BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dengan desain cross-sectional dan menggunakan pendekatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Karakteristik Subjek Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam bidang kesehatan. World Health Organization (WHO)

BAB III METODE PENELITIAN. menggambarkan unit cost yang berhubungan dengan pelayanan rawat inap

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain: 1. Ng et al (2014) dengan judul Cost of illness

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemberian pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Operasi caesar atau dalam isitilah kedokteran Sectio Caesarea, adalah

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan Jaminan Sosial dalam mengembangkan Universal Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. 1. standar profesi rekam medis dan informasi kesehatan. Standar profesi rekam

BAB I PENDAHULUAN. secara global dalam konstitusi WHO, pada dekade terakhir telah disepakati

Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL. Indikator Standar Dimensi Input/Proses l/klinis 1 Kepatuhan

AMAL C. SJAAF PURNAWAN JUNADI ATIK NURWAHYUNI

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan pokok yang harus diperhatikan setiap

BAB I PENDAHULUAN. mengutamakan kepentingan pasien. Rumah sakit sebagai institusi. pelayanan kesehatan harus memberikan pelayanan yang bermutu kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan merupakan prioritas baik bagi pihak penyedia

BAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

HALAMAN PENGESAHAN. 1. Judul : Unit Cost (ABC) vs INA CBG s Kasus SC di RS 2. Bidang : Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Upaya untuk meningkatkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. medis maupun non medis. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan. Republik Indonesia No. 269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam Medis

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BUPATI PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

BAB III METODE PENELITIAN. dengan teknik pendekatan secara cross sectional dengan mengambil data

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penting dari pelayanan kesehatan termasuk hasil yang diharapkan dengan berbasis

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara komprehensif yang

Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN. A. Kedudukan Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Undang-undang No.40 Tahun 2004 pasal 19 ayat1. 1

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. (PBB) tahun 1948 (Indonesia ikut menandatangani) dan Undang-Undang Dasar

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

ANALISIS BIAYA SATUAN BERBASIS METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PASIEN STROKE ISKEMIK DI BANGSAL ARAFAH RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1

BAB I PENDAHULUAN. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS. Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional, klaim

PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base

PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELLITUS DI RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2011

kesatuan yang tidak terpisahkan dari manajemen operasi RS. Manajemen operasi yang efisien (lean management) adalah manajemen operasi yang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.693,2012

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. No.983/Menkes/SK/XI/1992 menyebutkan bahwa rumah sakit umum adalah

BAB II LANDASAN TEORI. Ada definisi lainnya, yaitu menurut Marelli (2000) Clinical pathway merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI JENEPONTO. Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

TINJAUAN PELAKSANAAN PENGISIAN FORMULIR VERIFIKASI (INA-CBG S) PADA REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI RSUP Dr. M. DJAMIL

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. harus direkam dan didokumentasikan ke dalam bentuk catatan medis. yang disebut rekam medis atau rekam kesehatan.

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 17 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. jantung. Prevalensi juga akan meningkat karena pertambahan umur baik lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis biaya pesediaan..., Diah Fitri Ayuningtyas, FKM UI, 2009

COST OF ILLNESS PASIEN HEMOFILIA A DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA. Abstrak

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas obat yang aman, berkhasiat, bermutu, dan terjangkau dalam jenis dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

NOMOR : 10 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. konsekuensi terutama dalam proses penyembuhan penyakit atau kuratif (Isnaini,

Prof. Dr. dr. Akmal Taher, Sp.U(K) Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. intervensi pemerintah dalam pembayaran. Dokter, klinik, dan rumah sakit

PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL.

Lampiran I. Panduan Wawancara. NO Uraian Jawaban /Penjelasan

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

Tinjauan Prosedur Penentuan Kode Tindakan Berbasis ICD-9-CM untuk INA CBG di RSUD Dr. Soeroto Ngawi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD Dr. Pirngadi. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang. kompleks, padat pakar, dan padat modal. Kompleksitas ini muncul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam rangka mencapai cita-cita awal dari pembentukan Sistem

BUPATI PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan desain cross-sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara observasi, pengumpulan data sekaligus pada satu waktu dan menggunakan data yang lalu (Notoatmodjo, 2010). Analisis dalam penelitian ini adalah COI, COI merupakan suatu bentuk evaluasi ekonomi yang paling awal di sektor pelayanan kesehatan dengan tujuan utama untuk mengevaluasi beban ekonomi dari suatu penyakit di masyarakat, meliputi seluruh sumber daya pelayanan kesehatan yang dikonsumsi sehingga dapat menggambarkan penyakit mana yang membutuhkan peningkatan alokasi sumber daya untuk pencegahan atau terapi (Andayani, 2013). Dalam penelitian ini jenis baiaya yang diteliti adalah biaya langsung medis (direct medical cost) yang termasuk biaya langsung medis adalah biaya yang diberikan selama pasien mendapatkan tindakan bedah di KBE, yakni pelayanan laboratorium (hematologi I, hematologi II, kimia I, dan kimia II, pelayanan serologi/imunologi, pelayanan analisa gas darah), pelayanan radiologi dan penggunaan obat/barang medis, yang kemudian akan dibandingkan biaya langsung di IBP yaitu penggunaan obat/barang medis, untuk mengetahui perbedaan dan besarnya biaya yang dikeluarkan dari suatu tindakan bedah pada masing masing instalasi tersebut dengan kode INA CBG s yang sama. 24

Evaluasi biaya dalam COI menggunakan metode micro costing yaitu biaya pelayanan dinilai dengan menjumlahkan masing masing komponen biaya yang diperlukan untuk pelayanan dan dengan pendekatan battom up yaitu perhitungan biaya produksi untuk mendapatkan suatu hasil. Penelitian COI ini berdasarkan perspektif sistem pelayanan kesehatan yang hanya mengukur biaya yang berkaitan langsung dengan pelayanan medis. Penelitian COI dilakukan dari berbagai perspektif. Perspektif dalam studi COI antara lain adalah perspektif sosial, sistem perawatan kesehatan, pembayar pihak ketiga, sektor usaha dan pemerintah (Changik, 2014). 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di IGD RSUP H. Adam Malik, Jalan Bunga Lau No.17 Medan. Lokasi dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa RSUP. H. Adam Malik Medan sebagai rumah sakit pendidikan kelas A dan sebagai salah satu rumah sakit yang paling banyak melayani pasien BPJS Kesehatan. 3.2.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2016 - Desember 2016 dengan pengambilan data selama 6 bulan yaitu bulan April 2016 September 2016 di KBE dan IBP RSUP. H. Adam Malik Medan. 3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi target berupa seluruh data rekam medis dan keuangan pasien di KBE dan IBP periode April 2016 September 2016. Populasi studi di KBE yang 25

didapatkan adalah sebanyak 358, populasi studi yang didapatkan di IBP adalah sebanyak 1.574. 3.3.2 Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi yaitu sebanyak 78 pasien dan di IBP sebanyak 100 pasien. Sampel yang dipilih harus memenuhi kriteria inklusi adalah: a. Pasien yang dilayani di KBE dan IBP RSUP. H. Adam Malik Medan b. Pasien yang mengikuti program BPJS c. Pasien di KBE yang masuk melalui instalasi gawat darurat d. Pasien di KBE dan IBP yang dikelompokkan berdasarkan selisih negatif e. Pasien di IBP yang dikelompokkan berdasarkan Kode INA-CBG s yang sama dengan pasien di KBE Kriteria eksklusi adalah: a. Semua pasien yang tidak dilayani di KBE dan IBP b. Pasien di KBE dan IBP yang tidak mengikuti program BPJS. c. Semua pasien yang masuk tidak melalui instalasi gawat darurat d. Pasien di KBE dan IBP dengan selisih positif e. Pasien yang di IBP namun tidak mempunyai kode INA-CBG s yang sama dengan pasien di KBE RSUP. H. Adam Malik Medan f. Pasien dengan data tidak lengkap. 3.4 Definisi Operasional berikut : Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai 26

a. Cost of illness adalah suatu analisis farmakoekonomi dengan mengukur beban ekonomi dari suatu penyakit dan memperkirakan nilai maksimum yang dapat dihemat atau diperoleh jika penyakit dapat disembuhkan b. Tarif klaim INA-CBG s adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada fasilitas kesehatan tingkat lanjutan atas paket layanan yang didasarkan kepada pengelompokan diagnosis penyakit c. Sistem informasi rumah sakit adalah sistem yang melakukan integrasi dan komunikasi aliran informasi baik didalam maupun diluar rumah sakit d. Kamar bedah emergency adalah suatu unit khusus di rumah sakit sebagai tempat tindakan pembedahan yang dilakukan dengan segera e. Instalasi bedah pusat adalah suatu unit khusus di rumah sakit sebagai tempat tindakan pembedahan yang dilakukan secara elektif (terencana) f. Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit, membebaskan gejala, atau mengubah proses kimia dalam tubuh. Penggunaan obat yang dimakaud dalam penelitian ini adalah penggunaan obat pasien selama proses pembedahan/operasi g. Barang Medis adalah instrumen yang digunakan untuk mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. Penggunaan barang medis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah barang medis yang digunakan selama proses pembedahan/operasi h. Rata - rata biaya adalah hasil penjumlahan dari biaya pelayanan pasien dibagi dengan jumlah pasien yang menggunakan komponen pelayanan 27

i. Selisih biaya adalah hasil pengurangan dari biaya aktual rumah sakitdikurangi dengan tarif klaim INA-CBG s j. Biaya aktual rumah sakit adalah biaya yang dikenakan selama pasien mendapatkan pelayanan di rumah sakit. 3.5 Instrumen Penelitian 3.5.1 Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pasien di KBE dan di IBP pada periode April September 2016 yang di dapat dari sistem informasi rumah sakit (SIRS) dan data klaim INA-CBG s dari Instalasi Verifikasi Askes di RSUP H. Adam Malik Medan. 3.5.2 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif pada periode April 2016 September 2016. Pengumpulan data dilakukan dengan penelusuran data pasien dari SIRS dan data biaya aktual dan klaim BPJS yang diperoleh dari Instalasi Verifikasi Askes di RSUP H. Adam Malik Medan, data yang diambil meliputi: a. Data karakteristik pasien meliputi nomor rekam medis, inisial pasien, jenis kelamin, umur, dan kelas rawat b. Data klinis pasien meliputi deskripsi tindakan bedah dari kode INA- CBG s dengan selisih negatif c. Data penggunaan obat, barang medis dan pelayanan medis yang diterima pasien d. Data biaya meliputi tagihan total, biaya obat, barang medis dan pelayanan medis yang diterima pasien, serta total biaya yang diklaim oleh BPJS. 28

3.6 Pengolahan Data Adapun tahapan pengolahan data dalam penelitian ini adalah: a. Merekrut data pasien KBE dan IBP dari SIRS, dan data biaya yang diperoleh dari bagian Instalasi Verifikasi Askes RSUP H.Adam Malik Medan. b. Mengakses tarif INA-CBG s dari tiap tiap penyakit c. Mengakses biaya aktual rumah sakit d. Menghitung biaya aktual rumah sakit e. Menghitung besaran selisih negatif dan positif dari klaim INA-CBG s dengan tarif yang dikeluarkan KBE dan IBP RSUP H. Adam Malik Medan. f. Mengelompokkan data berdasarkan selisih negatif di KBE RSUP H. Adam Malik Medan g. Menentukan kode INA-CBG s yang sama yang terdapat di KBE dibandingkan dengan di IBP untuk mengevaluasi perbedaan selisih tarif negatif h. Menghitung perbandingan biaya aktual rumah sakit dibandingkan dengan tarif klaim INA- CBG s di KBE dan IBP i. Mengevaluasi COI di KBE j. Membandingkan perbedaan selisih negatif KBE dan IBP k. Membandingkan penggunaan obat/barang medis di KBE dan IBP. 3.7 Analisis Data Biaya yang dihitung dalam penelitian ini dalah biaya langsung medis (direct medical cost). Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis secara deskriptif. Data kuantitatif disajikan dalam bentuk tabel sedangkan data kualitatif 29

disajikan dalam bentuk uraian. Data dianalisis menggunakan Microsoft Excel. COI dihitung dengan menggunakan rumus : Rata-rata biaya = Persentase biaya (%) = x 100% 30

3.8 Bagan Alur Penelitian Adapun gambaran pelaksanaan penelitian adalah seperti berikut: Pasien yang dibedah di KBE dan IBP RSUP. H. Adam Malik Medan periode April-September 2016 Data dari SIRS Mengakses biaya aktual Rumah Sakit dan tarif klaim INA-CBG s Data dari Instalasi Verifikasi Askes Menghitung besaran selisih negatif dan positif dari tarif klaim INA-CBG s dengan biaya aktual rumah sakit secara keseluruhan Menghitung biaya aktual di KBE dan IBP dan biaya klaim yang diterima pasien Menentukan kode INA CBG s yang sama yang terdapat di KBE dan IBP pasien dengan selisih negatif Data dari Instalasi Verifikasi Askes Analisis Data Penarikan kesimpulan Gambar 3.1 Bagan alur penelitian cost of illness pasien di kamar bedah emergency instalasi gawat darurat dan instalasi bedah pusat RSUP. H. Adam Malik Medan 31

3.9 Langkah Penelitian Penelitian ini akan dilakukan dengan langkah-langkah seperti berikut: a. Meminta rekomendasi Dekan Fakultas Farmasi USU untuk dapat melakukan penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan b. Menghubungi Direktur Utama Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan untuk mendapatkan izin melakukan penelitian dan pengambilan data, dengan membawa surat rekomendasi dari fakultas c. Mengumpulkan data berupa rekam medis dan keuangan yang tersedia di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan d. Menganalisis data dan informasi yang diperoleh sehingga didapatkan kesimpulan dari penelitian. 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengamatan dari data rekam medis yang diperoleh dari SIRS dan data keuangan dari verifikasi askes pasien di KBE periode April 2016 - September 2016 diperoleh data pasien yang memperoleh tindakan bedah adalah sebanyak 358 pasien, 132 pasien dan 28 kode INA-CBG s dengan selisih positif dengan total biaya sebesar Rp. 270.968.604 dan 226 pasien dan 91 kode INA- CBG s dengan selisih negatif dengan total selisih sebesar Rp. -1.091.905.308, data yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 78 pasien dan 23 kode dengan kode INA-CBGS s yang sama dengan IBP. Pasien di IBP periode April 2016 September 2016 yang memperoleh tindakan bedah adalah sebanyak 1.574 pasien, 414 pasien dan 86 kode INA-CBG s dengan selisih positif dengan total biaya sebesar Rp. 850.229.497 dan 1160 pasien dan 168 kode INA-CBG s dengan selisih negatif dengan total biaya sebesar Rp. -2.169.616.438, data yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 100 pasien dan 23 kode dengan kode INA- CBG s yang sama dengan KBE. Hal ini disebabkan banyak data dengan status tidak lengkap, hilang, dan tidak terbaca. Data pasien yang memenuhi kriteria inklusi kemudian diolah dengan Microsoft Excel dan hasil pengolahan data dianalisis secara farmakoekonomi sehingga didapatkan COI pasien di KBE dan IBP RSUP H. Adam Malik Medan pada kode INA-CBG s yang sama. 33

4.1 Karakteristik Pasien 4.1.1 Karakteristik Pasien Berdasarkan Diagnosis Karakteristik pasien berdasarkan diagnosis dipilih berdasarkan diagnosis yang memiliki selisih tarif negatif dengan kode INA-CBG s yang sama, dan karakteristik diagnosis (kode INA-CBG s) tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Persentase Pasien Bedasarkan Diagnosis (Kode INA CBG s). No Kode KBE IBP INA- CBG s Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) 1 O-6-10-I 38 48,7 11 11 2 K-1-20-II 7 8.9 9 9 3 K-1-10-II 3 3,8 1 1 4 K-4-18-I 3 3,8 2 2 5 M-1-20-II 3 3,8 3 3 6 U-1-20-I 3 3,8 16 16 7 G-1-10-II 2 2.5 9 8 8 K-1-20-III 2 2,5 6 6 9 M-1-50-I 2 2,5 5 5 10 W-1-20-I 2 2,5 9 9 11 G-1-10-I 1 1,2 7 7 12 J-1-20-I 1 1,2 1 1 13 J-1-20-II 1 1,2 3 3 14 K-1-13-III 1 1,2 1 1 15 K-1-20-I 1 1,2 1 1 16 K-1-40-II 1 1,2 1 1 17 K-1-40-III 1 1,2 1 1 18 K-1-50-I 1 1,2 1 1 19 M-1-02-II 1 1,2 1 1 20 M-1-20-I 1 1,2 2 2 21 M-1-60-II 1 1,2 1 1 22 M-1-80-I 1 1,2 2 2 23 W-1-20-II 1 1,2 7 7 Jumlah 78 100% 100 100% Berdasarkan hasil penelitian persentase terbesar pasien di KBE, dapat dilihat terdapat 38 pasien (48,7%) pasien dengan kode INA-CBG s O-6-10-I (prosedur operasi pembedahan caesar kategori ringan), sedangkan persentase di IBP dengan kode INA-CBG s yang sama terdapat 11 orang (11%). Gibbson, L. et. 34

al (2010) mengatakan bahwa World Health Organization (WHO) menetapkan standar rata-rata sectio caesarea di sebuah Negara adalah sekitar 5-15 % per 1000 kelahiran di dunia. Menurut hasil studi Sinha Kounteya, (2010), berdasarkan WHO peningkatan persalinan dengan sectio caesarea di seluruh Negara selama tahun 2007 2008 yaitu 110.000 per kelahiran di seluruh Asia. (Karundeng, dkk., 2014). Karakteristik ini dipilih berdasarkan data selisih tarif negatif per pasien dan kode INA-CBG s yang sama antara KBE dan IBP yang dihasilkan untuk memberi gambaran tentang hubungannya dengan biaya rumah sakit yang dikeluarkan dengan jumlah pasien yang dirawat, hal ini dikarenakan biaya rumah sakit yang dikeluarkan jumlah nya tidak sesuai dengan klaim. Untuk rincian perhitungan COI akan dijelaskan pada tabel selanjutnya. 4.1.2 Karakteristik Pasien Berdasarkan Usia Karakteristik pasien berdasarkan usia yang dilayani di KBE dan IBP RSUP H. Adam Malik Medan periode April 2016 September 2016 pada penelitian yang terdapat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Persentase Pasien Berdasarkan Usia KBE IBP No Usia Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) 1 <1 1 1,3 2 2 2 1-4 3 3.85 3 3 3 5-14 3 3.85 5 5 4 15-24 11 14,1 8 8 5 25-34 31 39,74 14 14 6 35-44 18 23 12 12 7 45-54 4 5,13 33 33 8 55-65 3 3,85 15 15 9 >65 4 5,13 8 8 Jumlah 78 100% 100 100% 35

Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik usia (tahun) dapat dilihat kasus pasien di KBE paling banyak terjadi pada umur rentang 25 34 tahun yaitu sebanyak 31 pasien (39,74%), dan kasus pasien di IBP paling banyak terjadi pada umur rentang 45 54 tahun sebanyak 33 pasien (33%). 4.1.3 Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin Berikut ini dapat ditampilkan karakteristik pasien KBE dan IBP RSUP. H.Adam Malik Medan periode April 2016 September 2016 berdasarkan jenis kelamin yang dapat dilihat di Tabel 4.3. Tabel 4.3 Persentase Pasien Berdasakan Jenis Kelamin KBE IBP No Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Perempuan 58 74,36 57 57 2 Laki Laki 20 25,6 43 43 Jumlah 78 100 % 100 100 % Berdasarkan karakteristik dari jenis kelamin pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa, pasien perempuan di KBE terdiri dari 58 orang (74,36%) dan pasien laki - laki terdiri dari 20 orang (25,6%) sedangkan pasien perempuan di IBP terdiri dari 57 orang (57%), dan pasien laki laki terdiri dari 43 orang (43%). Tabel diatas menunjukkan pasien perempuan di KBE lebih banyak dikarenakan pasien di KBE banyak melakukan pembedahan dengan tindakan operasi caesar. 4.2 Distribusi Total Selisih Negatif Sesuai Kode INA-CBG s Berikut ini ditampilkan total selisih negatif sesuai kode INA-CBG s di KBE dan IBP periode April 2016 September 2016 yang dapat dilihat di Tabel 4.4. 36

Tabel 4.4 Distribusi Total Selisih Negatif Sesuai Kode INA-CBG s No Instalasi/Unit Total Selisih 1 KBE -639.691.304,2 2 IBP -1.059.981.383 Jumlah -1.699.672.687 Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa, total selisih negatif sesuai kode INA-CBG s memliki perbedaan antara instalasi KBE dan IBP, instalasi IBP lebih besar yaitu sebesar Rp. -1.059.981.383 dibandingkan di KBE yaitu sebesar Rp. - 639.691.304,2 -, hal ini kemungkinan disebabkan jumlah pasien di IBP lebih banyak dibandingkan KBE sehingga total selisih negatif yang dihasilkan juga lebih besar. 4.3 Rata Rata Selisih Biaya pada Kode INA-CBG s yang sama di KBE dan IBP Berikut ini ditampilkan rata rata selisih biaya pada kode INA-CBG s yang sama di KBE dan IBP periode April 2016 September 2016 yang dapat dilihat di Tabel 4.5. Tabel 4.5 Tabel rata rata selisih biaya per pasien pada kode INA-CBG s yang sama di KBE dan IBP No Kode KBE IBP INA- CBG s Rata Rata Selisih Biaya Rata Rata Selisih Biaya 1 M-1-60-II -30.739.627-51.415.422 2 M-1-20-II -29.474.539-21.723.555 3 U-1-20-I -22.883.298-5.440.528 4 K-1-40-III -22.335.205-2.291.070 5 J-1-20-I -20.462.410 1.598.745 6 M-1-20-I -15.088.355-3.752.977 7 K-1-40-II -13.718.652-19.446.244 8 M-1-80-I -12.013.609-14.258.380 9 G-1-10-II -9.816.640 16.742.224 10 K-1-20-III -8.942.203-28.539.002 11 K-1-13-III -7.281.920-7.163.280 12 K-1-10-II -7.227.936-4.318.593 13 O-6-10-I -6.083.227-3.723.326 37

Tabel 4.5 (Lanjutan) 14 M-1-02-II -5.467.035-629.650 15 J-1-20-II -5.370.923-28.768.858 16 K-1-20-II -4.396.660-15.592.054 17 W-1-20-I -3.981.724-3.117.971 18 M-1-50-I -3.281.611-6.549.286,6 19 K-4-18-I -3.264.663-439.067 20 K-1-20-I -2.024.495-458.409 21 W-1-20-II -1.468.117-2.818.996 22 G-1-10-I -929.201-17.994.097 23 K-1-50-I -256.851-4.211.166 Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa, selisih negatif tertinggi di KBE pada kode INA-CBG s M-1-60-II (Sprosedur sistem muskoletal dan jaringan penghubung lain lain kategori sedang) yaitu sebesar Rp.-30.739.627 sedangkan selisih negatif tertinggi di IBP pada kode INA-CBG s yang sama terdapat perbedaan yaitu Rp. -51.415.422. Menurut Thabrani (2011), perbedaan selisih yang dihasilkaan tersebut dapat dikarenakan beberapa faktor, adapun faktor-faktor yang mempengaruhi biaya kesehatan yaitu, komponen inflasi biaya rumah sakit, kebijakan pemerintah, pembayar pihak ketiga (asuransi), maupun tenaga kesehatan sendiri (Mawaddah dan Tasmiatun, 2015). Hal lain mungkin disebabkan kurangnya pengendalian biaya dengan melakukan suatu evaluasi atau peninjauan tarif. Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013, mengamanatkan tarif ditinjau sekurang-kurangnya setiap 2 (dua) tahun. Upaya peninjauan tarif dimaksudkan untuk mendorong agar tarif semakin merefleksikan actual cost dari pelayanan yang telah diberikan rumah sakit. Selain itu untuk meningkatkan keberlangsungan sistem pentarifan yang berlaku, mampu mendukung kebutuhan medis yang diperlukan dan dapat memberikan reward 38

terhadap rumah sakit yang memberikan pelayanan dengan outcome yang baik. Untuk itu keterlibatan rumah sakit dalam pengumpulan data koding dan data costing yang lengkap dan akurat sangat diperlukan dalam proses updating tarif (PerMenkes No 27, 2014). Ketepatan pengodean diagnosis dan prosedur akan mempengaruhi ketepatan tarif software INA-CBG s dengan demikian jarak perbedaan tarif juga ditentukan oleh ketepatan pengodean (Wijayanti dan Sugiarsi, 2011). 4.4 Distribusi Biaya Laboratorium Berikut ini ditampilkan distribusi biaya laboratorium pasien KBE RSUP. H. Adam Malik Medan periode April 2016 - September 2016 yang dapat dilihat Pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Distribusi Biaya Laboratorium No Kode INA- CBG s Jumlah (Unit) Total Biaya Laboratorium Jumlah Rata rata Biaya Laboratorium (orang) 1 J-1-20-I 16 1.242.000 1 1.242.000 2 J-1-20-II 11 1.137.000 1 1.137.000 3 K-1-20-I 15 1.069.000 1 1.069.000 4 K-1-20-III 24 1.561.000 2 780.500 5 O-6-10-I 433 28.418.489 38 747.854 6 M-1-20-I 10 650.000 1 650.000 7 K-1-20-II 12 3.639.000 7 579.857 8 M-1-20-II 37 1.622.500 3 540.833 9 W-1-20-I 23 992.500 2 496.250 10 M-1-80-I 14 468.000 1 468.000 11 K-1-10-II 25 1.308.000 3 436.000 12 K-4-18-I 36 1.241.500 3 413.833 13 K-1-13-III 11 390.000 1 390.000 14 U-1-20-I 28 1.096.000 3 365.333 15 M-1-50-I 17 685.000 2 342.500 16 K-1-50-I 11 305.000 1 305.000 17 M-1-60-II 8 253.000 1 253.000 18 K-1-40-III 8 244.000 1 244.000 19 G-1-10-I 7 217.000 1 217.000 20 G-1-10-II 14 434.000 2 217.000 39

Tabel 4.6 (Lanjutan) 21 K-1-40-II 7 217.000 1 217.000 22 M-1-02-II 7 217.000 1 217.000 23 W-1-20-II 8 259.000 1 129.500 Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa, rata rata biaya laboratorium tertinggi pada kode INA-CBG s J-1-20-I (prosedur sistem pernapasan non kompleks kategori ringan) yaitu sebesar Rp. 1.242.000 dan kemudian pada kode INA-CBG s J-1-20-II (prosedur sistem pernapasan non kompleks kategori sedang) yaitu sebesar Rp. 1.137.00, kemudian pada kode INA-CBG s K-1-20-I (prosedur intestinal kompleks kategori ringan) yaitu sebesar Rp.1.069.000. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan kedokteran membuat pelayanan medis menjadi lebih canggih membuat masyarakat semakin kritis. Hal ini mendorong para dokter kadang terpaksa melakukan pemeriksaan yang berlebihan (over utilization), demi kepastian atas tindakan mereka dalam melakukan pengobatan, sehingga konsekuensinya adalah terjadi peningkatan biaya medis yang ditanggung pasien, baik berupa pemeriksaan laboratorium maupun pelayanan penunjang yang lain (Nurul dan Sihombing, 2013). Dalam melakukan pemeriksaan seharusnya dipedomani berdasarkan suatu standar atau clinical pathway, sehingga pemeriksaan yang dilakukan tidak berlebihan dan sesuai. Karena jika pemeriksaan tidak dipedomani dengan suatu standar atau clinical pathway, maka kemungkinan terjadinya ketidak efisienan biaya pemeriksaan. Penggunaan clinical pathway juga harus dievaluasi agar dalam penggunaannya tenaga medis lebih patuh, hal ini akan membantu dalam memperbaiki program yang dijalankan. Clinical pathway menyajikan instrumen manajemen strategis yang juga berfungsi sebagai instrumen untuk pengendalian biaya, dan dapat berkontribusi untuk transparansi dalam penyedia layanan (Astuti, 2017). 40

4.5 Distribusi Biaya Pelayanan Radiologi Berikut ini ditampilkan distribusi biaya pelayanan Radiologi pasien KBE RSUP. H.Adam Malik Medan periode April 2016 - September 2016 yang dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Distribusi Biaya Pelayanan Radiologi No Kode INA- CBG s Jumlah (Unit) Total Biaya Radiologi Jumlah Rata Rata Biaya Radiologi (orang) 1 M-1-20-II 21 3.290.000 3 1.096.666 2 G-1-10-II 8 2.015.000 2 1.007.500 3 G-1-10-I 3 940.000 1 940.000 4 M-1-60-II 7 575.000 1 575.000 5 M-1-80-I 4 330.000 1 330.00 6 K-1-20-I 3 360.000 1 360.000 7 K-1-10-II 6 840.000 3 280.000 8 K-1-40-II 1 280.000 1 280.000 9 M-1-20-I 3 260.000 1 260.000 10 M-1-02-II 3 255.000 1 255.000 11 K-1-20-II 14 1.58.000 7 225.714 12 K-1-20-III 3 360.000 2 180.000 13 K-4-18-I 3 330.000 2 165.000 14 U-1-20-I 3 285.000 2 142.500 15 M-1-50-I 7 685.000 2 97.857,14 16 K-1-50-I 1 80.000 1 80.000 17 K-1-13-III 1 80.000 1 80.000 18 O-6-10-I 1 80.000 1 80.000 19 W-1-20-II 1 80.000 1 80.000 20 J-1-20-I 0 0 0 0 21 J-1-20-II 0 0 0 0 22 K-1-40-III 0 0 0 0 23 W-1-20-I 0 0 0 0 Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa, rata rata biaya pelayanan radiologi tertinggi pada kode INA-CBG s M-1-20-II (prosedur pada paha dan sendi panggul selain sendi mayor kategori sedang), yaitu sebesar Rp. 1.096.666, kemudian pada kode INA-CBG s G-1-10-II (prosedur pada kraniotomi kategori sedang) yaitu sebesar Rp. 1.007.500, dan kemudian pada kode INA-CBG s G-1-10-I (prosedur pada kraniotomi kategori ringan) yaitu sebesar Rp. 940.000. Biaya 41

pelayanan merupakan salah satu penyebab terjadinya kesenjangan tarif dikarenakan biaya yang dikeluarkan tinggi, sehingga tidak efisien dalam pengendalian biaya aktual rumah sakit. Dalam menjalankan sistem INA-CBG s pihak rumah sakit harus membangun komunikasi yang baik antara tim dokter dengan manajemen untuk mengurangi variasi pelayanan dan pilih layanan yang paling efektif dengan membuat dan menjalankan clinical pathway serta mengedepankan kendali mutu dan kendali biaya, untuk menghasilkan pelayanan yang bermutu, efisien dan efektif (PerMenkes No 27, 2014). Dalam melakukan pemeriksaan, tenaga medis yang bekerja harus melakukan pemeriksaan secara profesional, komunikasi antar tenaga medis dibutuhkan agar pemeriksaan yang dilakukan sesuai dan tidak berlebihan. Sehingga biaya yang dikenakan lebih efisien sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien. 4.6 Distribusi Biaya Obat/Barang Medis Berikut ini ditampilkan penggunaan obat /barang medis di KBE dan IBP RSUP. H. Adam Malik Medan periode April 2016 September 2016 yang akan dibandingkan dengan kode INA-CBG s yang sama dengan IBP dilihat pada Tabel 4.8 dan 4.9 4.6.1 Distribusi Biaya Obat/Barang Medis di KBE Berikut ini ditampilkan penggunaan obat /barang medis di KBE RSUP. H. Adam Malik Medan periode April 2016 September 2016 yang akan dibandingkan dengan kode INA-CBG s yang sama dengan IBP dilihat pada Tabel 4.8 42

Tabel 4.8 Distribusi Biaya Obat/Barang Medis di KBE No Kode INA- CBG s Jumlah (Unit) Total Biaya Jumlah (orang) Rata Rata Biaya 1 M-1-80-I 109 5.119.518 1 5.119.518 2 K-1-40-II 179,5 4.273.680 1 4.273.680 3 M-1-20-II 448 11.637.507 3 3.879.169 4 G-1-10-II 259 6.916.775 2 3.458.387,50 5 K-1-20-II 990 22.779.074 7 3.254.153 6 K-1-20-I 107 3.134.757 1 3.154.757 7 M-1-02-II 194 3.078.008 1 3.078.008 8 W-1-20-II 159,5 2.777.045 1 2.777.045 9 G-1-10-I 10,2 2.940.945 1 2.940.945 10 M-1-20-I 110 2.679.706 1 2.679.706 11 K-1-13-III 163 2.654.075 1 2.654.075 12 K-1-40-III 132 2.589.973 1 2.589.973 13 K-1-10-II 358 7.662.484 3 2.554.329 14 O-6-10-I 4602,9 96.137.156 38 2.529.925,16 15 M-1-60-II 110 2.262.654 1 2.262.654 16 W-1-20-I 205 4.375.489 2 2.187.744,50 17 J-1-20-I 66 1.907.824 1 1.907.824 18 J-1-20-II 72 1.897.151 1 1.897.151 19 U-1-20-I 279 5.551.515 3 1.850.505 20 M-1-50-I 163 3.106.541 2 1.508.271 21 K-1-50-I 117 1.328.484 1 1.328.484 22 K-1-20-III 81 2.545.853 2 1.272.926,50 23 K-4-18-I 228 2.921.201 3 973.733,67 4.6.2 Distribusi Biaya Obat/Barang Medis di IBP Berikut ini ditampilkan penggunaan obat /barang medis di IBP RSUP. H. Adam Malik Medan periode April 2016 September 2016 yang akan dibandingkan dengan kode INA-CBG s yang sama dengan KBE dilihat pada Tabel 4.9. Tabel 4.9 Distribusi Biaya Obat/Barang Medis di IBP No Kode INA- CBG s Jumlah (Unit) Total Biaya Jumlah (orang) Rata Rata Biaya 1 M-1-80-I 87 41.213.855 2 20.606.927,50 2 J-1-20-II 165 49.938.745 3 16.646.248,33 3 M-1-20-II 1.010,60 36.237.763,15 3 12.079.254 4 G-1-10-I 344 81.110.505 7 11.587.215 43

Tabel 4.9 (Lanjutan) 5 M-1-60-II 164 5.264.510 1 5.264.510 6 G-1-10-II 375 39.005.164 9 4.333.907 7 K-1-20-I 218 3.844.718 1 3.844.718 8 K-1-40-II 40 3.556.576 1 3.556.576 9 M-1-20-I 173 6.944.600 2 3.472.300 10 K-1-20-III 983 20.382.265 6 3.397.044,17 11 K-1-20-II 717 29.468.290 9 3.274.254,44 12 W-1-20-II 429 22.402.785 7 3.200.397.86 13 O-6-10-I 1.127 26.567.092 10 2.656.709,20 14 W-1-20-I 1.060,30 18.112.286 9 2.587.469,43 15 K-1-10-II 33 2.534.248 1 2.534.248 16 J-1-20-I 42 1.803.253 1 1.803.253 17 M-1-02-II 30 1.744.238,07 1 1.744.238,07 18 U-1-20-I 868,6 25.452.063 16 1.590.753,94 19 K-1-50-I 27,2 1.358.539 1 1.358.539 20 K-1-40-III 26 1.329.993 1 1.329.993 21 K-4-18-I 140 2.463.558 2 1.231.779 22 K-1-13-III 23 863.353 1 863.353 23 M-1-50-I 244,4 8.547.400 6 545.709 Berdasarkan Tabel 4.8 distribusi biaya obat/barang medis di KBE dapat dilihat bahwa, biaya obat/barang medis tertinggi pada kode INA-CBG s M-1-80-I (prosedur anggota tubuh atas kategori ringan) yaitu sebesar Rp.5.119.518, kemudian pada kode INA-CBG s kemudian pada kode INA-CBG s K-1-40-II (prosedur sistem pencernaan kategori sedang) yaitu sebesar Rp. 4.273.680,dan kemudian M-1-20-II Rp. 3.879.169 Jika dibandingkan dengan biaya obat/barang medis di IBP dengan kode INA-CBG s yang sama dengan KBE pada Tabel 4.9 maka dapat dilihat bahwa kode INA-CBG s M-1-80-I yaitu sebesar Rp. 20.606.927,5, kemudian pada kode INA-CBG s K-1-40-II yaitu sebesar Rp. 3.556.576, dan kemudian pada kode INA -CBG s M-1-20-II Rp. 12.079.254 Rata- rata biaya pada kode INA-CBG s M-1-80-I, dan M-1-20-II lebih besar dibandingkan dengan KBE sedangkan kode INA- CBG s K-1-40-II lebih kecil dibandingkan dengan KBE. Perbedaan tersebut 44

kemungkinan dapat disebabkan kurangnya pengendalian dan evaluasi sehingga besarnya biaya obat/barang medis yang dikeluarkan. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir dan menggunakan proses yang efektif untuk menjamin kendali mutu dan kendali biaya (Permenkes No 27, 2014). Pengendalian dan evaluasi sebaiknya dilakukan secara terkoordinir. Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada Formularium Nasional. Formularium Rumah Sakit merupakan daftar obat yang disepakati staf medis, disusun oleh Komite/Tim Farmasi dan Terapi yang ditetapkan oleh Pimpinan Rumah Sakit. Rumah Sakit harus menyusun kebijakan terkait manajemen penggunaan obat yang efektif. Kebijakan tersebut harus ditinjau ulang sekurang - kurangnya sekali setahun. Peninjauan ulang sangat membantu Rumah Sakit memahami kebutuhan dan prioritas dari perbaikan sistem mutu dan keselamatan penggunaan obat yang berkelanjutan (Permenkes No 72, 2016). Penggunaan obat obatan yang berlebihan banyak faktor yang meyebabkan hal tersebut terjadi, permintaan yang berlebih dari tenaga medis karena kurangnya pengendalian, proses entri pengembalian obat/barang medis yang kurang akurat, atau dapat juga disebabkan karena kebutuhan pasien. Jika hal tersebut tidak dilakukan evaluasi dan perbaikan maka rumah sakit akan dikenakan biaya aktual yang tinggi dan dapat menyebabkan selisih negatif bagi rumah sakit. 4.7 Distribusi Cost of Illness Berikut ini ditampilkan biaya total pelayanan pasien KBE RSUP. H. Adam Malik Medan pada pe[riode April 2016 September 2016 yang dapat dilihat pada Tabel 4.10. 45

Tabel 4.10 Persentase Cost of Illness No Kode INA- CBG s Pelayanan Laboratorium (%) Pelayanan Radiologi (%) 1 G-1-10-I 217.000 940.000 (5,29) (22,93) 2 G-1-10-II 217.000 1.007.500 (4,63) (21,51) 3 J-1-20-I 1.242.000 0 (39,43) (0) 4 J-1-20-II 1.173.000 0 (38,43) 5 K-1-10-II 436.000 (13,33) 6 K-1-13-III 390.000 (12,48) 7 K-1-20-I 1.069.000 (23,33) 8 K-1-20-II 519.857 (12,99) 9 K-1-20-III 780.500 (34,96) 10 K-1-40-II 217.000 (9,7) 11 K-1-40-III 244.000 (8,6) 12 K-1-50-I 305.000 (17,79) 13 K-4-18-I 413.833 (26,65) 14 M-1-02-II 217.000 (6,11) 15 M-1-20-I 650.000 (18,10) 16 M-1-20-II 540.833 (9,80) 17 M-1-50-I 342.500 (17,55) 18 M-1-60-II 253.000 (7,10) 19 M-1-80-I 468.000 (8,18) 20 O-6-10-I 747.854 (22,27) 21 U-1-20-I 365.333 (`15,49) (0) 280.000 (8,56) 80.000 (2,56) 360.000 (7,85) 225.714 (5,64) 180.000 (5,91) 280.000 (5.86) 0 (0) 80.000 (4,66) 165.000 (10,62) 255.000 (7,18) 260.000 (7,67) 1.096.666 (19,87) 97.857,14 (5,02) 575.000 (18,60) 330.00 (5,90) 80.000 (2,38) 142.500 (6,04) Obat/Barang Medis (%) 2.940.945 (71,76) 3.458.387,5 (73,85) 1.907.824 (60,56) 1.897.151 (62,15) 2.554.329 (78,10) 2.654.075 (84,95) 3.254.253 (72,33) 2.905.214,714 (81,27) 1.272.926,5 (57) 4.273.680 (88,82) 2.589.973 (91,39) 1.328.484 (77,53) 973.733,67 (62,71) 3.078.008 (86,70) 2.679.706 (79,05) 3.879.169 (70,31) 1.508.271 (73,20) 2.262.654 (73,20) 5.119.518 (91,62) 2.529.925,158 (75,34) 1.850.505 (78,46) Total (%) 4.097.945 4..682.887,5 3.149824 3.052.151 3.270.329 3.124.075 3.999.024 3.574.714,284 2.232.427 4.770.680 2.833.973 1.713.484 1.552.566 3.550.008 3.589.706 5.516.668 1.948.628 3.090.654 5.587.518 3.357.729 2.358.342 46

Tabel 4.10 (Lanjutan) 22 W-1-20-I 496.250 (18,48) 23 W-1-20-II 129.500 (4,33) 0 (0) 80.000 (2,67) 2.187.744,5 (81,51) 2.777.045 (92,98) 2.683.994,5 2.986.545 Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa, persentase biaya langsung medis dengan persentase tertinggi terdapat pada obat/barang medis yaitu sebesar 92,98 % pada kode INA-CBG s W-1-20-II (prosedur pada rahim dan adeneksa kategori sedang) kemudian pengunaan obat/barang medis yaitu sebesar 91,62 % pada kode INA-CBG s M-1-80-I dan kemudian penggunaan obat/barang medis yaitu sebesar 91,39 % pada kode INA-CBG s K-1-40-III (prosedur sistem pencernaan kategori berat). Upaya pelayanan kesehatan untuk melakukan kendali biaya sekaligus kendali mutu adalah dengan menerapkan suatu standarisasi pelayanan. Salah satu bentuk standarisasi pelayanan kesehatan adalah dalam bentuk formularium obat. Obat merupakan komoditi menarik dari industri rumah sakit. Obat bahkan mencapai lebih dari 40 % komponen biaya pelayanan kesehatan. Menurut Kongsvedt (2009) formularium obat merupakan suatu daftar obat yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan medis dan jenis obat yang dinilai efektif dan lebih efisien (Aden, 2012). 4.8 Distribusi Pelayanan Per Bulan Berikut ini ditampilkan biaya pelayanan pada setiap bulannya di KBE RSUP. H. Adam Malik Medan periode April 2016 September 2016 yang dapat dilihat pada Tabel 4.11. 47

Tabel 4.11 Biaya Pelayanan Per Bulan No Bulan Laboratorium Radiologi Obat/Barang Medis 1 April 10.234.500 1.485.000 41.295.224 2 Mei 12.973.000 985.000 47.784.442 3 Juni 10.372.000 2.645.000 54.441.209 4 Juli 11.563.000 1.925.000 35.249.072 5 Agustus 1.773.000 2.080.000 24.733.830 6 September 1.752.000 460.000 9.553.890,00 Total 48.667.500 9.553.000 213.057.677 Berdasarkan Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa, jumlah biaya tertinggi terdapat pada biaya pelayanan obat/barang medis yaitu sebesar Rp. 213.057.677, dan biaya pelayanan tertinggi terdapat pada penggunaan obat/barang medis di bulan Juni Rp.54.441.209. Hal tersebut menunjukkan biaya obat/barang medis merupakan komponen biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan komponen lainnya, hal ini sebaiknya dilakukan evaluasi untuk dapat mengendalikan biaya yang dikeluarkan rumah sakit agar tidak menyebabkan biaya yang terlalu tinggi. 4.9 Distribusi 15 Penggunaan Obat Terbanyak Berikut ini ditampilkan 15 penggunaan obat terbanyak di KBE RSUP. H. Adam Malik Medan periode April 2016 September 2016 yang dilihat pada Tabel 4.12. Tabel 4.12 15 Penggunaan Obat Terbanyak No Nama Obat Jumlah Total Biaya 1 Ringer Laktat Larutan infus botol 305 2.351.233 500 ml 2 Natrium Klorida 0,9% 100 ml 299 2.293.621,20 3 Fentanil injeksi 0,05 mg/ml 229 10.515.460 (Sebagai Sitrat) 2 ml 4 Otsu Water injeksi ampul @ 25 127 345.840 ml 5 Oxytoxin injeksi 10 IU/ml 120 410.160 6 Ketorolac injeksi 30 mg / ml ampul 1 ml 100 220.109 48

Tabel 4.12 (Lanjutan) 7 Deksametason injeksi 5mg/ml 98 950.98,40 (Sebagai Natrium F) 8 Epinefrine injeksi 0,1 % ( sebagai 98 566.435,00 Asam Klorida / Bitartrat 9 Atropin Sulfas 0,25 % injeksi 95 450.148,00 10 Ranitidine injeksi 50mg/ 2 ml 93 235.774,42 @ampul 2 ml 11 Asam Traneksamat injeksi 250 89 328.413,60 mg/ 5 ml ampul 12 Propofol - Fresofol 1 % MCT/ 79 1.168.048,00 LCT 13 Metilergometrin injeksi 0,200 74 244.200,00 mg/ml ampul @1ml 14 Lidokain asam klorida 2 %(HCL) 66 69.469,80 15 Roculax injeksi 5 ml 50 4.295.480,00 Total 1922 23.494.392,02 Berdasarkan Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa penggunaan obat terbanyak terdapat pada penggunaan ringer laktat larutan infus botol 500 ml sebanyak 305 dengan biaya sebesar Rp. 2.351.233 kemudian pada penggunaan Natrium Klorida 0,9 % 100 ml yaitu sebanyak 299 dengan biaya sebesar Rp. 2.293.621,20, dan kemudian pada penggunaan fentanil injeksi 0,05 mg/ml (Sebagai Sitrat) 2 ml yaitu sebanyak 229 dengan biaya sebesar Rp. 10.515.460. Penggunaan obat yang tidak terkendali dapat menyebabkan kerugian bagi rumah sakit, sehingga perlu dilakukannya pengelolaan dan pengendalian yang baik. Sesuai dengan Permenkes RI Nomor 58 tahun 2014 yang mengatakan bahwa instalasi farmasi harus memiliki tim perencana obat dan menyusun rencana kerja untuk peningkatan mutu serta pencapaian target yang telah ditetapkan. Pemilihan obat harus disesuaikan dengan formularium rumah sakit yang berdasarkan formularium nasional (Darmawansyah, dkk., 2017) 49

4.10 Distribusi 15 Penggunaan Barang Medis Terbanyak Berikut ini ditampilkan 15 penggunaan barang medis terbanyak di KBE RSUP. H. Adam Malik Medan periode April 2016 September 2016 yang dilihat pada Tabel 4.13. Tabel 4.13 15 Penggunaan Barang Medis Terbanyak No Nama Obat Jumlah Total Biaya 1 Topi (Nurse Cup) One 599 675.420,84 2 Masker Tali OM 440 188.357 3 Disposable Syringe / Spuit 3 cc 369 1.408.842,12 4 Sarung Tangan Steril No. 7,0 251 1.929.595 5 Sarung Tangan Steril No. 7,5 221 1.748.994 6 Celemek Plastik / Apron 219 612.791,52 7 Disposable Syringe / Spuit 5 cc 205 2.344.677,66 8 Cuticell Classic 10cm x10cm 171 1.179.853,16 9 Sikat Operasi/ Scrub Brush Steril 152 1.627.740 10 Sarung Tangan NS M Ax 151 83.714 11 Sarung Tangan Steril No. 6,5 133 1.054.531 12 Sarung Tangan Steril No. 8,0 132 1.277.554 13 Silk Peters 2/0 S25339 TP25 129 6.106.959,20 14 Disposable Syringe / Spuit 10 cc 118 232.930 15 Sarung Tangan Karet Panjang 110 2.395.800 Total 3400 22.867.759,50 Berdasarkan Tabel 4.13 dapat dilihat bahwa penggunaan barang medis terbanyak terdapat pada penggunaan Topi (Nurse Cup) One sebanyak 599 dengan biaya sebesar Rp. 675.420,84 kemudian pada penggunaan Masker Tali OM yaitu sebanyak 440 dengan biaya sebesar Rp. 188.357, dan kemudian pada penggunaan Disposable Syringe / Spuit 3 cc yaitu sebanyak 369 dengan biaya sebesar Rp. 1.408.842,12. Penggunaan perbekalan farmasi yang tidak terkendali akan menyebabkan kerugian bagi rumah sakit. Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah bagian yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan perbekalan farmasi, sedangkan Komite Farmasi dan Terapi adalah bagian yang bertanggung jawab 50

dalam penetapan formularium. Agar pengelolaan perbekalan farmasi dan penyusunan formularium di rumah sakit dapat sesuai dengan aturan yang berlaku, maka diperlukan adanya tenaga yang profesional di bidang tersebut. Untuk menyiapkan tenaga profesional tersebut diperlukan berbagai masukan diantaranya adalah tersedianya pedoman yang dapat digunakan dalam pengelolaan perbekalan farmasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) (Kemenkes, 2010) 4.11 Distribusi Obat Berdasarkan Formularium Nasional Berikut ini ditampilkan penggunaan obat berdasarkan Formularium Nasional (Fornas) 2016 di KBE periode April 2016 September 2016 yang dilihat pada Tabel 4.14. Tabel 4.14 Persentase Obat Berdasarkan Formularium Nasional No Berdasarkan Fornas Jumlah Persentase (%) 1 Sesuai Fornas 57 69,51 2 Tidak Sesuai Fornas 25 30,49 Total 82 100 Berdasarkan Tabel 4.14 dapat dilihat bahwa, penggunaan obat sesuai Fornas sebanyak 57 item obat (69,51%), dan yang tidak sesuai Fornas sebanyak 25 item obat (30,49%), hal ini berarti masih adanya obat obatan yang digunakan tidak berdasarkan Fornas, masih kurangnya pengendalian dan evaluasi, sehingga hal ini juga dapat dijadikan penyebab terjadinya selisih negatif pada rumah sakit. 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan kesimpulan penelitian ini adalah : a. Berdasarkan perhitungan COI, biaya langsung medis dengan persentase tertinggi di KBE ditunjukkan pada penggunaan obat/barang medis yaitu sebesar 92,98 % pada kode INA-CBG s W-1-20-II (prosedur pada rahim dan adeneksa kategori sedang) b. Berdasarkan perbedaan selisih negatif antara KBE dan IBP, selisih negatif tertinggi di KBE pada kode INA-CBG s M-1-60-II (prosedur sistem muskoletal dan jaringan penghubung lain lain kategori sedang) yaitu sebesar Rp.-30.739.627 sedangkan selisih negatif tertinggi di IBP pada kode INA-CBG s yang sama terdapat perbedaan yaitu Rp. -51.415.422, selisih negatif di IBP lebih tinggi dibandingkan di KBE c. Berdasarkan perhitungan COI, Perbedaan biaya obat/barang medis di KBE dan IBP yaitu biaya obat/barang medis tertinggi di KBE pada kode INA- CBG s M-1-80-I (prosedur anggota tubuh atas kategori ringan) sebesar Rp. 5.119.518. Jika dibandingkan dengan biaya obat/barang medis di IBP dengan kode INA-CBG s yang sama dengan KBE yaitu sebesar Rp. 20.606.927,50, hal ini menunjukkan biaya penggunaan obat di IBP dengan kode INA-CBG s yang sama lebih besar dibandingkan KBE. 52

5.2. Saran a. Bagi tenaga kesehatan - Diharapkan bekerja sesuai prosedur yang ada dengan perpedoman pada standar pelayanan medis dan formularium rumah sakit, standar operasional panduan praktik klinis, agar pengendalian biaya di rumah sakit bisa berjalan secara efisien dan efektif, sehingga selisih biaya tidak terus terjadi, dan evaluasi terhadap biaya rumah sakit dijalankan secara berkala dan harus disesuaikan antara biaya rumah sakit dengan tarif INA-CBG s - Tenaga medis yang bekerja lebih meningkatkan komunikasi agar dalam proses pengambilan keputusan terkait terapi alternatif pasien dapat berjalan dengan baik - Penyusunaan perencanaan biaya sebaiknya melibatkan dokter, farmasi, perawat, ahli gizi, dan bagian keuangan verifikasi askes. b. Bagi peneliti selanjutnya - Penelitian ini belum memperlihatkan unit cost pelayanan yang lebih terperinci, dan peneliti dapat mnegevaluasi jenis cost selanjutnya dengan penelitian ini sebagai acuannya - Dilakukan evaluasi COI pada suatu penyakit tertentu. 53