VI. MODEL PENENTUAN PRODUK PROSPEKTIF DAN PASAR POTENSIAL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 3 KONDISI TANAMAN NILAM

V. IMPLEMENTASI EssDSS 01

VIII. MODEL STRATEGI PEMASARAN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

KOPI ANDALAN EKSPOR INDONESIA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil,

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri di Indonesia yang memiliki

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan perusahaan adalah sumber

BAB I PENDAHULUAN. buah, biji maupun dari bunga dengan cara penyulingan dengan uap. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR. tersebut juga menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia.

Perkembangan Ekspor dan Impor Sulawesi Tengah, Oktober 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

Perkembangan Ekspor dan Impor Sulawesi Tengah, September 2017

Pi sang termasuk komoditas hortikultura yang penting dan sudah sejak. lama menjadi mata dagangan yang memliki reputasi internasional.

Market Brief Essential Oil Di Jerman. ITPC Hamburg 2016

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

III METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL

Analisis Perkembangan Industri

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Market Brief. Cengkeh di Jerman

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat

STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS NILAM DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang diakibatkan krisis moneter serta bencana alam yang

V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014

IV. PEMODELAN SISTEM. A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara terbesar penghasil rotan di dunia. Selain itu

BERITA RESMI STATISTIK

TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT MARET 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEPTEMBER 2015

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

III. METODE PENELITIAN. Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. bahwa hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

Transkripsi:

VI. MODEL PENENTUAN PRODUK PROSPEKTIF DAN PASAR POTENSIAL A. Model Pemilihan Produk Prospektif 1. Input Model Pemilihan Produk Prospektif. Model pemilihan produk prospektif ini digunakan untuk menentukan komoditi minyak atsiri prospektif di pasar ekspor dengan menggunakan metode perbandingan eksponensial (MPE) yang digunakan untuk menyaring alternatif dan untuk pembobotan kriteria bagi alternatif menggunakan software Expert Choice 2000. Alternatif merupakan pilihan-pilihan dari hasil akhir sedangkan kriteria merupakan hal yang menentukan seberapa utama alternatif yang ada. Hasil kriteria dan alternatif didapatkan dari wawancara dan studi literatur. Kriteria dan alternatif inilah yang nantinya menentukan pemilihan produk prospektif. Wawancara yang dilakukan berasal dari survei empat orang pakar yang ahli di bidang minyak atsiri yaitu Aryanto (PT. Indesso Aroma) sebagai praktisi, Eddie K. Piyoto (PT. Kryogenia Utama) juga sebagai praktisi, Meika S. Rusli (Akademisi sekaligus praktisi), Yayan Sudaryana (Pihak Pemerintah). Hasil wawancara dengan keempat pakar dan studi literatur berupa delapan kriteria/ faktor yang dijadikan pertimbangan dalam penentuan produk prospektif yaitu : a. Peluang Pasar Peluang pasar menunjukkan prospek permintaan komoditi minyak atsiri di pasar luar negeri untuk prakiraan masa sekarang maupun jangka panjang dengan pegangan dari data masa lalu. b. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Industrialisasi minyak atsiri membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kualifikasi kompetitif di era global. SDM berpengaruh pada produk yang dihasilkan, dibutuhkan orang yang memiliki pengetahuan lebih dalam minyak atsiri. Hal ini nantinya

dapat mempengaruhi dari segi kualitas maupun kuantitas. Di indonesia kendala SDM merupakan faktor serius yang mempengaruhi perkembangan usaha. SDM yang dibutuhkan yaitu yang berkemauan keras, jujur dan memiliki ketrampilan khusus serta menguasai teknologi. c. Ketersediaan sumber daya alam Menggambarkan ketersediaan bahan baku yang tersedia berpengaruh pada jumlah minyak atsiri yang dihasilkan. Ketersediaan sumber daya alam dipengaruhi oleh kondisi geografis maupun perlakuan ketika budidaya. d. Peningkatan devisa Kriteria ini menunjukkan besarnya pemasukan ke kas negara. Semakin besar volume ekspor negara kita maka semakin besar pula devisa negara kita. Diperlukan kerjasama yang saling mendukung antara para stakeholder dan pemerintah. e. Penyerapan tenaga kerja Kriteria ini menunjukkan jumlah tenaga kerja yang terserap oleh agroindustri minyak atsiri ini. Semakin besar suatu industri maka semakin besar pula pelibatan tenaga kerja bisa di bagian produksi, manajemen maupun distribusinya. Dengan majunya suatu industri dan peningkatan tenaga kerja berkorelasi positif terhadap perekonomian negara. Hal ini berlaku pada industri minyak atsiri dengan masih menggunakan teknologi saat ini. f. Teknologi yang digunakan Menggambarkan tingkat teknologi yang digunakan dalam mengembangkan industri minyak atsiri. Hal ini perlu dipertimbangkan, mengingat harus sesuai dengan standar yang berlaku. Teknologi juga mempengaruhi kualitas minyak atsiri yang dihasilkan dan juga nantinya bepengaruh pada harga komoditi. Sebagai contoh bila produsen dan petani itu masih memakai teknologi sederhana, maka minyak atsiri terkadang berbau gosong dan rendemennya kecil. Di negara seperti Borbone, harga mesin pengolahan bisa mencapai Rp. 30 74

miliar per unit pabrik, sementara dengan teknologi sederhana investasinya tidak lebih dari Rp100 juta. g. Distribusi Produk Menggambarkan akses distribusi produk dari produsen hingga ke konsumen merupakan salah satu kriteria yang perlu dipertimbangkan. Semakin lancar akses distribusi produk dan para customer merasa puas sehingga kerjasama jangka panjang diharapkan meningkat seiring dengan tingkat permintaan. h. Kebijakan Pemerintah Menggambarkan kebijakan pemerintah pusat maupun daerah yang mendukung pengembangan dan pemasaran komoditas minyak atsiri. Dari kriteria-kriteria di atas ini akan diberikan penilaian oleh para pakar dari skala 1 sampai 5. penilaian yang dilakukan dengan membobot kriteria/ faktor yang diajukan, kemudian membobot alternatif berdasarkan kriterianya menggunakan expert choice 2000. Gambar 21. Pembobotan kriteria pada Expert Choice 2000 75

Selain kriteria, wawancara dengan para pakar juga menghasilkan alternatif komoditi minyak atsiri yang prospektif di pasar ekspor yaitu minyak nilam, minyak akar wangi, minyak serai wangi, minyak pala, minyak jahe, minyak cengkeh, minyak kayu manis, minyak cendana. Hasil analisa penyaringan ditampilkan kepada user (pengguna) berupa komoditi minyak atsiri prospektif pada pasar ekspor. 2. Output Penyaringan Alternatif Proses Pemilihan Produk Prospektif. Hasil keluaran atau output dengan menggunakan metode Analitycal Hierarchy Process (AHP) menghasilkan pembobotan alternatif yang nantinya mempengaruhi output keluaran produk prospektif yang menggunakan MPE (Metode Perbandingan Eksponensial). Hasil perhitungan dengan menggunakan MPE diperoleh hasil sebagai berikut. Menurut hasil pembobotan kriteria dari pakar : Tabel 8. Pembobotan Kriteria Pada Produk Prospektif. Bobot prioritas Goal Goal: pemilihan produk 1 Peluang Pasar 0,377 5 Ketersediaan SDA 0,185 6 Teknologi yang Digunakan 0,116 4 Penyerapan tenaga kerja 0,088 2 kualifikasi SDM 0,086 3 Peningkatan devisa 0,059 8 Kebijakan Pemerintah 0,047 7 Distribusi Produk 0,042 Rasio inkonsistensi= 0.02 Faktor penting yang berperan dalam pemilihan produk prospektif yang pertama adalah peluang pasar dengan nilai 0,377, disusul oleh ketersediaan SDA 0,185 dan di urutan ketiga adalah teknologi yang digunakan dengan point 0,116. Bisa dikatakan semakin tinggi peluang pasar suatu produk semakin prospektif pula produk tersebut. Peluang pasar bisa bisa jugadiidentikkan dengan seberapa banyak permintaaan ekspor minyak atsiri tersebut dari negara lain. 76

Pada program dapat dilihat hasil alternatif: Gambar 22. Hasil Alternatif Produk prospektif Peringkat pertama yaitu minyak nilam, yang kedua adalah minyak cengkeh yang ketiga adalah minyak akar wangi. Setelah diverifikasi dengan menggunakan metode MPE secara manual diperoleh hasil: Tabel 9. Hasil Akhir Produk Prospektif Alternatif Bobot Konversi bobot Minyak Nilam Minyak Akar Wangi Minyak Serai Wangi Minyak Pala Minyak Jahe Minyak Cengkeh Minyak Kayu Manis Minyak Cendana Peluang Pasar 0,377 5 5 4 4 3 3 5 3 3 Ketersediaan SDA 0,185 4 4 3 3 3 3 3 3 3 Teknologi yang Digunakan 0,116 4 4 3 3 3 3 3 3 3 Penyerapan tenaga kerja 0,088 3 4 3 3 3 3 3 2 3 Kualifikasi SDM 0,086 3 5 4 3 3 3 5 3 2 Peningkatan devisa 0,059 3 3 3 3 3 3 3 3 3 Kebijakan Pemerintah 0,047 3 4 4 3 3 3 3 3 3 Distribusi Produk 0,042 3 4 4 3 4 4 3 3 3 Hasil MPE 3981 1432 1321 577 577 3520 521 521 77

Hasil verifikasi pengolahan memiliki hasil yang sama yaitu tiga produk prospektif teratas yaitu Minyak Nilam dengan nilai 3981. Minyak nilam terbukti yang paling potensial, dari segi peluang pasar minyak nilam dari Indonesia menguasai pasar dunia sebesar 90% dan kualitas yang paling bagus juga ada di Indonesia dengan jenis nilam aceh atau disebut juga Pogostemon cablin Benth. Sampai saat ini belum ada senyawa sintetis yang bisa menggantikan nilam sebagai zat fiksatif kuat pada parfum. Tabel 10. Rata-rata pasar ekspor minyak atsiri Jenis Minyak Atsiri Volume (Kg) Persentase Minyak bergamot 29.678,00 1.094,00 Minyak jeruk 398,86 0,02 Minyak Lemon 829,00 0,03 Minyak lainnya 6.153,29 0,23 Minyak geranium 63,33 0,02 Minyak melati 2,00 - Minyak lavender 335,00 0,01 Minyak peppermint 6.436,50 0,24 Minyak akar wangi 167.859,00 6.188,00 Minyak sereh wangi 202.516,38 7.466,00 Minyak nilam 1.157.117,63 42.659,00 Minyak pala 225.504,00 8.314,00 Minyak kayu manis 233,00 0,01 Minyak Jahe 2.905,00 0,11 Minyak cardamoms 107,60 0,00 Minyak Palmarosa 94,17 0,00 Minyak atsiri lainnya 912.237,86 33.631,00 Total 2.712.470,62 100,000 Biro Pusat Statistik, 2000 Besarnya prosentase ekspor minyak nilam pada tahun 2000 bisa mencapai empat kali lipatnya dibanding yang lain dan terbukti bahwa angka permintaan pasar nilam cukup tinggi. Kendati kontribusi ekspor minyak nilam relatif kecil terhadap devisa total Indonesia, namun perkembangan volume dan nilai ekspor komoditi ini meningkat cukup tajam setiap tahunnya. Bahkan akhir-akhir ini harga jual ekspor nilam di pasaran dunia mencapai US $ 600 per kg yang awalnya US 1.000 per kg. Prospek ekspor komoditi ini pada masa yang akan datang juga masih cukup besar, seiring dengan semakin tingginya permintaan terhadap 78

parfum/kosmetika, trend mode dan belum berkembangnya barang subsitusi essential oil yang bersifat pengikat (fiksasi) dalam industri parfum/kosmetika. Prospek ekspor yang cukup besar ini seharusnya mampu diiringi oleh pengembangan budidaya dan industri minyak nilam di dalam negeri. Usaha pengembangan ini akan lebih berdaya guna bila usaha kecil yang selama ini di kelola secara tradisional bermitra dengan usaha besar yang pada umumnya lebih mengusai pasar ekspor dan telah memiliki kemampuan teknologi budidaya dan industri minyak nilam. Di pasaran minyak atsiri dunia, mutu minyak nilam Indonesia sudah sangat di percaya oleh para konsumen di luar negeri. Hal itu terlihat bahwa porsi minyak nilam Indonesia dipasaran dunia mencapai 89-90% dari pasaran minyak nilam dunia. Disamping itu keunggulan minyak nilam Indonesia di pasaran di tandai dengan tingginya apresiasi harga minyak nilam dari negara lain seperti RRC. Harga minyak nilam Indonesia di pasaran luar negeri berkisar antara US$ 18,75-20,00 per Kg CF (Agustus 1988) dibandingkan dengan yang berkisar antara US$ 17,00/Kg CF dan pada bulan Februari 1989 selisih harga itu semakin tinggi yaitu minyak nilam Indonesia terjual US$ 18,50-18, 75 Kg/CF sedangkan harga jual nilam ex RRC jauh dibawah yaitu US$ 15-16,00 per kg CF. Berdasarkan informasi tahun tahun terakhir ini RRC tidak melakukan ekspor lagi karena kebutuhan minyak nilam dalam negeri mangalami peningkatan seiring dengan perkembangan industri parfum dan kosmetik dalam negerinya sehingga porsi ekspor minyak nilam Indonesia dapat mencapai lebih 90% dari perdagangan luar negeri minyak nilam dunia. Hal ini berarti space market minyak nilam Indonesia makin membesar karena makin kecilnya peranan dari kompetitor (www.bi.go.id). Untuk ketersediaan sumber daya alam (SDA) tanaman nilam termasuk mudah tumbuh di Indonesia, jadi para petani di daerah jawa dan sekitarnya pun bisa membudidayakan nilam aceh ini. Dari segi teknologi masih perlu dikembangkan sama seperti teknologi minyak atsiri yang lain tetapi karena varietas yang Indonesia punya tergolong unggul maka kualitas yang dihasilkan bagus. Karena Indonesia sudah terkenal akan unggulnya 79

atsiri nilam ini hendaknya terus menjaga nama baik di perdagangan ekspor dengan tidak melakukan penipuan yang dapat mencemarkan nama baik Indonesia di mata dunia. Kemudian untuk produk prospektif lainnya diikuti oleh minyak Cengkeh dengan nilai 3.520, Minyak Akar Wangi dengan nilai 1.432. Hasil antara program dengan kalkulasi manual menunjukkan hasil yang sama. Data dari Himpunan Industri Kecil Agro dan Manufaktur mengungkapkan permintaan minyak akar wangi ke Indonesia melalui beberapa trader atau eksportir bisa mencapai 300 ton per tahun atau senilai Rp.120 miliar. Sampai saat ini, pasar luar negeri menyerap produk minyak akar wangi dan cengkeh adalah para pengusaha dari kawasan Asia, Eropa dan Amerika khususnya Negara-negara seperti India, Jepang, Inggris, Belanda dan Amerika Serikat. Peluang ekspor untuk minyak atsiri masih cukup terbuka khususnya untuk kawasan Asia Selatan dan Asia Timur, Eropa Timur dan Amerika Selatan. B. Model Pemilihan Pasar Potensial Model pemilihan pasar potensial digunakan untuk menentukan area pasar potensial dari minyak atsiri. Model ini menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Dalam penyusunan hierarki penentuan strategi dan penentuan alternatif area pasar potensial melalui beberapa tahapan yaitu studi literatur dan wawancara atau konsultasi dengan pakar terkait. Tujuan dari penyusunan hirarki ini adalah memberikan informasi kepada pengguna mengenai alur proses yang akan ditempuh dalam menentukan tujuan dari suatu masalah. Hirarki yang disusun terdiri dari lima level yaitu level pertama yaitu menentukan goal yaitu menentukan pasar ekspor potensial, level kedua adalah faktor atau kriteria yang berperan yaitu pertumbuhan permintaan, kebijakan pemerintah, volume ekspor dan tingkat persaingan. Level ketiga adalah aktoraktor yang berperan yaitu pemerintah, eksportir, buyer, industri intermediate minyak atsiri. Level keempat adalah tujuan seperti pemasukan devisa, peluang pasar yang besar dan kerjasama di bidang minyak atsiri. Level kelima adalah 80

alternatif pasar potensial yaitu Amerika, Eropa, Timur Tengah dan Asia Pasifik.Gambar hirarki terdapat di bawah ini: Penentuan Pasar Potensial Komoditi Minyak Atsiri Pertumbuhan Permintaan Volume Ekspor Tingkat Persaingan Kebijakan pemerintah Buyer Eksportir Pemerintah Industri Intermediate Minyak Atsiri Peluang Pasar Pemasukan Devisa Tingkat Kerjasama di bidang Minyak Atsiri Eropa Amerika Timur Tengah Asia Pasifik Gambar 23. Hirarki Analisa Proses Pemilihan Pasar Potensial Minyak Atsiri Hasil perhitungan dengan menggunakan metode analisa hirarki proses ini berupa urutan prioritas dari tiap elemen di tiap level. Data tiap level diinput terlebih dahulu sehingga didapat nilai total masing-masing elemen yang terdapat dalam masing-masing hirarki. 81

Hasil keluaran yang sudah merupakan output gabungan dari para pakar dari level pertama dengan rasio inkonsistensi 0,05 dengan nilai di bawah ini. Tabel 11. Output level pertama dari AHP Pasar Potensial Terhadap Sasaran Bobot Faktor Pertumbuhan Permintaan 0,17 Kebijakan Pemerintah 0,044 Volume Ekspor 0,571 Tingkat Persaingan 0,215 Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor yang paling berpengaruh yaitu volume ekspor sebagai prioritas utama. Semakin besar volume ekspor maka semakin besar peluang bisnis yang terciptakan. Faktor kedua yang menempati prioritas kedua yaitu tingkat persaingan. Tingkat persaingan tidak hanya terjadi antara eksportir dalam negeri tapi juga antara eksportir negara kita dengan negara lain. Biasanya semakin banyak peluang yang ada eksportir yang bermunculan semakin banyak. Untuk memenangkan persaingan diperlukan nilai tambah. Setiap eksportir/ pengusaha harus memiliki nilai tambah tersendiri. Dalam menjalin hubungan ke customer luar pun kita harus mengutamakan etika dalam berbisnis. Berdasarkan kepercayaan dari pihak customer, bisnis yang tercipta diprediksikan akan bersifat jangka panjang. Faktor berikutnya yang berpengaruh yaitu pertumbuhan permintaan. Kenaikan pertumbuhan permintaan di suatu negara mengindikasikan market yang membesar yang berkorelasi positif dengan besarnya kesempatan. Selain itu juga diperlukan dukungan dari pemerintah melalui kebijakankebijakannya. Elemen berikutnya yaitu elemen aktor yang dipengaruhi oleh empat faktor. Aktor-aktor yang berpengaruh adalah pemerintah, eksportir, buyer dan industri intermediate minyak atsiri. 82

Tabel 12. Output level kedua dari AHP Pasar Potensial Hasil Pembobotan level satu Terhadap faktor pertumbuhan 0,17 Terhadap faktor kebijakan pemerintah 0,044 Terhadap faktor volume ekspor Terhadap faktor tingkat persaingan 0,571 0,215 Hasil pembobotan level dua Bobot Aktor Pemerintah 0,0120 0,025 0,039 0,017 0,093 Eksportir 0,03366 0,0099 0,157025 0,07805 0,279 Buyer 0,09214 0,002904 0,195282 0,051385 0,342 Investor 0,03281 0,006116 0,179294 0,067725 0,286 Pada elemen aktor, yang paling mempengaruhi suatu area sebagai pasar potensial yaitu buyer/ importir yang berarti pertumbuhan permintaan tergantung dari permintaan buyer setiap tahunnya. Dan hal ini tergantung dari trend permintaan minyak atsiri di setiap negara dan umumnya setiap negara memiliki trend yang berbeda. Kemudian di posisi selanjutnya diikuti oleh industri intermediate minyak atsiri, eksportir dan pemerintah. Industri intermediate minyak atsiri dan eksportir memiliki peranan yang besar dalam volume ekspor dalam negeri, dalam hal kualitas dan distribusi. Yang dimaksud dengan industri intermediate minyak atsiri yaitu industri kecil yang mengolah langsung dari para petani penanam tanaman atsiri. Dan para industri ini dalam mengolah produknya juga perlu melihat peluang pasar. Untuk hal ini maka dari pihak pemerintah dalam memberikan informasi maupun kesadaran para pengusaha di masing-masing industri perlu untuk melihat trend pasar. Dari produk minyak atsiri yang terjaga kualitasnya dari tahun ke tahun dan bisa menjaga reputasi sehingga dipercaya pasar dari sinilah permintaan akan ekspor ke pelanggan di negara lain kemungkinan besar juga akan bertambah. Para penyuling pada industri intermediate minyak atsiri perlu tahu akan pengetahuan akan kualitas dan keterampilan dalam mengolah atsiri karena industri intermediate adalah awal rantai dimana bisnis ini dimulai. 83

Maka dari itu hasil combine AHP para pakar menunjukkan industri intermediate memiliki posisi kedua yang penting. Posisi terakhir ditempati oleh pemerintah dimana peranan pemerintah tidak kalah penting dibanding yang lain. Pemerintah memang mendukung para eksportir dalam negeri dalam memperluas bisnisnya di negara-negara lain. Hal ini dilakukan dengan langkah nyata dengan melakukan pameran-pameran di luar negeri. Hal ini tentu saja berkorelasi positif dengan pemasukan devisa. Semakin besar nilai jual yang kita ekspor maka semakin besar pula devisa bagi negara kita. Dalam membuat kebijakan pemerintah peran aktor lain juga diperlukan dalam memberikan saran. Tiap aktor memiliki peranan dan tujuannya masing-masing, para eksportir minyak atsiri mencari tujuan pasar dengan peluang pasar yang besar. Untuk mencapai semua tujuan diperlukan kerjasama dari semua aktor. Tabel 13. Output level ketiga dari AHP Pasar Potensial Terhadap aktor pemerintah Terhadap aktor eksportir Terhadap aktor Buyer Terhadap aktor industri minyak atsiri Hasil pembobotan level dua 0,093 0,279 0,342 0,286 Bobot Tujuan Pemasukan Devisa 0,0505 0,0293 0,04514 0,02974 0,155 Peluang Pasar 0,025668 0,177723 0,255474 0,128986 0,588 Kerjasama di bidang minyak atsiri 0,016833 0,071982 0,041382 0,12727 0,257 Hasil pembobotan level tiga Tujuan peran buyer kurang lebih sama dengan eksportir mencari dan memprediksikan produk minyak atsiri yang memiliki peluang pasar yang besar karena para buyer ini juga nantinya akan menjual ke end of customer maupun industri lainnya. Dalam menciptakan peluang pasar yang besar, salah satu cara dengan menjalin kerjasama antara negara satu dengan negara yang lain, antara 84

perusahaan satu dengan yang lain. Dengan hasil win-win-win solution sebagai contoh Perusahaan Swiss Firmenich yang ingin mengajak kerjasama dengan salah satu pengusaha yang dapat menyediakan vanili secara berkala di suatu negara timbal baliknya pengembangan dan kesejahteraan ke pihak para penyuling akan dibantu oleh Firmenich. Dapat diambil kesimpulan tujuan utama dalam mengekspor minyak atsiri yaitu untuk mencari peluang pasar yang besar sehingga keuntungan yang didapatkan juga besar. Tabel 14. Output level keempat dari AHP Pasar Potensial Wilayah Bobot Peringkat Amerika 0,389 1 Eropa 0,326 2 Timur Tengah 0,078 4 Asia Pasifik 0,208 3 Kriteria-kriteria di atas ditentukan untuk menentukan alternatif area pasar potensial. Alternatif-alternatif tersebut adalah Eropa, Amerika, Asia Pasifik dan Timur Tengah. Hasil dari AHP menunjukkan Amerika memiliki prioritas utama dalam pasar prospektif. Eropa yang memiliki porsi kedua terbesar. Hal ini menunjukkan baik amerika maupun eropa memang pasar yang bagus dalam sasaran ekspor minyak atsiri. Asia Pasifik pun perkembangan permintaannya terus meningkat hal ini bisa dikarenakan asia pasifik terdiri dari negaranegara berkembang yang industrinya semakin lama juga semakin berkembang. Sedangkan dalam mengekspor ke timur tengah pada prakteknya, para eksportir mengalami kesulitan dalam penyediaan dukumen ekspor ke negara-negara tersebut. 85

Secara keseluruhan hasil model di atas dapat dilihat sebagai berikut: Penentuan Pasar Potensial Komoditi Minyak Atsiri Pertumbuhan Permintaan 0,17 Volume Ekspor 0,044 Tingkat Persaingan 0,571 Kebijakan pemerintah 0,215 Buyer 0,342 Eksportir 0,279 Pemerintah 0,093 Industri Intermediate Minyak Atsiri 0,286 Peluang Pasar 0,588 Pemasukan Devisa 0,155 Tingkat Kerjasama di bidang Minyak Atsiri 0,257 Eropa 0,326 Amerika 0,389 Timur Tengah 0,078 Asia Pasifik 0,208 Gambar 24. Hirarki Analytical Hierarchy Process beserta pembobotannya. 86

Hal tersebut didukung dengan data Tabel 15. Tabel Negara Pengimpor Minyak Nilam Negara pengimpor minyak nilam Indonesia Negara Pengimpor Volume (Kg) Nilai (US$ FOB) Amerika Serikat 171.000 2.928.311 Perancis 166.393 2.965.612 Belanda 72.000 1.232.462 Swiss 53.000 870.709 Jerman 49.250 845.161 Singapura 46.600 720.120 Inggris 42.200 764.792 Jepang 29.673 572.286 India 23.915 375.606 Spanyol 18.110 201.413 Hongkong 7.100 124.901 Malaysia 3.800 37.325 Italia 1.000 16.550 Argentina 300 6.124 Dari tabel di atas memang negara Amerika yang memiliki permintaan nilam terbesar diikuti oleh negara-negara lain. Selain Negara Indonesia, sebenarnya RRC merupakan saingan berat Indonesia dalam penyediaan nilam awalnya tetapi karena peningkatan industri yang signifikan di negara tersebut maka atsiri yang dihasilkan lebih banyak untuk industri dalam negeri. Walaupun begitu Indonesia harus tetap gencar mempromosikan komoditi yang satu ini dengan cara menyelenggarakan pameran salah satunya. Pada pameran yang diselenggarakan harus sekaligus juga aktif menjalin kerjasama dengan sejumlah lembaga internasional CBI (Belanda), SIPPO (Swiss), dengan pembelinya diperlukan sarana langsung di airport tanah air. Untuk produk-produk di Indonesia yang nantinya dengan fasilitas 87

ini pembeli akan mudah dipertemukan dengan para perusahaan lokal yang dibutuhkan. Mengumpulkan informasi pasar yang spesifik sesuai produknya di Amerika maupun Eropa. Untuk meningkatkan market share di daerah tersebut diperlukan aksi yang lebih agresif lagi baik bagi eksportir maupun pemerintah. 88