Konservasi Tanah dan Air di Bantaran Sungai Kampus II UIN SGD Bandung. Iwan Setiawan( dan Agung R

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

kuantitas sungai sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan iklim komponen tersebut mengalami gangguan maka akan terjadi perubahan

Metode Konservasi Sungai yang Tercemar Agung dan Shintia Rahmat

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG S U N G A I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 63/PRT/1993 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG S U N G A I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU,

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KRITERIA DAN TIPOLOGI PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PENGENDALIAN DAN PERLINDUNGAN SEMPADAN SUNGAI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan tempat atau habitat suatu ekosistem keairan terbuka yang berupa alur jaringan pengaliran dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PRT/M/2015 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991 Tentang : Sungai

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017 ANALISA PENYEBAB BANJIR DAN NORMALISASI SUNGAI UNUS KOTA MATARAM

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB VII PERENCANAAN a Konsep Ruang

Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR

BAB II RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BINJAI. 2.1 Penggunaan Lahan Di Kota Binjai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 27 TAHUN 2001 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI

SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG PENETAPAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TIPOLOGI EKOSISTEM DAN KERAWANANNYA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 63/PRT/1993 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA BANJARMASIN

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta

19 Oktober Ema Umilia

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu unsur penting yang mendukung kehidupan di alam

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

BUPATI ACEH TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 39 TAHUN 2001 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. bawah tanah atau disebut sebagai underground river, misalnya sungai bawah tanah di

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas lingkungan hidup di Indonesia sekarang ini mulai sangat

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMANDAU,

4.17 PERENCANAAN DAN PEMETAAN GARIS SEMPADAN KALI SEMEMI

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kota-kota seluruh dunia.

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN WADUK SERMO

ARAHAN PENATAAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI KANDILO KOTA TANAH GROGOT KABUPATEN PASIR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Standar kelayakan

I. PENDAHULUAN. Keberadaan ruang terbuka hijau saat ini mengalami penurunan yang

KEANEKARAGAMAN HAYATI (BIODIVERSITY) SEBAGAI ELEMEN KUNCI EKOSISTEM KOTA HIJAU

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2010

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA CIMAHI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam

JUDUL OBSERVASI ALIRAN DAS BRANTAS CABANG SEKUNDER BOENOET. Disusun oleh : Achmad kirmizius shobah ( )

1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Jawa Barat (Berita Negara Tahun 1950);

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini berbagai Negara mulai merespon terhadap bahaya sampah plastik, terutama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3Perubahan tutupan lahan Jakarta tahun 1989 dan 2002.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dr. EDWARD Saleh FORUM DAS SUMATERA SELATAN 2013

KAJIAN PEMANFAATAN DAERAH SEMPADAN SUNGAI TUKAD PAKERISAN

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

Pemberdayaan Lingkungan untuk kita semua. By. M. Abror, SP, MM

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN SUMBER AIR BAKU

BAB I PENDAHULUAN. pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia di. tsunami, banjir, tanah longsor, dan lain sebagainya.

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.4

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,

PEMANFAATAN SUMBER MATA AIR DALAM KAWASAN HUTAN

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

Penentuan Lokasi Alternatif Kawasan Hijau Binaan Di Jakarta Barat

A. Pemanfaatan Air Sungai Citarum oleh Perusahaan Daerah Air Minum Tirta. Raharja Kabupaten Bandung Berdasarkan Hukum Positif di Indonesia

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.2 Latar Belakang Permasalahan Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik

Transkripsi:

Konservasi Tanah dan Air di Bantaran Sungai Kampus II UIN SGD Bandung Iwan Setiawan( iwansetiawan3396@gmail.com) dan Agung R Abstrak Peningkatan jumlah fasilitas fisik kota merupakan suatu faktor yang mendorong perkembangan kota semakin pesat. Salah satu contohnya adalah pembangunan gedung untuk Pendidikan. Jumlah luas lahan Kampus II UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang berlokasi di Jalan Soekarno-Hatta seluas 29 ha yang di sekelilingnya terdapat bantaran sungai yang dimana aliran sungai tersebut mengair lahan-lahan yang dipakai masyarakat untuk bertani. Pemanfaatan kawasan yang tidak terawasi seperti Kawasan Tepi Air Sungai (KTAS) atau yang lebih umumnya bantaran sungai merupakan salah satu masalah yang dihadapi di wilayah ini. Saat ini pemanfaatan KTAS cenderung tidak terkontrol penggunaan ruang, kepadatan, serta fungsi ekologis yang mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan fisik serta kualitas air sungai. Pada dasarnya upaya sadar terhadap KTAS memang harus segera ditumbuhkan hal ini bertujuan untuk masa depan lingkungan dan masa depan masyarakat tentunya.upaya penataan KTAS sebagai suatu bentuk upaya intervensi fisik harus memperhatikan keberlanjutan kehidupan sosial, budaya dan ekologi kawasan. Kerusakan disekitar bantaran sungai dapat diakibatkan oleh pengikisan aliran air dan aktivitas manusia yaitu dengan pembuangan sampah, material dan penggurukan untuk melindungi tempat tinggal. Upaya pencegahan timbulnya kerusakan bantaran sungai dapat dilakukan dengan melarang kegiatan pembuangan sampah dan material sehingga menyebabkan kerusakan bantaran sungai, melarang dan menindak pihak yang menggunakan bantaran sungai untuk bangunan tempat tinggal, melindungi bantaran sungai secara teknis dengan pembetonan dan secara vegetasi yaitu dengan penanaman pohon supaya tahan terhadap proses pengikisan. Kata kunci : Konservasi, Sungai, Pencemaran, Lingkungan, Ekologis, Pembangunan A. Pendahuluan Perkembangan modernisasi belakangan ini berkembang begitu pesat misalnya saja perkembangan dalam bidang pembangunan. Pembangunan gedung-gedung bertingkat pada suatu lahan di perkotaan sangat tinggi untuk saat ini. Peningkatan jumlah fasilitas fisik kota merupakan suatu faktor yang mendorong perkembangan kota semakin pesat. Salah satu contohnya adalah pembangunan gedung pendidikan dalam hal ini dalah gedung Pendidikaan

UIN Sunan Gunung Djati Bandung atau disebut gedung Kampus II UIN Bandung yang berlokasi di jalan Soekarno Hatta yang memiliki luas lahan mencapai 29 ha dan baru dibangun 3 gedung. Lahan seluas 29 ha dan baru dibangun 3 gedung yaitu gedung pendidikan, Gedung Pasca Sarjana dan Gedung Laboratorium Pendidikan. Dari lahan sisanya yang belum di bangun adalah lahan budidaya yang sebagian dipakai untuk lahan Praktikum mahasiswa danbiasanya untuk penelitian, selain dipakai untuk mahasiswa sebagian lahannya pun dijadikan tempat budidaya oleh warga setempat digunakan sebagai lahan sawah, dan tanaman pangan lainnya. Salah satu faktor penentu keberhasilan pertanian adalah lahan digunakan untuk budidaya tanaman adalah kondisi tanah. Land as medium for growing plants and keep animal alive. Prophet Muhammad was successfully encouraged his companions to cultivate idle land (ihya al-mawat) to yield crops for foods (Subandi, 2012). Akan tetapi setelah ada pembangunan gedung keadaan tanah dan iklim disana menjadi berubah. Suhu disana sangat panas dan tanah nya pun menjadi kurang subur. Alih fungsi kawasan konservasi menjadi kawasan budidaya sudah saatnya menjadi perhatian serius untuk menanggulangi dampak perubahan iklim. B. Bahan dan Metode Penentuan lokasi pengamatan yaitu di Kampus II UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang berlokasi di jalan Soekarno-Hatta, daerah yang di amati yaitu bantaran sungai sebelah timur dari lahan budidaya (sawah). Metode yang dilakukan yaitu mengumpulkan data dan mencatat permasalahan yang terjadi di sekitar bantaran sungai tersebut secara Survai on the spot. Setelah itu data dikumpulan dan dijadikan data primer atau sebagai fakta dan data sekunder lainnya didapat dari jurnal-jurnal ilmiah.. C. Hasil dan Diskusi a. Konservasi Tanah dan Air di Bantaran sungai Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan. Bantaran sungai adalah lahan pada kedua sisi sepanjang palung sungai dihitung dari tepi sampai dengan kaki tanggul sebelah dalam (Suharti, 2004). Sebagian lahan yang belum dibangun gedung dimanfaatkan oleh warga untuk dijadikan lahan budidaya seperti sawah, dan tanaman pangan lainnya. Karena dijadikan sawah otomatis diperlukan irigasi untuk mengairi sawah tersebut, warga menggunakan air irigasi dari sungai yang terdapat di dekat lahan.

Kondisi yang terjadi pada saat ini adalah pemanfaatan KTA yang semakin tidak terkendali, baik dari sisi kualitas maupun kuantitasnya. Pemanfaatan kawasan yang tidak terawasi seperti Kawasan Tepi Air Sungai (KTAS) atau yang lebih umumnya bantaran sungai merupakan salah satu masalah yang dihadapi di wilayah ini yang memilki aliran sungai. (Gambar 1) Gamabr 1. Gamabr Kondisi 1 Kondisi Sungai Sungai Tercemar Sebagaimana yang terlihat digambar 1 dimana kondisi sungai di bantaran sungai Kampus II UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang berlokasi di jalan Soekarno-Hatta terlihat sangat memprihatinkan dimana sungai dengan kondisi dipenuhi sampah-sampah plastik yang notabenenya sulit terurai dan sangat menghambat aliran air. Pada dasarnya upaya sadar terhadap KTAS memang harus segera ditumbuhkan hal ini bertujuan untuk masa depan lingkungan dan masa depan masyarakat pula tentunya. Pada saat ini pemanfaatan KTAS cenderung tidak terkontrolnya penggunaan ruang, kepadatan, serta fungsi ekologis yang mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan fisik serta kualitas air sungai. Kerawanan bahaya banjir dan tanah longsor serta yang sangat mencolok disana adalah pembuangan sampah rumah tangga yang mencemari sumber daya air sungai. Upaya penataan KTAS sebagai suatu bentuk upaya intervensi fisik harus memperhatikan keberlanjutan kehidupan sosial, budaya dan ekologi kawasan. (Wikantiyoso, 2010) Dari pengamatan lokasi kondisi disana sudah sangat kumuh sepanjang aliran sungai penuh dengan sampah rumah tangga, dan akibat dari pencemaran itu kualitas air menjadi menurun dilihatpun warna air di sungai tersebut sangat kotor keruh, sedangkan aliran air sunagi tersebut yang digunakan warga sekitar untuk mengairi lahan budidayanya seperti sawah dan lahan budidaya lainya. Hal inilah yang menjadi perhatian penting pengamat untk mencari solusi bagaimana arahan atau prinsip untuk fungsi KTAS yang mampu menjaga

kelestarian lingkungan tepi aliran sungai. Dalam hal ini masyarakat harus terlibat dalam implementasi arahan serta prinsip untuk menjaga kelestarian lingkungan. b. Pencegahan Kerusakan Bantaran Sungai Kerusakan disekitar bantaran sungai dapat diakibatkan oleh pengikisan aliran air dan aktivitas manusia yaitu dengan pembuangan sampah, material dan penggurukan untuk melindungi tempat tinggal. Menurut Suharti (2004) pencegahan timbulnya kerusakan bantaran sungai dapat dilakukan dengan : 1) Melarang kegiatan pembuangan sampah dan material sehingga menyebabkan kerusakan bantaran sungai. 2) Melarang dan menindak kepada orang atau pihak yang menggunakan bantaran sungai untuk bangunan tempat tinggal. 3) Melindungi bantaran sungai secara teknis dengan pembetonan dan secara vegetasi yaitu dengan penanaman pohon supaya tahan terhadap proses pengikisan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dari ketiga upaya-upaya tersebut dirasa no 1 dan 2 sudah dilakukan, hanya saja yang menjadi permasalahannya yaitu di no 3 yaitu pembuangan sampah dan material ke bantaran sungai. Kegiatan membuang sampah ke sungai sudah menjadi hal yang biasa dilakukan oleh masyarakat, inilah yang sulit karena hal tersebut diperlukan kesadaran sendiri dari masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan. Gambar 2. Sungai Tercemar Berat. Tercemarnya air sungai menjadi warna hitam dengan bau yang cukup menyengat.hal ini diisebabkan pada beberapa titik terdapat tempat pembuangan sampah, disepanjang bantaran juga ditemukan beberapa saluran air yang menyalurkan limbah berwarna hitam serta cairan berbusa kedalam sungai. Kondisi air sungai seperti ini menunjukkan penurunan kualitas yang sangat drastis, baik dari pengamatan secara visual maupun pemantauan secara kuantitatif.

D. Kesimpulan Pemanfaatan kawasan yang tidak terawasi seperti Kawasan Tepi Air Sungai (KTAS) atau yang lebih umumnya bantaran sungai merupakan salah satu masalah yang dihadapi di wilayah ini. Saat ini pemanfaatan KTAS cenderung tidak terkontrol penggunaan ruang, kepadatan, serta fungsi ekologis yang mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan fisik serta kualitas air sungai. Pada dasarnya upaya sadar terhadap KTAS memang harus segera ditumbuhkan hal ini bertujuan untuk masa depan lingkungan dan masa depan masyarakat tentunya.upaya penataan KTAS sebagai suatu bentuk upaya intervensi fisik harus memperhatikan keberlanjutan kehidupan sosial, budaya dan ekologi kawasan. Kerusakan disekitar bantaran sungai dapat diakibatkan oleh pengikisan aliran air dan aktivitas manusia yaitu dengan pembuangan sampah, material dan penggurukan untuk melindungi tempat tinggal. Upaya pencegahan timbulnya kerusakan bantaran sungai dapat dilakukan dengan melarang kegiatan pembuangan sampah dan material sehingga menyebabkan kerusakan bantaran sungai, melarang dan menindak pihak yang menggunakan bantaran sungai untuk bangunan tempat tinggal, melindungi bantaran sungai secara teknis dengan pembetonan dan secara vegetasi yaitu dengan penanaman pohon supaya tahan terhadap proses pengikisan E. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih penulis ucapakan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah berjasa membantu penulis selama proses pembuatan paper ini dari awal hingga akhir. Penulis menyadari bahwa Paper ini masih ada hal-hal yang belum sempurna dan luput dari perhatian penulis. Baik itu dari bahasa yang digunakan maupun dari teknik penyajiannya. Oleh karena itu, dengan segala kekurangan dan kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi perbaikan-perbaikan untuk kedepannya. Besar harapan penulis agar kehadiran Paper Konservasi Tanah dan Air ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Daftar Pustaka Sastrawati, Isfa. 2003. Prinsip Perancangan Kawasan Tepi Sungai Tanjung Bunga. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol. 14 No (3) hal 95-117. Planologi ITB Bandung.

Subandi, M. 2012. Science, Technology and Development, Sci., Tech. and Dev., 31 (4): 348-358. Suharti, Titing. 2004. Pengelolaan Sungai, Danau dan Waduk Untuk Konservasi Sumberdaya Air. Sekolah Pasca Sarjana/S3 IPB Bogor. Wikantiyoso, Respati. 2010. Pemanfaatan dan Perancangan Kawasan Tepi Air Sungai Terpadu dan Berkelanjutan Sevagai Subtitusi Pengurangan RTH Kota. Fakultas Teknik Universitas Merdeka Malang