BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mendapatkan layanan yang maksimal, maka suatu jaringan TCP/IP harus memiliki end-to-end path antara pengirim dan penerima pesan, round-trip time antar node yang tidak besar dan probabilitas paket untuk di drop dalam jaringan yang kecil [1] agar dapat bekerja secara optimal [2]. Apabila saat pengiriman paket terdapat router yang tidak berfungsi, maka proses pengiriman paket data yang sedang berlangsung akan terhenti, dan paket data yang sedang dalam proses pengiriman akan di drop [3]. DTN adalah paradigma baru dalam dunia telekomunikasi. DTN mampu bekerja pada jaringan yang tidak memiliki jalur end-to-end, delay yang panjang dan memiliki error rate yang tinggi sehingga mampu menyediakan komunikasi di lingkungan yang tidak mendukung untuk digunakannya jaringan TCP/IP [2].. Dalam DTN, apabila jaringan terputus atau terdapat router yang tidak berfungsi saat dalam perjalanan, maka data akan disimpan dalam node terakhir yang selanjutnya pesan tersebut akan diteruskan ke node berikutnya apabila node berikutnya telah berfungsi normal [3]. DTN memiliki beberapa routing protocol yang mengatur mekanisme penyampaikan pesan dari satu node ke node lain. SCORP adalah routing protocol yang memanfaatkan kedekatan social antar node dan ketertarikan akan suatu konten untuk meningkatkan efisiensi pengiriman data [4]. Dalam Tugas Akhir ini akan dianalisis performansi SCORP dengan parameter pengujian berupa ukuran buffer, ukuran pesan, jumlah node, jumlah interest per node, serta terdapat pengujian SCORP secara source-driven dimana hasil dari pengujian tersebut akan dibandingkan dengan Epidemic dan Spray and Wait. Parameter yang akan dianalisis meliputi message delivery probability, overhead ratio, average latency, dan average energy consumption. 1.2 Penelitian Terkait dan Kontribusi Penelitian
Routing protocol pada DTN sangatlah vital terutama pada MANET yang perangkatnya memiliki keterbatasan sumber daya seperti energi baterai dan kapasitas penyimpanan, sehingga dibutuhkan suatu routing protocol yang mampu melakukan forwarding secara efisien dan efektif. Dalam [5], penulis memperkenalkan Epidemic yang bekerja secara flooding dengan membuat dan mengirimkan salinan pesan kepada setiap node yang ditemuinya dan belum memiliki salinan pesan tersebut dengan tujuan untuk meningkatkan probabilitas pesan yang dibuat bisa sampai di node tujuan. Dalam [6], penulis memperkenalkan Spray and Wait sebagai routing protocol yang mampu mengatasi permasalahan yang dialami oleh node dengan routing Epidemic, yakni konsumsi energi pada node yang besar akibat pengiriman salinan pesan oleh node yang berlebihan sehingga membanjiri jaringan dengan membatasi jumlah salinan suatu pesan maksimum yang dibuat dalam jaringan. Seperti halnya Epidemic, routing pada Spray and Wait tidak memanfaatkan informasi apapun dalam jaringan, semisal sejarah pertemuan antar kedua node, dalam menantarkan pesan menuju ke tujuan [7]. Dalam [4], penulis memperkenalkan SCORP yang merupakan routing protocol yang termasuk ke dalam jenis socialaware content-oriented. SCORP memanfaatkan informasi dalam jaringan berupa tipe konten dari pesan dan ketertarikan (interest) suatu node terhadap pesan tersebut serta durasi interaksi sosial suatu node terhadap node lain yang memiliki ketertarikan terhadap suatu konten pesan. Dalam [4], SCORP telah diteliti performansinya menggunakan CRAWDAD human traces dari 36 node selama 60 hari. Pada paper tersebut, SCORP dibandingkan dengan dlife dan Bubble Rap. Parameter pengujian berupa nilai TTL dan jumlah interest per node. Penelitian tersebut berhasil menyimpulkan bahwa SCORP memiliki keunggulan dari segi delivery probability, latency yang dihasilkan dan jumlah replika pesan yang rendah. Namun pada penelitian tersebut, buffer dari node tidak diperhatikan ukurannya dan dianggap tidak berhingga serta tidak memperhatikan energi yang dikonsumsi oleh perangkat akibat proses transmisi pesan. Padahal, isu utama pada perangkat MANET menyangkut energi dalam proses pengiriman dan penerimaan pesannya [8]. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan performansi SCORP dengan routing protocol
yang sudah terkenal luas dalam DTN, yaitu Epidemic dan Spray and Wait, yang tidak memanfaatkan informasi dalam jaringan untuk proses routing-nya, terhadap variasi ukuran buffer, jumlah user yang diwakili oleh node yang terlibat, dan network load dan diuji performansi SCORP ketika bersifat sourcedriven. Parameter yang di evaluasi dalam penelitian ini adalah delivery probability, overhead ratio, average latency dan average energy consumption. 1.3 Rumusan Masalah Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini akan dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana merancang dan mensimulasikan routing SCORP dengan ONE Simulator? 2. Bagaimana pengaruh ukuran buffer tiap node dalam jaringan DTN, jumlah node yang terlibat, dan besarnya network load terhadap performansi SCORP jika dibandingkan dengan Epidemic dan Spray and Wait? 3. Bagaimana pengaruh penggunaan sifat source-driven terhadap performansi dari SCORP jika dibandingkan dengan Epidemic dan Spray and Wait? 4. Apakah SCORP cocok untuk diimplementasikan pada pengiriman pesan yang bersifat source-driven? 1.4 Tujuan 1. Mendapatkan hasil simulasi routing SCORP menggunakan ONE Simulator. 2. Menganalisis pengaruh ukuran buffer, jumlah node yang terlibat, dan besarnya network load terhadap delivery probability, overhead ratio dan average energy consumption, dan average latency pada SCORP serta membandingkannya dengan performansi Epidemic dan Spray and Wait. 3. Menganalisis dan membandingkan performansi SCORP jika digunakan pada pengiriman pesan bersifat source-driven terhadap Epidemic dan Spray and Wait. 4. Mengetahui apakah SCORP cocok untuk diimplementasikan untuk pengiriman pesan yang bersifat source-driven. 1.5 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini antara lain : 1. Parameter performansi yang dianalisa adalah message delivery probability, average latency, overhead ratio, dan average energy consumption. 2. Node yang digunakan pada saat simulasi berupa pejalan kaki yang membawa smartphone. 3. Bluetooth tidak membutuhkan pairing untuk koneksinya sehingga bersifat auto connect, seperti yang telah diimplementasikan pada [9]. 4. Tidak membahas mengenai prosedur implementasinya, keamanan, autentikasi dan otorisasi pada bluetooth serta keamanan jaringan pada MANET dan DTN. 1.6 Metodologi Penelitian Beberapa metode penelitian yang digunakan penulis adalah sebagai berikut: 1. Studi Literatur Studi literatur yang digunakan pada tugas akhir ini berupa paper, jurnal, artikel dari internet yang berhubungan. 2. Penentuan Parameter Setelah membaca studi literatur yang diperoleh maka langkah selanjutnya adalah menentukan parameter yang akan diuji pada tugas akhir ini. 3. Perancangan Sistem Pada tahap ini akan dibuat skenario perancangan simulasi berdasarkan parameter yang diuji. 4. Simulasi Pada tahap ini akan dilakukan simulasi SCORP untuk mengetahui dan membandingkan performansi kedua routing protocol berdasarkan parameter yang diuji. 5. Analisis Menganalisis dan membandingkan hasil simulasi berdasarkan parameter delivery probability, overhead ratio, average latency dan average energy consumption. 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, dijelaskan mengenai latar belakang, tujuan penelitian, rumusan masalah, batasan masalah, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II BAB III DASAR TEORI Bab ini berisikan teori dasar mengenai MANET, DTN, routing protocol SCORP dan berisikan penjelasan mengenai hal yang berkaitan dengan tugas akhir ini. PERANCANGAN DAN SIMULASI Bab ini berisikan perancangan yang mendukung simulasi MANET berbasis DTN. BAB IV BAB V DATA DAN ANALISIS Bab ini membahas tentang analisis hasil simulasi routing protocol yang diuji untuk mengetahui performansi jaringan. KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dari hasil perancangan dan saran- saran yang berupa tidak lanjut yang bisa dilakukan pada pengembangan selanjutnya.
UNIVERSITAS TELKOM iv