BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Salah satu sumber pemenuh makanan pangan dan peningkatan gizi manusia berasal dari sayuran.sayuran berperan penting karena mengandung berbagai sumber mineral, vitamin, serat, antioksidan dan energi yang dibutuhkan. Salah satunya Kubis (Brassica oleracea) adalah jenis sayuran yang mempunyai peran penting untuk kesehatan tubuh manusia. Mineral yang terkandung dalam kubis antara lain adalah kalsium, besi, fosfor, dan sulfur. Vitamin-vitamin yang terkandung dalam kubis diantaranya vitamin C, B1, B2 dan provitamin A (Sunarjono, 2004). Di Sumatera Utara, khususnya Kabupaten Karo terbentang pada ketinggian 600-1.400 m di atas permukaan laut, kawasan berhawa sejuk dengan suhu berkisar 14 o -26 o C dan kelembapan rata-rata 89% itu dijuluki Tanah Karo Simalem, artinya Tanah Karo yang dingin.kabupaten Karo yang merupakan daerah penghasil sayur terbesar di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Karo memiliki tanaman sayuran unggulan yang di ekspor. Diantaranya ada 3 jenis sayur komoditi ekspor yang diusahakan di Kabupaten karo: 1
2 Tabel 1.1 Tabel Luas Panen Dan Daerah Pengekspor Sayuran Di Kabupaetn Karo No. Nama Luas Daerah Penghasil Pasar Sayuran Panen 1 Wortel 1.024 Simpang Empat, Namanteran, Merdeka, Kaban Jahe, Berastagi, Tiga Panah, Dolat Rayat, Merek dab Barus Jahe Bandug, Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan, Pekan Baru, Aceh, Rantau Parapat, Langkat, Pematangsiantar, Pulau Batam dan 2 Kubis Bunga 1.228 Simpang Empat, Namanteran, Merdeka, Kaban Jahe, Berastagi, Tiga Panah, Dolat Rayat, Merek dab Barus Jahe 3 Kubis 3.052 Simpang Empat, Namanteran, Merdeka, Kaban Jahe, Berastagi, Tiga Panah, Dolat Rayat, Merek dab Barus Jahe Sumber:Badan Pusat Statistik Sumatera Utara 2014 Binjai Medan, Binjai, Rantau Parapat, Tanjung Balai, Pulau Batam, Langkat, Aceh, Sibolga, Riau dan Pematangsiantar Bandung, Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan, Binjai, Rantau Parapat, Tanjung Balai, Pulau Batam, Langkat, Aceh, Sibolga, Riau dan Pematangsiantar Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa tanaman Kubis (Brassica oleracea) memiliki luas panen terbesar di bandingkan dengan Kubis Bunga dan Wortel. Pada daerah penghasil dan pasar, sayuran wortel dan kubis memiliki daerah penghasil dan pasar yang sama yaitu dengan 9 daerah penghasil dan 12 pasar, sedangkan pada sayuran kubis bunga hanya memiliki 8 daerah penghasil dan hanya memiliki 10 pasar saja.
3 Produksi Kubis (Brassica oleracea) di Kabupaten Karo selama 5 tahun terakhir disajikan pada Tabel 2 : Tabel 1.2. Data Perkembangan Produksi Sayur-Sayuran Menurut Jenisnya Di Kabupaten Karo (Ton) No Jenis sayuran 2010 2011 2012 2013 2014 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Bawang merah 809 953 1.026 868 774 2 Bawang putih 36 50 54 36 32 3 Bawang daun 12.435 5.402 5.822 7.197 5.977 4 Kentang 53.988 45.170 53.958 40.420 32.455 5 Kol / Kubis 84.189 69.364 80.187 75.712 64.305 6 Petsai 65.694 30.082 32.834 34.587 23.680 7 Wortel 38.955 22.253 24.906 30.693 36.257 8 Cabai 37.571 60.610 50.734 44.111 33.633 9 Teomat 40.711 28.393 70.768 74.578 41.534 10 Buncis 31.765 14.597 25.642 23.481 11.879 11 Lobak 9.701 5.039 4.046 1.955 1.705 12 Labu siam 2.028 1.062 4.083 5.774 7.479 Sumber : Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo 2014 Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa perkembangan produksi Kubis (Brassica oleracea) mengalami fluktuatif yaitu pada tahun 2011 menurun dari 84.189 ton sampai 69.364 ton, kemudian di tahun 2012 mengalami kenaikan dari 69.364 ton menjadi 80.187 ton, pada tahun 2013 mengalami penurunan lagi dari 80.187 ton menjadi 75.712 ton dan pada tahun 2014 tetap mengalami penurunan dari 75.712 ton menjadi 64.305 ton. Salah satu kendala yang dihadapi petani dalam budidaya sayuran baik yang di dataran rendah maupun dataran tinggi adalah masalah hama dan penyakit. Penggunaan pestisida merupakan alternatif utama yang dilakukan dalam mengendalikan hama penyakit tanaman, terutama pada daerah-daerah sentral penghasil sayur, karena dianggap paling efektif dibandingkan cara biologis dan fisik. Pestisida merupakan salah satu hasil teknologi modern karena mempunyai peranan penting dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. Hal ini terbukti di
4 beberapa negara sedang berkembang produksi pertanian melimpah, namun kesehatan masyarakat terjaga dengan cara yang tepat dan aman. Disisi lain apabila pestisida pengelolaannya tidak baik maka dapat menimbulkan dampak negatif terhadap beberapa aspek kehidupan yang pada akhirnya langsung ataupun tidaklangsung akan berpengaruh terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia (Panut, 2004). Penggunaan racun yang tidak tepat tentu dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, seperti jasad pengganggu yang akan diberantas tidak mati karena salah jenis pestisida yang digunkan. Oleh karena itu, sebelum menggunakan pestisida, harus dipilih jenis dan merek pestisida yang sesuai dengan hama dan penyakit tananaman, formulasi yang sesuai dengan peralatan yang tersedia, alat apa yang akan digunakan, bagaimana menggunakan pestisida secara efektif dan efisien, dan bagaimana cara mengaplikasikan pestisida tersebut untuk membrantas jasad penggangu. (Rini wudianto, 1992). Lima tepat dalam aplikasi pestisida yaitu: Tepat sasaran, OPT Tepat pemilihan pestisida, legal Tepat waktu aplikasi Tepat takaran aplikasi Tepat metoda aplikasi Faktor kurangnya pengetahuan petani akan penggunaan pestisida yang benar, serta akibat yang ditimbulkannya baik manusia maupun lingkungan menjadi penyebab tidak terkontrolnya penggunaan pestisida. Penggunaan pestisida yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan bahkan residu
5 yang dihasilkan akan membahayakan petani dan masyarakat lain. Pengetahuan, sikap dan perilaku petani hortikultura pada umumnya juga masih rendah dalam penanganan pestisida. Petani masih menyepelekan bagaimana cara menyemprot dengan baik, bagaimana takaran pas dan berapa banyak kerugian yang akan di terima. Bahaya keracunan dan potensi pencemaran lingkungan oleh pestisida merupakan akumulasi dan prilaku penggunaan yang kurang baik. Penggunaan pestisida yang kurang terkendali menyebabkan peningkatan residu pestisida pada hasil-hasil pertanian dan juga dalam lingkungan pertanian (Sudaryono, 1997). Resiko keracunan dapat diperkecil apabila diketahui perilaku dan cara bekerja yang aman dan tidak mengganggu kesehatan, seperti taat kepada prosedur yang telah ditetapkan. Perilaku penggunaan pestisida yang tidak sesuai anjuran dimungkinkan oleh faktor yang ada dalam diri petani, yaitu persepsi dan pengetahuan petani tentang penggunaan pestisida sesuai anjuran yang masih keliru atau rendah. Persepsi dan pengetahuan yang benar akan memberikan apresiasi dan pertimbangan yang mengarah pula pada perilaku yang baik dalam penggunaan pestisida dan penanganan oleh petani (Sastro, 1992). Pola penggunaan pupuk di kalangan petani sayuran juga menjadi sebuah masalah.unsur hara utama dan esensial bagi tanaman sayuran adalah Fosfor (P) dan Kalium (K). Apabila unsur hara esensial tersebut tidak cukup bagi tanaman maka akan berakibat rendahnya pertumbuhan dan produksi tanaman. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memberikan tambahan suplai kedua unsur hara P dan K dengan penggunaan pupuk anorganik yang optimal melalui rekomendasi pemupukan sesuai dosis berimbang ( Izhar,2010).
6 Penggunaan dosis pemupukan yang belum tepat oleh petani sayuran secara tidak langsung mengakibatkan kerusakan pada lapisan tanah. Dalam jangka panjang, hal ini berdampak pada berkurangnya tingkat kesuburan tanah dan hal ini tentu akan mengurangi jumlah produksi sayuran. Dalam istilah pemupuka ada 5 hal tepat pemupukan. 5 tepat pemupukan diantaranya yaitu: 1. Tepat jenis Tepat jenis maksudnya yaitu pada saat pemupukan harus tepat dalam menentukan jenis pupuk yang dibutuhkan oleh tanaman. 2. Tepat dosis Tepat dosis maksudnya yaitu pada saat pemupukan dosis yang diberikan harus tepat atau sesuai dengan kebutuhan tanaman atau yang tertera pada label. Karena pemberian dosis pupuk yang salah akan menyebabkan ketidakefisienan terhadap tanaman bahkan menyebabkan kerusakan pada tanaman. 3. Tepat Waktu Tepat waktu maksudnya yaitu pada saat pemberian pupuk yang baik hendaknya disesuaikan kapan tanaman tersebut membutuhkan asupan lebih unsur hara atau pada waktu yang tepat. 4. Tepat tempat Tepat tempat maksudnya yaitu pada saat pemupukan harus memperhatikan tempat atau lokasi tanaman sehingga dapat mengaplikasikan pemupukan secara tepat.
7 5. Tepat cara. Tepat cara maksudnya yaitu pada saat pemupukan cara kita harus benar. Cara pemberian pupuk yang salah akan membuat pupuk terbuang sia-sia. Berdasarkanuraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang sikap petani dan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan pestisidadan pupuk pada tanaman sayuran Kubis(Brassica oleracea)di Kabupaten Karo. 1.2.Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian dan permasalahan yang ada diatas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana aplikasi pestisida dan pupuk yang dilakukan petani pada tanaman sayuran Kubis (Brassica Oleracea) sesuai standar atau tidak? 2. Bagaimana sikap petani terhadap penggunaan pestisida dan pupuk pada tanaman sayuran Kubis (Brassica Oleracea) di daerah penelitian? 3. Bagaimana pengaruh faktor luas lahan, lama pendidikan dan lama berusahatani terhadap penggunaan pestisida pada tanaman sayuran Kubis (Brassica Oleracea ) di daerah penelitian? 4. Bagaimana pengaruh faktor luas lahan, lama pendidikan dan lama berusahatani terhadap penggunaan pupuk pada tanaman sayuran Kubis (Brassica Oleracea ) di daerah penelitian? 5. Apakah ada pengaruh faktor tingkat pelatihan K3 (kesehatan dan keselamatan kerja), tingkat penyuluhan dan tingkat kosmopolitan terhadap penggunaan pestisida dan pupuk pada tanaman sayuran Kubis (Brassica Oleracea ) di daerah penelitian?
8 6. Bagaimana upaya petani untuk menanggulangi penggunaan pestisida pada tanaman sayuran Kubis (Brassica Oleracea)di daerah penelitian. 1.3.Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang dipaparkan diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui aplikasi pestisidadan pupuk dalam penggunaan pestisida dan pupuk pada tanaman sayuran Kubis (Brassica Oleracea) sesuai standar atau tidak. 2. Untuk mengetahui sikap petani terhadap penggunaan pestisida dan pupuk pada tanaman sayuran Kubis (Brassica Oleracea) di daerah penelitian. 3. Untuk menganalisis pengaruh faktor luas lahan, lama pendidikan dan lama berusahatani terhadap penggunaan pestisida pada tanaman sayuran Kubis (Brassica Oleracea ) di daerah penelitian? 4. Untuk menganalisis pengaruh faktor luas lahan, lama pendidikan dan lama berusahatani terhadap penggunaan pupuk pada tanaman sayuran Kubis (Brassica Oleracea ) di daerah penelitian? 5. Untuk mengetahui pengaruh faktor tingkat pelatihan K3 (kesehatan dan keselamatan kerja), tingkat penyuluhan dan tingkat kosmopolitan terhadap penggunaan pestisida dan pupuk pada tanaman sayuran Kubis (Brassica Oleracea ) di daerah penelitian? 6. Untuk mengetahui upaya petani menanggulangi penggunaan pestisida dan pupuk pada tanaman sayuran Kubis (Brassica Oleracea) di daerah penelitian?
9 1.4.Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan tersebut, maka manfaat penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan masukan bagi petani tanaman sayuran Kubis (Brassica Oleracea) di Kabupaten Karo dalam rangka meningkatkan sikap petani pada penggunaan pestisida pada tanaman sayuran. 2. Sebagai sumber informasi dan pertimbangan kepada pemerintah di dalam merumuskan kebijakan terhadap subsektor hortikultura di Kabupaten Karo. 3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan dan penelitian-penelitian lain yang berhubungan. 1.5. Keaslian Penelitian 1. Model penelitian : Dalam penelitian ini menggunakan skala likert, skala ini menilai sikap atau persepsi yang diinginkan oleh para peneliti dengan cara mengajukan beberapa pernyataan kepada responden. Kemudian responden diminta member jawaban atau dalam skala ukur yang telah disediakan, misalnya sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju dan menggunakan Metode Analisis Regresi Linear Berganda dengan menggunakan alat bantu SPSS (Statistical Product and Servive Solution) versi 16.
10 2. Variabel penelitian : Penelitian ini menggunaka variabel terikat yaitu Pestisida dan pupuk dan 3 variabel bebas masingmasing pada pestisida dan pupuk yaitu Luas Lahan, Lama Pendidikan dan Lama Berusaha Tani. 3. Jumlah sampel : Penelitian ini menggunakan sampel sebesar 90 petani yang mewakili petani khusus menanam tanaman sayuran Kubis (Brassica Oleracea). 4. Perbedaan dari penelitian terdahulu : Penelitian ini meneliti tentang bagaimana sikap petani tentang penggunaan pestisida dan pupuk pada tanaman sayuran yang sering dikonsumsi secara langsung oleh masyarakat. Misalnya sayuran Kubis (Brassica Oleracea) yang sering dikonsumsi oleh masyarakat.