1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengakenaragaman (diversifikasi) pangan sudah diusahakan sejak tahun 1960, namun sampai sekarang ketergantungan terhadap beras dan terigu belum dapat dihilangkan. Hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2011 menunjukkan selama periode 2009-2011 pola konsumsi pangan sumber karbohidrat masih didominasi oleh beras dan terigu dengan nilai kontribusi konsumsi karbohidrat sebesar 64,1% (diatas angka anjuran sebesar 50%). Hal ini mendorong pencarian sumber pangan pengganti tepung terigu dan beras yang difokuskan pada sumber daya lokal. Salah satu sumber daya lokal yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan adalah singkong. Singkong sebagai bahan baku utama mocaf merupakan salah satu hasil pertanian Indonesia yang jumlahnya besar. Indonesia termasuk sebagai negara penghasil ubi kayu terbesar ketiga (13.300.000 ton) setelah Brazil (25.554.000 ton), Thailand (13.500.000 ton) serta disusul negara-negara seperti Nigeria (11.000.000 ton), India (6.500.000 ton) dari total produksi dunia sebesar 122.134.000 ton per tahun (Bigcassava.com, 2007). Di DIY sendiri Produksi Ubi Kayu pada tahun 2008-2012 mengalami kenaikan setiap tahunnya sebesar 3,68%. Kemudian untuk Luas Panen Ubi Kayu dari tahun 2008-2012 juga mengalami kenaikan sebesar 1,69% dan kenaikan 4,81% untuk Produktivitas Ubi Kayu tahun 2008-2012 di DIY.
2 Tabel 1.1. Hasil bahan pangan ubi kayu propinsi DIY Tahun 2008-2012 Satuan Tahun Kenaikan 2008 2009 2010 2011 2012 (%) Produksi (Ton) 892.907 1.047.684 1.114.665 867.596 855.404 3.68 Luas Panen (Ha) 62.543 63.275 62.563 62.414 61.073 1.69 Produktivitas (Ton/Ha) 14.277 16.558 17.817 13.940 13.714 4.81 Sumber Data : Data BPS Propinsi DIY Pengembangan tepung mocaf di Indonesia dapat meningkatkan ketahanan pangan nasional yang merupakan diversifikasi produk berbasis potensi lokal agar dapat mengurangi ketergantungan impor terigu dan beras. Kemudian dapat menciptakan peluang usaha dan lapangan kerja baru dengan produksi mocaf sebagai industri hulu dan penggunaan mocaf oleh industri hilir. Selain itu juga dapat meningkatkan kesejahteraan petani dengan mengajak kerjasama serta meningkatkan pemanfaatan lahan marginal karena sangat luas lahan marginal di Indonesia yang dapat menyebabkan erosi, kebakaran dan kesuburan tanah. Perkembangan konsumsi mie yang pesat memberi pelajaran bahwa mie merupakan jenis makanan yang sesuai dengan kebutuhan atau preferensi konsumen Indonesia. Sementara itu, pembangunan pertanian nasional telah mampu menghasilkan beragam komoditas sumber karbohidrat yang perlu ditingkatkan pemanfaatannya, terutama dalam rangka penyediaan pangan alternatif bagi masyarakat. Oleh sebab itu, pemikiran yang paling sering muncul adalah perlunya pengembangan teknologi mie berbahan baku tepung selain terigu, yaitu tepung mocaf.
3 Industri PUTRI 21 saat ini sudah berjalan secara masinal dan mendapatkan tawaran dari pemerintah daerah untuk membuat mie bagi rakyat miskin (sebagai substitusi beras miskin) dan sebagai bantuan untuk tanggap darurat apabila ada bencana alam yang jumlahnya tidak sedikit dan tetap memenuhi permintaan kebutuhan pelanggan yang sudah berjalan sampai saat ini. Namun belum ada penelitian lebih lanjut mengenai kelayakan dari industri PUTRI 21 ini dari aspek pasar, teknis dan finansialnya. Informasi mengenai penerimaan pasar oleh konsumen perlu diketahui oleh produsen maupun distributor agar dapat menentukan produk mie kering yang sesuai dengan keinginan konsumen. Selain itu, dapat dijadikan dasar untuk memposisikan industri ini agar dapat bersaing dengan mie kering yang terbuat dari tepung terigu. Dari aspek teknis, banyak hal yang perlu dipetimbangkan dalam menjalankan suatu industri antara lain ketersediaan bahan baku, proses produksi yang efisien, kebutuhan mesin dan tenaga kerja agar dapat menentukan kapasitas produksi serta pemilihan lokasi. Penilaian investasi untuk jangka panjang mengenai kemampuan finansial dalam menjalankan industri mie kering mocaf PUTRI 21 juga perlu untuk diperhatikan. Kendala yang sering menjadi penyebab suatu industri berhenti atau bangkrut adalah tidak adanya perencanaan yang baik dari aspek pasar, teknis maupun finansialnya. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis kelayakan industri yang ditinjau dari aspek pasar, teknis dan finansial.
4 B. Perumusan Masalah Industri PUTRI 21 masih berpotensi untuk dikembangkan karena sejauh ini telah memiliki peranan penting bagi pengembangan inovasi dan mendukung penganekaragaman pangan lokal yang mengolah tepung mocaf menjadi mie kering mocaf. Industri mie kering mocaf saat ini telah meningkatkan kapasitas produksinya dengan menambahkan alat dan mesin (proses produksi secara masinal) agar dapat memenuhi permintaan dari konsumen. Namun, belum ada perencanaan secara pasti baik dari aspek pasar, teknis dan finansial produk mie kering mocaf apabila dikembangkan menjadi suatu industri yang lebih besar. Sehingga, dalam penelitian ini akan dilakukan analisis kelayakan industri dari aspek pasar, teknis dan finansial pada produk tersebut agar mengetahui layak atau tidaknya industri ini untuk dijalankan. C. Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian diperlukan agar hasil penelitian menjadi lebih fokus. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Penelitian ini dilakukan di Industri Olahan Pangan Mie Kering PUTRI 21 Desa Ngawu, Kec. Playen, Kab. Gunung kidul, Yogyakarta. 2. Analisis aspek dalam penelitian ini didukung dengan data kualitatif maupun kuantitatif yang diperlukan sesuai dengan tujuan penelitian. 3. Analisis dari aspek pasar dibatasi pada pemasaran produk, penerimaan konsumen dan uji kesukaan.
5 4. Analisis dari aspek teknis dibatasi pada ketersediaan bahan baku, proses produksi (Peta Proses Operasi), kapasitas produksi, peralatan dan mesin yang digunakan, tenaga kerja yang tersedia serta kebutuhan ruang produksi. 5. Analisis dari aspek finansial meliputi penentuan biaya awal, penentuan biaya operasional, penentuan pendapatan, penyusunan aliran kas, perhitungan nilai BEP dan perhitungan kriteria investasi meliputi nilai NPV, IRR, B/C Ratio dan PBP serta analisis sensitivitas. D. Tujuan Penelitian 1. Analisa kelayakan industri mie kering mocaf dengan proses produksi secara masinal (menggunakan mesin) dari aspek pasar, aspek teknis dan aspek finansial. 2. Analisa tingkat sensitivitas proyek terhadap kenaikan harga bahan baku, penurunan harga jual produk dan kenaikan gaji pegawai. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi tentang tingkat kelayakan industri mie kering mocaf tersebut sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam memproduksi mie kering mocaf untuk skala yang lebih besar.