BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG a. Umum- Kondisi Permukiman Kampung Kota Pembangunan wilayah di Indonesia sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan populasi penduduk dan arus migrasi. Sejak dekade 1970-an sampai dengan 1980- an, pertumbuhan kota diwarnai oleh fenomena urbanisasi yang dipicu adanya daya tarik kota (full factors) dan daya dorong desa (push factors) terutama bagi warga yang ingin mendapatkan kehidupan lebih baik seperti, mendapatkan pendidikan yang lebih baik dan bermutu dibandingkan dengan kondisi di daerah asalnya dan fenomena menahun ini terjadi hampir di semua kota-kota besar di Indonesia. Urbanisasi sesungguhnya merupakan proses alamiah pengkotaan suatu wilayah, dalam definisi lain urbanisasi diartikan sebagai perpindahan atau pergerakan penduduk dari daerah yang berciri rural (desa) kedaerah yang berciri urban (kota) 1. Pertambahan jumlah penduduk di wilayah perkotaan berdampak pada meningkatnya kebutuhan tempat untuk bermukim. Kondisi kaum urban yang sebagian besar bekerja disektor informal memilih menempati daerah yang masih merupakan bagian dari Sultan Ground atau tanah milik negara, hal ini dikarenakan pendapatan mereka yang rendah dan keinginan untuk mendapatkan tempat tinggal yang murah di area yang dekat dengan sumber penghidupan menjadikan mereka banyak memanfaatkan ruang-ruang terpinggirkan sebagai tempat bermukim, dan disinilah mereka membentuk suatu komunitas dengan jumlah penduduk yang cukup besar dan pada akhirnya membentuk kampung tersendiri. Permukiman kampung kota merupakan permukiman (tradisional) tengah kota yang memiliki kecenderungan masalah terkait dengan over density 1 http://urbanisasiyangmengancam.html diakses 26 februari 2016, Pukul 14.21 WIB. 1
seperti akses dalam kampung yang kurang baik, kurangnya lahan terbuka dan masalah degradasi lingkungan 2. Terjadinya arus pendatang dan belum siapnya pemerintah kota memberikan pelayanan serta pengaturan, membuat banyak kondisi perkampungan kota memiliki kualitas yang rendah. Kondisi lingkungan permukiman kampung yang serba padat, tata letak permukiman yang tidak teratur dan bersifat organis karena tumbuh dan berkembang tanpa perencanaan, sehingga cenderung mengabaikan alokasi lahan untuk ruang terbuka, terlebih kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya ruang terbuka publik bagi kehidupan bersama. Penduduk yang hidup di permukiman kampung kota umumnya masih mempertahankan pola kehidupan tradisional dari daerah asal, kondisi inilah yang membuat kehidupan sosial masyarakat kampung kota banyak menyimpan nilainilai sosial yang kuat, mereka hidup berdampingan dengan akrab dan menjadi budaya masyarakatnya, hal ini menunjukkan bahwa kehidupan masyarakat kampung kota memiliki modal sosial yang baik sebagai perekat sosial dalam hubungan bermasyarakat. b. Khusus- Ruang Terbuka Publik Permukiman Kampung Kota Kampung merupakan entitas demografi Indonesia yang selama ini banyak diserukan sebagai representasi lokalitas dari Indonesia. Kampung kota merupakan suatu bentuk pemukiman di wilayah perkotaan yang khas Indonesia dengan ciri antara lain; penduduk masih membawa sifat dan perilaku kehidupan pedesaan yang terjalin dalam ikatan kekeluargaan yang erat, kondisi fisik bangunan dan lingkungan kurang baik dan tidak beraturan, kerapatan bangunan dan kepadatan penduduk yang tinggi, sarana pelayanan dasar serba kurang, seperti air bersih, saluran air limbah dan air hujan, pembuangan sampah dan lain sebagainya. Pembentukan ruang permukiman kampung kota yang berpola organis banyak membentuk gang-gang serta open pocket space secara alami, selain itu pertumbuhan yang tidak terencana dan kepadatan hunian yang tinggi menyebabkan kebutuhan akan ruang terbuka publik di lingkungan permukiman 2 Roychansah, Muhammad Sani. 29 Oktober 2009 dalam Proceeding Seminar Nasional Cities 2009 Perencanaan Wilayah dan Kota ITS, Surabaya. 2
kampung kota menjadi sangat penting, karena ruang-ruang tersebut merupakan wadah bagi masyarakat untuk berinteraksi sosial. Jane Jacobs (1961) dalam bukunya The Death And Life Of Great American Cities mengusulkan pandangan tentang kota yang manusiawi, Jacobs menjelaskan tentang apa yang disebut dengan peruangan untuk beragam bahwa lingkungan urban yang padat dan beragam isinya ditandai oleh pemakaian ruang kota untuk kegiatan campuran. Masyarakat kampung kota sebenarnya telah melakukan apa yang disarankan Jacobs, dimana kondisi keterbatasan ruang pada permukiman kampung kota menyebabkan tidak banyak lagi menyisakan ruang terbuka publik bagi warganya, hal tersebut membuat warga kampung memahami bahwa satu-satunya jalan untuk memiliki lingkungan yang lebih baik adalah dengan memakai ruang seefisien dan sekreatif mungkin untuk berbagai macam kegiatan campuran (Dwita Hadi Rahmi and Ardya Nareswari, 2005:4). Pemakaian ruang yang kreatif ini dapat dilihat dari pemakaian ruang jalan maupun gang-gang yang selalu dipakai penduduk untuk melakukan kegiatan sosial pada lingkungan kampung yang kita kenal dengan istilah share street yang dimaknai bahwa ruang jalan di-share untuk kegiatan lain, sehingga ruang jalan di tengah permukiman kampung kota ternyata merupakan ruang sederhana yang banyak memenuhi kriteria kehidupan sebagai ruang publik. Disisi lain miskinnya ruang terbuka untuk mewadahi berbagai aktivitas bersama, dikhawatirkan menjadi penyebab berbagai masalah sosial kemasyarakatan seperti terkikisnya budaya kebersamaan dan toleransi antar sesama sebagai akibat dari kurangnya kebersamaan dan interaksi antar warga, sehingga salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan; meningkatkan kualitas ruang komunal di sekitar permukiman padat penduduk dengan pemanfaatan ruang secara optimal untuk beragam kegiatan sehingga menjadi tempat masyarakat berinteraksi sosial untuk menghindari permasalahan konflik sosial antar masyarakat akibat kurangnya lahan yang digunakan 3. 3 Bappeda Kota Dalam Laporan Akhir Penyusunan Revitalisasi Penataan Kawasan Sungai Gajah Wong Kota, Tahun 2013, Hal VI-71. 3
c. Urgensi- Konsolidasi Ruang Terbuka Publik di Permukiman Kampung Warungboto Salah satu hal yang menarik dari Kota adalah keberadaan kampung-kampung kota yang masih turut menghiasi wajah fisik permukimannya. Di Kota permukiman yang masih memiliki ciri khas kampung banyak menempati daerah bantaran sungai, hal ini dikarenakan perkembangan kota yang pesat menyebabkan perluasan kepadatan wilayah perkotaan hingga memindahkan masyarakat kota yang ekonominya lemah ke pinggiran kota. Salah satu permukiman kampung di Kota adalah Permukiman Kampung Warungboto yang berada di Kecamatan Umbulharjo. Lokasi permukiman terdapat di Bantaran Sungai Gajah Wong yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Kota Gede. Kondisi kehidupan sosial masyarakat di kampung ini menyimpan nilai-nilai sosial yang kuat yang menjadi budaya masyarakatnya, mereka hidup berdampingan dengan akrab yang menunjukkan bahwa kehidupan masyarakat kampung ternyata hidup bersahaja, tentram, penuh tenggang rasa, karena warga kampung kota menyadari bahwa sebagai makhluk sosial tentu membutuhkan interaksi dengan sesamanya terlebih dalam kehidupan bermasyarakat, seperti budaya rewang saat hajatan, gotong-royong, lelayu, pengajian bersama, dan kegiatan lainnya, hal tersebut dilakukan agar kehidupan sosial warga kampung tetap terjaga dengan baik. Banyak program-program pemerintah kota terkini yang terkait dengan peningkatan kualitas lingkungan permukiman padat pada kampung kota seperti seperti Kampung Improvement Program (KIP), Program Peremajaan Kampung, Revitalisasi, dan Konsolidasi. Menanggapi hal tersebut peneliti memilih model konsolidasi terhadap ruang terbuka publik di Permukiman Kampung Warungboto, yang diharapkan mampu meningkatkan efektivitas ruang (space effectiveness) serta memaksimalkan pemanfaatan ruang sosial oleh warganya (maximize community utilization). 4
Dalam konsolidasi ruang perkuatan hubungan dan kerjasama antar ruang secara fungsi memiliki arti penting sebagai panglima dalam membangun ruang menjadi lebih teratur serta bermanfaat bagi kepentingan bersama. Upaya untuk meningkatkan efektivitas ruang dan memaksimalkan pemanfaatan ruang terbuka publik di permukiman kampung kota dapat dilakukan bersamaan dengan penggalian potensi kampung sebagai salah satu sumberdaya yang mempunyai potensi, untuk itu pelibatan peran masyarakat (community based development) merupakan hal penting dalam pelaksanaan pengembangan pembangunan dalam lingkup skala permukiman, yang dapat diartikan sebagai pembangunan dengan orientasi optimal pada pendayagunaan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung, masyarakat diberikan kesempatan aktif beraspirasi dan berkontribusi untuk merumuskan program-program bangunan dan lingkungan yang sesuai dengan tingkat kebutuhannya, hal tersebut bermanfaat untuk memupuk pemahaman dan kesadaran masyarakat akan hak, kewajiban, dan peranannya di dalam proses pembangunan, sehingga tumbuh rasa memiliki dan tanggung jawab yang kuat terhadap hasil-hasilnya 4. Pendekatan placemaking digunakan untuk mendukung program konsolidasi terhadap ruang terbuka publik. Menurut Wikipedia, placemaking adalah pendekatan multi-faceted untuk perencanaan, desain serta manajemen untuk ruang publik, dengan mengkapitalisasi aset komunitas lokal, aspirasi, dan potensi, yang pada akhirnya akan menciptakan ruang-ruang publik yang baik yang mempromosikan kesehatan, kebahagian dan kesehatan masyarakat. Placemaking berfokus pada pentingnya lingkungan hidup dan penciptaan ruang publik yang menarik 5. Menggarisbawahi pentingnya konsolidasi ruang terbuka publik pada permukiman kampung kota terlebih kampung yang belum tersentuh program penataan dan pemberdayaan kampung, hal ini tentu sangat bermanfaat guna mewujudkan ruang terbuka publik yang berkualitas baik dan bermanfaat bagi lingkungan binaan fisik yang sesuai dengan aspirasi masyarakat dan sesuai 4 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 6/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, Hal 9. 5 wikipedia, pps.org 5
dengan kemampuan sumber daya setempat dan daya dukung lahan bagi kepentingan bersama. Konsolidasi ruang terbuka publik dilakukan karena mempunyai manfaat yang besar baik bagi lingkungan dan masyarakat guna menertibkan penguasaan dan penggunaan ruang sosial serta menciptakan nilai tempat (creative placemaking), berupa desain ruang terbuka publik yang mampu memberikan nilai tambah berupa peluang berkreasi baik dari aspek peruangannya bentuk, aktivitas serta fungsi oleh warganya. B. RUMUSAN MASALAH 1) Kondisi permukiman kampung kota memiliki kualitas rendah karena tumbuh dan berkembang tanpa perencanaan, sehingga cenderung mengabaikan alokasi lahan ruang terbuka, dan kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya ruang sosial bagi kepentingan bersama. 2) Keterbatasan ruang di Permukiman Kampung Warungboto berakibat pada kurangnya ruang berkumpul warga. 3) Masih belum optimalnya fungsi ruang-ruang sosial di Permukiman Kampung Warungboto sehingga ruang-ruang tersebut perlu ditingkatkan efektivitas dan pemanfaatannya. C. PERTANYAAN PENELITIAN Pertanyaan penelitian terkait Konsolidasi Ruang Terbuka Publik di Permukiman Kampung Kota dengan studi kasus Permukiman Kampung Warungboto, Kota adalah sebagai berikut: 1) Bagaimanakah jenis ruang terbuka publik dan jenis kegiatan sosial yang ada di Permukiman Kampung Warungboto? 2) Faktor-faktor apakah yang mendorong warga berkegiatan sosial di ruang terbuka publik? 3) Bagaimana konsolidasi ruang terbuka publik mampu meningkatkan efektivitas dan pemanfaatan ruang sosial di Permukiman Kampung Warungboto? 6
D. TUJUAN DAN SASARAN PENELITIAN Tujuan Penelitian adalah: 1) Memperoleh karakteristik jenis ruang terbuka publik dan jenis kegiatan sosial yang ada di Permukiman Kampung Warungboto. 2) Memperoleh faktor yang mendorong warga untuk berkegiatan sosial di ruang terbuka publik. 3) Menyusun arahan penataan dan pengembangan terhadap ruang terbuka publik melalui konsolidasi di Permukiman Kampung Warungboto, guna; (a) Meningkatkan efektivitas ruang (space effectiveness) dan memaksimalkan pemanfaatan ruang terbuka publik bagi masyarakat (maximize community utilization) sebagai ruang sosial, (b) Menciptakan nilai tempat (place) guna memberikan nilai tambah berupa peluang berkreasi bagi masyarakat. Sasaran penelitian adalah : 1) Perilaku. Yang dioperasionalisasikan sebagai kegiatan manusia, baik kegiatan secara individu maupun sosial yang dilakukakan di ruang terbuka publik Permukiman Kampung Warungboto. 2) Ruang terbuka publik. Yang merupakan wadah kegiatan sosial warga. E. KEASLIAN PENELITIAN Tabel 1.1 Beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, berkaitan dengan ruang terbuka publik di permukiman kampung kota PENELITI JUDUL METODE LOKUS FOKUS (2010) Agerippa Yanuranda (2011) Widhi Cahya Yudhanta Strategi konsolidasi pemanfaatan ruang terbuka tepian air sungai Winonggo Hubungan konfigurasi ruang dan aksesibilitas jalan kampung sebagai ruang publik di Kawasan Kampung Jogoyudan Kali Code menggunakan Teori bahasa pola permukiman (christoper alexander) Kuantitatif, Kawasan Tepian Air Sungai Winonggo Kawasan Kampung Jogoyudan, Kali Code, Karakter kawasan dan pemanfaatan ruang bantaran sungai Pemanfaatan jalan kampung sebagai ruang publik 7
(2013) Isabella Maharani Interkonektivitas ruang publik sebagai peningkat kualitas kawasan Permukiman Tepian Sungai Gajah Wong Kuantitatif, Kawasan Sungai Gajah Wong Pemanfaatan ruang-ruang jalan di tepian sungai gajah wong dengan simulasi (2013) Sidhi Pramudito Optimalisasi livabilitas ruang terbuka publik pada Bantaran Sungai Winongo di Kampung Bangunrejo, Kelurahan Kricak, Kuantitatif, Kampung Bangunrejo Kelurahan Kricak, Derajat livabilitas ruang terbuka dari faktor fisik dan non fisik (2016) Ratna Dwi Ma sum Konsolidasi Ruang Terbuka Publik Di Permukiman Kampung Kota, Studi Kasus Permukiman Kampung Warungboto Deskriptif Kualitatif, Place Centered Mapping Permukiman Kampung Warungboto Kelurahan Umbulharjo Meningkatkan efektivitas dan memaksimalkan pemanfaatan ruang terbuka publik sebagai ruang sosial masyarakat melalui konsolidasi ruang. (Sumber: Pengumpulan Referensi Penulis, 2015) Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, karena penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif yang didukung dengan metode pemetaan perilaku yang berorientasi pada tempat (place centered mapping). Sasaran penelitian adalah ruang terbuka publik serta perilaku yang dioperasionalkan sebagai kegiatan masyarakat, yang akan melihat sejauh mana penggunaan dan pemanfaatan ruang terbuka publik oleh warga (highest dan best use) untuk memperoleh arahan desain ruang terbuka publik melalui konsolidasi ruang. Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan efektivitas ruang (space effectiveness) serta memaksimalkan pemanfaatan ruang terbuka publik oleh masyarakat (maximize community utilization) dengan menciptakan nilai tempat (place) melalui konsolidasi ruang. 8