SIKAP MURID DAN PENJUAL MAKANAN JAJANAN TENTANG HIGIENE DAN SANITASI MAKANAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI KELURAHAN RONGTENGAH KECAMATAN SAMPANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan Balai Besar Pengawas Obat dan. Makanan (BPOM) per 2013 menyatakan PJAS (Panganan Jajanan Anak

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN PEDAGANG DENGAN HIGIENE SANITASI MAKANAN JAJAN ANAK SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN KULON PROGO-DIY

METODE PENELITIAN. Kota (n=20) Kabupaten (n=27) Purposive. Gambar 2 Cara Penarikan Contoh Penelitian. SDN Akreditasi A Penjaja (n=11)

PENGARUH SARAPAN PAGI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA MURID SEKOLAH DASAR ( Studi di SDN 1 Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo )

PERILAKU PEDULI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN SANITASI HYGIENE SISWA DI LABORATORIUM TPHP SMK NEGERI 1 PANDAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPEMILIKAN SERTIFIKAT LAIK SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURNAMA KECAMATAN PONTIANAK SELATAN

KINDI AMELIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG

ABSTRAK. Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, dan Soil Transmitted Helminths. ABSTRACT

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

PENGARUH PENJELASAN GURU TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN SANITASI HIGIENE PERORANGAN PADA SISWA KELAS XI DI SMK N 1 SEWON

HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT. (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kota Bandar Lampung yaitu di beberapa

ANALISA SANITASI DAN HIGIENE PENYAJIAN MAKANAN DI KANTIN UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE

TINGKAT KETERLAKSANAAN PEMERIKSAAN KESEHATAN BERKALA DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE KECAMATAN BAYAT KABUPATEN KLATEN

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN, FREKUENSI KONSUMSI DAN SUMBER MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

PENGARUH PENGETAHUAN SANITASI DAN HIGIENE TERHADAP PENGOLAHAN MAKANAN SEHAT KELUARGA LPKK

Kata Kunci : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Pengetahuan, Sikap, Tindakan

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG POLA HIDUP SEHAT SISWA KELAS V DAN VI DI SD NEGERI JANTEN, KECAMATAN TEMON, KABUPATEN KULONPROGO

GAMBARAN ANGKA KUMAN DAN BAKTERI

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan anak. Di negara berkembang, anak-anak menderita diare % dari semua penyebab kematian (Zubir, 2006).

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

GAMBARAN SIKAP TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI DI DESA GONILAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

KUALITAS MIKROBIOLOGIS MAKANAN DAN SIKAP PENJAMAH MAKANAN TENTANG HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN MAKANAN PADA KANTIN SEKOLAH DASAR DI WILAYAH

Pengetahuan Ibu Tentang Jajanan Sehat Anak di Sekolah Dasar Negeri Kelurahan Kedai Durian Kecamatan Medan Johor

Pengaruh Penyuluhan PHBS tentang Cuci Tangan Pakai Sabun terhadap Pengetahuan, Sikap dan Praktik Siswa Kelas V SDN Taman Kota Serang

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK

GAMBARAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SD NEGERI SUROKARSAN II YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

Gambar 1: Perilaku penjaja PJAS tentang gizi dan keamanan pangan di lingkungan sekolah dasar Kota dan Kabupaten Bogor

ABSTRAK DUKUNGAN SEKOLAH BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTEK KEAMANAN PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH DI KANTIN SEKOLAH DASAR KECAMATAN GIANYAR

ABSTRAK. Kata kunci : Tingkat pengetahuan sanitasi makanan, pemilihan tempat makan.

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Sanitasi Lingkungan

I. PENDAHULUAN. Pada era globalisasi keadaan gizi masyarakat yang baik menjadi salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi,

KEMAHIRAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MEDIA LAGU SISWA KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 12 TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mereka sedang dalam puncak pertumbuhan. Pada anak usia sekolah akan terus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

Departemen Kesehatan Lingkungan 2 Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan. Gizi menjadi penting bagi anak sekolah karena selain dapat

FAKTOR RISIKO GIZI LEBIH PADA ANAK UMUR 9-11 TAHUN DI SEKOLAH DASAR MARSUDIRINI SEMARANG TAHUN 2016

Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan 2013

Kata kunci: Perilaku membuang sampah, anak sekolah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lembar Observasi. Hygiene dan Sanitasi Pedagang Minuman Teh Susu Telur (TST) yang Dijual di Kecamatan Medan Area di Kota Medan Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh nilai-nilai individu dan kebiasaan yang dapat. mempengaruhi kesehatan dan psikologis seseorang.

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan pada periode adalah program Indonesia

PENGGUNAAN NATRIUM SIKLAMAT PADA ES LILIN BERDASARKAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PRODUSEN DI KELURAHAN SRONDOL WETAN DAN PEDALANGAN KOTA SEMARANG

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24

Cindy K Dastian 1, Idi Setyobroto 2, Tri Kusuma Agung 3 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal diselenggarakan. makanan dan minuman (UU RI No.

Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur. Padang Bulan Di Kota Medan Tahun Nama : No.

Jurnal CARE, Vol. 3, No. 1, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Sekolah selain

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan

Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 7 / No. 2 / Agustus 2012

Jurnal CARE, Vol. 3, No. 1, 2015

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitik

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI

BAB III METODE PENELITIAN

PENTINGNYA MEMILIH JAJANAN SEHAT DEMI KESEHATAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan media untuk dapat

HYGIENE SANITASI MAKANAN DAN PEMERIKSAAN FORMALIN SERTA BORAKS PADA MAKANAN JAJANAN (OTAK-OTAK) DI KOTA TANJUNGPINANG TAHUN 2013 SKRIPSI OLEH

PENGEMBANGAN MODEL PENDIDIKAN GIZI UNTUK MENCEGAH FOODBORNE DESEASES PADA PENJUAL MAKANAN JAJANAN

BAB I PENDAHULUAN. termasuk debu, sampah dan bau. Masalah kebersihan di Indonesia selalu

KARAKTERISTIK PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENJAMAH MAKANAN TENTANG HIGIENE DAN SANITASI DAN DAYA TERIMA MAKAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

KUESIONER PENELITIAN PERBEDAAN SANITASI PENGELOLAAN RUMAH MAKAN DAN RESTORAN BERDASARKAN TINGKAT MUTU (GRADE A,B DAN C) DI KOTA MEDAN TAHUN 2013

PELAKSANAAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS) DI SD NEGERI 05 KALUMBUK KECAMATAN KURANJI KOTA PADANG JURNAL

Edu Geography 4 (3) (2016) Edu Geography.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atau dikenal dengan kampus induk/pusat, kampus 2 terletak di Jalan Raden Saleh,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Organization/WHO), sekitar 2,2 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya

PENGARUH PENYULUHAN MAKANAN JAJANAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MENGENAI MAKANAN JAJANAN PADA SISWA SD NEGERI DI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

TINGKAT PENGETAHUAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN SEKOLAH PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI SAMBIROTO 2 KECAMATAN KALASAN KABUPATEN SLEMAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi anak sekolah menurut World Health Organization (WHO) yaitu

STUDI IDENTIFIKASI KEBERADAAN Escherichia coli PADA AIR CUCIAN DAN MAKANAN KETOPRAK DI KAWASAN KAMPUS UNDIP TEMBALANG

REGULASI DIRI BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS XI SMA NEGERI 2 SIJUNJUNG

PENGETAHUAN DAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DI TATANAN SEKOLAH PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI SDN JABON 1 MOJOANYAR MOJOKERTO

PRINSIP PENYELENGGARAAN HIGIENE SANITASI MAKANAN DAN TINGKAT PENGETAHUAN SERTA SIKAP PENJAMAH MAKANAN DI LEMBAGA PERMASYARAKATAN KELAS IIA BINJAI

TINGKAT PENGETAHUAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT (PHBS) TERHADAP KEBERSIHAN PRIBADI SISWA KELAS IV dan V SD NEGERI KRATON YOGYAKARTA TAHUN 2015/2016

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU TINGKAT KONSUMSI PADA MASYARAKAT BERBASIS POLA PANGAN JAGUNG DI DESA GETAS, KECAMATAN KALORAN, KABUPATEN TEMANGGUNG

BAB III METODOLOGI PENELTIAN

Transkripsi:

AGROINTEK Volume 6, No.2 Agustus 2012 105 SIKAP MURID DAN PENJUAL MAKANAN JAJANAN TENTANG HIGIENE DAN SANITASI MAKANAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI KELURAHAN RONGTENGAH KECAMATAN SAMPANG Sisca Yanuar Ningtyas, Cahyo Indarto dan Banun Diyah Probowati Program Studi Teknologi Industri Pertanian Faperta UTM Korespondensi : Jl.Raya Telang PO Box 2 Kamal-Bangkalan, Email : cahyo_trunojoyo@yahoo.co.id ABSTRACT Snack foods plays a fairly important role in providing energy and nutritional intake for children of school age. Contributions to the consumption of snack foods of school age accounted for 5.5% and 4.2% protein energy. Snack foods in addition to having these advantages, hawker food was still risk to health because treatment is often not possible hygienic snack food contaminated by toxic microbes. The purpose of this study was to determine the attitudes of students and snack food vendors on hygiene and sanitation in the. This type of research being a descriptive study sites at the Rongtengah Elementary School, Sampang District. The population in this study were elementary school students grades 4, 5 and 6 dengan sample size 77 children of elementary school students and the number of sample snack food vendors totaling 10 people. Survey results revealed that the attitudes of elementary school students about hygiene and sanitation individuals included in either category at 71.43%, while the attitude of snack food vendors on food hygiene and sanitation, including the category of being as much as 80%. Keyword : attitudes of student, hygiene and sanitation and snack foods PENDAHULUAN Tingkat kesehatan seseorang yang dipengaruhi oleh keadaan gizi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas manusia. Peningkatan kualitas hidup manusia perlu didukung oleh penyediaan pangan yang memadai, baik kualitas maupun kuantitas. Pangan merupakan kebutuhan pokok dan sumber utama bagi kehidupan manusia, namun tidak dikelola dengan baik justru akan menjadi media yang sangat efektif dalam penularan beberapa penyakit (Anonimous, 1999). Menurut penelitian Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI (1991), 93% anak sekolah dasar tidak sempat sarapan. Situasi seperti ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain terbatasnya waktu yang tersedia dipagi hari, orang tua yang tidak sempat menyediakan atau anak yang tidak berselera untuk sarapan. Menurut Februhartanty (2004) dari hasil wawancara terhadap pedagang jajanan menunjukkan bahwa para pedagang tidak mengetahui apakah BTP (Bahan Tambahan Pangan) yang digunakan adalah yang dilarang atau tidak oleh pemerintah. Pedagang umumnya menggunakan BTP yang mudah didapat, murah dan dapat memberikan penampilan menarik tanpa mencari tahu apakah itu dapat BTP tersebut dapat membahayakan bagi kesehatan. Selain itu jajanan yang dijajakan umumnya tidak dipersiapkan dengan baik dan bersih. Berdasarkan kondisi seperti tersebut di atas, yaitu permasalahan kurangnya higiene dan individu murid dan penjual jajanan maka hal ini menarik untuk digunakan sebagai obyek penelitian. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul Sikap murid dan penjual jajanan tentang higiene dan sanitasi di sekolah dasar negeri Kelurahan Rongtengah Kecamatan Sampang Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap murid dan penjual jajanan tentang higiene dan sanitasi di Sekolah Dasar Negeri Kelurahan Rongtengah Kecamatan Sampang.

106 Sikap murid dan penjual jajanan...(sisca Y, dkk) METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri yang ada di Kelurahan Rongtengah Kecamatan Sampang, yaitu: SDN Rongtengah 1 Sampang, SDN Rongtengah 2 Sampang, dan SDN Rongtengah 3 Sampang. Peneltian ini dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011. Sampel Siswa Sekolah Dasar Pengambilan sampel di masingmasing Sekolah Dasar dilakukan dengan cara proportional sampling yaitu mengambil sebagian dari jumlah siswa kelas 4, 5 dan 6 di masing-masing sekolah dasar negeri Kelurahan Rongtengah Kecamatan Sampang. Populasi penelitian ini adalah murid kelas 4, 5 dan 6 di ketiga sekolah dasar Kelurahan Rongtengah (Tabel 1). Tabel 1. Gambaran Populasi Penelitian SDN Kelas (siswa) 4 5 6 Total Rongtengah 1 47 43 49 139 Rongtengah 2 35 39 39 113 Rongtengah 3 31 30 31 92 Jumlah Total 344 Jumlah Populasi pada ketiga Sekolah Dasar Negeri Rongtengah tersebut adalah 344 orang. Sampel yang diambil dalam penelitian untuk mewakili populasi menggunakan rumus (Notoatmojo, 2002) : N = N 1 + N (d²) dimana : N = Besar populasi n = Besar Sampel d = Tingkat kepercayaan / ketetapan yang digunakan (0,1) maka : n = 344 1 + 344 (0,1²) n = 77,47 77 siswa Hasil perhitungan diperoleh jumlah sampel yang akan diambil sebanyak 77 siswa. Pengambilan sampel di masing-masing sekolah dilakukan dengan cara propotional sampling. Hasil perhitungan sampel ditunjukkan pada Tabel 2 & 3. Tabel 2. Jumlah sampel pada masing-masing sekolah Sekolah SDN Rongtengah 1 SDN Rongtengah 2 SDN Rongtengah 3 Jumlah Total Jumlah Sampel 31 siswa 25 siswa 21 siswa 77 siswa Tabel 3. Jumlah Sampel per Kelas SDN Kelas (siswa) 4 5 6 Total Rongtengah 1 10 9 11 30 Rongtengah 2 8 9 9 26 Rongtengah 3 7 7 7 21 Jumlah Total 77 Pedagang jajanan Semua pedagang jajanan yaitu semua pedagang yang menjajakan jajanan di sekitar sekolah di masingmasing sekolah dasar negeri, dijadikan obyek penelitian. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara random sampling terhadap siswa Sekolah Dasar kelas 4, 5 dan 6 Sekolah Dasar Negeri yang ada di Kelurahan Rongtengah Kecamatan Sampang. Pengambilan sampel tidak dilakukan untuk pedagang namun semua pedagang di observasi langsung. Metode Pengumpulan Data Data primer adalah data yang diperoleh peneliti dari hasil wawancara dengan menggunakan kuisioner dan observasi langsung. Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara mengambil data yang telah ada pada arsip sekolah dasar tersebut berupa data jumlah seluruh siswa kelas 4, 5 dan 6 serta data lain yang dibutuhkan dalam penelitian. Parameter Penelitian Derajat sikap dari siswa sekolah dasar diukur dengan menjumlahkan skor tiap pertanyaan kuisioner. Jawaban: A memiliki skor 3 B memiliki skor 2 C memiliki skor 1 Berdasarkan skor yang diperoleh maka sikap dapat dikategorikan menurut Pratomo (1990) yaitu:

AGROINTEK Volume 6, No.2 Agustus 2012 107 1. Sikap baik bila skor jawaban > 75% 2. Sikap sedang bila skor jawaban 40% -75% 3. Sikap kurang bila skor jawaban < 40% Analisis Data Data yang didapat dari kuisioner kemudian dianalisis kevalidannya dan diuji reliabilitasnya, selanjutnya data dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan software SPSS 16. HASIL DAN PEMBAHASAN Sikap Murid Sekolah Dasar Tentang Higiene Individu Sikap murid dalam membeli jajanan dengan melihat kebersihan dari penjual, menunjukkan sebanyak 48,05% responden selalu memperhatikan kebersihan dari penjual. Murid yang kadang-kadang memperhatikan kebersihan dari penjual sebesar 40,26%. Murid yang tidak memperhatikan kebersihan dari penjual hanya sebesar 11,69% (Tabel 4). Tabel 4. Pertimbangan sikap murid sekolah dasar tentang higiene individu. No Pertimbangan 1 Pertimbangan kebersihan dari penjual 2 Pertimbangan kebersihan dari tempat penjual 3 Pertimbangan kebersihan dari peralatan penjual 4 Pertimbangan membeli dengan wadah yang tertutup 5 Pertimbangan membeli dengan mencuci tangan terlebih dahulu 6 Pertimbangan memakan dengan alat bantu sendok 7 Pertimbangan responden yang memotong kuku secara teratur Ket: KK = Kadang-kadang Tdk = Tidak Persentase (%) Ya KK Tdk 48,05 40,26 11,69 57,14 29,87 12,99 44,15 35,06 20,79 57,14 32,46 10,4 51,95 41,56 6,49 23,37 55,84 20,79 79,22 19,48 1,3 Pertimbangan kebersihan tempat penjualan, murid sekolah dasar dalam membeli menunjukkan bahwa sebagian besar (57,14%) murid telah mempertimbangkan kebersihan penjual sebelum membeli jajan. Murid yang cukup mempertimbangkan kebersihan penjual sebelum membeli jajan sebanyak 29,87%, sedangkan murid yang tidak mempertimbangkan tentang kebersihan penjual hanya sebanyak 12,99%. Berdasarkan pertimbangan kebersihan dari peralatan penjual diperoleh gambaran bahwa sebagian besar (44,15%) murid selalu mempertimbangkan kebersihan peralatan penjual sebelum membeli. Murid juga kadang kadang mempertimbangkan kebersihan dari peralatan penjual sebelum membeli yaitu sebesar 35,06%. Sedangkan 20,79% murid tidak pernah mempertimbangkan kebersihan peralatan dari penjual sebelum membeli jajanan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar murid telah menyadari akan pentingnya kebersihan dari peralatan penjual terhadap kesehatan. Prilaku murid tentang membeli jajanan yang tertutup wadahnya dapat diperoleh gambaran bahwa sebanyak 57,14% murid selalu membeli tertutup wadahnya. Murid yang kadangkadang membeli jajanan yang tertutup wadahnya hanya sebesar 32,46%. Sedangkan murid yang tidak pernah membeli tertutup wadahnya sebesar 10,4%. Hal ini menunjukkan bahwa murid Sekolah Dasar Negeri Kelurahan Rongtengah telah mengerti akan higiene dan sanitasi sehingga sebagian besar murid sekolah dasar lebih memilih jajanan yang tertutup wadahnya. Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan jajanan yaitu sebesar 51,95% murid selalu mencuci tangan sebelum makan jajanan. Sebesar 41,56% murid juga terkadang mencuci tangan sebelum makan jajanan. Sebanyak 6,49% murid tidak pernah mencuci tangan sebelum makan jajanan. Kebiasaan mencuci tangan dari 77 orang murid, sebanyak 40 (57,14%) murid selalu mencuci tangan sebelum makan jajanan. Sikap murid tersebut

108 Sikap murid dan penjual jajanan...(sisca Y, dkk) berkaitan dengan kebiasaan murid yang kadang-kadang memakai alat bantu sendok saat makan sehingga murid mencuci tangannya terlebih dahulu sebelum makan. Murid mengaku disaat makan kadang-kadang memakai sendok, itu pun kalau tempat penjual sudah menyediakan sendok. Murid menganggap perlu mencuci tangan sebelum makan karena murid berpikir bahwa dengan mencuci tangan, murid akan terhindar dari berbagai macam penyakit sepertu diare. Menurut Denny (2008), kebiasaan mencuci tangan ini perlu diperkenalkan sejak dini, karena banyak mikroorganisme yang mengkontaminasi melalui tangan yang kotor. Penggunaan alat bantu sendok atau penjepit ketika makan jajanan menunjukkan hasil sebagian besar (55,84%) murid kadang-kadang memakai alat bantu sendok saat makan jajanan. Murid yang selalu memakai sendok saat makan jajanan hanya sebesar 23,37%. Sedangkan murid yang tidak pernah memakai sendok saat makan jajanan hanya sebesar 20,79%. Hal ini menunjukkan bahwa murid belum mengerti akan pentingnya alat bantu sendok saat makan bagi kesehatan individu. Gambaran umum tentang sikap murid tentang higiene dan sanitasi murid sekolah dasar dalam menjaga kesehatan kuku dengan memotong kuku secara teratur yaitu sebagian besar (79,22%) murid selalu memotong kukunya secara teratur. Murid yang terkadang memotong kukunya hanya sebesar 19,48%. Murid yang tidak pernah memotong kukunya hanya sebesar 1,3%. Hal ini menunjukkan bahwa murid sekolah dasar Kelurahan Rongtengah sudah bisa menjaga kebersihan individu dengan cara memotong kuku secara teratur. Secara keseluruhan hasil penelitian tentang sikap murid Sekolah Dasar Negeri Rongtengah terhadap hygiene individu, yang diukur dengan 9 item pertanyaan diperoleh fakta bahwa sikap mereka terhadap hiegine termasuk baik. Hasil penelitian secara detail tentang sikap murid sekolah dasar terhadap higiene individu ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5. Sikap murid tentang higiene individu. No Sikap Jumlah Persentase (%) 1 Baik 55 71,43 2 Sedang 22 28,57 3 Kurang - - Jumlah 77 100 Tabel 5. menunjukkan bahwa sebanyak 55 responden dari 77 responden (71,43%), memiliki sikap higiene individu yang baik. Sikap murid tentang higiene individu yang baik adalah apabila persentase jumlah skor responden dibagi dengan jumlah skor maksimal lebih dari 75%. 22 responden (28,57%) yang diteliti memiliki sikap higiene individu yang sedang. Sikap murid tentang higiene individu sedang adalah apabila persentase jumlah skor responden dibagi dengan jumlah skor maksimal yaitu antara 40% - 75%. Sikap murid sekolah dasar kelurahan rongtengah tentang higiene individu dapat dikatakan baik. Sikap Penjual Makanan Jajanan tentang Higiene dan Sanitasi Makanan. jajanan dalam membeli bahan selalu mengutamakan kualitas dari pada kuantitas dalam membeli bahan dapat ditunjukkan pada Tabel 6. Sebagian besar penjual (70%) kadang-kadang mengutamakan kualitas dari pada kuantitas dalam pemilihan bahan. Sebanyak 20% penjual selalu mengutamakan kualitas dari pada kuantitas dalam pemilihan bahan. Sebanyak 10% penjual tidak pernah mengutamakan kualitas dari pada kuantitas dalam pemilihan bahan. Hal ini menunjukkan bahwa penjual tidak mengerti tentang pentingnya kualitas bahan terhadap higiene dan sanitasi. Tabel 6. Pertimbangan sikap penjual jajanan tentang higiene dan individu. No Pertimbangan 1 Pertimbangan penjual mengutamakan kualitas dari pada kuantitas dalam pemilihan bahan 2 Pertimbangan penjual mencuci bahan dibeli dipasar 3 Pertimbangan penjual Persentase (%) Ya KK Tdk 20 70 10 70 20 10 90-10

AGROINTEK Volume 6, No.2 Agustus 2012 109 menyimpan yang sudah diolah ditempat khusus 4 Pertimbangan penjual membersihkan tempat berjualan dan tetap menangani saat batuk dan pilek 5 Pertimbangan penjual menjaga kesehatan kuku dengan memotong kuku secara teratur 6 Pertimbangan penjual mencuci tangan sebelum dan sesudah menangani 7 Pertimbangan penjual mencuci peralatan dengan bahan pembersih seperti sabun 8 Pertimbangan penjual menggunakan air untuk mencuci peralatan yang digunakan berulangulang 9 Pertimbangan penjual membuang sampah kedalam tempat sampah 10 Pertimbangan penjual menggunakan alat bantu saat menjamah 11 Pertimbangan penjual sambil bercerita saat menangani - 90 10 10 90-10 10 80-20 80 20 60 20 20 60 20 50 30 20 80 20 - Ket: KK = Kadang-kadang Tdk = Tidak Sikap penjual jajanan selalu mencuci bahan dibeli dari pasar, maka dapat dijelaskan bahwa sebagian besar 70% penjual selalu mencuci bahan dibeli dari pasar. Penjual kadang-kadang mencuci bahan nya yang dibeli di pasar sebesar 20%. Penjual tidak pernah mencuci bahan dibeli di pasar hanya sebesar 10%. Penjual jajanan menyimpan sudah diolah di tempat khusus yaitu sebesar 90% penjual selalu menyimpan sudah diolah di tempat khusus sedangkan sebesar 10% penjual tidak pernah menyimpan sudah diolah di tempat khusus. Hal ini menunjukkan bahwa penjual sudah mengerti akan pentingnya higiene dan sanitasi bagi kesehatan. jajanan selalu membersihkan tempat berjualannya dan tetap menangani akan dijual saat menderita batuk dan pilek yaitu sebesar 90% penjual kadang-kadang membersihkan tempat berjualan dan kadang-kadang tetap menangani akan dijual saat menderita batuk dan pilek. Sedangkan sebesar 10% penjual tidak pernah membersihkan tempat berjualan dan tidak menangani akan dijual saat menderita batuk dan pilek. Sikap penjual jajanan dalam menjaga kesehatan kukunya dengan memotong kuku secara teratur dapat dijelaskan bahwa sebesar 90% penjual kadang-kadang menjaga kesehatan kuku dengan memotong kuku secara teratur dan sebesar 10% penjual selalu memotong secara teratur untuk menjaga kesehatan kukunya. jajanan dalam menangani dengan mencuci tangan sebelum dan sesudahnya yaitu sebagian besar (80%) penjual tidak pernah mencuci tangan sebelum dan sesudah menangani. Penjual selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah menangni sebesar 10%. Penjual kadangkadang mencuci tangan sebelum dan sesudah menangani hanya sebesar 10%. Sikap penjual jajanan dalam mencuci peralatan dengan bahan pembersih seperti sabun dapat dijelaskan bahwa sebagian besar (80%) penjual tidak pernah mencuci peralatan dengan bahan pembersih seperti sabun. Penjual yang kadang-kadang mencuci peralatan dengan bahan pembersih sabun hanya sebesar 20%. jajanan dalam penggunaan air untuk mencuci peralatan yang digunakan berulangulang yaitu sebagian besar (60%) penjual kadang-kadang menggunakan air untuk mencuci peralatan yang digunakan berulang-ulang. Penjual selalu menggunakan air untuk mencuci peralatan secara berulang-ulang sebesar 20%. Sebanyak 20% penjual tidak pernah

110 Sikap murid dan penjual jajanan...(sisca Y, dkk) menggunakan air untuk mencuci peralatan secara berulang-ulang. Sikap penjual jajanan membuang semua sampah ke dalam tempat sampah dapat dijelaskan bahwa sebagian besar (60%) penjual kadang-kadang membuang sampah ke dalam tempat sampah. Penjual selalu membuang semua sampah ke dalam tempat sampah sebesar 20% dan hanya 20% penjual yang tidak pernah membuang sampahnya ke dalam tempat sampah. Sikap penjual jajanan memakai alat bantu ketika menjamah yaitu sebagian besar (50%) penjual selalu menggunakan alat bantu saat menjamah. Penjual kadang-kadang menggunakan alat bantu saat menjamah sebesar 30%. Sebesar 20% penjual tidak pernah menggunakan alat bantu saat menjamah. jajanan sambil bercerita saat menangani dapat dijelaskan bahwa sebagian besar penjual selalu bercerita saat menangani yaitu sebesar 80% sedangkan penjual yang kadang-kadang bercerita saat menangani hanya sebesar 20%. Dari 10 orang responden penjual tentang sikap penjual terhadap higiene dan sanitasi dapat ditunjukkan pada Tabel 7. Tabel 7. Sikap penjual terhdap higiene dan sanitasi. No Sikap Jumlah Persentasi (%) 1 Baik 2 20 2 Sedang 8 80 3 Kurang - - Jumlah 10 100 Tabel 7. menunjukkan bahwa sebanyak 2 responden dari 10 responden (20%) memiliki sikap higiene dan sanitasi terhadap baik. Sikap penjual tentang higiene dan sanitasi baik adalah apabila persentase jumlah skor responden dibagi dengan jumlah skor maksimal lebih dari 75%. 8 responden (80%) yang diteliti memiliki sikap higiene dan sanitasi terhadap sedang. Sikap penjual tentang higiene dan sanitasi sedang adalah apabila persentase jumlah skor responden dibagi dengan jumlah skor maksimal yaitu antara 40% - 75% sehingga sikap murid Sekolah Dasar Kelurahan Rongtengah tentang higiene individu dapat dikatakan baik. Korelasi Antara Usia Responden dan Sikap Sanitasi Higiene Individu Murid Korelasi antara usia responden murid dengan sikap sanitasi higiene individu di Sekolah Dasar Negeri Kelurahan Rongtengah dilakukan berdasarkan analisis korelasi pearson dengan uji dua arah dengan tingat signifikansi 0,01. Korelasi antara umur responden murid dengan sanitasi higiene individu murid adalah 0,000. Hal ini berarti ada hubungan yang sangat signifikan antara sikap higiene individu murid karena nilai signifikansi hasil uji korelasi pearson < 0,05. Nilai koefisien korelasi pearson sebesar 0,461. Hal ini menunjukkan hubungan yang positif dan cukup kuat antara umur murid dengan sanitasi higiene individu karena nilai koefisien korelasi > 0,25 0,5. Kolerasi antara umur responden murid dengan sanitasi higiene individu murid menunjukkan bahwa semakin bertambah usia responden maka mengindikasikan semakin bertambahnya baik pula sikap terhadap sanitasi dan higiene. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian yang berjudul sikap murid dan penjual tentang higiene dan sanitasi di Kelurahan Rongtengah Kecamatan Sampang adalah sebagai berikut : 1. Sikap murid di SDN Rongtengah 1, 2 dan 3 terhadap higiene individu sudah termasuk dalam kategori baik. Sebanyak 55 responden dari 77 responden (71,43%), memiliki sikap higiene individu yang baik. Sikap murid tentang higiene individu, termasuk kategori baik adalah apabila persentase jumlah skor jawaban murid dibagi dengan jumlah skor maksimal lebih dari 75%. Terdapat hubungan yang sangat signifikan, positif dan cukup kuat antara umur murid dengan sikap higiene individu murid. 2. Sikap penjual jajanan di sekitar SDN Rongtengah 1, 2 dan 3 terhadap hygiene individu dan sanitasi termasuk dalam

AGROINTEK Volume 6, No.2 Agustus 2012 111 kategori sedang. Sebanyak 8 responden dari 10 responden (80%) memiliki sikap higiene dan sanitasi terhadap yang sedang. Sikap penjual tentang higiene dan sanitasi sedang adalah apabila persentase jumlah skor responden dibagi dengan jumlah skor maksimal yaitu antara 40% - 75%. Saran Saran yang dapat diusulkan berkaitan dengan sikap higiene dan sanitasi individu yaitu sebagai berikut : 1. Pihak sekolah adalah pihak yang paling efektif untuk menanamkan kesadaran higiene dan sanitasi pada murid sejak dini. 2. Perlu pembinaan maupun penyuluhan bagi pedagang di sekitar sekolah untuk menyadari pentingnya higiene dan sanitasi yang baik, dengan demikian dapat bersinergi dalam menanamkan sikap higiene dan sanitasi kepada murid. DAFTAR PUSTAKA Anonimous. 1999. Indonesia Sehat 2010. Jakarta: Departemen Kesehatan. Anonimous. 2007. Sanitasi dan Higiene. Jakarta: Departemen Kesehatan. Alimentarius. 1994. Higiene. Jakarta: Universitas Indonesia. Anwar S. 1989. Sanitasi Makanan Pada Institusi Tenaga Sanitasi. Jakarta. Februhartanty. 2004. Amankah Makanan Jajanan Anak Sekolah di Indonesia?. http://www.gizi.net. Diakses tanggal 6 Juli 2011. Ghozali I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro. Hadioetomo R. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Harper. 1989. Pangan, Gizi dan Pertanian. Jakarta: Universitas Indonesia. Iriyanto DP. 2008. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung: CV. Yrama Widya. Notoatmojo. 2002. Teknik Sampling Untuk Survei dan Eksperimen. Jakarta: Rineka Cipta.