BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KONTEKS. 2.1 Sejarah Hubungan Kerjasama Indonesia dan Jepang pada Sektor Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. < diakses 16 Juni 2016.

BAB II. Penerapan Program Official Development Assistance (ODA) di Indonesia

BAB IV KESIMPULAN. Jepang sudah lama memiliki peran penting di dalam masyarakat internasional,

BAB III KEBIJAKAN STABILISASI HARGA

Menteri Basuki Menerima Penghargaan Dari Perhimpunan Insinyur Sipil Jepang

BAB V KESIMPULAN. Jepang merupakan salah satu negara maju dimana Official Development

Lembar Data Proyek. Pembiayaan. Tanggal Pembuatan PDS. PDS Diperbarui 2 Apr 14. Nama Proyek

BAB I PENDAHULUAN. Pasca perang Dunia II, Jepang telah menekankan kawasan Asia sebagai

Meninjau Kerjasama Pembangunan bagi Pembiayaan Kesejahteraan

Japan International Cooperation Agency

MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,

BAB V KESIMPULAN. asing. Indonesia telah menjadikan Jepang sebagai bagian penting dalam proses

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

KEBIJAKAN INVESTASI INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010

Nawacita Bersama Kampung Keluarga Berencana (KB)

Rapat Koordinasi Kemenko PMK: Agenda Strategis 2017 dan RKP 2018

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif

Sejarah AusAID di Indonesia

penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan yang kemudian menimbulkan masalah yang harus dihadapi pemerintah yaitu permasalahan gizi. Permasalahan

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu Negara yang sangat menarik untuk dikaji.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

INDONESIA NEW URBAN ACTION

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Ketahanan Pangan dan Pertanian. disampaikan pada : Workshop Hari Gizi Nasional (HGN) ke-55

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara Indonesia dengan Jepang telah dimulai sejak kehadiran

BAB V KESIMPULAN. terbesar itu dilaksanakan bersamaan pada sidang tahunan ke-41 IDB di Jakarta. IDB

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

Keterangan Pers Bersama Presiden RI dengan Perdana Menteri Perancis, Jakarta, 1 Juli 2011 Jumat, 01 Juli 2011

BAB I PENDAHULUAN I - 1

I. Permasalahan yang Dihadapi

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI LINGKUP KEMENTERIAN PERTANIAN TRIWULAN II TA.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

RPJMN dan RENSTRA BPOM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V. Kesimpulan. Seperti negara-negara lain, Republik Turki juga telah menjalin kerja sama

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN GARUT TAHUN 2014 s/d 2019

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

Mengawal Komitmen Pemerintah dalam Implementasi SDGs

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang

PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

BAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2010 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

Indonesia Komitmen Implementasikan Agenda 2030 Senin, 05 September 2016

SAMBUTAN/PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA MUSRENBANG RKPD PROVINSI JAMBI TAHUN 2016

Ministry of National Development Planning/Bappenas Kerjasama Pembangunan Internasional dalam Rangka Pelaksanaan SDGs di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK)

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan dan membiayai pembangunan sendiri. Bagi negara, pajak adalah salah

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE)

BAB IX KONTROVERSI PENANAMAN MODAL ASING (PMA) & UTANG LUAR NEGERI (ULN)

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PERMENTAN/OT.140/2/2015

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Ateh (2016) dalam artikelnya mengungkapkan, pernah menyampaikan bahwa ada yang salah dengan sistem perencanaan dan

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


SUMMARY RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA BARAT (PROVINCIAL GOVERNMENT ACTION PLAN) TAHUN 2011

DUKUNGAN PROYEK SREGIP DALAM PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. saling mempengaruhi suatu negara dengan negara lain serta lalu lintas barang dan

BAB I PENDAHULUAN. konteks hubungan internasional guna mengatasi berbagai masalah dengan

Disampaikan oleh: MENTERI DALAM NEGERI TJAHJO KUMOLO KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Yogyakarta, 7 Maret 2016

Kebijakan Pengembangan SDM, Iptek dan Budaya Maritim dalam Mendukung Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1. Setiap negara selalu menginginkan agar pembangunan di negaranya berjalan dengan

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN.

HALAMAN JUDUL PENGARUH OFFICIAL DEVELOPMENT ASSISTANCE (ODA) JEPANG TERHADAP PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

Dari MDGs Menuju SDGs: Pembelajaran dan Tantangan Implementasi

Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Sumenep

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hubungan Indonesia dengan Jepang telah berlangsung cukup lama dimulai dengan hubungan yang buruk pada saat penjajahan Jepang di Indonesia pada periode tahun 1942-1945 selama 3 tahun. Namun, Indonesia dan Jepang mencoba untuk memperbaiki hubungan dengan dibukanya penandatanganan Perjanjian Perdamaian antara Jepang dan Republik Indonesia pada bulan April 1958. Pada tahun yang sama ditandatangani pula Perjanjian Pampasan Perang. Hal tersebut yang mendorong hubungan Indonesia dan Jepang sampai saat ini terus berlanjut terhadap hampir semua sektor termasuk adanya program kemitraan Indonesia dengan Jepang pada program Japan Partnership Program (JPP). Payung dari kerja sama ini adalah program bantuan Jepang berupa ODA (Official Development Assistance). ODA merupakan kerjasama Pemerintah Jepang dengan negara-negara berkembang dengan memanfaatkan dana dan teknologi Pemerintah Jepang melalui kerangka bantuan yang resmi. ODA Jepang di Indonesia dimulai dari tahun 1954, dalam bentuk penerimaan trainer untuk mendapatkan pelatihan di bidang industri, komunikasi transportasi, pertanian dan kesehatan. Bantuan ODA Jepang telah memberikan kontribusi besar melalui di bidang pengembangan SDM, pembangunan infrastruktur sosial ekonomi misalnya, pada saat krisis ekonomi melanda Asia sejak Agustus 1997, Jepang membantu Indonesia yang sedang berusaha keluar dari krisis dalam bentuk pinjaman khusus, perpanjangan kewajiban pembayaran, dukungan strategi pemerintah, dan lain-lain. Begitu pula ketika gempa besar dan tsunami dari lautan Hindia melanda pulau Sumatra pada Desember 2004, Jepang menyediakan dana rekonstruksi dan rehabilitasi untuk korban bencana sebesar 640 juta US Dollar. Selama ini, secara kumulatif, bantuan Jepang kepada Indonesia berjumlah 29,5 milyar US Dollar (total kumulatif sampai tahun 2006), oleh karena itu, bagi Indonesia, Jepang adalah negara donor terbesar, demikian juga bagi Jepang, Indonesia adalah negara penerima bantuan terbesar (Japan International Coorporation Agency, 2016). Salah satu kerjasama hubungan JICA dengan Indonesia melalui Kementerian Sekretariat Negara dalam bidang kerjasama teknis adalah Knowledge Co-Creation Program (Young Leaders) atau program Pelatihan bagi Pemimpin Muda yang berfokus

pada bidang Rural Development. Program pelatihan teknis tersebut merupakan suatu program di mana Jepang menerima peserta yang berasal dari negara berkembang untuk kemudian dilatih di negara Jepang dengan lama pelatihan satu tahun. Program ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan serta keterampilan di berbagai bidang seperti tata niaga, pengawasan mutu, perlindungan lingkungan dan teknis konstruksi bangunan. Pelatihan diadakan di pusat-pusat pelatihan JICA yang ada di seluruh wilayah Jepang. Pelatihan ini juga diselenggarakan melalui kerjasama dengan badan-badan pemerintah nasional dan pemerintah daerah, pusat-pusat pelatihan dan penelitian swasta, universitasuniversitas dan lembaga-lembaga lainnya. Ada dua tipe program pelatihan JICA, yaitu : a) Pelatihan yang diadakan di Jepang Pelatihan yang diadakan di Jepang terbagi ke dalam dua bentuk yaitu perorangan dan kelompok. Pelatihan perorangan dipersiapkan secara terpisah dengan syarat khusus peserta program ini juga ditawarkan ke badan-badan internasional sesuai dengan pemerintah. Sedangkan untuk pelatihan dalam bentuk kelompok, persiapan diadakan setahun sebelum program ini dilaksanakan. Syarat dan prosedur lamaran diberitahukan ke seluruh negara yang bersangkutan. Dalam satu kelompok biasanya terdiri dari 10 peserta pelatihan. b) Pelatihan yang dilakukan di negara berkembang Selain mengadakan pelatihan di Jepang, JICA juga menyelenggarakan pelatihan di negara-negara berkembang dengan mendatangkan peserta dari negara-negara berkembang kawasan Asia dan Afrika yang telah maju dengan dukungan biaya dari pihak JICA dengan harapan kelak mereka dapat memimpin negaranya di tahun-tahun yang akan datang ke Jepang melalui Youth Invitation Program. Tujuan dari program ini adalah agar peserta dapat lebih mengenal Jepang serta menjembatani persahabatan yang akan terjalin antara generasi-genarasi baru di setiap negara serta meningkatkan rasa saling pengertian dalam pembangunan serta untuk tetap menjaga perdamaian dunia. Aktivitas yang dilakukan dalam menjalani pelatihan ini sangat beragam diawali dengan mengenal negara Jepang, mengikuti seminar-seminar, serta adanya pelatihan lapangan bersama dengan masyarakat setempat. (Iryani, 2011) Knowledge Co-Creation Program (Young Leaders) sendiri adalah suatu program pelatihan yang difokuskan untuk penguatan kapasitas para pemuda-pemudi di negaranegara berkembang, yang memiliki potensi sebagai pemimpin untuk menduduki berbagai posisi penting di masa depan. Tujuan utama dari program ini adalah:

(1) memberikan kesempatan bagi para pemimpin muda sebagai pelopor pembangunan bangsa di masa mendatang untuk mendapatkan pengetahuan dan keahlian berdasarkan pengalaman yang dimiliki oleh masyarakat Jepang. (2) Mendukung terciptanya saling pengertian dan terjalinnya persahabatan antara para pemimpin muda Jepang dan Indonesia. Dengan bantuan tersebut, Indonesia berusaha meningkatkan sektor pertanian melalui berbagai kerja sama dengan Jepang, salah satunya dengan program JPP (Japan International Corporation Agency, 2017). Seperti telah diketahui bahwa Indonesia merupakan negara agraris, namun masih mengimpor beras dari negara tetangga hal ini menunjukkan bahwa Indonesia masih kurang memadai dalam hal ketahanan pangan. Tujuan dari peningkatan sektor pertanian terkait dengan peningkatan ekonomi dalam negeri dilakukan melalui berbagai cara antara lain, Indonesia telah mengadakan kerja sama ketahanan pangan khususnya di pedesaan dengan JICA. Tujuan dari adanya kerja sama ini adalah agar terjadi peningkatan pendapatan petani di pedesaan, sehingga masyarakat desa tidak banyak yang melakukan perpindahan ke kota serta menguatkan ketahanan pangan Indonesia sehingga tidak perlu mengimpor bahan pangan dari negara tetangga dan meningkatkan ekspor Indonesia dalam sektor pertanian. Sektor pertanian menjadi salah satu program yang termasuk dalam NAWACITA oleh Presiden Joko Widodo serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 yang telah ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 dengan mengedepankan Kedaulatan Pangan sebagai salah satu agenda prioritas nasional. Agenda tersebut merupakan amanat TRISAKTI dan NAWACITA demi Mewujudkan Kemandirian Ekonomi Dengan Menggerakkan Sektor-Sektor Strategis Ekonomi Domestik. Dalam RPJMN 2015-2019, disebutkan bahwa untuk tetap meningkatkan dan memperkuat kedaulatan pangan, sasaran utama prioritas nasional bidang pangan periode 2015-2019 pada intinya ditempuh untuk memperkuat pilar-pilar ketahanan pangan melalui: 1) Tercapainya peningkatan ketersediaan pangan yang bersumber dari produksi dalam negeri; 2) Terwujudnya peningkatan distribusi dam aksesibilitas pangan; 3) Tercapainya peningkatan kualitas konsumsi pangan dan gizi masyarakat; 4) Mitigasi gangguan terhadap ketahanan pangan; 5) Peningkatan kesejahteraan pelaku utama penghasil bahan pangan; dan 6) Tersedianya sarana dan prasarana irigasi (Ketahanan Air). (Ir. Musdhalifah Machmud, 2015)

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas penulis memiliki rumusan masalah yaitu, Bagaimana Peran Japan International Coorporation Agency (JICA) melalui Knowledge Co-Creation Program (Young Leaders) Rural Development Course dalam Meningkatkan Sektor Pertanian Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Menjelaskan bagaimana peran Japan International Corporation Agency (JICA) melalui Knowledge Co-Creation Program (Young Leaders) Rural Development Course dalam meningkatkan kualitas pertanian Indonesia. 1.4 Signifikansi Teori : Dalam hal ini penulis mengharapkan dengan adanya penulisan ini dapat digunakan sebagai kajian dalam konteks Japan International foreign aid. Praktek : Dapat menjadi bahan kajian bagi para pembuat kebijakan dalam pentingnya peran bantuan suatu negara dalam hal ini, Jepang yang memberikan bantuan teknis kepada Indonesia agar menjadi negara yang kuat pada sektor pertanian agar mencapai ketahanan pangan dalam negeri. 1.5 Tinjauan Literatur Sejauh perkembangan yang ada, kerjasama Indonesia dan Jepang melalui JICA telah banyak mengundang banyak analisis serta ulasan. Salah satunya, tulisan dari Fitri Kusuma Wardhani, yang menjelaskan bahwa bantuan yang diberikan oleh Jepang secara general yang isinya mencangkup kerjasama Indonesia dengan JICA melalui penjelasan yang umum dan tidak mendalam. Andi Tika Wulandari (Wardhani, 2006), dalam tulisannya menjelaskan bagaimana kerjasama Indonesia dan Jepang melalui JICA di Kabupaten Bantaean. Jepang menuangkan bantuannya dalam pengembangan teknologi pada tani talas yang merupakan sumber impor talas bagi Jepang. Dengan adanya

kerjasama ini Indonesia dan Jepang memiliki hubungan simbiosis mutualisme bagi kedua belah pihak. Dari kutipan tulisan Andi Tika Wulandari dapat dilihat Jepang sangat mendukung sektor pertanian Indonesia terutama dalam hal peningkatan sektor pertanian yang memfokuskan pada daerah yang potensial. Dalam penjelasan Tri Faridai turut dijelaskan bahwa bantuan JICA dalam bidang pendidikan di Indonesia adalah dengan adanya kerjasama dalam Pogram PRIMA Pendidikan atau PRIMA-P. Program ini adalah sebuah program kerjasama teknis yang diimplementasikan bersama-sama oleh Pemerintah Sulawesi Selatan dan Japan International Cooperation Agency (JICA) (Faridai, 2015). Hal tersebut memberikan pembuktian bahwa JICA memberikan bantuan yang sangat luas di segala sektor. Lia Nur Baet (Baet, n,d) dalam tulisannya menjelaskan bagaimana peran JICA dalam meningkatkan pertanian Indonesia di Provinsi Jawa Barat. Peran JICA dalam meningkatkan pertanian Indonesia di Provinsi Jawa Barat mencanangkan dua program yaitu, kerjasama teknis serta bantuan hibah. Dari bantuan hibah ini, kontribusi JICA dalam program ini adalah melakukan promosi dalam pelaksanaan proyek dengan melakukan studi desain dasar sebagai tahap awal dalam menentukan proyek bantuan hibah. Efektivitas bantuan yang diberikan oleh JICA di Jawa Barat bantuan teknis dan pengembangan kapasitas individu, dalam hal ini para penyuluh, petani dan berbagai individu yang terkait dengan kegiatan sektor pertanian di Indonesia terkait dengan bantuan yang diberikan kepada Pemerintah Jawa Barat memiliki berbagai potensi pertanian yang belum dimanfaatkan secara optimal (Baet, n,d). Dengan melihat dari penjabaran yang ditulisnya dapat disimpulkan bahwa, JICA memiliki dukungan penuh untuk meningkatkan ketahanan pangan Indonesia melalui program yang dimiliki JICA. Tulisan Ricky Raymon, menjelaskan bahwa hubungan kerjasama Indonesia dan Jepang yang asimetris dimana negara pemberi ODA yang dalam hal ini Jepang menguasai studi tersebut, dan mengakibatkan hanya kepentingan ekonomi negara donor saja yang terakomodir. Dari paparan yang ada dapat dikatakan bahwa ODA memang menjadi salah satu bagian dalam strategi nasional Jepang, dalam mencapai tujuan dan kepentingan nasionalnya (Raymon, 2009). Hal ini membuktikan bahwa dalam menjalin hubungan kerjasama Indonesia dan Jepang pada sektor pertanian Indonesia terkadang memiliki sifat yang asimetris. Di mana, adanya beberapa faktor yang menguatkan adanya hubungan asimetris tersebut yaitu, utang sebagai penguat hubungan-ekonomi asimetris, serta hibah dan kerjasama teknis. Dari tulisannya ia menggambarkan hubungan Indonesia dan Jepang dari sisi yang berbeda.

Dari beberapa tinjauan literatur di atas penulis melihat peran JICA dalam meningkatkan kekuatan sektor pertanian Indonesia dengan beberapa program kerjasama yaitu, kerjasama teknis serta bantuan hibah. Dalam kerjasama teknis meliputi, pengiriman tenaga ahli JICA, pelatihan pejabat lokal untuk 'pengembangan kapasitas', penyediaan peralatan atau bantuan keuangan. Untuk bantuan hibah sendiri meliputi menyediakan dana bagi pelaksanaan pembangunan sosial ekonomi negara mitra. Tulisan Ricky Raymon, mengungkapkan bahwa dalam hubungan kerjasama Indonesia dan Jepang terdapat sisi asimetris yang mana hal ini memperlihatkan ada dua sisi berbeda dalam peningkatan sektor pertanian di Indonesia dari adanya hubungan kerjasama tersebut. Secara keseluruhan, dari Pemerintah Indonesia dan JICA memiliki efektifitas yang cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat dari tulisan Fitri Kusuma Wardhani, Tika Wulandari (2014), Tri Faridai (2015), dan Lia Nur Baet (n,d) menyimpulkan adanya hubungan kerjasama Pemerintah Jepang dan JICA sangat memberikan pengaruh yang signifikan bagi kemajuan Indonesia di segala bidang khususnya pertanian. 1.6 Kerangka Teori Pada bagian ini penulis mencoba untuk melihat keterkaitan isu ini dengan ilmu Hubungan Internasional (HI). Keterkaitannya terdapat pada, hubungan antar Jepang dan Indonesia yang berdasarkan pada bantuan internasional yang mengerucut pada teori Japan International Foreign Policy, Konsep ini menjelaskan hubungan kerjasama Jepang dan Indonesia yang berdasarkan bantuan internasional melalui kerja sama teknis dan hibah yang diberikan Jepang melalui ODA (Official Development Assistance) sebagai induk dari JICA (Japan International Coorperation Agency) yang menyalurkan bantuan Jepang kepada Indonesia. Jepang memberikan bantuan internasional sebagai alat diplomasi untuk mendapatkan kepentingan nasionalnya melalui bantuan tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Alan Rix dalam bukunya yang berjudul Japan s Foreign Aid Challenge : Policy Reform and Aid Leadership tahun 1990 pemberian bantuan luar negeri antara negara donor dan negara penerima bantuan tidak terlepas dari tujuan dan motivasi negara donor untuk memenuhi kepentingannya. Beberapa pengertian motivasi menurut Alan Rix (Rix, 1990) adalah

a. Motif Kemanusiaan, yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan di negaranegara berkembang melalui dukungan kerja sama ekonomi. b. Motif Politik, yang memusatkan tujuan untuk meningkatkan nilai negara pendonor. Peralihan pujian menjadi tujuan dari pemberian bantuan luar negeri baik sektor politik domestik dan hubungan luar negeri pendonor. c. Motif Keamanan Nasional, yang berdasarkan pada asumsi bahwa bantuan luar negeri dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang mendorong stabilitas politik dan akan memberikan keuntungan pada kepentingan negara pendonor. Dengan kata lain, motif keamanan nasional juga memiliki sisi ekonomi. d. Motif Kepentingan Nasional, yaitu motif yang berkaitan dengan kepentingan nasional negara pendonor. Dalam penelitian ini penulis akan mendasarkan analisa pada sebagian atau seluruh pengertian motivasi di atas. 1.7 Hipotesis Penelitian Hipotesa yang penulis miliki saat ini mengenai Bagaimana Peran Japan International Corporation Agency (JICA) melalui Knowledge Co-Creation Program (Young Leaders) Rural Development Course dalam Meningkatkan Sektor Pertanian Indonesia? adalah hubungan kerjasama Indonesia dan JICA lebih mengarah kepada kerjasama teknis yang lebih menyentuh langsung dengan kebutuhan sektor pertanian Indonesia sehingga dapat dirasakan langsung manfaatnya dalam rangka perbaikan dan peningkatan nilai sektor pertanian Indonesia. Terkait dengan, Knowledge Co-Creation Program (Young Leaders) Rural Development Course, program tersebut telah memberikan kesempatan bagi para pemimpin muda sebagai pelopor pembangunan bangsa di masa mendatang untuk mendapatkan pengetahuan dan keahlian berdasarkan pengalaman yang dimiliki oleh masyarakat Jepang yang diharapkan dapat diterapkan pada posisi dimana para peserta dari pelatihan tersebut berada. Sehingga, hasil yang didapat dari adanya program pelatihan tersebut dapat dirasakan langsung setelah para peserta mengikuti program pelatihan tersebut. Hipotesa penulis dalam program Knowledge Co-Creation Program (Young Leaders) Rural Development Course memenuhi motif politik dan motif kepentingan nasional.

1.8 Metode Penelitian Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Creswell, pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada fenomena sosial dan masalah manusia (Creswell, 1994). Untuk itu dalam menjelaskan peran Japan International Coorporation Agency (JICA) dalam meningkatkan sektor pertanian Indonesia melalui Knowledge Co-creation Program (Young Leaders) Rural Development Course, penelitian ini akan bersifat deskriptif dengan menggunakan jenis data sekunder. Data Sekunder yang diperoleh dari buku, dokumen, jurnal, penelitian terdahulu, berita online atau artikel serta situ pemerintahan yang terkait yang terkait dengan peran Japan International Coorporation Agency (JICA) dalam meningkatkan sektor pertanian Indonesia melalui Knowledge Co-creation Program (Young Leaders) Rural Development Course. Untuk teknik pengumpulan data penulis menggunakan metode dokumentasi yang meliputi data primer sekunder dan data sekunder dengan menelaah data-data tersebut. Hal ini diharapkan dapat mendukung atau mencari temuan yang ada pada penelitian ini. Kemudian, dianalisis dengan menggunakan pendekatan deskriptif yang mana memiliki tujuan untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 1998). 1.9 Pembabakan Pembahasan dalam penelitian ini akan dibagi menjadi empat bab oleh penulis secara sistematis guna mempermudah pembaca memahami isi dan alur dari penulisan penelitian ini. Seluruh pembahasan dibagi menjadi empat bab sebagai berikut : Bab I Pendahuluan: Merupakan Pendahuluan yang berisi judul, latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, signifikansi, tinjauan literatur, kerangka teori, hipotesa penelitian, metode penelitian, dan pembabakan. Sebagaimana merupakan gambaran keseluruhan mengenai materi kajian penelitian. Bab II Konteks: Bab ini akan menjelaskan peran Jepang melalui JICA dalam meningkatkan sektor pertanian melalui Knowledge Co-Creation Program (Young Leaders) Rural

Development Course. Penulis juga mengaitkan program kerjasama ini dengan program NAWACITA Presiden Joko Widodo serta latar belakang JICA di Indonesia. Bab III Pembahasan: Dalam bab ini penulis akan menganalisa hubungan Indonesia dengan Jepang yang memiliki hubungan saling menguntungkan kemudian, penulis akan menganalisis potensi pertanian Indonesia sehingga, Jepang melalui JICA dan Indonesia menyelenggarakan program pelatihan di bidang pertanian yang akan dibahas menggunakan konsep Japan International Foreign Aid oleh Alan Rix. Dengan begitu, akan lebih mudah dalam menganalisis peran Peran JICA melalui Knowledge Co-Creation Program (Young Leaders) Rural Development Course dalam meningkatkan pertanian Indonesia. Bab IV Penutup: Merupakan bab yang berisikan kesimpulan dari hasil penelitian, serta memberikan saran terkait program pelatihan tersebut.