ELEMEN ESTETIS. Topeng Cepot pada Dinding. Ukiran pada partisi

dokumen-dokumen yang mirip
1. Tingkat pendengaran (listening level), biasanya besaran ini dinyatakan dengan besaran dba.

eksisting dan objek banding

KONSEP PERANCANGAN INTERIOR RUANG TIDUR UTAMA

KONSEP DESAIN Konsep Organisasi Ruang Organisasi Ruang BAB III

BAB IV KONSEP STYLE DESAIN INTERIOR

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Bagan 4.1 Kerangka Berpikir Konsep

BAB III KONSEP PERANCANGAN


Putih Abu Hitam Coklat

MATA DIAFRAGMA VISUALISASI DENAH DENAH STUDIO

BAB III KONSEP PERANCANGAN PUSAT ILMU PENGETAHUAN DAN KEBUDAYAAN RUSIA

KONSEP DESAIN. WARNA Warna yang digunakan adalah warna khas budaya Toraja yang terdapat pada elemen arsitektural dan motif ornamen.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN


BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DESAIN

Penjelasan Skema : Konsep Citra yang diangkat merupakan representasi dari filosofi kehidupan suku Asmat yang berpusat pada 3 hal yaitu : Asmat sebagai

Gambar 5. 1 Citra ruang 1 Gambar 5. 2 Citra ruang 2 2. Lounge Lounge merupakan salah satu area dimana pengunjung dapat bersantai dan bersosialisasi de

BAB IV KONSEP DESAIN. Konsep utama dari pool dan lounge yang akan dibuat adalah FUN atau menyenangkan

Konsep BAB V KONSEP. 5.1 Kerangka Konsep. 5.2 Konsep Young Dynamic

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... i. PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN TUGAS AKHIR... ii. PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN TUGAS AKHIR...

BAB 5 HASIL RANCANGAN

DAFTAR ISI. Lembar pengesahan Abstrak Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... vii Daftar Lampiran...

BAB III STUDI LAPANGAN

Bab IV. Konsep Perancangan

BAB V HASIL RANCANGAN

A. IDE GAGASAN PERANCANGAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Gaya dari perancangan interior Museum permainan tradisional Jakarta ini mengarah pada gaya

11. Batasan dan Definisi Judul I 1.2. Latar Belakang Permasalahan I

BAB V KONSEP PERENCANAAN. 5.1 Konsep Desain

BAB V KONSEP PERENCANAAN INTERIOR DAN PENERAPAN DESAIN

BAB III PERANCANGAN RUMAH SAKIT ANAK DI BANDUNG

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB IV PENUTUP

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

cross ventilation system, maka konsep desain juga mengikuti fungsi tujuan arsitektur bangunan tersebut supaya terjadi keserasian, dan keselarasan anta

House Of Sampoerna. Nama Objek : Museum House Of Sampoerna. Lokasi : Jalan Taman Sampoerna 6,Surabaya. Kepemilikan : Sampoerna

ELEMEN PEMBENTUK RUANG INTERIOR

BAB IV SINTESA PEMBAHASAN. yang diusung dalam sebuah konsep desain Hotel Mulia adalah luxurious

PENERAPAN SISTEM AKUSTIK PADA RUANG AUDITORIUM BALAI SIDANG DI SURAKARTA

Redesain Rumah Makan Warung Apung Rahmawati dengan Konsep Jawa Modern

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa

KONSEP PERANCANGAN RUMAH SAKIT KHUSUS PARU

Desain Interior Restoran 1914 Surabaya dengan konsep Kolonial Luxury

KATA PENGANTAR. Akhir kata, penulis berharap semoga Laporan ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya. Bandung, 7 Juli 2008.

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya.

BAB V KAJIAN TEORI. yang dipadukan dengan sentuhan arsitektur modern yang. dalam kehidupan masyarakat serta keselarasan antara alam, bangunan, dan

BAB VI HASIL PERANCANGAN. digunakan adalah menggabungkan dari aspek-aspek mendasar seperti tema,

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Taman

Desain Interior Restoran pada Rest Area di Kabupaten Probolinggo Berkonsep Jawa Rustik dengan Sentuhan Ikon Khas Probolinggo

NATURAL LIGHTING DESIGN CONSULTATION. Canisius College Sport Hall Jakarta

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN HASIL DESAIN

KONSEP MAKRO & KONSEP MIKRO

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas merupakan sebuah tempat di mana berlangsungnya sebuah

BAB III KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN MUSEUM BANK INDONESIA BANDUNG

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III STRATEGI PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 5.2 Mind Mapping Perawat dan Pengunjung Gambar 5.3 Mind Mapping Site dan Bangunan 1

MUSEUM SENI RUPA DI YOGYAKARTA

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

BAB III TINJAUAN TATA PAMER MUSEUM KONPERENSI ASIA AFRIKA BANDUNG. Museum Konperensi Asia Afrika merupakan sarana edukasi serta

BAB IV DISKRIPSI HASIL RANCANGAN

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB V METODOLOGI DAN ALAT PENGUKURAN


BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV Konsep dan Tema Perancangan

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

SAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS. Di susun oleh : ROMI RIZALI ( )

Interior Museum Permainan Anak-Anak Tradisional Jawa di Surabaya

BABV LAPORAN PERANCANGAN. D C o H, B. Gb.79 Zoning Site plan. Ruang tapak mempertahankan bentuk kontur yang dipadukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Antara Penataan Ruang Perpustakaan Dengan Minat Belajar Siswa Di Perpustakaan

BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

[2] PENCAHAYAAN (LIGHTING)

PUSAT SENI PERTUNJUKAN DI BANDUNG

MUSEUM BUDAYA DI NIAS

BAB V PENUTUP. Gambar V.1 Aplikasi Ide (Sumber : Penulis) commit to user

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V PENUTUP. UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aria Wirata Utama, 2015

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab 4 KONSEP PERENCANAAN DESAIN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN INTERIOR

Transkripsi:

AUDITORIUM BENTUK WARNA MATERIAL Menggunakan sistem dinding panel berporiyang terdiri dari dua konfigurasi : 1. Konfigurasi penyerap (pori terbuka) 2. Konfigurasi pemantul (pori tertutup) Dan dapat di ubah sesuai kebutuhan akustika dari jenis kategori acara dan kegiatan. ELEMEN ESTETIS Bentuk area auditorium dan stage ini menyerupai seperti Terompet. Agar suara dari sumber suara (Stage) dapat tersalurkan dengan baik kepada audience (Penonton) Topeng Cepot pada Dinding Ukiran pada partisi

AUDITORIUM LANTAI Menggunakan lantai bertingkat yang dilapisi oleh karpet peredam suara. Penggunaan high rise floor bertujuan untuk : AUDITORIUM CEILLING 1. Memberikan kenyamanan pandangan penonton ke panggung Jenis ceilling yang diterapkan pada 2. Memperluas bidang auditorium yakni sistem ceilling penyerapan pada lantai pemantul. Tujuan dari pemakaian ceilling ini : Karpet peredam suara, tersebut merupakan elemen yang vital untuk area lantai auditorium. Karena dapat mengurangi getaran pemantulan suara dari sumber sumber ke penonton 3. Selain itu dapat menambah kesan suara yang berlebihan pada lantai serta mencegah pemantulan balik dari lantai ke ceilling 1. Menghilangkan pemusatan suara pada satu area, yang di sebabkan oleh pantulan pada plafond 2. Berguna untuk meratakan estetis pada yang muncul dari susunan ceilling tsb Jenis ceilling yang diterapkan pada auditorium yakni sistem ceilling pemantul.

AREA PAMERAN BENTUK WARNA MATERIAL Menggunakan sistem dinding terbuka dan fleksibel. Yaitu dengan pemanfaatan media tirai bambu dan wallpaper. Bentuk area Pameran ini setengah lingkaran berada di sayap kiri dan kanan GKT. Dengan view langsung ke arah Danau Situ Gede Tasikmalaya. ELEMEN ESTETIS Dinding Partisi bermotif anyaman bambu Angklung yang menghias Dinding Area Pameran Bamboo Curtain Partisi

WARNA Merah Abu abu Coklat hijau putih Warna warna yang dipakai adalah warnawarna khas daerah / etnis sunda. Yaitu warna warna yang mengadopsi dari warna alam. Sesuai dengan konsep dasar rancangan arsitektur tradisional masyarakat Sunda adalah menyatu dengan alam

PENCAHAYAAN Pencahayaan buatan : Digunakan di Area Auditorium dan Stage Juga diletakkan pada tiap tiap ruang yang ada disekitar stage. Stage and auditorium Local lighting Decorative/Esthetic lighting penerangan bukan bersifat dekoratif, tapi lampu lampu biasa yang tidak terlalu kelihatan dan mutlak bisa diredupkan. Gelap mau pun terangnya cahaya dapat diatur sesuai kebutuhan. Lobby area Penerangan bersifat dekorasi. Yaitu menggunakan Accent Lighting untuk mempertajam elemen estetis interior namun tidak menutup kemungkinan juga Exhibition Area General lighting menggunakan penerangan menyeluruh.

PENCAHAYAAN Pencahayaan pada siang hari pada bangunan tradisional sunda didapatkan dari sinar alami siang hari melalui pembukaan jendela, pintu, bukaan bukaan pada dinding, celah celah yang ada pada dinding (dinding papan, dinding anyaman bambu, dan lain lain). Karena bangunan tradisional sunda tidak menuntut tingkat iluminasi pencahayaan dalam ruang cukup besar (± 250 Lux dalam ruang dapat dipakai untuk menulis dan membaca tulisan). Maka sinar alami yang masuk dan tidak memerlukan tingkat iluminasi pencahayaan dalam ruang kecil, maka pencahayaannya dianggap cukup. Pencahayaan alami : Digunakan pada siang hari di Area area luar, yaitu Area pameran, Lobby Utama serta Panggung Terbuka.

PENGHAWAAN 1. Menggunakan Jenis penghawaan buatan, yaitu AC. Sistem penyegaran udara buatan untuk gedung pertunjukan dirancang untuk memperoleh temperatur kelembaban dan distribusi udara yang sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh proses serta peralatan yang dipergunakan di dalam ruangan yang bersangkutan. Jenis AC yang di terapkan adalah Split Package AC a. Air cooled split system AC b. Water cooled ldsplit system AC Penghawaan buatan dengan penggunaan AC split diaplikasikan pada ruang auditorium dan Back stage. Gbr.Potongan vertikal bangunan yang menunjukkan sirkulasi udara dan ventilasi melalui dinding, pintu, jendela, dan lantai panggung

PENGHAWAAN 2. Menggunakan Jenis penghawaan alami, yaitu : bukaan tirai jendela. Penghawaan alami dengan pemanfaatan potensi alam sekitar yaitu danausitu GedeTasikmalaya. diaplikasikan pada Area lobby, Area Pameran, dan Panggung Terbuka Bangunan tradisional Kampung Pulo dan lingkungan sekitarnya

ELEMEN ESTETIS Saung adalah sebuah kata dalam bahasa sunda yang artinya rumah atau gubug kecil.. biasanya kata saung digunakan untuk menyebut sebuah gubug kecil yang ada di luar rumah seperti di sawah, ladang,kebun Konsep saung diplikasikan kedalam elemen furniture pada area lobby Gedung Kesenian Tasikmalaya yang berfungsi sebagai tempat duduk dan menunggu yang nyaman. Saung juga biasa dipakai sebagai tempat istirahat, berteduh, makan-makan atau kegiatan lain seperti tempat ngobrol, pertemuan dan lain-lain.

ELEMEN ESTETIS : BATIK SUKAPURA Saat ini, salah satu cara agar batik tulis tradisional khas Tasikmalaya bisa bertahan, dikenal luas serta tidak ditiru oleh orang lain, yaitu dengan cara dipatenkan. (Undang Sudrajat/"PR",2007a). Dalam konsep perancangan motif batik tasikan ini akan di aplikasikan kedalam perancangan. Yaitu, pada modtif furniture sofa di area lobby serta pintu. Batik sukapura pu di aplikasikan sebagai wallpaper (pelapis) pada dinding terutama di area pameran pada dinding fiber transaparan