BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akuntansi pertanggungjawaban merupakan sistem akuntansi yang mengakui adanya pusat-pusat pertanggungjawaban pada sebuah perusahaan. Akuntansi pertanggungjawaban timbul sebagai akibat adanya wewenang yang diberikan dan bagaimana mempertanggungjawabkannya dalam laporan tertulis. Laporan tersebut berupa prestasi kerja manajer untuk setiap pusat pertanggungjawaban dan pengendali biaya (Iswahyudi, 2007). Informasi akuntansi pertanggungjawaban sangat dibutuhkan dalam pengendalian manajemen sebagai sarana untuk komunikasi, motivasi dan penilaian. Manajemen bertanggungjawab untuk memastikan bahwa pekerjaan itu telah dilaksanakan, maka informasi akuntansi membantu pembentukan orangorang dalam organisasi dan memotivasi agar bersedia melaksanakan apa yang diinginkan manajer dan melakukan penilaian terhadap karyawan secara periodik untuk mengetahui sejauh mana pekerjaan telah dilaksanakan (Suwandi, 2008). Akuntansi pertanggungjawaban yang baik, dalam penerapannya harus menetapkan atau memberi wewenang secara tegas, karena dari wewenang ini akan menimbulkan adanya tanggungjawab. Dengan wewenang dan tanggungjawab tersebut akan memudahkan pengendalian terhadap penyimpangan yang terjadi. Akuntansi pertanggungjawaban banyak di pakai oleh perusahaan dan badan usaha lainnya karena memungkinkan perusahaan untuk merekam seluruh aktivitas 1
2 usahanya, kemudian mengetahui unit yang bertanggungjawab atas aktivitas tersebut, dan menentukan unit usaha mana yang tidak berjalan secara efisien (Viyanti, 2010). Perusahaan adalah sekelompok orang yang bekerja bersama dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut, sebuah perusahaan memerlukan sebuah manajemen yang baik. Sebuah perusahaan tidak akan berjalan mulus tanpa adanya manajemen. Kegiatan-kegiatan yang berjalan dengan lancar dicapai oleh orangorang yang aktivitasnya direncanakan secara cermat (Jihan Azizah Zein dan Hasan Sakti Siregar, 2008). Menurut Jati (2005 : 6) pada dasarnya setiap lembaga atau institusi memiliki sejumlah tujuan atau harapan yang ingin dicapai, dan hal ini akan tercapai jika setiap rencana tindakan atau program ditunjang dengan sejumlah sumber daya yang memadai sehingga program atau rencana tindakan tersebut dapat dilaksanakan secara efektif demi tercapainya kinerja yang diharapkan. Kinerja merupakan refleksi dari pencapaian keberhasilan perusahaan yang dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai dari beberapa aktivitas yang dilakukan. Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan pokok penilaian kerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan hasil yang diinginkan (Mulyadi, 2001).
3 Manajemen pada suatu perusahaan memiliki beberapa fungsi yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian. Salah satu fungsi manajemen adalah pengendalian atau kontrol, yang meliputi kegiatan penerapan (action) dan evaluasi kinerja (performance evaluation). Fungsi manajemen ini harus dikuasai dan dilaksanakan oleh setiap tingkat manajemen yang ada pada perusahaan (Juaniva Sidarta, 2004). Salah satu bagian dari akuntansi manajemen adalah akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting), yang mengukur dan mengevaluasi suatu rencana atau anggaran dengan tindakan atau aktivitas manajemen dari setiap tindakan manajemen pada suatu perusahaan dengan menetapkan penghasilan dan biaya tertentu bagi departemen atau divisi yang memiliki tanggung jawab yang bersangkutan (Juaniva Sidarta, 2004). Menurut L M Samryn (2001: 258) akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan serta pelaporan biaya dan pendapatan dilakukan sesuai dengan bidang pertanggungjawabannya di dalam organisasi. Dengan ditetapkan akuntansi pertanggungjawaban maka dapat diketahui siapa saja orang atau kelompok orang yang bertanggungjawab atas kinerja yang dihubungkan dengan wewenang yang dimiliki tiap-tiap manajer. Sedangkan menurut Leaners (2010) Akuntansi pertanggungjawaban merupakan salah satu konsep dari akuntansi manajemen dan sistem akuntansi yang dikaitkan dan disesuaikan dengan pusat-pusat pertanggungjawaban yang ada dalam organisasi. Istilah akuntansi pertanggungjawaban ini akan mengarah pada proses akuntansi yang melaporkan
4 sampai bagaimana baiknya manajer pusat pertanggungjawaban dapat mengelola pekerjaan yang langsung di bawah pengawasannya dan yang merupakan tanggungjawabnya atau suatu sistem yang mengukur rencana dan tindakan dari setiap pusat pertanggungjawaban. Akuntansi pertanggungjawaban merupakan bentuk akuntansi yang dipakai manajemen untuk menilai kinerjanya, yang mensyaratkan setiap manajer untuk berpartisipasi dalam penyusunan rencana-rencana finansial segmennya dan menyediakan laporan kinerja tepat waktu yang membandingkan hasil aktual dan yang direncanakan. Fokus dari akuntansi pertanggungjawaban adalah unit-unit organisasi yang bertanggungjawab untuk menyelesaikan kegiatan atau mencapai tujuan tersebut dan laporan prestasi yang disusun untuk setiap segmen. Setiap unit dari perusahaan yang disiapkan laporan prestasinya disebut pusat pertanggungjawaban. Untuk evaluasi prestasi keuangan, pusat pertanggungjawaban diklasifikasikan mejadi 4 bagian yaitu pusat biaya, pusat pendapatan, pusat laba dan pusat investasi. Dalam penelitian ini penulis hanya membahas mengenai pusat pendapatan (Jihan Azizah Zein dan Hasan Sakti Siregar,2008). Pusat pendapatan adalah pusat pertanggungjawaban yang manajernya diberi wewenang untuk mengendalikan pendapatan pusat pertanggungjawaban tersebut. Manajer pusat pendapatan diukur kinerjanya dari pendapatan yang diperoleh pusat pertanggungjawabannya dan tidak dimintai pertanggungjawaban mengenai masukannya, karena dia tidak dapat mempengaruhi pemakaian pemasukan tersebut (Mulyadi, 2001).
5 Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan perusahaan daerah sebagai sarana penyedia air bersih yang diawasi dan dimonitor oleh aparat-aparat eksekutif maupun legislatif daerah. PDAM sebagai perusahaan daerah diberi tanggung jawab untuk mengembangkan dan mengelola sistem penyediaan air bersih serta melayani semua kelompok konsumen dengan harga yang terjangkau. PDAM bertanggung jawab pada operasional sehari-hari, perencanaan aktivitas, persiapan dan implementasi proyek, serta bernegosiasi dengan pihak swasta untuk mengembangkan layanan kepada masyarakat (Andri Akbar Awaluddin, 2010). Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Raharja begerak di bidang pengelolaan air minum dan air kotor, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang mencakup aspek sosial, kesehatan dan pelayanan umum. Penerapan akuntansi pertanggungjawaban menjadi penting pada perusahaan ini untuk mengetahui pelaksanaan tanggungjawab manajer pusat pendapatan dalam mencapai pendapatan yang dianggarkan. Untuk mengetahui seberapa baik manajer pusat pendapatan melaksanakan tanggung jawabnya tersebut, maka perusahaan memerlukan suatu alat pengukuran kinerja yaitu salah satunya dengan menggunakan sistem akuntansi pertanggungjawaban (Jihan Azizah Zein dan Hasan Sakti Siregar,2008). Dalam melakukan kegiatan operasionalnya PDAM Tirta Raharja telah menerapkan langkah-langkah penyusunan informasi akuntansi pertanggungjawaban, Hal ini ditandai dengan adanya struktur organisasi dan uraian tugas yang menerangkan secara jelas wewenang dan tanggung jawab tiap tingkatan manajemen serta adanya penilaian manajer pertanggungjawaban dengan
6 cara mambandingkan anggaran dengan realisasinya. Selisih-selisih yang timbul dari analisis tersebut dapat menunjukkan prestasi dari manajer bagian penjualan. Selisih-selisih tersebut dapat membantu manajer dalam mengidentifikasi persoalan-persoalan pokok dan kesempatan yang penting dalam hal pencapaian tujuan perusahaan. Fokus dari akuntansi pertanggungjawaban adalah unit-unit organisasi yang bertanggungjawab untuk menyelesaikan kegiatan atau mencapai tujuan tersebut dan laporan prestasi yang disusun untuk setiap segmen (Jihan Azizah Zein dan Hasan Sakti Siregar,2008). Tabel 1.1 Ikhtisar Keuangan Perkembangan Pendapatan Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Raharja Tahun Target Pendapatan Realisasi Pendapatan 2009 41.152.262.000 34.137.850.677 2010 55.847.984.000 37.059.823.325 2011 57.699.570.000 53.209.031.686 Sumber : Data Ikhtisar Keuangan PDAM Tirta Raharja (2009-2011) Tabel di atas menunjukan bahwa pendapatan dari tahun 2009 sampai 2011 mengalami peningkatan, tetapi masih kurang sesuai dengan targetnya. Seperti yang dilihat pada tabel di atas pada tahun 2009 masih kurang Rp 7.014.411.330, pada tahun 2010 masih kurang Rp 18.788.160.675, dan pada tahun 2011 masih kurang Rp 4.490.538.320. Akuntansi pertanggungjawaban yang dilaksanakan oleh PDAM Tirta Raharja tidak terlepas dari kelemahan, hal ini terlihat dari anggaran yang telah disusun dan realisasi hasil pendapatan yang telah di capai tidak mencapai target dalam setiap tahunnya sehingga perlu adanya pertanggungjawaban yang lebih baik pada setiap karyawannya sehingga memungkinkan akan meningkatkan pendapatan.
7 Kinerja yang tidak mencapai target tersebut kemungkinan disebabkan karena akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat penilaian kinerja belum memadai. Salah satu alat bantu bagi manajemen untuk dapat menilai kinerja manajer perusahaan secara lebih baik adalah dengan sistem informasi akuntansi pertanggungjawaban (Responsibility Accounting Information) (Mulyadi, 2001). Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, penulis tertarik ubtuk melakukan penelitian dengan topik: Peranan Akuntansi Pertanggungjawaban Dalam Penilaian Kinerja Pusat Pendapatan Pada PDAM Tirta Raharja 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana peranan akuntansi pertangungjawaban pada PDAM Tirta Raharja. 2. Bagaimana pelaksanaan penilaian kerja pada PDAM Tirta Raharja. 3. Sejauh mana pelaksanaan akuntansi pertanggungjawaban dalam penilaian kinerja pusat pendapatan pada PDAM Tirta Raharja. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data dan informasi tentang peranan akuntansi pertanggungjawaban dalam penilaian kinerja pusat pendapatan. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah:
8 1. Untuk mengetahui bagaimana peranan akuntansi pertanggungjawaban dalam perusahaan. 2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan penilaian kerja pada perusahaan. 3. Untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan akuntansi pertanggungjawaban dalam penilaian kinerja pusat pendapatan pada perusahaan. 1.4 Kegunaan Penelitian Penulis berharap agar hasil penelitian yang disajikan dalam penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Kegunaan Operasional Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memecahkan masalah yang berkaitan dengan kinerja pusat pendapatan melalui akuntansi pertanggungjawaban. 2. Kegunaan Pengembangan Ilmu Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam pengembangan ilmu yang berkaitan dengan ilmu akuntasi khususnya akuntansi pertanggungjawaban dalam menilai kinerja pusat pendapatan. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian pada PDAM Tirta Raharja, yang berlokasi di Jl. Kol. Masturi Km.3 Cimahi 40511, dan penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2013 sampai dengan selesai.