2015 PENGARUH STORE ATTRIBUTE TERHADAP LOYALITAS WISATAWAN DIKONTROL OLEH MOTIVASI BERBELANJA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Tabel 1.1 Wilayah Segmentif Wisata Belanja Jenis Wisata Wilayah Segmentif

BAB I - PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini kota Bandung menjadi salah satu tujuan

2015 PENGARUH WORD OF MOUTH TERHADAP MINAT BELI ATTIS JEANS

2015 PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata muncul sebagi salah satu sektor yang cukup menjanjikan dalam

1.1 DATA KUNJUNGAN WISATAWAN KE KOTA BANDUNG PADA TAHUN

3 Industri Pengolahan , , ,1

BAB I PENDAHULUAN. cepat serta menghasilkan sumber pendapatan yang cukup besar bagi negara. Hal

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata yang memiliki peran penting dalam peningkatan pendapatan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan pemasaran tidak bisa terlepas dari aktifitas bisnis yang bertujuan

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Dengan semakin meningkatnya penyelenggaraan pariwisata yang

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha untuk turut

BAB I PENDAHULUAN. yang ditawarkannya pun semakin beraneka ragam. Setiap Pelaku usaha saling

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Ratu Selly Permata, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Congo Café and Resto

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini, kota Bandung sudah menjadi kota

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Keterangan Jumlah kendaraan yang masuk via gerbang tol 1. Jumlah pengun jung melalui gerban.

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. hanya untuk bersenang - senang, memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun wisatawan asing. Sektor pariwisata menjadi salah satu industri yang

BAB I PENDAHULUAN. atau melihat pemandangan semata, akan tetapi wisatawan juga ingin mencari dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan perkembangan teknologi. globalisasi

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ritel modern saat ini semakin pesat dan mulai

BAB I PENDAHULUAN. wisata alam, wisata fashion, namun juga wisata kuliner semakin menarik banyak

I. PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memegang peranan penting dalam menunjang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki peran yang sangat besar bagi pengembangan pembangunan Kota

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan telah berkembang menjadi industri besar yang memiki peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan industri membawa dampak bagi kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara Di Indonesia Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun ke tahun, jumlah. kegiatan wisata semakin mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1: Jumlah Perjalanan Wisatawan Nusantara. Sumber: Pusdatin Kemenparekraf & BPS

BAB I PENDAHULUAN. khususnya kota Bandung. Mulai dari pakaian casual, remaja, dewasa, dan pakaian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan

I. PENDAHULUAN. Pusat perbelanjaan moderen merupakan tempat berkumpulnya. pedagang yang menawarkan produknya kepada konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan harus mampu memenuhi permintaan konsumen yang semakin hari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pariwisata yang menarik, maka dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan sebagai salah satu aspek dalam pariwisata yang dapat dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. jaman sekarang yang dimana telah mengalami perkembangan dalam dunia usaha

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia saat ini adalah cafe. Pada tahun 2016 ini banyak bisnis cafe

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Konsumen di masa sekarang semakin menuntut banyak hal terhadap produk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH STORE ATTRIBUTE TERHADAP LOYALITAS WISATAWAN DIKONTROL OLEH MOTIVASI BERBELANJA

BAB I PENDAHULUAN. permintaan orang-orang akan hiburan semakin tinggi. Orang-orang

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi, juga merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuannya mereka terus memperjuangkan tujuan lama, atau tujuan pengganti.

BAB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dilakukan, baik itu belanja barang maupun jasa. Recreational Shopper

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan di bidang perekonomian sampai saat ini telah banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertajam persaingan yang akhirnya membawa konsekuensi hanya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. food terbaik. Richeese Factory adalah QSR (Quick Service Restaurant) di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar dominasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata terus dikembangkan dan menjadi program pembangunan nasional Sumber : World Tourism Organization (2015)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penentuan Pokok Bahasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi ciri khas Yogjakarta. Di Yogjakarta kurang lebih terdapat 116

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan yang terjadi di dunia bisnis semakin ketat, setiap bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar

BAB I PENDAHULUAN. bioskop, fashion, food court, tempat bermain anak, ruang pameran, fitness, meeting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengesankan dalam hal total kunjungan turis internasional. Jumlah kunjungan

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya terjadi peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung, Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi yang terjadi saat ini telah membuat dunia bisnis mengalami

distro distro distro Sumber : (2015)

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam bidang pemasaran. Perkembangan teknologi yang begitu pesat

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata, yang didapat dari mata uang asing yang dikeluarkan oleh wisatawan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Barat, 2013.

BAB I PENDAHULUAN. dalam triwulan I-2006 dan setelah itu terus meningkat. Hal ini konsisten dengan

Gambar 1.1 Logo UNKL347

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya berbagai kebebasan dan kemudahan yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. jasa untuk konsumsi langsung atau tidak langsung. Pengertian retail menurut Ma ruf

Tahun 2012 Wisatawan Nusantara Wisatawan Mancanegara. Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun wilayahnya sebagai daerah wisata hingga mampu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan sejarah manusia dalam memenuhi kebutuhannya, maka

PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Berikut adalah perkembangan mall yang ada di Surabaya berdasarkan kanalsatu.com: Tabel 1.1 Perkembangan Mall di Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. bisnis ritel, juga disebabkan oleh semakin banyaknya bisnis ritel luar negeri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Bisnis ritel sekarang berkembang cukup pesat. Bisa dilihat dengan banyak munculnya bisnis ritel di

BAB 1 PENDAHULUAN. daya pariwisata yang menarik, baik keindahan alam maupun keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun mancanegara untuk berkunjung. Seiring dengan meningkatnya kunjungan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Wisata belanja merupakan salah satu sektor industri pariwisata yang mengalami pertumbuhan yang signifikan di dunia. Berbelanja sudah menjadi suatu hal yang dilakukan oleh wisatawan setiap mereka berwisata baik wisatawan nusantara maupun mancanegara, tidak lengkap rasanya apabila wisatawan dalam suatu perjalanan tidak menghabiskan waktu untuk berbelanja. Selain berbelanja untuk banyak orang sudah menjadi salah satu cara meluangkan waktu. Dalam dalam perjalanan satu hari, liburan panjang atau perjalanan bisnis, berbelanja sudah menjadi isu penting untuk sekarang ini (LeHew dan Wesley, 2007; Friedrich dan Sattler,2005) Fenomena yang terjadi di destinasi wisata belanja saat ini menunjukkan dari beberapa kawasan bahwa perkembangan manusia untuk melakukan perjalanan wisata dengan tujuan ingin belanja sebagai salah satu cara berlibur dan berekreasi sehingga banyak wisatawan melalukakan perjalanan keluar negeri bertujuan hanya untuk berbelanja. Asia, Eropa, dan US merupakan suatu destinasi penting sebagai tempat wisata belanja akan tetapi berbelanja di Negara berkembang merupakan daya tarik wisatawan dimana harga produk relatif lebih murah. Dengan terus berkembangnya wisata belanja hal itu menimbulkan faktor positif karena dapat menjadi salah satu daya tarik di suatu destinasi, selain itu dapat meningkatkan kunjungan wisatawan. Akan tetapi meskipun wisata belanja terus mengalami pertumbuhan hal tersebut tidak berdampak kepada pertumbuhan loyalitas wisatawan terhadap suatu tempat belanja. Jumlah wisatawan yang melakukan belanja semakin bertambah tetapi tidak diiringi dengan pertumbuhan tingkat loyalitas wisatawan belanja yang pada saat ini masih sangat rendah (Yvette dan Kwang-soo, 2008) Keinginan untuk berbelanja semakin meningkat tetapi hal ini tidak seimbang dengan tingkat loyalitas wisatawan belanja yang tinggi. Beberapa wisatawan belanja, terutama konsumen muda tidak dapat setia pada suatu tempat belanja tertentu mereka sering kali mengunjungi beberapa toko sebelum 1

2 mengambil keputusan pembeliaan dan untuk melakukan pembelian ulang karena wisatawan tidak memiliki daftar khusus untuk berbelanja, bahkan berbelanja sering terjadi sebagai perjalanan yang tidak terencana hal itulah yang membuat wisatawan tidak dapat setia ketika berbelanja (Saigon dalam Nguyen et.al., 2007:228; Thomas dan LeTourneur dalam Won dan Wan, 2012:30) Masalah loyalitas wisatawan belanja pun terjadi di Indonesia yang merupakan salah satu Negara di Asia yang memiliki banyak tempat wisata belanja. Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Handaka Santosa mengungkapkan meskipun Indonesia dapat menarik banyaknya wisatawan belanja akan tetapi bukan suatu jaminan tingkat loyalitas wisatawan belanja pun tinggi. Tingkat loyalitas wisatawan belanja di Indonesia cukup rendah hanya sekitar 28%, padahal pemerintah sudah turut andil dalam upaya meningkatkan kunjungan wisatawan dan agar dapat berdampak pada peningkatan loyalitas wisatawan belanja selain itu diharapkan Indonesia mampu bersaing dengan Negara lain serta dapat menjadi salah satu pilihan tujuan utama wisata belanja di dunia. (Sumber: http://swa.co.id/ceo-interview/handaka-santosapermintaan-mal-tinggi-di-ibukota, diakses pada 17 April 2015). Kota Bandung yang dikenal dengan julukan Paris Van Java yang memiliki arti Kota Paris dari Pulau Jawa karena dikenal dengan keindahan, dan kesejukannya serta sebagai kinlat dalam dunia Fashion. Wisatawan datang ke Bandung selain menikmati wisata alam, wisata edukasi, wisata sejarah, wisata kuliner, para wisatawan pasti menyempatkan untuk berbelanja di Kota fashion ini atau memang wisata belanja merupakan destinasi utama yang mereka ingin kunjungi. Bandung pada saat ini merupakan salah satu Kota besar di Indonesia yang berkembang dalam sektor wisata belanja dengan memiliki potensi yang tinggi yaitu terdapat banyak jenis wisata belanja yang dapat dikunjungi wisatawan yang dimana setiap jenis tempat wisata belanja memiliki ciri khas dan keunikan yang berbeda sehingga mampu mendatangkan lebih dari 5 juta wisatawan setiap tahunnya. Terdapat berbagai macam jenis wisata belanja yang dapat dikunjungi wisatawan yang dimana setiap jenis tempat wisata belanja memiliki ciri khas dan keunikan yang berbeda.

3 Walikota Bandung yaitu Ridwan Kamil mengungkapkan keinginannya agar Kota Bandung dapat menjadi fashion city di Dunia yang dimana Kota Bandung merupakan sektor yang potensial serta sudah tidak diragukan lagi sebagai kota fashion di Indonesia yang mampu menarik banyak wisatawan untuk berwisata ke Bandung (Susanti, 2014:4). Wisata belanja di Kota Bandung terus berkembang, distro, FO, mall, trade center, butik tersebar dimana-mana, upaya yang dilakukan pemerintah Kota Bandung dalam pengembangan wisata belanja yaitu dengan membagi kawasan agar memudahkan wisatawan berbelanja secara terpusat diantaranya kawasan wisata belanja Setiabudhi, R.E Martadinata, Dago yang terkenal dengan pusat Factory Outlet, kawasan Cihampelas yang merupakan sentra jeans, kawasan Cibaduyut untuk sentra industri sepatu. Selain itu Kota Bandung berhasil menempati urutan ketiga kota yang memiliki pusat perbelanjaan terbanyak di Indonesia (Majalah SWA/XXVII dalam Aini, 2012:6). Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung mengidentifikasi jenis dan jumlah wisata belanja di Kota Bandung tahun 2015 yang disajikan pada Tabel 1.1 berikut : TABEL 1.1 JENIS DAN JUMLAH WISATA BELANJA DI KOTA BANDUNG TAHUN 2015 JENIS WISATA BELANJA JUMLAH Factory Outlet 99 Distro 135 Trade Centre / Mall 29 Department Store 16 Sumber : Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung Kawasan wisata belanja di Bandung tidak pernah sepi setiap minggunya, wisatawan sering sekali menghabiskan waktunya untuk berbelanja di pusat perbelanjaan yang tersebar di Kota Bandung meskipun begitu tingkat loyalitas wisatawan belanja di Kota Bandung sangat rendah karena semakin tingginya pertumbuhan wisata belanja bukan suatu jaminan tingkat loyalitas wisatawan pun tinggi. Berdasarkan hasil penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan loyalitas wisatawan belanja di Kota Bandung mengalami penurunan yang mana pada tahun 2013 jumlah wisatawan yang loyal sekitar 5,18% dan pada tahun 2014 menjadi

4 4,22% hal itu terjadi karena persaingan industri wisata belanja semakin ketat dimana pusat perbelanjaan di Kota Bandung setiap tahunnya terus bertambah dan tersebar dimana mana yang memberikan beragam penawaran sehingga wisatawan memiliki banyak pilihan tempat untuk berbelanja dan terus mencari tempat belanja lain untuk mendapatkan produk/jasa yang lebih baik dan mencari suasana lingkungan yang baru oleh karena itu wisatawan sulit untuk dapat setia pada suatu destinasi wisata belanja selain itu rendahnya loyalitas wisatawan belanja dikarenakan adanya motivasi wisatawan yang berbeda satu sama lain. (Novianti, 2014; Haryanto, 2014). Penelitian Kim dan Byoungho (2001:236) dan Michon dan Chebat (2004:883) memperkuat teori yang telah diungkapkan oleh peneliti sebelumnya bahwa loyalitas pelanggan dapat terbentuk karena dari daya tarik store attribute suatu wisata belanja serta motivasi karena wisatawan memiliki keinginan untuk mencoba tempat belanja lain yang lebih baik, mencari suasana lingkungan yang baru dan lebih nyaman serta tertarik dengan produk/jasa yang ditawarkan oleh pesaing. Motivasi berbelanja setiap wisatawan berbeda-beda ada yang memiliki kecenderungan terhadap motif belanja hedonik atau motif belanja utilitarian sehingga pemahaman terhadap motivasi berbelanja sangat diperlukan untuk dapat meningkatkan loyalitas pelanggan. Selain itu, Store Attribute merupakan salah satu hal penting yang perlu diperhatikan untuk meciptakan loyalitas dalam wisata belanja karena store attribute dapat merangsang wisatawan dalam pembentukan motivasi berbelanja serta menjadi pertimbangan dalam kepuasan konsumen yang menentukan kondisi konsumen loyal atau tidak. Semakin baik store attribute maka akan memberikan stimulus kepada pembelanja dalam motif berbelanja dan menciptakan loyalitas, semakin tinggi store attribute maka semakin tinggi pula shopper loyalty, hal ini menunjukkan dengan tingkat store attribute yang merupakan sebagai identitas atau citra suatu toko dapat memberikan stimulus pada motivasi berbelanja wisatawan dan memberikan kepuasan serta dapat menciptakan loyalitas. (Koo dalam Yanuar, 2013:1; Wakafield dan Baker dalam Fathonah, 2009:290; Nguyen et.al dalam Subagio, 2011:9).

5 Melihat permasalahan penurunan wisatawan belanja di Kota Bandung dan tingkat loyalitas yang rendah diharapkan dengan meningkatkan nilai store attribute serta memahami motivasi berbelanja setiap wisatawan di wisata belanja Kota Bandung dapat menciptakan loyalitas. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian mengenai Pengaruh Store Attibute Terhadap Loyalitas Wisatawan yang Dikontrol Oleh Motivasi Berbelanja. (Survei Terhadap Wisatawan Nusantara yang Berbelanja di Kawasan Wisata Belanja Kota Bandung). Dalam penelitian ini akan difokuskan kepada factory outlet dan trade center yang tersebar di Kota Bandung. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah djijelaskan sebelumnya maka peneliti mengajukan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana store attribute kawasan wisata belanja di Kota Bandung? 2. Bagaimana motivasi berbelanja wisatawan di Kota Bandung? 3. Bagaimana loyalitas wisatawan belanja di Kota Bandung? 4. Bagaimana pengaruh store attribute terhadap loyalitas wisatawan di Kota Bandung dikontrol oleh motivasi berbelanja? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan pada penelitian skripsi ini sebagai berikut: 1. Untuk memperoleh temuan mengenai store attribute kawasan wisata belanja di Kota Bandung. 2. Untuk memperoleh temuan mengenai motivasi berbelanja wisatawan di Kota Bandung. 3. Untuk memperoleh temuan mengenai loyalitas wisatawan di Kota Bandung. 4. Untuk memperoleh temuan mengenai bagaimana pengaruh store attribute terhadap loyalitas wisatawan belanja di Kota Bandung dikontrol oleh motivasi berbelanja

6 1.4 Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam upaya mengembangkan ilmu manajemen pemasaran pariwisata yang sejalan dengan bidang konsentrasi destinasi, khususnya yang terkait dengan wisata belanja yang mengkaji hal store attribute, motivasi berbelanja, serta loyalitas wisatawan belanja Kota Bandung. Selain itu diharapkan dapat memahami, mempelajari dan memberikan informasi mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi store attribute terhadap loyalitas wisatawan belanja dikendalikan oleh motivasi berbelanja. Dengan adanya pemahaman terhadap motivasi belanja wisatawan diharapkan dapat membantu untuk meningkatkan loyalitas wisatawan berbelanja yang kita sadari bahwa keinginan dan kenutuhan wisatawan terus bertambah dan seringkali cepat berubah. Hasil penelitian ini pun diharapkan agar dapat menjadi bahan masukan dan referensi dalam pengetahuan pariwisata khususnya mengenai wisata belanja. 2. Kegunaan Empirik Secara empirik, hasil penelitian ini dapat mendorong Pemerintah Kota Bandung dan stakeholders industri pariwisata untuk memperhatikan store attribute wisata belanja di Kota Bandung yang diharapkan juga dapat meningkatkan kualitas store attribute di kawasan destinasi wisata belanja. Selain itu penelitian ini dapat membantu untuk mengevaluasi mengenai bagaimana pemahaman motivasi berbelanja serta loyalitas wisatawan belanja di destinasi wisata belanja Kota Bandung. Di lain sisi penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan solusi untuk mengatasi masalah yang terjadi di industri pariwisata Kota Bandung khususnya dalam wisata belanja agar kunjungan wisatawan belanja ke Bandung terus meningkat dan wisatawan merasa puas serta tercipta loyalitas.