuan tanpa probiotik dan dengan probiotik berdasarkan uji't' menunjukkon perbedaan yang sangat nyata (P<0,01), sedangkan ukuran tubuh lainnya yaitu lingkar dada, panjang badan, tinggi pundak tidak berbeda sangat nyata (P>0,01) salah satu langkah untuk memecahkan masalah penurunan dan kualitas sapi Bali adalah penyediaan pakan pada musim kemarau yang panjang. Tabel 2. Rataan pertambahan ukuran tubuh sapi Bali Perlakuan Bobot badan (kg) Lingkar dada (cm) Panjang badan (cm) Tinggi pundak (cm) Kontrol 0,131 0,023 0,021 0,001 Dengan probiotik 0,375 0,029 0,021 0,001 Penggunaan probiotik pada tingkat 0,5% delam ransum dapat meningkatkan produksi sekitar 10-15% pada ternak Domba (HARYANTO et al., 1993) dibandingkan dengan tanpa penggunaan Probiotik. Sementara itu, penggemukan sapi jantan penggunaan probiotik pada tingkat 0,5% meningkatkan produksi sekitar 10-15 % (DIWYANTO et al. 1993). Sementara itu, pada sapi PO yang digemukkan secara intensif ditunjukkan oleh WiNUGROHO et al. (1994) pada percobaan sapi PIR di Lampung yaitu ADG 0,76 dengan probiotik pada tingkat 0,5% deri total ransum. Tingkat adopsi teknologi Untuk mengetahui respons terhadap paket teknologi yang dintroduksikan dilakukan wawancara langsung dengan kooperator. Respons petani terhadap pemberian pakan, perkandangan dan vaksinasi dirangkum pada Tabel 3. Dalam menyamakan presepsi terhadap teknologi yang dintroduksikan diadakan pertemuan kelompok, teknologi tepat guna yang mendukung peningkatan produktivitas, karena teknologi suatu cam mengerjakan sesuatu yang lebih efisien. Teknologi umumnya merupakan suatu inovasi yang perlu proses dan waktu yang cukup lama untuk dapat diterima petani. Hal ini disebabkan oleh faktor antara lain keterbatasan pendidikan maupun pola, yang masih subsisten (ANOMMUS, 1993). Selanjutnya perbedaan Agroekologi, institusi pelaku pengembangan serta pemimpin formal dan non formal akan memberikan kesulitan yang berbeda dalam menghadapi teknologi baru.
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 2000 Tabel 3. Respons petani terhadap pakan, perkandangan, vaksin/obat-obatan Uraian lumlah Kooperator (N) Menerima (N) Menolak (N) Pakan o Pemberian jerami dengan fermentasi 40 33 7 probiotik o Frekwensi pemberian... kali/hari 40 2,21 t 0,51 o Cara Pemberian - Utuh 11 - Ditambah garam 18 o - Dicampur rumput alam 4 Pemberian konsentrat dengan 2 kg/ekor/ had 40 36 4 o Kandang 40 40 - Terlindung panas/hujan 37 - Hasil menjadi baik 18 - Mudah mengontrol ternak 9 - Pelindung binatang Was 28 - Mudah memelihara 12 o Vsksin/Obat-obatan 40 40 - Mencegah penyakit 31 - Penyembuhan 26 - Menekan kematian 14 KESIMPULAN DAN SARAN Sesuai dengan konsep keterpaduan dan memaksimalkan sumber daya tersebut, maka teknologi pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan temak dirasakan perlu untuk dikembangkan dengan introduksi probiotik untuk perbaikan kualitas limbah pertanian. Pemanfaatan jerami padi hasil fermentasi dengan probiotik dapat memperbaiki pertambahan bobot badan tetapi belum mempengaruhi ukuran tubuh sapi Bali. DAFFAR PUSTAKA ADIWILAGA.A., 1973. Pengantar Usahatani. Fakultas Pertanian. Universitas Padjajaran, Bandung. ANoNimus. 1993. Penelitian Pengembangan Teknologi Peternakan di Daerah Padat Penduduk (Jiwa). tahun 1992/1993. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian Nasional (PAN) Bogor. Laporan HARYANTO. B., K. DIwyANTO, ISBANDI, dan SuHARTo. 1993. Effect of Probiotic Supplement in The Growth and Carcass Yield of Sheep. Paper Submitted to VII AAAP Animal Science Congress. Denpasar, Bali. Indonesia STEEL, R.G.D. dan J.H. TORmE. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu Pendekatan Biometrik. PT. Gramedia, Jakarta. 222
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 2000 WINuGRoHo. M., I. HERNAMAN, Hnnt, TAuFK dan M. SABRANi. 1994. Transfer cairan rumen kerbau tingkatan pertumbuhan sapi PO. Seminar Hasil Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi II. Puslitbang Bioteknologi LIPI, 6-7 September.