BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA. No.1388, 2013 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Layanan Jelajah. Roaming. Internasional. Jaringan Bergerak Seluler.

BAB I PENDAHULUAN. membuat dunia seolah tanpa batas dan berdampak juga dengan kegiatan. yang dibutuhkannya dan pemasar juga memiliki berbagai

Pengguna Internet Indonesia BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak pada dunia perbankan secara elektronik. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Telepon seluler saat ini telah menjadi alat komunikasi serta informasi

PENGUKURAN KINERJA BERDASARKAN PERSPEKTIF PELANGGAN DAN PERSPEKTIF PROSES BISNIS INTERNAL PADA PT XL AXIATA TBK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

I.1 Latar Belakang Industri telekomunikasi merupakan salah satu industri yang menuntut perkembangan teknologi dengan cepat. Perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi. Keberadaan teknologi selular pertama kali masuk ke

Gambar 1.1 Sumber: Wifi.id (2015)

BAB I PENDAHULUAN. Kelengkapan infrastruktur telekomunikasi kini berkembang menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. informasi terbaru. Seiring dengan meningkatnya pengguna telepon seluler (smart

BAB I PENDAHULUAN. I.1. LatarBelakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi merupakan hal yang wajib. Peranan teknologi dalam. transaksi perbankan, sehingga meningkatkan retensi penggunaan jasa

BAB 1 PENDAHULUAN. zaman yang semakin modern, kebutuhan manusia semakin tidak dapat dibatasi.

SYARAT DAN KETENTUAN NOBUPAY

Memulai. Q : Bagaimana cara mengakses Bank Ekonomi Mobile Banking? A : Kunjungi pada browser standar ponsel Anda.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data emarketeer (2015) jumlah pengguna internet didunia cenderung

BAB I PENDAHULUAN. informasinya sebagai sarana nasabah untuk bertransaksi.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Meningkatkan Finansial Inklusi Melalui Digitalisasi Perbankan

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Industri Telekomunikasi di Indonesia. baik untuk mendukung kegiatan pemerintahan, pendidikan, bisnis, kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh stakeholder sebagai. dasar untuk pengambilan keputusan dalam organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. disalurkan dan diinvestasikan ke sektor-sektor ekonomi yang produktif.

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan konsumen lama. Perusahaan harus mampu membaca peluang

Table of Contents FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

FAQ MEGA MOBILE Apa itu layanan Mega Mobile? Apa saja syarat untuk memperoleh atau menggunakan layanan Mega Mobile?

BAB I PENDAHULUAN. pilihan kartu simcard yang ditawarkan oleh penyedia jaringan telekomunikasi.

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemudahan bagi segala aktivitas manusia. Salah satunya perkembangan teknologi

I. PENDAHULUAN. tidak pasti dan turbulen baik dari sisi teknologi, regulasi, pasar maupun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SMART Platform Pada T-Cash Telkomsel

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/1/PBI/2004 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING GUBERNUR BANK INDONESIA,

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kemajuan teknologi dalam sistem pembayaran dan transaksi perbankan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat Telkom Flexi

BAB I PENDAHULUAN. PT. Pos Indonesia merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin pesat membuat banyak orang

PETUNJUK PEMESANAN TIKET KERETA API DENGAN LAYANAN CALL CENTER DAN PERBANKAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

FAQ LAYANAN MEGA MOBILE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. melalui hp banking sms (layanan sms banking pada Bank Danamon). dengan menggunakan sms messaging

BAB I PENDAHULUAN. merambah berbagai macam sektor industri. Salah satu penerapan teknologi

Integrasi Protokol SMS dan Internet pada Mobile Banking

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Perkembangan ekonomi global memberikan sinyal akan pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi dewasa ini telah mencapai tingkat yang

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan lingkungan bisnis yang cepat dan sangat dinamis telah membawa

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) Rekening Ponsel

Syarat dan Ketentuan Mega Syariah Mobile

Memanfaatkan Perangkat Telekomunikasi Sebagai Media Penjualan Dengan. Aplikasi Mobile dan Web

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hubungan lebih baik dan menjadi semakin dekat dengan masyarakat. Kini

Perancangan Aplikasi Informasi Prosedur Pelayanan Publik Berbasis USSD (Unstructured Supplementary Service Data)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dimana sektor perekonomian menjadi tolak ukur kemakmuran suatu Negara.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian TCASH (Telkomsel)

BAB I PENDAHULUAN. cepat dirasakan telah membawa pengaruh yang signifikan terhadap. lingkunagan baik secara langsung maupun tidak langsung telah

mandiri e-cash dan Layanan Keuangan Digital (LKD) Bank Mandiri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia akan teknologi sudah tidak dapat dipungkiri lagi. Selama kurang

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan komunikasi. Saat ini layanan sistem pembayaran yang melibatkan

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. berpotensi muncul banyak nya usaha jasa baru.

BAB I PENDAHULUAN. yang memanfaatkan kecanggihan telekomunikasi tersebut.

FAQ LAYANAN MEGA SYARIAH MOBILE

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Transportasi merupakan salah satu hal penting yang menjadi

ekonomi Kelas X SISTEM PEMBAYARAN DAN ALAT PEMBAYARAN K-13 A. Pengertian Sistem Pembayaran Tujuan Pembelajaran

- 3 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal I Angka 1 Pasal 1 Cukup jelas.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2016, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komuni

BAB I PENDAHULUAN. perbankan, pendidikan dan lain sebagainya. Melalui perkembangannya, teknologi

BAB I PENDAHULUAN. adanya berbagai macam alat komunikasi yang semakin memudahkan penggunanya

KESIAPAN E-GOVERNMENT XYZ

BAB III METODE PENELITIAN. kuisioner. Kriteria sampel pada penelitian ini adalah pengguna e-banking baik m-

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi di Indonesia sampai dengan saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun untuk membantu tercapainya tujuan perusahaan. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi saat ini semakin berkembang seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelayanan informasi merupakan salah satu bentuk layanan yang diberikan

Pokok Bahasan : - Perkembangan Teknologi Informasi - WELCOME. Kursus Online - Pertemuan 5 - Join : Follow

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2015, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lemb

BAB. I PENDAHULUAN. Pentingnya teknologi informasi dalam bisnis tidak diragukan lagi. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, teknologi mengalami perkembangan yang

PENETRASI & PERILAKU PENGGUNA INTERNET INDONESIA 2017

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 12/PER/M.KOMINFO/04/ 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) Layanan Branchless Banking

BAB I PENDAHULUAN. dan persaingan semakin ketat, hal ini terlihat bahwa Bank berlomba lomba

MANUAL SIMPONI PPI PERMOHONAN IZIN POS

Laporan Hasil Penelitian. PENGGUNAAN MEDIA DIGITAL DI KALANGAN ANAK-ANAK DAN REMAJA DI INDONESIA Ringkasan Eksekutif

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Instruksi Presiden RI Nomor 3 Tahun 2003 [1] tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-government, dijelaskan bahwa pengembangan e-government merupakan upaya untuk mengembangkan kepemerintahan yang berbasis elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien. Selain itu, definisi e-government dalam konteks sebagai transformational government adalah penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan informasi dan pelayanan bagi warganya, urusan bisnis, serta hal-hal lain yang berkenaan dengan pemerintahan [2]. Salah satu hasil implementasi e-government adalah sistem informasi satu layanan. Satu Layanan adalah sistem informasi layanan publik atau disingkat dengan SatuLayanan (satulayanan.id), yang menyajikan informasi mengenai layanan-layanan publik yang ada di Indonesia [3]. Satu Layanan ini menjadi salah satu bentuk nyata komitmen pemerintah Indonesia dalam mendukung pemerintahan terbuka melalui transparansi informasi pelayanan publik. Sistem informasi satu layanan menyediakan informasi prosedur layanan dari berbagai penyelenggara pelayanan publik. Informasi prosedur layanan tersebut sangat dibutuhkan oleh masyarakat karena menyajikan informasi mulai dari persyaratan sampai dengan lama waktu pengerjaan layanan publik. Selain satu layanan, terdapat juga portal Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan yang juga menyajikan informasi prosedur layanan seperti pada sistem informasi satu layanan dan informasi-informasi publik lainnya. Beberapa prosedur layanan publik yang ada pada Kementerian Perhubungan telah mengalami penyederhanaan dan pemangkasan dengan mengurangi beberapa persyaratan yang tidak diperlukan, sehingga prosedur layanan menjadi lebih sedikit dan tidak merepotkan pengguna jasa. Dengan kata 1

lain agar lebih efisien, cepat, transparan, akuntabel dan memberikan kepastian hukum [4]. Adapun prosedur layanan publik yang mengalami pemangkasan adalah prosedur layanan publik yang berdampak luas dan berkaitan dengan dokumen perorangan. Pemangkasan prosedur layanan publik terjadi pada semua sektor yang ada pada Kementerian Perhubungan, termasuk prosedur layanan publik yang ada pada sektor perhubungan laut. Keluhan masyarakat terkait dengan layanan publik yang ada pada sektor perhubungan laut diantaranya dalam layanan buku pelaut dan sertifikat-sertifikat pendukung lainnya [5]. Untuk menindaklanjuti keluhan tersebut, pemangkasan prosedur layanan publik sektor perhubungan laut dilakukan pada layanan publik tentang kepelautan [6]. Penggunaan teknologi informasi ikut berperan dalam proses pemangkasan prosedur layanan publik ini, yaitu dengan pembaharuan informasi prosedur layanan publik yang ada pada portal Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan. Namun, informasi hasil pembaharuan tersebut tidak banyak diketahui masyarakat seperti yang terjadi di kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas I Tanjung Emas. Masih banyak masyarakat sebagai pengguna jasa perhubungan laut, pada saat mengajukan permintaan layanan publik tidak semuanya telah mengetahui prosedur layanan publik tersebut sehingga petugas pelayanan akan menjelaskan prosedur layanan dan menambah waktu pelayanan menjadi lama. Hal tersebut terjadi salah satunya disebabkan karena portal Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan ini hanya bisa diakses melalui web browser maupun aplikasi mobile dengan membutuhkan koneksi internet, padahal belum semua masyarakat sudah terjangkau dan dapat mengakses internet. Sejak pemerintah Indonesia mengembangkan infrastruktur internet pada tahun 1980-an, jumlah pengguna internet terus meningkat. Hingga tahun 2013 terdapat 71,19 juta pengguna internet di Indonesia. Dengan jumlah tersebut, penetrasi internet di Indonesia pada tahun 2013 adalah sebesar 28%. Sementara di tahun 2014 menunjukkan penetrasi internet di Indonesia mencapai 34,9%. Walaupun angka penetrasi terus mengalami peningkatan, namun pengguna 2

internet di Indonesia tidak merata secara geografis. Pengguna internet di Indonesia paling banyak ada di Indonesia bagian Barat, yakni di pulau Jawa (terutama di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya), Bali dan Sumatera [7]. Menurut hasil survei APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) pada tahun 2014, mayoritas pengguna internet di Indonesia yaitu tinggal di wilayah barat Indonesia, khususnya pulau Jawa. Penetrasinya mencapai 36,9% dari total penduduk di pulau Jawa. Selain itu, sekitar 83,4% pengguna internet di Indonesia berdomisili di wilayah urban. Secara tidak langsung data ini menggambarkan tidak meratanya pengembangan infrastruktur internet di Indonesia dan ketersediaan layanan sambungan internet yang tidak sama di setiap daerah di Indonesia [7]. Sedangkan hasil survei 2016, menyebutkan bahwa penetrasi pengguna internet Indonesia telah meningkat dari tahun 2014 yaitu sebesar 51,8% atau sejumlah 132,7 juta dari total populasi penduduk Indonesia 256,2 juta orang. Walaupun begitu, tetap saja penetrasi internet belum merata secara geografis, karena masih terdapat wilayah yang angka penetrasi internetnya kurang dari 5% yaitu sebesar 4,7% di wilayah Bali dan Nusa serta sebesar 2,5% di wilayah Maluku dan Papua [8]. Masyarakat pengguna jasa perhubungan laut tersebar di daratan maupun yang sedang melakukan pelayaran. Untuk memudahkan komunikasi penumpang kapal dengan penumpang kapal lainnya, dan juga orang-orang di daratan. PT. Telkomsel telah memasang menara seluler atau base transceiver station (BTS) dengan layanan seluler dan belum ada layanan akses internet di atas kapal laut yaitu sebanyak 15 kapal milik PT. PELNI [9]. Dengan begitu, saat ini pengguna jasa perhubungan laut yang ada di daratan dan juga yang sedang melakukan pelayaran belum semuanya mendapatkan layanan akses internet, namun sudah lebih banyak yang mendapatkan layanan akses seluler. Terdapat penelitian yang memproyeksi tentang data jumlah pelanggan telepon bergerak di Indonesia, diproyeksikan bahwa jumlah pelanggan telepon bergerak seluler di Indonesia pada tahun 2013, 2014, 2015, 2016, 2017 dan 2018 berturut-turut adalah sebanyak 312.985.951, 341.129.729, 366.555.056, 389.261.933, 409.250.358 dan 3

426.520.331 [10]. Melihat proyeksi jumlah pelanggan telepon bergerak seluler yang terus meningkat namun tidak diimbangi oleh pemerataan pengembangan infrasturktur internet di Indonesia, bisa dipastikan banyak pelanggan telepon bergerak seluler di Indonesia hanya akan menikmati layanan seluler saja dan belum bisa menikmati layanan internet. Selain itu, belum meratanya penetrasi internet di Indonesia juga didukung dari hasil survei Pew, data survei ini menyebutkan bahwa masyarakat Indonesia belum semuanya terjangkau oleh teknologi internet [11]. Penduduk Indonesia yang belum mendapat akses internet, jumlahnya ada sekitar 150 juta orang [12]. Di luar penetrasi internet yang rendah, survei APJII menunjukkan bahwa profil pengguna internet di Indonesia dalam mengakses internet sebagian besar menggunakan ponsel [7]. Ponsel merupakan barang wajib yang harus dimiliki oleh masyarakat Indonesia. Didukung dengan jumlah pelanggan seluler pada Desember 2010 yang sudah mendekati jumlah penduduk Indonesia [13]. Dalam hal kebiasaan menggunakan ponsel, dari hasil survei Milward-Brown diketahui bahwa masyarakat Indonesia rata-rata memakai ponsel pintar selama 181 menit per hari dan memposisikan Indonesia di urutan teratas sebagai masyarakat pengguna ponsel nomor 1 di dunia [14]. Menurut hasil riset Barometer Konsumen bekerjasama dengan Netson Sofres (TNS) yang telah dirilis oleh Google, sekitar 59% masyarakat Indonesia menggunakan ponsel minimal satu kali dalam sebulan, untuk mencari informasi [15]. Menariknya adalah survei Pew menyebutkan, bahwa masyarakat Indonesia yang menggunakan smartphone sebanyak 15%, sebanyak 63% menggunakan feature phone dan sisanya 22% tidak menggunakan keduanya [11]. Masyarakat pengguna feature phone tersebut, didalamnya termasuk juga masyarakat sebagai pengguna jasa layanan publik. Dengan adanya pemangkasan prosedur layanan publik diatas, penetrasi internet yang belum merata, namun didukung dengan penggunaan ponsel untuk mencari informasi yang semakin meningkat, maka informasi prosedur layanan publik yang telah dipangkas tersebut sudah saatnya dapat disampaikan dalam 4

bentuk aplikasi yang dapat diakses oleh semua ponsel yang sampai saat ini belum tersedia. Oleh karena itu, dalam rangka pengembangan e-government yang lebih baik. Tidak hanya berbasis internet saja, pemerintah juga perlu menyediakan informasi prosedur layanan publik berbasis lain yang juga bisa diakses dengan mudah oleh semua ponsel, sehingga akan lebih banyak masyarakat yang mampu mendapatkan informasi tersebut dengan cepat dan mudah. Apabila pengembangan e-government tetap hanya berfokus pada layanan berbasis internet tanpa diimbangi penetrasi internet yang lebih baik dan luas, dikhawatirkan masih banyak masyarakat Indonesia yang tetap tidak bisa mengakses informasi terbaru dan menjadi masyarakat yang terkucilkan. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, penelitian ini merumuskan masalah yaitu implementasi e-government dalam bentuk website atau portal informasi layanan publik, belum menjangkau masyarakat luas terutama masyarakat yang belum mendapatkan akses internet. Namun hampir semua masyarakat telah menggunakan ponsel, untuk meningkatkan jangkauan penyebaran informasi layanan publik diperlukan perancangan dan pengusulan aplikasi yang mampu diakses oleh semua ponsel dan tidak membutuhkan akses internet. 1.3 Kebaruan Penelitian Dengan melihat penetrasi sebanyak 63% masyarakat Indonesia menggunakan ponsel yang tergolong feature phone [11], pemerintah perlu menyediakan pilihan akses informasi prosedur layanan publik yang dapat mereka akses dengan ponselnya. Ponsel yang beredar di Indonesia saat ini merupakan perangkat GSM (Global System for Mobile Communications). Lalu lintas pesan pada teknologi GSM yang populer kita ketahui adalah SMS, karena SMS sering kita manfaatkan dalam berkomunikasi, namun ternyata ada bentuk lainnya yaitu USSD (Unstructured Supplementary Service Data), USSD sering kita manfaatkan saat kita melakukan cek pulsa ataupun membeli paket layanan seluler dengan memanggil nomor tertentu. 5

Kelebihan USSD dibandingkan dengan SMS salah satunya yaitu USSD lebih cepat menerima maupun mengirim respon. USSD merupakan pesan yang ditransfer melalui jalur sinyal jaringan selular, mulai dari feature phone sampai smartphone sudah mendukung untuk mengaksesnya. Ada beberapa penelitian yang membahas pemanfaatan teknologi USSD, antara lain: penelitian pada bidang keuangan dan perbankan, bidang kesehatan serta penelitian pada bidang pertanian. Penelitian-penelitian pada bidang keuangan dan perbankan, yaitu penelitian dengan membuat prototipe mobile money implementasi di Nigeria yang memanfaatkan SMS dan teknologi USSD sebagai perintah transaksinya, setelah dilakukan percobaan kepada 30 pengguna, sebanyak 87% responden merasa mudah dalam menggunakan mobile money ini [16]. Ada juga penelitian yang memanfaatkan USSD sebagai salah satu strategi dalam layanan keuangan yakni Mobile Financial Services sebagai pendukung tindakan mengambil peluang pasar keuangan yang ada di Kenya [17]. Masih dalam bidang keuangan dan perbankan, penelitian lainnya menggunakan teknologi USSD dan mesin EDC yang dimodifikasi, sebagai teknologi dalam penyediaan layanan perbankan tanpa kantor di Indonesia, sehingga dinyatakan bahwa teknologi tersebut merupakan teknologi yang mampu diandalkan untuk implementasi dalam penyediaan layanan perbankan tanpa kantor [18]. Penelitian yang dilakukan pada bidang perbankan di India, menyebutkan bahwa pihak perbankan telah melakukan inovasi dengan membuat layanan mobile banking yang menggunakan teknologi USSD, sehingga nasabah yang akan menggunakan layanan mobile banking cukup melakukan panggilan kepada nomor tertentu [19]. Penelitian bidang perbankan lainnya juga menyebutkan teknologi USSD ini telah digunakan oleh semua bank dan perusahaan telekomunikasi dalam layanan mobile banking di India. Fasilitas yang ada pada mobile banking ini diantaranya yaitu transfer, pembayaran tagihan, posisi saldo, beragam pembayaran dan lainnya [20]. Sedangkan penelitian-penelitian pada bidang kesehatan yaitu: penelitian yang membuat sistem pelayanan kesehatan untuk daerah pedalaman Afrika 6

Selatan dengan memanfaatkan teknologi USSD, sistem ini digunakan untuk memonitor keadaan pasien jarak jauh, dan hasilnya terbukti membantu petugas medis yang ada di klinik atau di rumah sakit terdekat untuk mengambil tindakan medis selanjutnya [21]. Penelitian lainnya yaitu dengan memanfaatkan teknologi USSD untuk mengumpulkan data dalam pemetaan daerah di Paraguay yang beresiko epidemi penyakit yang berbasis GIS dan diimplementasikan pada aplikasi mhealth [22]. Penelitian pada bidang pertanian yaitu: penelitian ini mengungkapkan bahwa dengan memanfaatan teknologi USSD, dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mengakses aplikasi Tradenet. Aplikasi Tradenet ini digunakan oleh para petani untuk mengetahui harga-harga buah pada beberapa pasar di Sri Lanka [23]. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tersebut, telah berhasil memecahkan masalah secara efektif dengan memanfaatkan teknologi USSD, baik untuk digunakan sebagai media bertransaksi keuangan dan perbankan, pemantauan kesehatan serta mengetahui informasi pasar. Selain itu, dari semua penelitian itu hanya ada satu penelitian yang dilakukan dengan obyek penelitiannya di Indonesia, selebihnya di Nigeria, Kenya, India, Sri Lanka dan Paraguay. Oleh karena itu, penulis menemukan kebaruan untuk penelitian ini yaitu belum adanya pemanfaatan teknologi USSD sebagai media penyampaian informasi prosedur layanan publik pemerintah dan juga untuk implementasi di Indonesia. 1.4 Batasan Penelitian Penelitian ini membatasi beberapa masalah dengan mempertimbangkan hambatan dan kemampuan dari luar maupun dari dalam diri penulis yaitu: a. Prototipe aplikasi informasi prosedur layanan publik hanya dijalankan pada program simulator, karena sesuai aturan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika tentang Penyelenggaraan Jasa Penyediaan Konten, bahwa USSD (Unstructured Supplementary Service 7

Data) dan UMB (USSD Menu Browser) dapat digunakan untuk mengakses layanan jasa penyediaan konten, dan hanya diberikan oleh penyelenggara jaringan kepada penyelenggara jasa penyediaan konten yang telah memiliki Izin Prinsip dan atau Izin Penyelenggaraan Jasa Penyediaan Konten. b. Informasi prosedur layanan yang digunakan adalah sebanyak 3 informasi prosedur layanan publik yang paling banyak diakses dari website Direktorat Jenderal Perhubungan Laut pada alamat http://hubla.dephub.go.id dengan mempertimbangkan batasan maksimal karakter pada satu halaman tampilan aplikasi. c. Ruang lingkup penelitian hanya terbatas pada perancangan prototipe, fungsionalitas layanan dan tidak membahas keamanan sistem dari prototipe yang dibangun. d. Pengujian prototipe dilakukan dengan teknik pengujian fungsionalitas sederhana yang dilakukan pada komputer lokal. e. Pengukuran tingkat penerimaan dan dukungan implementasi prototipe dilakukan dengan kuesioner berisi ilustrasi simulasi dan pertanyaan lainnya. f. Ponsel yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu ponsel dengan jaringan GSM. 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Merancang prototipe aplikasi informasi prosedur layanan publik berbasis USSD. 2. Mengumpulkan data untuk mendapatkan gambaran tingkat penerimaan dari calon pengguna. 3. Mengusulkan atau merekomendasikan menjadi kegiatan pengadaan kepada salah satu penyelenggara layanan publik di Indonesia. 1.6 Manfaat Penelitian Dari penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan manfaat yaitu: 8

a. Memberikan rekomendasi kepada para penyelenggara pelayanan publik di Indonesia terutama kepada instansi pemerintah, agar dapat menerapkan teknologi USSD dalam menyampaikan informasi prosedur layanan dari pelayanan publiknya. b. Menambah referensi bagi penelitian selanjutnya yang akan mengkaji tentang pemanfaatan teknologi tertentu sebagai media yang mendukung pelayanan publik di masa yang akan datang. 9