1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ortodonsia merupakan cabang ilmu kedokteran gigi yang berkonsentrasi pada tindakan pencegahan dan koreksi terhadap maloklusi dan malrelasi pada gigi. Tujuan utama perawatan ortodontik adalah memperbaiki oklusi fungsional dan estetika wajah, untuk mewujudkan tujuan tersebut diperlukan pengetahuan mengenai macam pergerakan gigi, seperti tipping, bodily, intrusi, ekstrusi, rotasi dan lain-lain (Erbay dkk., 2002). Erbay, dkk., (2002) juga menekankan pentingnya biomekanik dalam perawatan ortodontik. Edward Angle membagi klasifikasi maloklusi menjadi tiga klas, yaitu klas I Angle, klas II Angle dan klas III Angle (Bhalajhi, 2003). Maloklusi Angle klas II dibagi menjadi dua divisi, klas II divisi 1 dengan ciri-ciri relasi molar distoklusi, overjet besar, gigi insisivus atas proklinasi, deep overbite dan klas II divisi 2 dengan ciri-ciri relasi molar distoklusi, gigi insisivus pertama rahang atas retroklinasi dan gigi insisivus kedua rahang atas proklinasi, disertai deep overbite (Singh, 2009). Prevalensi berbagai maloklusi mencapai 80% dan 55% adalah klas II divisi 1 dengan disertai deep overbite. Deep overbite adalah jarak tumpang gigit (overbite) antara gigi anterior rahang atas dengan rahang bawah dalam arah vertikal yang lebih dari normal (Owman dan Kurol, 2000). Overbite normal
2 adalah jika gigi anterior rahang bawah tertutup oleh gigi anterior rahang atas tidak lebih dari sepertiga mahkota (Owman dan Kurol, 2000). Maloklusi klas II divisi 1 dengan deep overbite merupakan indikasi perawatan teknik Begg. Perawatan teknik Begg terdiri dari tiga tahap, koreksi deep overbite dilakukan pada tahap pertama melalui proses bite opening. Bite opening terjadi karena tekukan kawat pada mesial molar tube dinamakan anchorage bend, menyebabkan intrusi gigi anterior rahang atas dan rahang bawah (Cadman, 2008). Koreksi tersebut dilakukan pada perawatan tahap pertama, bersama dengan retraksi gigi anterior rahang atas dan koreksi malrelasi gigi molar. Begg dan Kesling (1977) menyatakan bahwa besar sudut anchorage bend tersebut dibuat sedemikian rupa, sehingga disaat pasif, kawat anterior berada pada lipatan mukolabial, sedangkan tinggi lipatan mukolabial setiap individu berbeda. Begg, Kesling (1977) dan Fletcher (1981) menyatakan pada perawatan Begg, intrusi gigi anterior rahang atas pada beberapa kasus maloklusi klas II divisi 1 lebih sulit bila dibandingkan dengan gigi anterior rahang bawah, disebabkan gigi anterior rahang atas proklinasi, sehingga pada beberapa kasus sebelum tahap pertama dilakukan, harus dilakukan labial root torqueing terlebih dahulu agar tidak terjadi flaring. Adanya karet intermaksiler klas II juga akan mempersulit intrusi gigi anterior rahang atas karena adanya vektor gaya kearah insisal, sehingga berlawanan dengan gaya intrusi pada rahang atas (Tan, 2012). Teori lain menyatakan secara biologis, intrusi dipengaruhi oleh kekompakan tulang alveolar, intrusi gigi anterior rahang atas lebih mudah daripada intrusi gigi anterior rahang bawah, dikarenakan tulang rahang bawah yang kompak (Apajahlati, 2007).
3 Vektor kekuatan dan momen menggerakkan gigi kearah sagital-vertikal tergantung pada letak anchorage bend antara kaninus dan molar pertama, apakah terdapat di tengah-tengah jarak antara molar tube dan braket kaninus atau lebih mendekati molar tube atau mendekati kaninus (Antoszewska dan Kucukkeles, 2011). Fletcher (1981) mengatakan bahwa anchorage bend dengan besar lebih dari 30 0 kurang efektif untuk koreksi deep overbite, disebabkan tipping back gigi molar. Pendapat lain menyatakan bahwa anchorage bend pada teknik Begg tidak menyebabkan tipping back gigi molar karena gaya pada teknik Begg adalah ringan (Milton, 2004). Pergerakan gigi dalam ortodontik terjadi akibat dua faktor, pertama faktor biologis, yaitu gigi bergerak karena adanya proses resorbsi dan aposisi tulang alveolar. Bagian yang terkena tekanan terjadi resorbsi oleh osteoklas dan bagian terkena tarikan mengalami aposisi oleh osteoblast, kedua adalah faktor mekanis, yaitu gigi dapat bergerak akibat proses aksi dan reaksi (Profit dan Fields, 2000). Tidak seperti pergerakan gigi pada pasien, pergerakan gigi pada typodont hanya terjadi akbiat dari faktor mekanis saja. Typodont adalah tiruan kavitas oral, termasuk gigi dan gingiva yang digunakan sebagai simulasi perawatan ortodontik (Cadman, 2008). Secara tradisional, typodont digunakan di dalam pendidikan untuk alat cekat sebagai simulasi gerakan gigi dan memberikan gambaran dari pengaruh komponen archwire yang berbeda (Mills, 1976). Teknik Begg merupakan perawatan yang digunakan untuk koreksi maloklusi dan malrelasi di klinik Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada (FKG UGM) sejak tahun 1987. Praktikum preklinik
4 teknik Begg di FKG UGM menggunakan typodont. Typodont digunakan sebagai simulasi pergerakan gigi secara mekanis pada rahang pasien, typodont occluder atas menggambarkan rahang atas pasien dan typodont occluder bawah menggambarkan rahang bawah pasien Kasus maloklusi Angle klas II divisi 1 pada typodont, besar sudut anchorage bend pada preklinik dan klinik FKG UGM adalah 45 0, bersama dengan berkurangnya deep overbite, maka besar sudut anchorage bend dikurangi menjadi 30 0 kemudian 15 0. Proses biologis seperti kekompakan tulang alveolar tidak mempengaruhi kerja anchorage bend pada typodont. Faktor yang mempengaruhi kerja anchorage bend pada typodont, perawatan Begg tahap pertama adalah keparahan crowding gigi anterior, gigi anterior yang crowding, menggunakan vertical loop, ini akan mengganggu efektifitas anchorage bend, letak anchorage bend adalah 1 mm dari mesial molar tube, apabila terlalu dekat maka tipping back molar dan bila terlalu jauh, maka bite opening tidak optimal (Mills, 1976). Besar intrusi gigi anterior antara typodont occluder atas dengan typodont occluder bawah juga berbeda. Inklinasi gigi anterior typodont occluder bawah yang cenderung lebih tegak menyebabkan intrusi lebih mudah terjadi, panjang archwire typodont occluder atas yang lebih dari panjang archwire typodont occluder bawah menyebabkan intrusi gigi anterior typodont occluder bawah lebih mudah terjadi. Pemakaian elastik intermaksiler klas II menyebabkan intrusi gigi anterior pada typodont occluder atas lebih sulit terjadi (Mills, 1976).
5 B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, maka diajukan perumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah besar sudut anchorage bend berpengaruh terhadap besar intrusi gigi anterior pada perawatan teknik Begg tahap pertama? 2. Apakah besar intrusi gigi anterior atas lebih kecil dibandingkan dengan besar intrusi gigi anterior bawah pada perawatan teknik Begg tahap pertama? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh besar sudut anchorage bend terhadap besar intrusi gigi anterior dan mengetahui apakah besar intusi gigi anterior atas lebih kecil dari besar intrusi gigi anterior bawah pada kasus maloklusi Angle klas II divisi 1 pada perawatan Begg tahap pertama. Penelitian ini berguna untuk : D. Manfaat Penelitian Memberikan informasi dalam bidang ortodonsia mengenai : 1. Besarnya pengaruh sudut anchorage bend terhadap besar intrusi gigi anterior pada perawatan teknik Begg tahap pertama. 2. Perbedaan besar intrusi gigi anterior pada perawatan Begg tahap pertama.
6 3. Bahan pertimbangan secara klinis sebagai salah satu panduan penggunaan besar sudut anchorage bend pada kasus klas II divisi 1 Angle pada perawatan teknik Begg tahap pertama, agar tercapai intrusi gigi anterior yang optimal. E. Keaslian Penelitian Lim dkk., (2012) melakukan penelitian mengenai besar terjadinya resorpsi akar selama proses koreksi deep overbite pada perawatan Edgewise dan Begg, didapatkan besarnya resorpsi akar lebih besar terjadi pada perawatan Edgewise. Stenbergen dkk., (2005) melakukan penelitian pada typodont mengenai besar kekuatan yang dibutuhkan saat koreksi deep overbite gigi anterior dengan alat cekat teknik straight wire dan didapatkan koreksi deep overbite pada gigi insisivus pertama membutuhkan kekuatan yang lebih besar bila dibanding dengan gigi incisivus kedua. Sejauh ini penulis belum menemukan penelitian tentang pengaruh besar sudut anchorage bend terhadap besar intrusi gigi anterior pada perawatan teknik Begg tahap pertama.