Gadis kecil itu berlari dan terus berlari menghindari kejaran sang ayah. Kejadian ini bukan kali pertama yang dialaminya. Sering ia menerima siksaan fisik maupun batin dari sang ayah. Sejak ayah dan ibunya bercerai setahun silam, kehidupannya berubah menjadi berantakan. Kini ayahnya sering berjudi dan kerap kali berada dalam pengaruh alkohol. Saat kalah berjudi, ia melampiaskan kekalahannya kepada anak perempuannya dalam keadaan mabuk. Dan saat ia menang, ia merayakan kemenangannya dengan minum-minuman keras. Si gadis kecil ingin melarikan diri dari sang ayah dan dari kehidupannya saat ini. Namun kemana? Ia hanya gadis kecil berusia 10 tahun. Ia tak tahu keberadaan ibunya. Tak tahu keberadaaan kakek, nenek ataupun saudara-saudaranya yang lain. Memikirkan ibunya membuatnya geram bukan kepalang, bagaimana mungkin seorang ibu tega meninggalkan anaknya? Bagaimana mungkin seorang ibu tega membiarkan anaknya jatuh ke dalam kehidupan yang tak terurus seperti ini? Gadis kecil itu berlari dan terus berlari tanpa tahu arah hingga ia memasuki satu gang yang ternyata tak memiliki akses keluar di sisi lainnya. Tak ada jalan lain! Dari arah berlawanan, sang ayah tampak lari tergesa-gesa dengan ikat pinggang di tangannya. Seperti singa yang seolah bersiap menerkam, menggigit dan melumat mangsanya yang tak berdaya. Ia menyeringai saat mengetahui sang
anak terperangkap di antara tembok serta dirinya. Ia mengibas-ngibaskan ikat pinggang, memasang wajah tanpa ampun. Namun tiba-tiba ada yang mengalihkan perhatiannya. Sang ayah mengedarkan pandangan ke segala penjuru setelah ia merasakan ada sesuatu benda yang sengaja atau tidak telah mengenai tempurung kepalanya. Ada seseorang yang melemparinya! Sesaat kemudian muncul seorang bocah laki-laki yang melompat turun dari batang pohon jambu biji di dekat mereka. Dengan gesit, segera si bocah itu menarik tangan sang gadis kecil dan berlari menghindar dari kejaran pria berikat pinggang di tangan. Si pria tak selincah sang bocah. Pria itu geram bukan kepalang. Selain tidak mendapatkan anaknya, ia juga telah dipermainkan oleh seorang bocah ingusan beserta ketapelnya. Ia berusaha berlari mengejar, namun kedua anak itu telah menghilang tak tahu kemana. Setelah berlari melewati gang-gang kecil, kini mereka berdua telah tiba di sungai dekat tempat tinggal mereka. Kamu gak apa-apa? tanya si bocah lakilaki. 2
Gadis kecil itu hanya menatapnya dengan tatapan ketakutan yang perlahan memudar dan digantikan oleh senyumnya yang manis. Ia memandang menembus mata bocah laki-laki yang begitu jernih itu, bulat seperti kelereng yang sempurna. Mata yang membuatnya seakan lupa pada penderitaannya. *** Berhenti menjadi orang lain. Satu hal yang tak seorang pun dapat melakukan lebih baik daripadamu yaitu menjadi dirimu sendiri. SMA Negeri 2, tak berbeda dari SMA-SMA lainnya. Diisi oleh beragam murid dengan sikap dan perilaku yang berbeda. Murid pada usia pubertas ataupun pubertas akhir (adolsens) menjadikan masa SMA menjadi tak terlupakan. Pada periode ini seseorang akan mencari tahu banyak hal mengenai dirinya sendiri. Hingga ia mendapati Aku-nya, yang dalam artian mampu menemukan harmoni dalam bersikap ke dalam diri sendiri maupun bersikap terhadap dunia luar secara objektif. Pada masa adolsens juga tak sedikit dijumpai anak adolsens yang kerap bentrok dengan otoritas pendidik dan kewibawaan orang tua dan sering kali dianggap sebagai pembangkang. Padahal sebenarnya hal ini disebabkan karena mereka mulai belajar menemukan nilai-nilai hidup, mulai mempunyai 3
pendirian, serta memilih satu pola hidup dan bersikap kritis. Untuk mencari jati diri mereka, beberapa ada yang berakting sebagai orang lain untuk mendapatkan pengakuan dari teman-temannya. Ada juga yang seolah memakai topeng agar dapat bergaul dengan satu kelompok tertentu, dan ada pula yang tetap menjadi diri sendiri meski tak ada seorang pun yang akan mendekati. Membicarakan SMA, masa-masa SMA kerap dihiasi oleh beberapa kelompok seperti kelompok cowok-cowok cakep dan populer yang biasanya jago olahraga seperti basket ataupun sepakbola. Terdengar klise memang. Dan cowok-cowok ini yang nantinya akan berpasangan dengan cewek-cewek cantik, seksi dan tidak kalah terkenalnya seperti mereka. Cewekcewek fashionable ini biasanya tergabung dalam cheerleaders yang biasa menyemangati tim olah raga sekolah mereka saat bertanding. Kedua jenis kelompok manusia masa SMA ini bagai raja dan ratu sekolahan yang dipuja oleh seluruh penghuni sekolah. Tapi selain mereka ada pula kelompok minoritas yang umumnya culun, menyendiri, tidak bersosialisasi, menutup diri, tidak bergaya dan tidak fashionable dan juga tidak ingin menjadi pusat perhatian sebab mereka merasa tidak memiliki apapun untuk dibanggakan di muka umum. 4
Biasanya kelompok populer yang kuat dan merasa memiliki kekuasaan lebih selalu bersikap seenaknya terhadap kelompok minoritas yang selalu dikucilkan. Mereka melakukan bullying pada siapa pun yang mereka anggap lemah dan tak menarik sehingga tak layak berjalan berdampingan bersama mereka di atas bumi ini. Sebenarnya para penggertak itu tak lebih dari pengecut. Jadi siapa bilang masa-masa SMA adalah masa-masa terindah jika kau berada pada posisi kelompok minoritas tersebut dan sering di-bully? 5