BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu fonologi adalah suatu kajian bahasa dalam hal bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bunyi ujaran yang dimaksud adalah bentukan fonem-fonem yang dirangkai menjadi sebuah kata, kalimat, klausa atau wacana. Penelitian mengenai fonem bahasa Batak Toba ini sangat menarik untuk diteliti karena perbedaan-perbedaan bahasa yang sama dalam lokasi yang berbeda. Dalam kecamatan yang berbeda bisa ditemukan hal-hal yang menunjukkan bahasa itu telah tercemar ataupun terjadi pergeseran bahasa. Penelitian ini adalah suatu langkah dalam pengembangan bahasa yang baik di daerah penelitian itu sendiri tentunya. Hal yang menarik dari pengamatan peneliti sendiri adalah mengapa terjadi suatu pemahaman yang sama padahal kata yang diucapkan penutur itu sendiri berbeda dalam bahasa yang sama yaitu bahasa Batak Toba dan bunyibunyi yang dihasilkan juga mengalami perubahan, ada yang mengalami penambahan fonem dan ada pula yang mengalami pengurangan fonem. Bahasa Batak Toba adalah salah satu bahasa pada suku Batak dari sekian banyaknya bahasa yang ada di daerah Sumatera Utara terutama di Kabupaten Samosir yang digunakan oleh penuturnya. Secara geografis, letak Kabupaten Samosir adalah 2 24-2 45 LU dan 98 21-99 55 BT. Kabupaten Samosir berada di antara tujuh kabupaten, yaitu sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun, di sebelah timur berbatasan dengan
Kabupaten Toba Samosir, di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan, dan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat. Kabupaten Samosir terdiri atas sembilan kecamatan, yaitu Kecamatan Harian, Kecamatan Sianjur Mulamula, Kecamatan Nainggolan, Kecamatan Onan Runggu, Kecamatan Palipi, Kecamatan Pangururan, Kecamatan Ronggur Nihuta, Kecamatan Simanindo, dan Kecamatan Sitiotio. Bahasa ini sudah banyak mengalami pergeseran akibat kemajuan IPTEK sehingga mengakibatkan bahasa Batak Toba itu sendiri menjadi terkontaminasi oleh pemakaian bahasa lain, sebut saja bahasa Indonesia terutama bagi mereka yang tinggal di daerah perkotaan yang memperoleh bahasa Batak Toba sebagai bahasa ibu. Pemakaian bahasa daerah yang baik bukan saja berguna bagi pengembangan serta pertumbuhan bahasa daerah dan kesusastrannya itu sendiri, melainkan juga merupakan alat yang ikut membantu pembinaan unsur kebudayaan Indonesia dan berfungsi sebagai pendukung bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia. Penelitian bahasa daerah merupakan suatu inventarisasi kebudayaan yang amat penting karena kita harus mengetahui kebudayaan yang kita miliki. Dengan tidak mengetahui bahasa suatu masyarakat tentu pemahaman akan kebudayaan masyarakat itu tidak akan dapat diketahui dengan baik. Hal ini bisa terjadi karena penutur asli lebih sering menggunakan bahasa nasional (Indonesia) sebagai bahasa sehari-hari daripada bahasa daerahnya sendiri apalagi bagi seseorang yang sudah pernah keluar dari daerah atau desa di mana dia
dilahirkan maka suatu bahasa mungkin saja hilang atau punah sebab semakin berkurang frekuensi pemakaiannya. Penelitian mengenai bahasa Batak Toba yang telah peneliti amati di daerah Samosir Kecamatan Simanindo sudah mulai tidak sejati lagi karena adanya perkembangan bahasa yang sesuai dengan sifatnya yang dinamis, perkembangan teknologi, kata- kata serapan atau hal yang lain yang menyebabkan bahasa itu bergeser sehingga menimbulkan bunyi yang berbeda atau fonem yang berbeda juga. Misalnya hal itu bisa dilihat dari penggunaan bahasa yang diucapkan masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan atau daerah wisata dengan masyarakat yang tinggal di pedesaan atau daerah-daerah terpencil. Jangankan karena hal-hal tersebut, sekarang bahasa yang diucapkan para orangtua atau penetua-penetua desa sudah sangat berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh generasi muda. Bahasa yang digunakan generasi muda sudah sangat berkembang oleh adanya TV, Internet, atau pun alat-alat elektronik lainnya sedangkan para orangtua tetap memakai bahasa daerahnya (bagi mereka yang tinggal di daerah terpencil). Misalnya pengucapan kata balatuk dengan tangga yang berarti tangga. Anak-anak muda lebih memahami kata tangga dan lebih sering menggunakan kata itu dibandingkan kata balatuk, tetapi para orangtua masih menggunakan kata balatuk karena memang kata itu adalah kata turunan ataupun kata yang lebih akrab bagi mereka. Kata martapian dengan kata maridi yang berarti mandi. Orangtua akan menggunakan kata martapian sedangkan para anak muda lebih menggunakan kata maridi karena kata martapian itu sudah sangat jarang terdengar oleh masyarakat belakangan ini apalagi bagi masyarakat
yang tinggal di daerah perkotaan seperti yang telah peneliti bandingkan di daerah Kecamatan Pangururan. Itu semua terjadi karena adanya kontaminasi bahasa, dialek, atau pun pengaruh bahasa asing terhadap bahasa Batak Toba. Perbedaan fonem-fonem tersebut sangat menarik untuk diteliti karena selain menunjukkan kekhasan bahasa Batak Toba hal itu juga menarik perhatian peneliti untuk lebih mengetahui mendalam mengenai bahasa Batak Toba apakah masih bisa bertahan diposisi awalnya atau bahkan akan mengikuti perkembangan zaman, tetapi sesuai harapan peneliti ada baiknya bahasa Batak Toba ini tetap abadi sehingga Indonesia tetap kaya akan bahasa- bahasa yang dimilikinya. Menurut kenyataan sehari-hari, suku Batak Toba, khususnya generasi muda yang bertempat tinggal atau berdomisili di perkotaan boleh dikatakan tidak mampu lagi berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Batak Toba walaupun mereka dapat mengerti makna pembicaraan itu. Dengan kata lain seandainya kita menggunakan bahasa Batak Toba dalam berkomunikasi, para generasi muda akan menjawab dengan menggunakan bahasa Indonesia. untuk itu para generasi muda perlu dituntun dan dibina untuk dapat mengenal basanya sendiri dengan baik dan benar. Perkembangan bahasa Batak Toba ini dapat dilihat dari adanya perbedaanperbedaan bunyi pada sistem fonemnya. Pembahasan mengenai bahasa Batak Toba ini menitikberatkan pada analisis fonologi bahasa yang mengkaji mengenai distribusi fonem dan alofonalofonnya, perubahan fonem, dan sistem fonem vokal dan konsonan yang terdapat dalam bahasa Batak Toba dalam analisis generatif. Penelitian tentang fonologi bahasa Batak Toba telah pernah dilakukan pada penelitian-penelitian terdahulu,
baik untuk penelitian skripsi/tesis atau pun penelitian yang lainnya. Umumnya teori yang dipakai dalam menganalisis sistem fonem adalah dengan teori fonologi struktural. Hal itulah yang menarik perhatian peneliti dalam mengangkat judul ini sebagai judul skripsi peneliti sendiri. Dengan teori ini sistem fonem berdasarkan strukturnya telah terdeskripsikan oleh mereka. Namun, beberapa sistem yang belum dapat terungkap dengan teori struktural dapat diungkapkan dan dideskripsikan melalui teori generatif, dengan adanya kesenjangan antara teori struktural dalam memaparkan sistem fonem dalam bahasa Batak Toba dapat dijembatani dengan teori generatif. Sejumlah bunyi bahasa akan terungkap lebih mendalam dalam kajian ini. Misalnya, adanya variasi bunyi vokal (alofon), misalnya [i], akan memiliki alofon [i], [I], dan [u] akan memiliki alofon [u], [U]. Adanya variasi bunyi [i] yaitu [i] tegang dan [I] kendur yang terdapat pada silabel berbeda [i] terbuka dan [I] tertutup hanya dapat terdeskripsikan melalui teori fonologi generatif.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas adalah 1. Bagaimanakah distribusi fonem vokal dan konsonan beserta alofonnya yang terdapat pada bahasa Batak Toba di Kabupaten Samosir dengan teori generatif? 2. Bagaimanakah perubahan bunyi bahasa Batak Toba yang terdapat di Kabupaten Samosir? 3. Bagaimanakah sistem fonem vokal dan fonem konsonan dalam bahasa Batak Toba di Kabupaten Samosir? 1.3 Batasan Masalah Sebuah penelitian harus memiliki batasan masalah agar penelitian tersebut terarah dan tidak terlalu luas atau tidak terjadi penyimpangan masalah yang hendak diteliti sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. Dalam penelitian ini, peneliti menjadikan Sistem Fonem Bahasa Batak Toba sebagai objek penelitian dengan teori generatif.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah 1. Mendeskripsikan distribusi fonem vokal dan konsonan beserta alofonnya dalam bahasa Batak Toba. 2. Mendeskripsikan perubahan-perubahan bunyi bahasa Batak Toba yang digunakan oleh penutur bahasa tersebut di Kabupaten Samosir. 3. Menggambarkan sistem fonem vokal dan konsonan dalam bahasa Batak Toba. 1.4.2 Manfaat Penelitian 1.4.2.1 Manfaat Teoretis Adapun manfaat teoretis dalam penelitian ini antaralain 1. Menjadi sumber masukan atau referensi bagi peneliti lain dalam mengkaji lebih lanjut mengenai Sistem Fonem Bahasa Batak Toba. 2. Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang Sistem Fonem Bahasa Batak Toba. 3. Memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai struktur fonologi bahasa Batak Toba 4. Mengungkap tingkat persamaan dan perbedaan antara bahasa Batak Toba dengan bahasa Indonesia
1.4.2.2 Manfaat Praktis Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah 1. Memperkenalkan bahasa Batak Toba kepada masyarakat sebagai salah satu bahasa daerah yang dapat memperkaya kebudayaan nasional. 2. Melestarikan, membina, dan mengembangkan bahasa Batak Toba di Kabupaten Samosir. 3. Sebagai informasi bagi pemerintah daerah mengenai hasil penelitian baru tentang Sistem Fonem Bahasa Batak Toba.