ERGONOMI GERAKAN PENGRAJIN FURNITURE DI DESA BOJONG Ade Supriatna, Atik Kurnianto Teknik Industri Fakultas Teknik adesupriatna@yahoo.com, ades74.as@gmail.com ABSTRAK Proses yang dikerjakan dengan cara manual seperti mengagkat, mendorong, maupun menyusun, sering sekali menyebabkan keluhan oleh para pekerja mengenai cidera yang sering dialami oleh para pekerja. Hal tersebut bisa berdampak buruk terhadap para pekerja dan tidak menutup kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Guna melakukan upaya perbaikan dalam pekerjaan manual material handling dan untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja seperti tangan terkena alat potong kayu terhadap karyawan di area pekerjaan, maka dilakukan suatu penelitian terhadap pekerjaan manual material handling guna mengetahui bahaya secara jelas dan melakukan perbaikan perbaikan yang tepat dan efisien. Jenis penelitian ini kualitatif deskriptif (case studies) atau studi kasus di Desa Bojong Kecamatan Pondok Kelapa Jakarta Timur. Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi, interview/wawancara dan dokumentasi. Sedangkan untuk analisisnya, peneliti menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Data-data ini dijadikan parameter yang akan digunakan NIOSH, yaitu analisa terhadap konsumsi energi yang dikeluarkan oleh karyawan, pengaruh beban yang direkomendasikan. Hasil perhitungan konsumsi energi pekerja sebelum adanya perbaikan, yaitu pekerja 1 pada proses pemotongan : 1,1081 kkal/menit, pekerja 2 pada proses pengamplasan : 1,1535 kkal/menit dan pekerja 3 pada proses pengecatan : 1,1734 kkal/menit dan hasil perhitungan konsumsi energi pekerja setelah adanya perbaikan yaitu pekerja 1 pada proses pemotongan : 0,665 kkal/menit, pekerja 2 pada proses pengamplasan : 0,7096 kkal/menit dan pekerja 3 pada proses pengecatan : 0,6082 kkal/menit Kata Kunci :Ergonomi,, Material Handling, niosh 1 PENDAHULUAN Pada proses produksi kerajinan kayu hampir semua area kerja dikerjakan dengan cara MMH (Manual Material Handling) seperti mengagkat, mendorong, maupun menyusun. Sehingga sering sekali adanya keluhan oleh para pekerja mengenai cidera yang sering dialami oleh para pekerja. Hal tersebut bisa berdampak buruk terhadap para pekerja dan tidak menutup kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
Untuk menghadapi resiko tersebut perlu adanya perbaikan sistem kerja termasuk dalam perbaikan posisi kerja. Salah satu metode untuk perbaikan gerakan kerja adalah NIOSH (National Institute for Occupational Safety and Health). Dengan perbaikan gerakan kerja diharapkan operator dapat lebih efsien dan efektif dalam melakukan aktivitas kerjanya. 2 HASIL DAN PEMBAHASAN 2.1 DISTRIBUSI KECELAKAAN KERJA Berdasarkan tabel data kecelakaan diatas, maka jumlah kecelakaan kerja yang terjadi pada UD. BERKAH FURNITURE dapat disederhanakan sebagai berikut. Tabel 1. Jumlah Kecelakaan Kerja Gambar 1. Grafik tingkat kecelakaan kerja
2.2 PROSES KERJA 2.2.1 Proses pemotongan kayu pekerja mengangkat kayu multiplek tersebut dengan berat 20kg dari loading kayu menuju meja kerja pemotongan yang mempunyai tinggi 80cm dimana pada saat mengangkat terjadi proses membungkuk. Jarak horizontal multiplier ketika memegang beban diawal pengangkatan berjarak 20cm dan di akhir tempat tujuan berjarak 25cm, jarak vertical multiplier ketika memegang dan mengangkat di awal setinggi 30cm dan di akhir tempat tujuan setinggi 90cm, sedangkan jarak distance multiplier kayu pada tempat asal 20cm dan pada tujuan berjarak 80cm dengan asymmetric putaran yang dibentuk 0º karena posisi mengangkat kayu berada di depan tubuh. Durasi pengangkatan kayu sebanyak 1 kali/menit dengan struktur kayu multiplek yang berbentuk persegi panjang dan tidak mudah diraih karena tidak terdapat pegangan khusus. Gambar 2 Posisi awal mengangkat kayu pada proses pemotongan Keterangan : A : Kayu Multiplek B : Palet 2.2.2 Proses pengamplasan kayu Setelah selesai proses pemotongan, proses berikutnya adalah pengamplasan kayu. Pekerja akan mengangkat kayu yang telah dipotong dari meja pemotongan menuju ke meja kerja pengamplasan, tinggi meja kerja pengamplasan 80cm dengan posisi pekerja berdiri dan jarak meja kerja pemotongan kayu dengan meja kerja pengamplasan adalah 1m.
Jarak horizontal multiplier diawal pengangkatan berjarak 20cm dan di akhir pengangkatan berjarak 20cm, jarak vertical multiplier diawal setinggi 90cm dan di akhir setinggi 90cm, sedangkan jarak distance multiplier secara vertical benda di awal setinggi 80cm dan di tempat tujuan setinggi 80cm dan membentuk asymetric multiplier diawal 45º dan diakhir 45º. Sedangkan durasi pengangkatan kayu sebanyak 1 kali/menit dengan struktur kayu multiplek yang berbentuk persegi panjang dan tidak mudah diraih karena tidak terdapat pegangan khusus 2.2.3 Proses pengecatan kayu Setelah selesai proses pengamplasan, proses berikutnya adalah pengecatan kayu. Pada proses ini belum mempunyai meja kerja khusus untuk pengecatan Pekerja akan meletakan kayu yang sudah di amplas kebawah lantai dan kayu tersebut akan disenderkan atau diletakan di dinding dengan posisi miring, lalu pekerja akan memulai proses pengecatan. Gambar 3 Posisi awal meletakan kayu yang akan dicat dan posisi saat mengecat Keterangan : A : Kayu Multiplek B : Dinding Jarak horizontal multiplier diawal berjarak 20cm dan diakhir 30cm dimana terdapat proses membungkuk pada saat menaruh kayu ke lantai. Jarak vertical multiplier diawal 90cm dan diakhir 50cm sedangkan jarak distance multiplier secara vertical benda di awal setinggi 80cm dan di tempat tujuan setinggi 20 cm dan membentuk asymetric multiplier diawal 45º dan diakhir 45º. Sedangkan durasi pengangkatan kayu sebanyak 1 kali/menit dengan struktur kayu multiplek yang berbentuk persegi panjang dan tidak mudah diraih karena tidak terdapat pegangan khusus.
Setelah proses pengecatan selesai, proses terakhir yang akan pekerja lakukan adalah proses perakitan sesuai dengan pesanan konsumen. 2.3 DENYUT JANTUNG/NADI PARA PEKERJA Kondisi : Pengambilan data denyut nadi awal dilakukan ketika pekerja akan melakukan pekerjaan dan denyut nadi akhir diambil ketika pekerja selesai melakukan proses pekerjaan.denyut nadi/jantung sebelum perbaikan. Tabel 2. Jumlah denyut nadi sebelum perbaikan Denyut Nadi / Menit Sebelum Perbaikan Pekerja 1 Pekerja 2 Pekerja 3 Area Pemotongan Area Pengamplasan Area Pengecatan Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir 73 92 71 92 73 94 74 94 71 92 75 93 71 92 72 93 72 92 72 93 71 94 71 92 73 95 72 94 72 94 71 91 75 92 72 95 74 93 72 92 74 97 72 93 73 93 71 92 73 95 73 93 72 94 72 92 72 94 73 93 Ẍ = 73 Ẍ = 93 Ẍ = 72 Ẍ = 93 Ẍ = 73 Ẍ = 94 2.4 MENGHITUNG KONSUMSI ENERGI Perhitungan konsumsi energy dilakukan guna mengetahui secara pasti jumlah energy yang dikeluarkan oleh pekerja, sehingga dapat diketahui pula energy expenditure dan jumlah energy yang dikeluarkan oleh masing-masing pekerja. Denyut nadi yang dihitung konsumsi energinya diambil dari data rata-rata denyut nadi yang diperoleh dari 30 data sample. Konsumsi energi sebelum perbaikan Tabel 3 Denyut jantung/nadi rata-rata karyawan sebelum perbaikan
Nama karyawan 1 Rata-rata denyut nadi/menit Awal Akhir 73 93 karyawan 2 karyawan 3 72 73 93 94 Adapun perhitungan konsumsi energi dan denyut nadi menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut : Dimana : Y = Energi (kkal/menit) X = Kecepatan denyut jantung/nadi (denyut/menit) Dan setelah diperoleh perhitungan kecepatan denyut jantung / nadi, maka selanjutnya disetarakan dalam bentuk konsumsi energy akhir yang dikeluarkan oleh masing-masing pekerja setelah melakukan aktivitas kerja. Untuk menentukan besaran konsumsi energy digunakan rumus perhitungan sebagai berikut : KE = Et Ei Dimana : KE = Konsumsi energi (kkal/menit) Et = Energi saat bekerja (kkal/menit) Ei = Energi tidak bekerja (kkal/menit) Adapun perhitungan denyut nadi awal dan akhir serta konsumsi energy dari masing-masing pekerja dijabarkan sebagai berikut : a. Konsumsi energi awal dan akhir sebelum perbaikan - Karyawan 1 Energi awal Y = 1,80411 0,0229038 (73) + 4,71733.10ˉ (73)² 4 4
= 1,80411 0,0229038 (73) + 4,71733.10ˉ (5329) = 1,80411-1,6719774 + 2,513865157 = 0,1321326 + 2,513865157 = 2,6459 kkal/menit Energi akhir Y = 1,80411 0,0229038 (93) + 4,71733.10ˉ (93)² = 1,80411 0,0229038 (93) + 4,71733.10ˉ (8649) = 1,80411 2,1300534 + 4,080018717 = - 0,3259434 + 4,080018717 = 3,7540 kkal/menit Konsumsi energi KE = Et Ei = 3,7540-2,6459 = 1,1081 kkal/menit 4 4 Hasil perhitungan konsumsi energy untuk semua karyawan yang sudah diperoleh dijabarkan dalam tabel 4.6 Hasil perhitungan konsumsi energi sebagai berikut : Tabel 4 Konsumsi energi sebelum perbaikan konsumsi energi dari masing-masing pekerja juga mempunyai nilai yang lebih besar setelah melakukan pekerjaan dibandingkan dengan konsumsi energi sebelum melakukan pekerjaan, seperti contoh pekerja 1 pada area pemotongan, ketika sebelum melakukan pekerjaan mempunyai nilai rata-rata denyut jantung / nadi awal 73 pulse/menit dengan energi expenditure
2,6459 pulse/menit dan setelah melakukan pekerjaan, nilai rata-rata denyut jantung / nadi akhir 93 pulse/menit dengan nilai energi expenditure 3,7540 pulse/menit, sehingga diperoleh nilai konsumsi energi sebanyak 1,1081 kkal/menit. Nilai konsumsi energi dari masing-masing pekerja dapat dikatagorikan dalam kriteria beban kerja ringan, karena nilai konsumsi energy pekerja termasuk dalam skala kurang dari 100 kalori/jam. Seperti contoh pekerja 1 pada area proses pemotongan, nilai konsumsi energi sebanyak 1,1081 kkal/menit atau 66,486 kkall/jam. 3 KESIMPULAN DAN SARAN Hasil perhitungan konsumsi energi pekerja sebelum adanya perbaikan, yaitu pekerja 1 pada proses pemotongan : 1,1081 kkal/menit, pekerja 2 pada proses pengamplasan : 1,1535 kkal/menit dan pekerja 3 pada proses pengecatan : 1,1734 kkal/menit dan hasil perhitungan konsumsi energi pekerja setelah adanya perbaikan yaitu pekerja 1 pada proses pemotongan : 0,665 kkal/menit, pekerja 2 pada proses pengamplasan : 0,7096 kkal/menit dan pekerja 3 pada proses pengecatan : 0,6082 kkal/menit. 4 DAFTAR PUSTAKA Averill, 2007, Simulation Modeling & Analyssis, Edisi Empat, LAW Muslim, Erlinda, 2009, Analisis Ergonomi Sepeda Lipat Terhadap Pengendara Pria Dengan Posture E valuation Index Dalam Virtual Environment M odeling, Prosiding Seminar Nasional TIMP IV, ITS, Surabaya Nurmianto, Eko,, 2003, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Edisi Pertama, Guna Widya, Surabaya. Sutalaksana., 2006, Teknik Tata Cara Kerja, Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Bandung, Guna Widaya, Surabaya,. Wigjosoebroto, Sritomo, 2003, Ergonomi Studi Gerak dan Waktu : Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja, Edisi Pertama, PT. Gunawidya. KHE, HB Kroemer, Ergonomics, How to Design for Ease and Efficiency, Second Edition, Prentice Hall. Eko Nurmianto, Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, Penerbit Guna Widya. RS Bridger, Introduction to Ergonomics, Mc Graw Hill.