BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. seseorang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Hal ini sesuai

EVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk meningkatkan mutu. pelayanan kesehatan demi kepuasan masyarakat yang menggunakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI PEMBANTU (PPID PEMBANTU) RSUD UNGARAN TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan Rumah Sakit Bergerak, rumah sakit sebagai salah satu. sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pusat latihan tenaga kesehatan, serta untuk penelitian biososial.

BAB III TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN. masyarakat. RSUD kota Bandung beralamat di Jl. Rumah Sakit No. 22 Ujung

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan Luas Bangunan Rumah Sakit terdiri dari 2 Lantai Gedung, yaitu : Lantai Bawah : 5.721,71 m 2 Lantai Atas : 813,84 m 2

BAB I PENDAHULUAN. diolah sebagai bahan pembuat laporan pelayanan rumah sakit. Rumah sakit

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah Singkat Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Soeselo Slawi

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. terletak di Jalan Jendral Sudirman 124 Bantul Yogyakarta. Rumah sakit ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan. pelayanan kesehatan secara merata, dengan mengutamakan upaya

PEDOMAN ORGANISASI UNIT REKAM MEDIS DISUSUN OLEH : UNIT REKAM MEDIS RSUD KOTA DEPOK

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Di dalam rumah sakit. terdapat suatu Unit Rekam Medis yang merupakan komponen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Perbedaan jenis pelayanan pada:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan

BAB 3 ANALISA KECENDERUNGAN INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien (Peraturan Menteri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI PURWOREJO TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PURWOREJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

Sejak tahun 1998 di Inggris dikembangkan suatu pendekatan baru manajemen mutu klinis yang dikenal dengan sebutan clinical governance (Scally, 1998).

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG

BAB IV GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO SEMARANG Keadaan Umum Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009). Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 340/MENKES/PER/III/2010, Rumah sakit adalah institusi pelayanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara. paripurna yang menyediakan pelayanan rawat in ap, rawat jalan,

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. tentang Kesehatan, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,

2. STRUKTUR ORGANISASI RSUD INDRASARI RENGAT, KAB.INDRAGIRI HULU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan (Hatta, 2008). Berdasarkan Undang-Undang No. 44 Tahun 2009

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

NAMA SKPD VISI MISI TUGAS POKOK FUNGSI. a. Penyelenggaraan pelayanan medis

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat. Dari

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DAERAH

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT

II. Lokasi RSU Kabanjahe RSU Kabanjahe terletak di Jalan Selamat ketaren Kabanjahe, luas areal ± 3 Ha.

BAB I PENDAHULUAN. Rekam Medis menurut Permenkes No.269 tahun 2008 adalah berkas

BAB I PENDAHULUAN. harus direkam dan didokumentasikan ke dalam bentuk catatan medis. yang disebut rekam medis atau rekam kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap rumah sakit diwajibkan menyelenggarakan rekaman atau. rekam medis. Menurut Huffman (1994), rekam medis adalah rekaman atau

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dengan tingginya standar tingkat pendidikan, keadaan sosial ekonomi

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 3 SERI D

BAB II PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI MEDAN. A. Sejarah Ringkas RSU Dr. Pirngadi Medan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ELIZABETH

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 17 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

2016, No Republik Indonesia Sebagai Instansi Pemerintah Yang Menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum c. bahwa Kepala Kepolisian Nega

BAB I PENDAHULUAN. Medis, pengertian sarana pelayanan kesehatan adalah tempat. untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Rumah sakit merupakan

2018, No b. bahwa usulan tarif layanan Badan Layanan Umum Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat III Kendari pada Kepolisian Negara Republik Indonesia

RSUD KOTA BANDUNG RENJA 2014 BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja (Renja) RSUD Kota Bandung Tahun 2014 merupakan dokumen

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Salah satu sarana pelayanan kesehatan yang ada

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit Umum Daerah Cicalengka sampai saat ini memiliki fasilitas pelayanan kesehatan sebagai berikut :

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah Singkat Rumah Sakit

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUTAI NOMOR 21 TAHUN 1996 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja (Renja) RSUD Kota Bandung Tahun 2015 merupakan. dokumen rencana pembangunan RSUD Kota Bandung periode tahun

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

Penilaian pelayanan di RSUD AM Parikesit menggunakan indikator pelayanan kesehatan, adapun data indikator pelayanan dari tahun yaitu :

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

penyimpanan yang dipakai kurang baik, maka akan timbul masalah-masalah yang mengganggu proses ketersediaan berkas rekam medis. Menurut Budi (2011),

RUMAH SAKIT. Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt.

BAB I PENDAHULUAN. No. 269/MENKES/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya. pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat

PEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

1 BAB I PENDAHULUAN. pengentasan kemiskinan. Tujuan MDGs di bidang kesehatan merupakan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan secara maksimal. Untuk mewujudkan

MISI MENJADI RUMAH SAKIT BERSTANDAR KELAS DUNIA PILIHAN MASYARAKAT KEPUASAN DAN KESELAMATAN PASIEN ADALAH TUJUAN KAMI

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang lengkap kepada masyarakat baik kuratif. bersifat rahasia. Dokumen tersebut dinamakan sebagai rekam medis.

LAMPIRAN. Bulan Biaya Penyusutan Gedung Penyusutan Alat Medis Penyusutan Mesin Penyusutan Perabotan

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. bagian selatan Kecamatan Mamajang Kota Makassar tepatnya di Jalan Dr.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data statistik vital terdiri dari angka kelahiran dan angka kematian. Data statistik tersebut, khususnya angka kematian dapat digunakan untuk menentukan masalah-masalah kesehatan, mengambil keputusan terkait dengan upaya pencegahan dari penyakit atau kasus yang mematikan sehingga status masyarakat menjadi lebih baik, menentukan prioritas masalah, dan dapat juga digunakan untuk menentukan intervensi dalam bidang kesehatan masyarakat sebagai penyelesaiannya. Akan tetapi secara global, hanya 1/3 dari jumlah seluruh kematian di dunia yang tercatat berdasarkan umur, jenis kelamin, dan penyebab kematian, sedangkan 2/3 negara tidak tercatat berdasarkan umur, jenis kelamin, dan penyebab kematian. Keadaan ini paling sering ditemui pada negara-negara berkembang seperti Indonesia. Masih banyaknya penduduk yang berada di garis kemiskinan menyebabkan banyaknya kematian yang terjadi diluar fasilitas kesehatan, sehingga sistem pencatatan menjadi tidak lengkap (WHO, 2008). Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator sensitif untuk mengetahui derajat kesehatan suatu negara bahkan untuk mengukur tingkat kemajuan suatu bangsa. Dalam pelayanan kebidanan (obstetric), selain Angka Kematian Maternal/ibu (AKM) terdapat Angka Kematian Perinatal (AKP) yang dapat digunakan sebagai parameter keberhasilan pelayanan. Namun, keberhasilan menurunkan angka kematian ibu di negara-negara maju saat ini menganggap angka kematian perinatal merupakan parameter yang lebih baik dan lebih peka untuk menilai kualitas pelayanan kebidanan (Marhan, 2009). Menurut WHO (2015) salah satu tujuan pembangunan Millennium Development Goals (MDG s) adalah mengurangi angka kematian anak dengan sasaran mengurangi dua pertiga antara tahun 1990 dan 2015, angka kematian balita global, kemajuan signifikan telah dibuat dalam mengurangi angka kematian pada anak dibawah usia 5 tahun. Pada tahun 2013, 6,3 juta anak dibawah usia 5 tahun meninggal, dibandingkan dengan 12,7 juta pada tahun 1990. Antara tahun 1990 dan 2013, kematian dibawah usia 5 tahun menurun 49%. Tingkat global juga penurunan telah dipercepat dalam beberapa tahun

terakhir dari 1,2% per tahun selama tahun 1990-1995 menjadi 4% selama tahun 2005-2013. Meskipun perbaikan ini, dunia tidak mungkin untuk mencapai target MDG s dari pengurangan dua per tiga pada tahun 1990. Banyak negara mencapai tingkat tinggi cakupan imunisasi. Pada tahun 2013, 66% dari negaranegara anggota mencapai cakupan minimal 90%. Pada tahun 2013, cakupan imunisasi campak global 84% diantara anak usia 12-23 bulan, selama tahun 2000-2013 diperkirakan kematian akibat campak menurun 74% dari 481000-124000. Diagnosis penyebab dasar kematian perinatal ini akan digunakan sebagai laporan mortalitas. Menurut Lawn, et al. dalam Ernaningsih (2005) menyatakan bahwa, penyebab kematian bayi digolongkan menurut International Classification of Disease (ICD). Kode ICD sangat kompleks dan sering membutuhkan prosedur penelitian yang tidak bisa dijalankan, karena kekurangan data yang spesifik untuk kematian bayi. Identifikasi penyebab kematian bayi sering tidak dapat dipercaya, sebab banyak penyebab kematian menunjukkan gejala dan tanda klinis yang sama, seperti kekurangan gizi dan ketidakstabilan suhu tubuh. Diagnosis penyebab kematian perinatal merupakan salah satu informasi kesehatan yang sangat penting. Dalam hal tersebut peran dokter dan petugas rekam medis sangat diperlukan, diagnosis yang dituliskan oleh dokter sebagai bahan penegakkan diagnosis penyebab kematian yang akan diolah oleh petugas rekam medis. Dalam penentuan sebab utama kematian perinatal terdapat perbedaan dengan penentuan sebab utama kematian dewasa. Perbedaan tersebut terdapat pada penentuan kode Underlying Cause of Death (UCoD). Pada kasus perinatal tidak melakukan seleksi UCoD, tetapi menentukan mana yang tepat sebagai penyebab utama dan penyebab lain kematian tersebut. Sedangkan pada kasus kematian selain perinatal, dilakukan seleksi kode yang tepat untuk dijadikan UCoD. Menurut Depkes RI (2008), data penyebab kematian yang disusun berdasarkan ICD-10 merupakan sumber data yang dapat dipakai untuk menghitung angka harapan hidup dan angka kematian. Ketepatan penentuan sebab kematian akan mempengaruhi data statistik yang ada di rumah sakit.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, diperoleh informasi bahwa di Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis yang menjadi penyebab utama kematian perinatal tertinggi adalah asfiksia. Hal tersebut menunjukan bahwa penentuan sebab utama untuk kasus perinatal di rumah sakit tersebut belum sesuai dengan aturan ICD-10. Peneliti juga memperoleh informasi bahwa di rumah sakit tersebut angka kematian perinatal masih banyak kasusnya. Jika dengan angka kematian perinatal yang tinggi tersebut, maka penentuan penyebab kematian perinatal di rumah sakit kemungkinan masih banyak yang belum tepat. Dengan adanya aturan mengenai penentuan penyebab kematian perinatal, pihak rumah sakit dapat mengetahui cara penentuan penyebab kematian perinatal dan memperbaiki statistik terkait kematian yang ada pada rumah sakit tersebut. Hal ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi, baik dari segi sumber daya manusia maupun dari segi aturan yang berlaku. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana ketepatan penempatan kode sebab utama dan sebab lain pada kematian perintal di RSUD Ciamis? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketepatan penempatan kode sebab utama dan sebab lain pada kematian perinatal di RSUD Ciamis 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pelaksanaan penempatan kode sebab utama dan sebab lain kematian kasus perinatal di RSUD Ciamis b. Mengetahui persentase ketepatan penempatan kode sebab utama dan sebab lain kematian kasus perinatal di RSUD Ciamis

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit Dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi pihak rumah sakit dalam pelaksanaan penentuan sebab utama dan sebab lain kematian perinatal secara tepat. 2. Bagi Peneliti a. Memberikan tambahan pengetahuan yang dapat di pakai sehingga peneliti mengetahui hasil ketepatan penempatan kode sebab utama dan sebab lain kematian perinatal di RSUD Ciamis. b. Memberikan bekal pengalaman implementasi yang nyata sebagai penerapan ilmu yang telah diperoleh. 3. Bagi Instansi Pendidikan Dapat memberikan masukkan materi yang berharga sebagai sumber pembelajaran bagi pendidikan mahasiswa D3 Rekam Medis. 4. Bagi Peneliti lain Peneliti ini dapat digunakan sebagai referensi dasar untuk pengembangan peneliti lain yang relevan. E. Keaslian Penelitian Menurut pengetahuan peneliti, penelitian mengenai ketepatan penempatan sebab utama dan sebab lain kematian perinatal pada laporan puskesmas di Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis pernah dilakukan sebelumnya. Namun, beberapa penelitian yang serupa pernah dilakukan. Novitasari (2014) melakukan penelitian dengan judul Evaluasi Pelaksanaan Autopsi Verbal di Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta. Tujuan penelitian untuk mengevaluasi pelaksanaan autopsi verbal di Puskesmas Jetis dengan membandingkan pelaksanaan dengan peraturan yang ada. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan observasi. Hasil penelitian Novitasari adalah evaluasi terhadap pelaksanaan AV di Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta menunjukkan bahwa dalam pelaksanaannya sudah ada kegiatan yang sesuai dengan buku pedoman namun ada pula yang belum sesuai dengan buku pedoman. Hidayat (2013) melakukan penelitian dengan judul Analisis Ketepatan Kode Diagnosis Penyebab Dasar Kematian Berdasarkan ICD-10 di RS Panti

Rapih Yogyakarta. Penelitian tersebut menjelaskan tentang analisis ketepatan sebab dasar kematian dewasa di rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan rancangan cross sectional. Hasil penelitian Hidayat adalah pelaksanaan pengkodean sebab dasar kematian di RS Panti Rapih Yogyakarta belum sepenuhnya sesuai dengan ICD-10, staff coding sebab kematian hanya mengkode diagnosis yang sudah dituliskan oleh dokter. Urutan penyakit menuju kematian yang tepat memiliki persentase sebesar 69,59% dengan UCoD yang tepat sebesar 97,48% dan UCoD tidak tepat 2,52%. Total persentase ketepatan UCoD sebesar 79,53% dan tidak tepat sebesar 20,47%. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidaktepatan kode sebab dasar kematian adalah tidak ada SPO tentang pengkodean sebab kematian, belum dugunakan tabel MMDS sebagai milik rumah sakit yang disajikan fasilitas untuk staff coding, tidak semua dokter mengisi diagnosis sebab dasar kematian, dan tidak adanya audit coding atau evaluasi ketepatan kode sebab dasar kematian. Ernaningsih (2005) melakukan penelitian dengan judul Studi Validasi Autopsi Verbal Kematian Bayi di Kabupaten Purworejo. Tujuan penelitiannya untuk mengetahui validasi autopsi verbal dilihat dari proses pengukuran yang dilakukan oleh petugas pengukur yang berbeda untuk menetapkan kesepakatan kesimpulan akhir penyebab kematian bayi antara petugas medis dan non medis dibandingkan dengan diagnosis dokter sebagai gold standars. Hasil penelitian Ernaningsih (2005) adalah nilai kesepakatan antara diagnosis dokter dan autopsi verbal oleh mantri statistik adalah 0,57 dengan p-value 0,000. Hasil uji kappa statistik antara bidan dan mantri statistic sebesar 0,63 dengan p-value 0,000. Hal ini juga menunjukkan kesepakatan yang cukup baik. Petugas mantri statistik dapat melaksanakan autopsi verbal kematian bayi. Saputro (2014) melakukan peneltian dengan judul Evaluasi Ketepatan Kode Diagnosis Berdasarkan ICD-10 dan ICPC di Puskesmas Mojolaban Jawa Tengah. Tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui persentase ketepatan kode diagnosis berdasarkan ICD-10 dan ICPC dan untuk mengetahui faktorfaktor ketidaktepatan kode diagnosis. Jenis penelitiannya adalah menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Rancangan penelitiannya adalah menggunakan rancangan cross sectional.

Penelitian yang akan dilakukan adalah dengan judul Ketepatan Penempatan Kode Sebab Utama dan Sebab Lain Kematian Perinatal di RSUD Ciamis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ketepatan penempatan kode sebab utama dan sebab lain pada kematian perinatal di RSUD Ciamis. Teknik Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. F. Gambaran Umum Rumah Sakit 1. Sejarah Rumah Sakit Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis didirikan pada tahun 1942 dengan luas 19.305 m 2, beralamat di Jalan Rumah Sakit Nomor 76 Desa Ciamis, Kecamatan Ciamis, Kabupaten Ciamis dan dipimpin oleh dr. M. Suwarto sekaligus merangkap sebagai Kepala Dinas Kesehatan Rakyat Kabupaten Ciamis. Kapasitas tempat tidur saat itu berjumlah 40 Tempat Tidur terdiri dari kelas I dan II dengan jumlah karyawan sebanyak 55 orang. Perkembangan RSUD Ciamis pada tahun 1958 sampai dengan 1965 masih dalam proses transisi. Perkembangan rumah sakit pada periode ini mengalami hambatan akibat adanya krisis politik. Situasi pemerintah mengalami keadaan sulit, krisis ekonomi menimpa masyarakat, sandang dan pangan susah didapat begitu pula harga-harga mengalami peningkatan, efek dari hal tersebut adalah menurunnya jumlah kunjungan masyarakat. Menurunnya pendapatan berpengaruh terhadap kelancaran operasional rumah sakit begitu pula dengan upaya pengembangannya. Pada Periode ini terjadi pergantian kepemimpinan di rumah sakit dari dr. M. Suwarto kepada dr. Supandi sekaligus sebagai Kepala Dinas Kesehatan Rakyat Kabupaten Ciamis. Pada periode tahun 1966 sampai dengan tahun 1989 berdasarkan surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Ciamis, tertanggal 30 September 1978, Nomor 123/ HK/ 003/ SK/ 1987, Rumah Sakit Umum Kabupaten Daerah Tingkat II Ciamis berubah status menjadi Rumah Sakit Kelas D. Pada periode ini terjadi pergantian kepemimpinan dari dr. Supandi kepada dr Hj. Hasanah dengan status Direktur selama 4 tahun (tahun 1985 s/d tahun 1989). Selama periode kepemimpinan yang baru telah terjadi kemajuan dan perbaikan dalam pelayanan ditandai dengan adanya

peningkatan sarana dan prasarana meliputi unit gawat darurat, ruang rawat inap, laboratorium, dapur umum dan peralatan kesehatan yang bersumber dari Pusat, Propinsi serta crash program. Pada periode tahun 1990 sampai dengan tahun 1995 perkembanga pelayanan kesehatan di rumah sakit secara umum mengalami peningkatan. Peran rumah sakit sebagai sarana pelayanan rujukan mulai sangat dirasakan baik oleh masyarakat kota maupun oleh masyarakat dari daerah terpencil. Pada periode ini disamping dilakukan peningkatan sarana dan prasarana juga mulai dilengkapi dengan Prosedur Kerja Tetap (Protap) sebagai pegangan bagi seluruh karyawan dalam melaksanakan tugas. Dengan keluarnya surat keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97/ Menkes/SK// II/ 1994 tertanggal 9 Januari 1994 terjadi peningkatan kelas RSUD Ciamis dari Kelas D menjadi Kelas C. Seiring dengan perubahan status menjadi Kelas C ditetapkan pula peraturan daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Ciamis dengan memperhatikan Surat Keputusan Menteri dalam Negeri Nomor 22 tahun 1994 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah. Tindaklanjut dari munculnya Peraturan Daerah tersebut adalah adanya Job Description atau uraian tugas tiap-tiap jabatan mulai dari Direktur, Komite Medik, Seksi-seksi, Sub Seksi serta Sub Bagian dan Urusan, Staf Medis Fungsional dan Instalasi. Pada periode ini pula terjadi pergantian kepemimpinan dari dr. Hj. Hasanah kepada dr. H. Hendra Suminarsa selama 8 tahun (tahun 1989 s/d tahun 1997) Periode tahun 1996 sampai dengan tahun 2000 terjadi 2 kali pergantian kepemimpinan yaitu dari dr. H. Hendra Suminarsa kepada dr. H.Herman Sutrisno yang berjalan selama 1 tahun selanjutnya digantikan oleh dr. Hj. Mekaryanis Senowati, MARS selama 3 tahun (tahun 1998 s/d tahun 2001). Pada periode ini terjadi perubahan total dari sisi pelayanan ditandai dengan diterapkannya sistem reward terhadap karyawan serta azas transparansi. Periode tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 terjadi 2 kali pergantian kepemimpinan dari dr.hj.mekaryanis Senowati, MARS kepada dr. Hj. Tika Sastraparwira, M.Kes selama 4 tahun (tahun 2001 s/d tahun 2004), selanjutnya digantikan oleh dr. H. Herman Umar selama 1 tahun

(tahun 2004 s/d tahun 2005). Selama periode ini terjadi peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit diantaranya: a. Pembangunan Ruang VIP b. Rehabilitasi IGD c. Pembangunan Instalasi Pemulasaraan Jenazah d. Pengembangan Ruang Rawat Inap Kelas II dan Kelas III e. Pembangunan Gedung Gizi f. Loundry g. Pembangunan Instalasi Bedah Sentral h. Pengadaan Peralatan Kesehatan i. Peningkatan Sarana Penunjang Lainnya Periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 terjadi tiga kali pergantian kepemimpinan dimulai dari dr. H. Herman Umar kepada dr. H. Dedi Rukhwandi, Sp.A selama 2 tahun (tahun 2005 s/d tahun 2007), kemudian dari dr. H. Dedi Rukhwandi, Sp.A kepada drg. Engkan Iskandar selama 2 tahun (tahun 2007 s/d tahun 2009) dan dari drg. Engkan Iskandar kepada drg. H. Dendy Rahayu S, MM selama 8 bulan (6 Pebruari 2009 s.d 15 Oktober 2009). Pada periode ini terjadi upaya-upaya lanjutan dalam kaitannya dengan pengembangan sarana dan prasarana diantaranya: a. Rehabilitasi Poliklinik b. Pembangunan ICU c. Pembangunan Gedung Obat d. Pembangunan Genset e. Pembangunan Gedung Kebidanan f. Pembangunan Rawat Inap Kelas III g. Pemenuhan Peralatan Kesehatan Pada tahun 2008, Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C Kabupaten Ciamis menjadi salah satu Organisasi Perangkat Daerah melalui Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis Nomor 17 tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Ciamis, dengan Tugas Pokok dan Fungsi diatur dalam Peraturan Bupati Ciamis Nomor 62 tahun 2008, tentang Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C Kabupaten Ciamis. Periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 terjadi pergantian Kepemimpinan dari drg.h.dendi Rahayu S, MM, Digantikan oleh H. Dede

Saepul Uyun, SKM, M.Kes. selama 2 tahun (15 Oktober 2009 s.d 19 September 2011). Pada periode ini Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Kabupaten Ciamis tertanggal 07 Daerah Kelas C Kabupaten Ciamis, sebagai Perangkat Daerah menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) secara penuh. Pada Periode ini terjadi kepemimpinan dari H.Dede Saepul Uyun, SKM, M.Kes digantikan oleh dr.widyaningsih Notomuliono (19 September 2011 s/d 31 Desember 2013). Pada Periode tahun 2014 adanya pergantian kepemimpinan dari dr. Widyaningsih Notomuliono digantikan oleh dr. H. Aceng Solahudin Ahmad, M.Kes serta dengan berlakunya SOTK baru. 2. Perfomance Rumah Sakit Tabel 1. Perfomance RSUD Ciamis tahun 2013-2014 No. Indikator Tahun 2013 Tahun 2014 1 BOR (%) 72,26 67,91 2 LOS (hari) 3,54 4,22 3 TOI (hari) 1,34 2,01 4 BTO (kali) 6,52 4,90 5 GDR (per mil) 2,74 3,32 6 NDR (per mil) 1,24 1,63 Sumber: Sub Bagian Umum RSUD Ciamis Tabel 2. Kunjungan Pasien RSUD Ciamis tahun 2013-2014 No. Kunjungan Pasien Tahun 2013 Tahun 2014 1 Instalasi Gawat Darurat (orang) 17.326 19.899 2 Rawat Jalan (orang) 70.602 77.322 3 Rawat Inap (orang) 17.196 15.978 Sumber: Sub Bagian Umum RSUD Ciamis 3. Visi dan Misi a. Visi Rumah sakit yang profesional dan diminati masyarakat

b. Misi 1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang optimal dan berkualitas 2) Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia 3) Meningkatkan sarana dan prasarana sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi 4. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Untuk mewujudkan pelayanan yang terbaik, Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis didukung oleh tenaga medis dan tenaga keperawatan yang berpengalaman serta apoteker dan tenaga non-medis lainnya. Berikut ini merupakan jenis pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis: a. Pelayanan Penunjang Medis 1) Laoratorium 2) Radiologi 3) Farmasi 4) Gizi 5) Bedah Sentral 6) Instalasi Pemulasaraan Jenazah 7) USG 8) EKG 9) EEG 10) CT-SCAN 11) Hemodialisa b. Pelayanan Gawat Darurat Instalasi gawat darurat stand by 24 jam dengan dilengkapi dokter jaga dan nomor telepon darurat (0265) 773661 untuk melayani permintaan ambulance dan informasi kegawatdaruratan. c. Pelayanan Rawat Jalan 1) Poliklinik a) Kesehatan Anak b) Bedah c) Penyakit Dalam d) THT e) Mata

f) Kulit dan Kelamin g) Kebidanan dan Kandungan h) HIV i) Syaraf j) Jiwa k) Poli dot s l) Akupuntur m) Paru n) Bedah Gigi Anak o) Orthopedi 2) Gigi dan Mulut 3) Konsultasi Gizi 4) Fisioterapi 5) General Check Up 6) Poliklinik Khusus a) Thalasemia b) Hemodialisa d. Pelayanan Rawat Inap 1) Ruang ICU 2) Ruang VIP 3) Ruang Anggrek 4) Ruang Mawar 5) Ruang Delima (Kebidanan dan Kandungan) 6) Ruang Melati (Anak) 7) Ruang Teratai (Penyakit Dalan dan Syaraf) 8) Ruang Bougenvil 9) Ruang Kenanga 10) Ruang Dahlia 11) Ruang Perinatologi 12) Ruang VK