BAB III OBJEK PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. SPIP. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN KINERJA DAN PELAPORAN KINERJA DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

2017, No Berencana Nasional tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berenc

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. No.787, 2011 KEMENTERIAN LUAR NEGERI. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Penyelenggaraan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR :32 TAHUN 2011

PERATURAN KEPALA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI NOMOR 34i- TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 14

I. Pengertian BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalani dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tujuan akhir dari para

PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SATUAN PEMERIKSAAN INTERN PADA BADAN LAYANAN UMUM. Muhadi Prabowo Widyaiswara Madya Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamba

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

Drs. Setyanta Nugraha, MM Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terhadap hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Kesadaran tersebut

SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN DAERAH RI REVISI PERJANJIAN KINERJA. Profesional, Akuntabel, dan Modern

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. a. Kondisi umum Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

MATRIK RENSTRA

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 92 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERN GUBERNUR JAWA TIMUR,

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

2 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Ev

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

PEDOMAN EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM

Jambi, Januari 2017 INSPEKTUR KOTA JAMBI, Drs. H. HAFNI ILYAS. Pembina Utama Muda. NIP

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 /M/PER/XII/2011 TENTANG

PEMERINTAH KOTA BLITAR

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M.

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

BAB I P E N D A H U L U A N

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

MEMUTUSKAN KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA SOE TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN DI LINGKUNGAN PENGADILAN AGAMA SOE.

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB III TUJUAN, SASARAN, INDIKATOR SASARAN DAN TARGET

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 51 TAHUN 2010

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepo

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

Achmad Djuned, SH, MH

L A P O R A N K I N E R J A

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK.16 TAHUN 2011 TENTANG


DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KPU Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sumedang BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menhut-II/2012 TENTANG

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dalam perwujudan good government governance di Indonesia

BUPATI PAKPAK BHARAT

BUPATI PURWOREJO, PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 9 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

User [Pick the date]

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

WALIKOTA PROBOLINGGO

PEDOMAN PENYUSUNAN PK BPS

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb


PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 22/MENHUT-II/2010 TENTANG PEDOMAN AUDIT KINERJA LINGKUP KEMENTERIAN KEHUTANAN

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Ke

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Kata Pengantar. Semarang, Pebruari 2016 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah

PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, serta untuk meningkatkan

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP-SKPD) TAHUN 2015

Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Transkripsi:

BAB III OBJEK PENELITIAN A. Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Salah satu unsur yang sangat penting dalam rangka mendukung tugastugas Dewan adalah Sekretariat Jenderal DPR RI (Setjen DPR RI) sebagai unsur staf yang memberikan pelayanan, baik yang bersifat teknis, administratif, dan keahlian kepada Dewan. Dalam Pasal 392 ayat (1) Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MD3 dinyatakan bahwa Setjen DPR RI bertugas untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan wewenang DPR RI. Ketentuan mengenai Setjen DPR RI lebih lanjut diatur dalam Peraturan Presiden RI Nomor 23 Tahun 2005 tentang Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Dalam ketentuan tersebut antara lain dinyatakan bahwa Setjen DPR RI adalah aparatur pemerintah yang dalam menjalankan tugas dan fungsinya berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Pimpinan DPR RI. Setjen DPR RI dipimpin oleh seorang sekretaris jenderal yang diusulkan oleh Pimpinan DPR RI. Setjen DPR RI mempunyai peran yang sangat penting dalam menunjang tugas dan fungsi dewan. Sekretaris Jenderal pada dasarnya berasal dari pegawai negeri sipil profesional yang memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Setjen DPR RI Pada era 1980-1990 mempunyai peran sebagai unsur pelayanan kepada DPR RI. Peran tersebut berubah pada era 1990-2000 yaitu tidak lagi menjadi unsur pelayanan namun berubah menjadi Setjen DPR RI 60

61 memberikan dukungan teknis dan administratif. Dan pada era 2000-2005 peran Setjen DPR RI berkembang menjadi memberikan dukungan Teknis, Administratif, dan Keahlian. Terakhir pada era 2005-sekarang Format support Setjen DPR tersistem dan terstruktur secara bertahap, berkinerja tinggi dan terukur. B. Anggaran Berbasis Kinerja pada Sekretariat Jenderal DPR RI Penganggaran Berbasis kinerja adalah sebuah pendekatan dalam sistem penganggaran yang dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara anggaran yang dialokasikan dengan prestasi kerja atau kinerja yang diharapkan berupa keluaran (output) dan hasil (outcome), termaksuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut. Dalam penerapan anggaran berbasis kinerja yang efektif membutuhkan beberapa pra-kondisi seperti: 1. Lingkungan yang mendukung dan berorientasi pada pencapaian kinerja; 2. Sistem kontrol yang efektif dari pimpinan K/L; 3. Tersedia sistem dan metode akuntansi yang handal; 4. Mekanisme pengalokasian sumber daya yang berorientasi pada output; 5. Sistem audit keuangan yang efektif sebelum audit kinerja dilaksanakan. Di lingkungan Setjen DPR RI pun sistem penganggaran berbasis kinerja baru diterapkan pada tahun 2011. Pada tahun tersebut anggaran Setjen DPR

62 RI telah disusun dengan menggunakan intrumen seperti Indikator kinerja, standar biaya dan evaluasi kinerja. Dalam menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian/Lembaga (RKA-KL) Setjen DPR RI terlebih dahulu menetapkan program, kegiatan, dan sasaran kinerja nya terlebih dahulu, dan kemudian dari informasi kinerja tersebut disusunlah anggaran yang dibutuhkan untuk Setjen DPR RI. Perihal administrasi keuangannya Setjen DPR RI menunjukan hasil yang baik yang diperlihatkan dengan pencapaian Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dalam beberaa tahun terakhir ini, dengan tren daya serap anggaran untuk kurun waktu 2009-2013 berkisar 70%-82%. Hal tersebut sudah dapat dikatakan tidak buruk berhubung sistem anggaran berbasis kinerja baru dilakukan pada tahun 2011. Hal ini di tunjukan tren realisasi penyerapan anggaran pada periode setelah penerapan anggaran berbasis kinerja sebesar 78.18% dibandingkan realisasi penyerapan anggaran pada periode sebelum penerapan anggaran berbasis kenerja yaitu sebesar 77.33%. C. Transparansi pada Sekretariat Jenderal DPR RI Transparansi adalah keterbukaan dalam melakukan segala kegiatan organisasi, dapat berupa keterbukaan informasi, komunikasi, bahkan dalam hal budgeting. Transparansi dilakukan dengan tujuan untuk menjamin hak warga Negara untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan publik, program kebijakan publik, dan proses pengambilan keputusan publik, serta alasan pengambilam suatu keputusan publik; dan mewujudkan

63 penyelenggaraan Negara yang baik, transparan, efektif, dan efisien, akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan. Transparansi di kalangan instansi pemerintah dalam menjalankan pemerintahan dilakukan untuk menjalankan perintah undang-undang no. 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik, yaitu segala informasi yang terkait pada penggunaan anggaran publik harus bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap pengguna informasi publik. Transparansi di Setjen DPR RI sudah dilakukan dengan cukup baik, seperti menerapkan sistem pengelolaan keuangan Negara yang saling terintegrasi (SPAN), dan untuk pengadaan barang dan jasa dilakukan melalui e-procurement yang diumumkan melalui website DPR RI, membuka akses informasi publik melalui sms dan email pengaduan masyarakat. Namun pada implementasinya Setjen DPR RI tidak mudah melakukan transparansi informasi karena banyak informasi yang dihasilkan melalui proses yang bersifat confidential dan tertutup. Selain itu dokumen-dokumen yang ada di Setjen DPR RI merupakan dokumen yang diluar penguasaan Setjen DPR RI sehingga Setjen DPR RI tidak memiliki kewenangan untuk menyampaikan informasi tersebut kepada publik. D. Akuntabilitas pada Sekretariat Jenderal DPR RI Akuntabilitas kinerja adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan yang telah diamanatkan para pemangku

64 kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi secara terukur dengan sasaran/target kinerja yang telah ditetapkan melalui laporan kinerja instansi pemerintah yang disusun secara periodik. Akuntabilitas di instansi pemerintah dilakukan guna menyusun dan menyajikan laporan kinerja atas prestasi kerja yang dicapai berdasarkan penggunaan anggaran yang telah dialokasikan untuk kegiatan operasional organisasi. Untuk Setjen DPR RI akuntabilitas telah dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2014 Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah, yaitu dengan melakukan evluasi dan pelaporan atas kinerja yang telah dicapai dan anggaran yang telah digunakan untuk menjalankan kegiatan operasional guna mencapai target yang sudah direncakan. Setiap K/L pada instansi pemerintah akan dilakukan penilaian terhadap akuntabilitas yang telah dilakukan, penilaian tersebut dilakukan oleh Kementrian PAN & RB. Dalam pelaksanaan akuntabilitas, Setjen DPR RI juga dinilai oleh Kemenpan RB dan pada tahun 2013 mendapatkan tingkat akuntabilitas dengan nilai 60,28. Nilai ini sudah dapat dikatakan masih kurang baik. Karena nilai baik berdasarkan penilaian Kemenpan adalah diatas 65. E. Pengawasan Internal Sekretariat Jenderal DPR RI Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi,

65 pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik. Dalam pemerintahan pengawasan intern bernama Inspektorat. Sistem pengendalian intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset Negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Setjen DPR RI pengawasan internal secara administrasi telah dilaksanakan baik di bidang anggaran maupun pada bidang kinerja karena pengawasan dilakukan sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada bidang anggaran pengawasan dilakukan pada saat mulai dari perencanaan anggaran sampai evaluasi penggunaan anggaran, dan untuk bidang kinerja pengawasan dilakukan pada saat penyusunan target kinerja sampai pada saat evaluasi realisasi kinerja pegawai. Namun pelaksanaan pengawasan internal pada Setjen DPR RI masih berada pada tahap dilaksanakan oleh eselon III (kepala bagian) sehingga pengawasan yang dilakukan dinilai belum maksimal dan peranan pengawasan internal terhadap organisasi juga masih rendah hanya sebatas dalam membantu memberikan

66 saran pada pimpinan dan organisasi dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya agar sesuai dengan peraturan yang berlaku. Hal ini disebabkan karena rendah nya kewenangan yang ada pada eselon III dan masih kecil nya ruang lingkup pengawasan internal yang dilakukan, sehingga pengawasan dirasa kurang dapat terlaksana secara efektif dan rekomendasi-rekomendasi yang diberikan kurang dapat ditindaklanjuti secara cepat. F. Kinerja Pegawai Sekretariat Jenderal DPR RI Kinerja adalah prestasi kerja berupa keluaran dari suatu kegiatan atau hasil dari suatu program dengan kuantitas dan kualitas terukur. Kinerja instansi pemerintah sangat dipengaruhi oleh kinerja unit-unit kerja yang ada didalamnya, sementara kinerja unit kerja ditentukan oleh kinerja pegawaipegawai yang ada pada unit kerja tersebut. Dengan demikian, kinerja instansi pemerintah pada dasarnya tergantung pada kinerja individu-individu yang menjadi pegawai di instansi tersebut. Dengan peran sentral dari pegawai, maka tidak mungkin bagi pemerintah mewujudkan instansi yang berkinerja tinggi tanpa adanya upaya untuk meningkatkan kinerja pegawai terlebih dahulu. Manajemen instansi pemerintah dalam praktiknya pada tingkat individu, baru dikenal pengukuran kinerja yang didasarkan pada tingkat kehadiran atau alat ukur seperti DP3 yang belum dapat mengungkapkan kinerja pegawai yang sesungguhnya. Namun pada tahun 2014 dengan adanya UU No. 5 tahun 2014 (UU ASN) penilaian kinerja PNS sudah terdiri atas unsur sasaran kerja

67 pegawai (SKP) dan prilaku kerja sehingga penilaian kinerja PNS dapat dilakukan secara objektif, terukur, akuntabel, dan transparan. Sekretariat Jenderal DPR RI sendiri kinerja pegawai memiliki peranan yang sangat besar dan penting dalam memberikan dukungan admiistratif, teknis, dan keahlian kepada DPR RI. Dalam Setjen DPR RI pegawainya selalu dituntut untuk tampil secara professional dengan memberikan dukungan prima yang berkualitas kepada DPR RI. Namun dalam praktik nya, belum semua pegawai Setjen DPR RI dalam menjalankan tugas dan fungsi nya sesuai dengan harapan DPR RI. Tahun 2009 dilakukan survey terhadap anggota DPR RI dan fraksi dalam rangka menyusun Renstra DPR RI. Dan salah satu hasil tersebut memperlihatkan masih adanya ketidakpuasan DPR RI terhadap dukungan yang dilakukan Setjen DPR RI meskipun nilai tersebut masih lebih kecil dibandingkan dengan nilai puas Anggota DPR RI terhadap Setjen DPR RI. Hal ini tidak terlepas dari keunikan yang dimiliki oleh Setjen DPR RI dikarenakan lingkungan DPR adalah lingkungan politik sehingga segala sesuatu mudah untuk dipolitisasi, lalu adanya persepsi di kalangan Anggota DPR RI bahwa pegawai yang berkerja di lingkungan DPR berada di bawah kontrol DPR RI padahal meskipun Setjen DPR RI sebagai organisasi pendukung DPR RI, tetapi Setjen DPR RI juga merupakan organisasi pemerintah. Karena itu yang membedakan dengan organisasi pemerintah lainnya adalah dalah hal karakteristik lembaga, dinamika organisasi, pola kerja dan beban kerja. Namun pada tahun 2013 pencapaian kinerja Setjen

68 DPR RI secara umum mencapai kurang lebih 105%, hal ini dikarenakan nilai realisasi kinerja berada diatas nilai target kinerja. Jadi dengan tujuan untuk mengetahui apakah faktor seperti anggaran berbasis kinerja, transparansi, akuntabilitas, dan pengawasan internal di lingkungan Setjen DR RI berpengaruh pada kinerja pegawai maka penelitian ini dilakukan karena hasil-hasil pada penelitian sebelum nya tidak dapat digeneralisasi termaksud di lingkungan Setjen DPR RI.