BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Perusahaan Asuransi Umum dengan Prinsip Syariah Perusahaan Asuransi Jiwa yang memiliki Unit Syariah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan Asuransi merupakan salah satu lembaga keuangan nonbank

BAB I PENDAHULUAN. dan dana pensiun. (Tariqullah Khan dan Habib Ahmed, 2008: 48) (2012), tiga diantaranya merupakan asuransi jiwa syariah.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. baik. Selama lima tahun belakangan yaitu tahun 2011 hingga 2015, aset industri

ANALISIS KESEHATAN KEUANGAN PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE BERDASARKAN METODE RISK BASED CAPITAL DAN Z-SCORE PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. yang akan terjadi di masa yang akan datang. Perusahaan asuransi mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Perasurasian, asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.1. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kecenderungan untuk menghindari atau mengalihkan risiko kepada pihak lain

II. TINJAUAN PUSTAKA PSAK 28: Akuntansi Asuransi Kerugian (Revisi 2012) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 28 bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu konsep penting dalam akuntansi konvensional adalah going

BAB I. PENDAHULUAN. seperti: perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pensiun, dan lembaga jasa

BAB I PENDAHULUAN. jumlah perusahaan asuransi di Indonesia untuk asuransi jiwa sebanyak 98

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan jasa keuangan bagi nasabah-nasabahnya, dimana pada

BAB I PENDAHULUAN. sektor rill dan sektor keuangan. Salah satu sektor yang cukup baik untuk dicermati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Krisis keuangan yang terjadi di Eropa dan beberapa negara Asia

BAB I PENDAHULUAN. berawal dari permasalahan kegagalan pembayaran kredit perumahan (subprime mortage

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (sumber : (sumber :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mekanisme asuransi atau pertanggungan. Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bukan komersial. Potensi pengembangan industri asuransi di Indonesia sangat

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. Kemudian dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masuknya era globalisasi ditandai dengan semakin berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. Semakin terglobalisasinya perekonomian menyebabkan persaingan antar

BAB I PENDAHULUAN. upaya perlindungan dari berbagai risiko, dapat menimbulkan kerugian financial

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. syariah sebagai salah satu lembaga keuangan nonbank yang penting peranannya.

BAB I PENDAHULUAN. suatu keadaan yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan suatu kerugian bisa

Data Bisnis Asuransi dan Reasuransi Syariah TW IV 2014

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BERDASARKAN EARLY WARNING SYSTEM PADA PT. ASURANSI CENTRAL ASIA CABANG PALEMBANG

2015 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN ASURANSI SYARIAH PADA PRODUK TAKAFUL DANA PENDIDIKAN (FULNADI)

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua jenis yaitu asuransi syariah dan asuransi konvensional.

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN

BAB I PENDAHULUAN. akan berdampak pada ketidakstabilan perekonomian suatu negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan asuransi dalam mengurangi risiko di Indonesia. Industri jasa. modal untuk investasi diberbagai bidang.

I. PENDAHULUAN. akan bangkit kembali setelah tahun 2006 yang penuh kesulitan akibat berbagai

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. termasuk juga di Indonesia. Selama krisis finansial global tersebut, sektor

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. berbeda dalam hal apa yang dijual, namun sama-sama memiliki kesamaan

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan

BAB I PENDAHULUAN. Saham adalah sebuah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. satu cara dalam memudahkan perusahaan maupun investor untuk mendapatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998

SHARIA INSURANCE ECONOMIC OUTLOOK 2016 PELUANG, TANTANGAN DAN HARAPAN INDUSTRI ASURANSI SYARIAH DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL DAN GLOBAL TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. Nilai Emisi (Rp Juta ) Perubahan (%) Jumlah Emiten

TINJAUAN PUSTAKA Asuransi

BAB I PENDAHULUAN. perhatian banyak pihak akhir-akhir ini. Tidak sedikit kajian dilakukan di berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan informasi bagi pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak bulan Januari 2013 seluruh industri keuangan di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya perusahaan adalah suatu lembaga yang diorganisir dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Dalam era globalisasi dan

LAPORAN PERHITUNGAN TINGKAT SOLVABILITAS DANA TABARRU' TRIWULAN I 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan memegang peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG INVESTASI SURAT BERHARGA NEGARA BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

LAPORAN PERHITUNGAN TINGKAT SOLVABILITAS DANA TABARRU' TAHUNAN 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian tumbuh dan berkembang dengan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir masyarakat Indonesia mulai percaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Resesi ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat telah menyebabkan kasus

LAPORAN PERHITUNGAN TINGKAT SOLVABILITAS DANA TABARRU' TRIWULAN III 2013 Per 30 September 2013

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian politik di Eropa dan kebijakan moneter USA, semua perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan pasar modal yang demikian pesat, terutama

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perbankan syariah di Indonesia telah muncul pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam menjalankan operasional perusahaannya memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang sudah go public dapat menjual sahamnya kepada para investor.

LAPORAN PERHITUNGAN TINGKAT SOLVABILITAS DANA TABARRU' TRIWULAN I 2014

BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Rasio Keuangan PT. Asuransi Ramayana Tbk

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi masa krisis keuangan global, asuransi adalah solusi yang dapat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang berkaitan dengan stakeholder dan shareholder. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk penggalangan dana publik. Bagi investor, pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Saat ini perkembangan industri asuransi sangat pesat. Kehadiran industri

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu perusahaan yang menghimpun dana dari masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saham merupakan sertifikat yang menunjukan bukti kepemilikan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tepat mengingat setiap keputusan keuangan yang diambil akan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asuransi adalah suatu perjanjian yang mana penanggung mengikatkan diri kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin membaik,lembaga keuangan seperti Bank, Pasar Modal dan Asuransi

BAB 1 PENDAHULUAN. bersifat inheren yang muncul sebelum risiko yang lainnya (Muslich, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat meramalkan apa yang akan terjadi diwaktu yang akan

BAB I PENDAHULUAN. perbankan sebagai dasar utamanya yang berupa kepercayaan sebagai agent. melalui kredit dan kemudahan proses pembayaran.

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perbankan di Indonesia merupakan objek sekaligus subjek yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. untuk menggambarkan situasi tersebut adalah kebangkrutan, kegagalan,

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan, keberhasilan maupun kegagalan dalam mengelola sumber daya serta

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan kontribusi yang sangat positif terhadap dunia usaha dan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai industri asuransi syariah di Indonesia pada lima tahun terakhir terindikasi mengalami perlambatan pertumbuhan kinerja keuangan. Berdasarkan ikhtisar data keuangan asuransi syariah (2014), hal tersebut berbanding terbalik dengan pertumbuhan market share industri asuransi syariah yang seharusnya berdampak pula pada peningkatan kinerja keuangan perusahaan asuransi syariah. OJK mencatat industri asuransi syariah mengalami pertumbuhan kontribusi atau premi bruto terendah pada tahun 2014 dibandingkan dengan pertumbuhan empat tahun sebelumnya. Pertumbuhan premi bruto asuransi syariah hanya 3,11% dari Rp. 9 triliun pada 2013 menjadi Rp. 9,28 triliun pada 2014. Angka tersebut merupakan pertumbuhan terendah sejak 2010. Data Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI), menunjukkan kontribusi (premi) asuransi umum dan reasuransi syariah tercatat menurun 28,33% menjadi Rp. 670,79 milyar dibandingkan tahun lalu Rp. 936 milyar. Penurunan kinerja premi asuransi umum syariah dan reasuransi syariah masih tertutupi oleh segmen asuransi jiwa syariah, karena naik 9,46% menjadi Rp. 3,8 triliun dari periode sebelumnya Rp. 3,48 triliun. Namun, kenaikan premi segmen asuransi jiwa masih belum membantu kinerja asuransi syariah karena pendapatan premi nyaris stagnan dengan pertumbuhan 1,45% menjadi Rp. 4,47 triliun dari periode sebelumnya Rp. 4,41 triliun. Otoritas Jasa Keuangan menilai, perlambatan kinerja asuransi syariah juga terlihat dari jumlah pemain asuransi syariah yang stagnan. Jumlah perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi syariah pada 2013 tercatat 49 perusahaan yang terdiri dari lima asuransi murni syariah (full fledge), 41 asuransi yang memiliki unit syariah, dan tiga perusahaan reasuransi yang memiliki unit syariah. Angka tersebut tidak mengalami perubahan sampai akhir Desember 2014. ANALISIS KINERJA KEUANGAN ASURANSI SYARIAH BERDASARKAN METODE EARLY WARNING SYSTEM DAN RISK BASED CAPITAL PADA PERUSAHAAN ASURANSI JIWA SYARIAH PERIODE 1

2 Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga menunjukkan dominasi yang besar dari perusahaan asuransi konvensional yang memiliki unit syariah dengan penguasaan market share lebih dari 65% dari keseluruhan pasar asuransi syariah nasional. (Bisnis.com. Senin, 2 Februari 2015). Penurunan kinerja asuransi juga tampak dari rendahnya pertumbuhan laba pada perusahaan asuransi murni syariah (full fledge) dibandingkan dengan pertumbuhan laba perusahaan asuransi konvensional yang memiliki unit syariah. Otoritas Jasa Keuangan mencatat perusahaan asuransi dengan laba terbesar pada tahun 2013 didapat oleh Prudential Life Assurance yang beroperasi sebagai unit syariah dengan perolehan laba sebesar Rp. 2,13 milyar, sedangkan perolehan laba PT Asuransi Takaful Keluarga sebagai perusahaan asuransi murni syariah hanya sebesar Rp. 13,9 juta. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan asuransi murni syariah masih perlu dibenahi agar mampu memenuhi target pencapaian profitabilitas dan dapat bersaing dengan perusahaan asuransi konvensional yang memiliki unit syariah. Kinerja keuangan perusahaan asuransi syariah dapat dinilai dari profitabilitas, likuiditas, solvabilitas, dan nilai pasar perusahaan. Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan No.424/KMK/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi, pemerintah telah menetapkan perusahaan asuransi di Indonesia saat ini wajib memiliki nilai Batas Tingkat Solvabilitas (RBC) minimal 120%, artinya apabila seluruh nasabah mengajukan klaim maka perusahaan asuransi dapat memenuhi seluruh kewajibannya dan perusahaan masih mempunyai cadangan sebesar 20%. Tingkat solvabilitas merupakan indikator untuk mengukur besarnya perusahaan dibiayai oleh utang dan menggambarkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Tingkat solvabilitas yang memenuhi Modal Minimum Berbasis Risiko (MMBR) dapat menunjukkan kinerja perusahaan dalam

3 keadaan baik. Berikut adalah data mengenai tingkat solvabilitas perusahaan asuransi jiwa syariah: 600 500 400 300 200 100 Sumber : Data diolah (Laporan Keuangan) 0 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Prudential Unit Syariah 206 420 224 72 82 85 133 BNI Life Assurance Syariah 289 209 172 209 171 311 162 Allianz Unit Syariah 306 428 499 486 233 207 141 Asuransi Takaful Keluarga 120 120 120 13 26 53 106 GAMBAR 1.1 TINGKAT SOLVABILITAS (dalam persen) Gambar 1.1 menunjukkan bahwa pada beberapa periode masih terdapat perusahaan asuransi yang belum mencapai batas Modal Minimum Berbasis Risiko (MMBR) yang ditetapkan pemerintah, hal ini akan berdampak pada pencabutan izin usaha, seperti yang dialami PT Asuransi Syariah Mubarakah sebagai perusahaan asuransi jiwa dikarenakan kegagalan pencapaian tingkat solvabilitas perusahaan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor KEP- 779/KM.10/2012 tanggal 28 Desember 2012. Kinerja keuangan perusahaan sangat diperlukan guna mengetahui pertumbuhan perusahaan tersebut. Tujuan dari pengukuran prestasi tersebut untuk mendapatkan informasi yang berguna terkait dengan aliran dana, penggunaan dana, efektivitas, dan efisiensi. Ukuran sesuai yang dipilih untuk menilai kinerja

4 perusahaan tergantung pada jenis organisasi untuk dievaluasi dan tujuan yang akan dicapai melalui evaluasi itu (Almajali et.al. 2012). Hal ini senada dengan pendapat Mehari dan Aemiro (2013) yang menyatakan bahwa Kinerja perusahaan tidak hanya berperan untuk meningkatkan nilai pasar perusahaan tetapi juga mengarah terhadap pertumbuhan seluruh sektor yang akhirnya mengarah kepada kemakmuran ekonomi secara keseluruhan. Akotey et.al. (2013) mengemukakan bahwa Kinerja keuangan merupakan faktor penting dalam perusahaan karena kinerja keuangan dapat menggambarkan keuntungan, dan menentukan tingkat kesehatan perusahaan demikian pula dengan perusahaan asuransi syariah. Kemampuan perusahaan asuransi untuk terus menanggulangi risiko dalam perekonomian bergantung pada kemampuan perusahaan untuk menciptakan keuntungan bagi pemegang saham, dan memastikan bahwa kinerja keuangan perusahaan asuransi dalam kondisi yang sehat. Melambatnya kinerja perusahaan asuransi tentu akan berdampak pada nilai dan tingkat kesehatan perusahaan, untuk perusahaan asuransi syariah perlu dilakukan upaya peningkatan kinerja perusahaan terutama menjaga stabilitas laba dan tingkat solvabilitas perusahaan karena laba merupakan tujuan utama atas berdirinya suatu perusahaan yang sifatnya sensitif bagi pihak-pihak yang berkepentingan seperti pemilik perusahaan, manajer, investor (penanam modal jangka panjang), kreditur, pemerintah, karyawan, dan masyarakat umum (Abdullah Amrin, 2009:180). Pengawasan dan pengkajian terhadap kinerja perusahaan asuransi perlu diperhatikan. Menurut Robert (2007), pentingnya pengawasan (peraturan) kinerja dalam bidang asuransi dikarenakan industri asuransi membutuhkan keyakinan masyarakat, dihubungkan dengan kondisi lembaga keuangan di Indonesia. Hal ini didukung sebuah studi dari Samad dan Hassan (1999) yang menyatakan pentingnya mengkaji kinerja asuransi syariah guna mengetahui pencapaian tingkat kesehatan perusahaan dan kemampuan mencapai keuntungan dari bagi hasil asuransi syariah.

5 Selaras dengan keputusan Menteri Keuangan No.424/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi yang merupakan pengganti Keputusan Menteri Keuangan No.481/KMK.017.1999. Tujuan utama penerapan peraturan tersebut adalah dalam rangka menghadapi dan mengantisipasi perkembangan yang terjadi dalam industri perasuransian agar dapat diandalkan dan kompetitif dalam perekonomian nasional serta melindungi pemegang polis agar setiap klaim yang diajukan dapat dibayar sepanjang klaim tersebut memang sesuai dengan kondisi polis dan kinerja perusahaan dapat dinilai baik dan sehat. Hal ini senada dengan pendapat Jiang Cheng dan Weiss (2012) yang menyatakan bahwa dalam upaya memenuhi hak pemegang polis dari ketidakmampuan perusahaan membayar risiko, diperlukan berbagai metode untuk menjamin tingkat kesehatan perusahaan asuransi. Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan, karena dalam laporan keuangan terdapat perkiraan-perkiraan seperti aktiva, kewajiban, modal dan profit. Menurut Horne dan JR (2009), alat yang digunakan untuk menilai kondisi keuangan dan kinerja dari perusahaan adalah rasio keuangan yang didapatkan dari laporan keuangan perusahaan yang digambarkan dalam rasio profitabilitas, solvabilitas, dan manajemen efisiensi. Analisis rasio keuangan untuk perusahaan asuransi dibuat oleh The National Association Insurance Commissioners (NAIC), yang merupakan lembaga pengawas badan usaha asuransi di Amerika Serikat di bawah pengaturan Organization for Economic Co-Operation and Development (OECD) (NAIC, 2016); (Pitselis, 2009). NAIC mengangkat beberapa jenis pengukuran kinerja asuransi yaitu 1) Early Warning System (EWS) yang memasukkan unsur-unsur rasio keuangan, produktifitas, profitabilitas serta pertumbuhan dalam perhitungannya, 2) Insurance Regulatory Information System (IRIS) untuk menilai financial distress perusahaan menggunakan database terkomputerisasi secara nasional, 3) Risk-Based Capital (RBC) untuk memperhitungkan risiko kegagalan pengelolaan kekayaan, ketidakseimbangan antara

6 nilai kekayaan dan kewajiban, serta 4) Financial Analysis and Surveillance Tracking (FAST) yang dilakukan negara untuk memonitor kondisi kinerja keuangan dan mencegah terjadinya ketidakmampuan membayar oleh perusahaan asuransi. (Pitselis, 2009). Dalam penelitian Shu-Hua Hsiao (Leader University, Taiwan) menyatakan bahwa untuk meninjau landscape keuangan dan memantau kinerja perusahaan asuransi perlu dilakukan sistem peringatan dini atau Early Warning System (EWS) untuk menilai perbandingan kinerja perusahaan asuransi domestik dan cabang luar negeri. Selanjutnya, Eduardo T. Tornoa dan Tomas S. Tiub (2014) meneliti faktorfaktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup dan kegagalan perusahaan asuransi non-jiwa di Filipina dan mengklasifikasikan keberlangsungan perusahaan menjadi kuat, sedang, lemah dan bangkrut. Penelitian dilakukan di negara-negara asing dengan variabel spesifik perusahaan yang meliputi ukuran perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan premi, rasio beban, rasio gabungan, leverage, pertumbuhan ekuitas, jenis kepemilikan klaim, kinerja investasi dan biaya operasi untuk pertumbuhan premi, dan tingkat diversifikasi. Ernest P. Goss dan George S. Vozikis (2000) melakukan pengujian kinerja asuransi dengan metode IRIS sebagai upaya mencegah terjadinya financial distress and insolvency. Penelitian lain yang dilakukan oleh Tania Hapsari (2014) menyatakan bahwa analisis Early Warning System (EWS) dan Risk-Based Capital (RBC) selain untuk mengukur kinerja dan tingkat perusahaan juga berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini didukung dengan penelitian Dewi Pramita (2014) yang melakukan analisis rasio keuangan sebagai tolok ukur kinerja perusahaan asuransi umum Joint Venture. Dari berbagai teori yang telah dikemukakan bahwa kinerja asuransi dengan metode analisis EWS dan RBC paling sering dikaji dalam menganalisis kinerja asuransi. EWS merupakan tolok ukur perhitungan dalam mengukur kinerja keuangan dan menilai tingkat kesehatan perusahaan asuransi di Indonesia. Sistem ini digunakan

7 sebagai peringatan dini atas kondisi keuangan perusahaan asuransi sehingga dapat digunakan dalam menganalisis kinerja keuangan perusahaan asuransi (Orros dan Smith, 2012). Umumnya faktor-faktor fundamental yang diukur adalah rasio beban klaim, rasio likuiditas, rasio cadangan teknis, dan rasio pertumbuhan premi (Simpson dan Damoah, 2009). RBC adalah model pengukuran jumlah minimum modal yang tepat untuk entitas pelaporan guna mendukung operasi bisnis secara keseluruhan dengan mempertimbangkan ukuran dan profil risiko tersebut. RBC dikembangkan sebagai alat tambahan untuk membantu regulator dalam analisis keuangan perusahaan asuransi. (NAIC, 2009). RBC merupakan teorikal jumlah modal minimum yang diperlukan untuk memenuhi risiko perusahaan asuransi dalam melindungi aktivitas bisnis dan meminimalisir insolvensi. (J. Cheng dan Weiss, 2013); (Norazliani Md Lazam, 2012); (Jaaman, Ismail, dan Majid, 2007). Analisis EWS dan RBC dapat diterapkan oleh perusahaan sebagai pengawas kinerja keuangan internal perusahaan, kedua metode tersebut menganalisis rasio-rasio keuangan yang dinilai dapat mewakili dan menggambarkan kinerja keuangan secara lebih detail dan spesifik untuk masing-masing perusahaan dalam industri perasuransian. Sementara IRIS dan FAST digunakan secara nasional oleh regulator asuransi untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan berdasarkan database terkomputerisasi industri perasuransian suatu negara. Berdasarkan teori dan fenomena di atas maka peneliti merasa penting menganalisis lebih lanjut mengenai kinerja keuangan asuransi jiwa syariah di Indonesia dengan menggunakan dua metode analisis, yaitu analisis rasio keuangan EWS yang mendukung upaya peningkatan kinerja keuangan khususnya nilai profitabilitas dan metode pelengkap analisis RBC sebagai alat pengukuran kemampuan perusahaan memenuhi risiko pemegang polis serta menilai kinerja keuangan perusahaan.

8 1.2 Identifikasi Masalah Inti kajian dalam penelitian ini adalah masalah kinerja keuangan asuransi syariah pada tahun 2014 yang diidentifikasi dari penurunan pertumbuhan pendapatan premi. Pertumbuhan premi bruto asuransi syariah hanya 3,11% dari Rp. 9 triliun pada 2013 menjadi Rp. 9,28 triliun pada 2014. Angka tersebut merupakan pertumbuhan terendah sejak 2010. Industri asuransi syariah mengalami rendahnya pertumbuhan laba periode, bahkan terjadi kegagalan pencapaian tingkat solvabilitas yang tidak mencapai 120% pada beberapa perusahaan asuransi syariah yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Hal ini mengindikasikan terjadinya masalah kesehatan perusahaan dan terancam mengalami kerugian jika tidak segera diatasi. Pengawasan dan pengkajian terhadap kinerja perusahaan asuransi sangat perlu diperhatikan. Menurut Robert (2007) pentingnya pengawasan (peraturan) kinerja dalam bidang asuransi dikarenakan industri asuransi membutuhkan keyakinan masyarakat, dihubungkan dengan kondisi lembaga keuangan di Indonesia. Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis kinerja keuangan asuransi diantaranya adalah EWS dan RBC yang dibuat oleh NAIC tahun 1990. Analisis rasio EWS digunakan sebagai peringatan dini atas kondisi keuangan perusahaan asuransi sehingga dapat digunakan dalam menganalisis kinerja keuangan perusahaan asuransi (Orros dan Smith, 2012). Umumnya faktor-faktor fundamental yang diukur dalam analisis EWS adalah rasio beban klaim, rasio likuiditas, rasio cadangan teknis, dan rasio pertumbuhan premi (Simpson dan Damoah, 2009). RBC dikembangkan sebagai alat analisis tambahan untuk membantu regulator dalam analisis kinerja keuangan perusahaan asuransi. Tujuan dari RBC adalah untuk menetapkan persyaratan modal minimum berdasarkan jenis risiko yang ditanggung perusahaan. (NAIC, 2016). Analisis kinerja keuangan merupakan suatu pertimbangan utama untuk investor dan masyarakat dalam menilai tingkat kesehatan suatu perusahaan, baik perbankan maupun IKNB (Institusi Keuangan Non Bank). Perusahaan yang mempunyai kinerja keuangan yang baik maka akan berdampak pada

9 meningkatnya laba, nilai dan tingkat kesehatan perusahaan. Hal ini akan berdampak kepada semua pihak yang terlibat dalam aktivitas bisnis, pihak internal perusahaan, stakeholder, dan menjadi pertimbangan bagi para investor untuk berinvestasi pada perusahaan yang mempunyai kinerja keuangan yang baik karena akan meminimalisir risiko saat berinvestasi, serta meningkatnya kepercayaan masyarakat pengguna jasa asuransi syariah. Berdasarkan uraian di atas bahwa pengukuran kinerja keuangan asuransi syariah sangat diperlukan bagi semua pihak baik internal maupun eksternal perusahaan sehingga dapat menggambarkan kinerja perusahaan asuransi syariah pada masa yang akan datang. Maka yang menjadi tema dalam penelitian ini ialah Analisis Kinerja Keuangan Asuransi Syariah Berdasarkan Metode Early Warning System dan Risk Based Capital Pada Perusahaan Asuransi Jiwa Syariah Periode. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, rumusan masalah yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kinerja keuangan berdasarkan metode analisis rasio Early Warning System pada perusahaan asuransi jiwa syariah periode. 2. Bagaimana kinerja keuangan berdasarkan metode analisis rasio Risk Based Capital pada perusahaan asuransi jiwa syariah periode. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk memperoleh temuan tentang kinerja keuangan berdasarkan metode analisis rasio Early Warning System pada perusahaan asuransi jiwa syariah periode 2008-2014.

10 2. Untuk memperoleh temuan tentang kinerja keuangan berdasarkan metode analisis rasio Risk Based Capital pada perusahaan asuransi jiwa syariah periode 2008-2014. 1.5 Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, hasil penelitian diharapkan mempunyai kegunaan sebagai berikut: 1. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kajian lebih lanjut dalam ilmu yang berkaitan dengan kinerja asuransi syariah, penelitian ini juga diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran tentang ilmu manajemen kinerja keuangan perusahaan menggunakan analisis Early Warning System (EWS) dan Risk Based Capital (RBC), serta menambah khazanah intelektual bagi perkembangan asuransi syariah, khususnya kinerja keuangan dan tingkat kesehatan perusahaan asuransi syariah. 2. Kegunaan Praktis a. Bagi Penulis Sebagai sarana menambah wawasan dan pengetahuan serta pemahaman tentang analisis kinerja keuangan perusahaan asuransi syariah. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah analisis Early Warning System dan Risk Based Capital pada perusahaan asuransi jiwa syariah. b. Bagi Perusahaan Memberikan informasi dan saran bagi perusahaan asuransi syariah pada umumnya, dan khususnya perusahaan asuransi jiwa syariah mengenai analisis kinerja keuangan perusahaan berdasarkan analisis Early Warning System dan Risk Based Capital. c. Bagi Kalangan Akademis

11 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, ilmu, dan referensi untuk penelitian selanjutnya, khususnya mengenai kinerja keuangan asuransi syariah. d. Bagi Masyarakat Sebagai kontribusi positif dalam rangka menyediakan informasi mengenai kondisi kinerja keuangan perusahaan asuransi syariah terutama informasi mengenai tingkat kesehatan perusahaan asuransi jiwa syariah di Indonesia dan mensosialisasikannya pada masyarakat.