AUDITORIUM BENTUK WARNA MATERIAL Menggunakan sistem dinding panel berporiyang terdiri dari dua konfigurasi : 1. Konfigurasi penyerap (pori terbuka) 2. Konfigurasi pemantul (pori tertutup) Dan dapat di ubah sesuai kebutuhan akustika dari jenis kategori acara dan kegiatan. ELEMEN ESTETIS Bentuk area auditorium dan stage ini menyerupai seperti Terompet. Agar suara dari sumber suara (Stage) dapat tersalurkan dengan baik kepada audience (Penonton) Topeng Cepot pada Dinding Ukiran pada partisi
AUDITORIUM LANTAI Menggunakan lantai bertingkat yang dilapisi oleh karpet peredam suara. Penggunaan high rise floor bertujuan untuk : AUDITORIUM CEILLING 1. Memberikan kenyamanan pandangan penonton ke panggung Jenis ceilling yang diterapkan pada 2. Memperluas bidang auditorium yakni sistem ceilling penyerapan pada lantai pemantul. Tujuan dari pemakaian ceilling ini : Karpet peredam suara, tersebut merupakan elemen yang vital untuk area lantai auditorium. Karena dapat mengurangi getaran pemantulan suara dari sumber sumber ke penonton 3. Selain itu dapat menambah kesan suara yang berlebihan pada lantai serta mencegah pemantulan balik dari lantai ke ceilling 1. Menghilangkan pemusatan suara pada satu area, yang di sebabkan oleh pantulan pada plafond 2. Berguna untuk meratakan estetis pada yang muncul dari susunan ceilling tsb Jenis ceilling yang diterapkan pada auditorium yakni sistem ceilling pemantul.
AREA PAMERAN BENTUK WARNA MATERIAL Menggunakan sistem dinding terbuka dan fleksibel. Yaitu dengan pemanfaatan media tirai bambu dan wallpaper. Bentuk area Pameran ini setengah lingkaran berada di sayap kiri dan kanan GKT. Dengan view langsung ke arah Danau Situ Gede Tasikmalaya. ELEMEN ESTETIS Dinding Partisi bermotif anyaman bambu Angklung yang menghias Dinding Area Pameran Bamboo Curtain Partisi
WARNA Merah Abu abu Coklat hijau putih Warna warna yang dipakai adalah warnawarna khas daerah / etnis sunda. Yaitu warna warna yang mengadopsi dari warna alam. Sesuai dengan konsep dasar rancangan arsitektur tradisional masyarakat Sunda adalah menyatu dengan alam
PENCAHAYAAN Pencahayaan buatan : Digunakan di Area Auditorium dan Stage Juga diletakkan pada tiap tiap ruang yang ada disekitar stage. Stage and auditorium Local lighting Decorative/Esthetic lighting penerangan bukan bersifat dekoratif, tapi lampu lampu biasa yang tidak terlalu kelihatan dan mutlak bisa diredupkan. Gelap mau pun terangnya cahaya dapat diatur sesuai kebutuhan. Lobby area Penerangan bersifat dekorasi. Yaitu menggunakan Accent Lighting untuk mempertajam elemen estetis interior namun tidak menutup kemungkinan juga Exhibition Area General lighting menggunakan penerangan menyeluruh.
PENCAHAYAAN Pencahayaan pada siang hari pada bangunan tradisional sunda didapatkan dari sinar alami siang hari melalui pembukaan jendela, pintu, bukaan bukaan pada dinding, celah celah yang ada pada dinding (dinding papan, dinding anyaman bambu, dan lain lain). Karena bangunan tradisional sunda tidak menuntut tingkat iluminasi pencahayaan dalam ruang cukup besar (± 250 Lux dalam ruang dapat dipakai untuk menulis dan membaca tulisan). Maka sinar alami yang masuk dan tidak memerlukan tingkat iluminasi pencahayaan dalam ruang kecil, maka pencahayaannya dianggap cukup. Pencahayaan alami : Digunakan pada siang hari di Area area luar, yaitu Area pameran, Lobby Utama serta Panggung Terbuka.
PENGHAWAAN 1. Menggunakan Jenis penghawaan buatan, yaitu AC. Sistem penyegaran udara buatan untuk gedung pertunjukan dirancang untuk memperoleh temperatur kelembaban dan distribusi udara yang sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh proses serta peralatan yang dipergunakan di dalam ruangan yang bersangkutan. Jenis AC yang di terapkan adalah Split Package AC a. Air cooled split system AC b. Water cooled ldsplit system AC Penghawaan buatan dengan penggunaan AC split diaplikasikan pada ruang auditorium dan Back stage. Gbr.Potongan vertikal bangunan yang menunjukkan sirkulasi udara dan ventilasi melalui dinding, pintu, jendela, dan lantai panggung
PENGHAWAAN 2. Menggunakan Jenis penghawaan alami, yaitu : bukaan tirai jendela. Penghawaan alami dengan pemanfaatan potensi alam sekitar yaitu danausitu GedeTasikmalaya. diaplikasikan pada Area lobby, Area Pameran, dan Panggung Terbuka Bangunan tradisional Kampung Pulo dan lingkungan sekitarnya
ELEMEN ESTETIS Saung adalah sebuah kata dalam bahasa sunda yang artinya rumah atau gubug kecil.. biasanya kata saung digunakan untuk menyebut sebuah gubug kecil yang ada di luar rumah seperti di sawah, ladang,kebun Konsep saung diplikasikan kedalam elemen furniture pada area lobby Gedung Kesenian Tasikmalaya yang berfungsi sebagai tempat duduk dan menunggu yang nyaman. Saung juga biasa dipakai sebagai tempat istirahat, berteduh, makan-makan atau kegiatan lain seperti tempat ngobrol, pertemuan dan lain-lain.
ELEMEN ESTETIS : BATIK SUKAPURA Saat ini, salah satu cara agar batik tulis tradisional khas Tasikmalaya bisa bertahan, dikenal luas serta tidak ditiru oleh orang lain, yaitu dengan cara dipatenkan. (Undang Sudrajat/"PR",2007a). Dalam konsep perancangan motif batik tasikan ini akan di aplikasikan kedalam perancangan. Yaitu, pada modtif furniture sofa di area lobby serta pintu. Batik sukapura pu di aplikasikan sebagai wallpaper (pelapis) pada dinding terutama di area pameran pada dinding fiber transaparan