BAB II TIJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu merupakan tanaman yang berasal dari India

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) tergolong dalam famili Graminae yaitu

PENDAHULUAN. ton. Data produksi gula 2013 hanya mencapai ton dengan luas wilayah. penyiapan bibit dan kualitas bibit tebu (BPS, 2013).

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

Lampiran 1. Kualitas Bibit yang Digunakan dalam Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta;

II. TINJAUAN PUSTAKA

4 Akar Akar tebu terbagi menjadi dua bagian, yaitu akar tunas dan akar stek. Akar tunas adalah akar yang menggantikan fungsi akar bibit. Akar ini tumb

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Tebu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pisang adalah tanaman herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Padi. tunggang yaitu akar lembaga yang tumbuh terus menjadi akar pokok yang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tebu (Saccharum officinarum L.) adalah sebagai berikut;

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah sebagai berikut;

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DESKRIPSI TEBU VARIETAS KIDANG KENCANA (NAMA ASAL PA 198)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

II. TINJUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai. Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili

I. TINJAUAN PUSTAKA. Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Polypetales, Famili:

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman manggis merupakan tanaman tropis yang berasal dari Asia Tenggara,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. uji perbandingan. Komparasi juga merupakan salah satu metode penelitian yang

VARIETAS UNGGUL BARU (PSDK 923) UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bambu termasuk salah satu tumbuh-tumbuhan anggota famili Gramineae. Tumbuhan bambu berumpun dan terdiri atas sejumlah

I. PENDAHULUAN. Tanaman hias khususnya bunga merupakan salah satu komoditas hortikultura

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman sawi dalam Sharma (2007) adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November Februari 2017, di

I. PENDAHULUAN. keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang dapat tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kangkung darat diklasifikasikan sebagai berikut :

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Makalah Percobaan Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jeruk Besar (Pamelo)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

I. PENDAHULUAN. Pisang (Musa paradisiacal Linn) merupakan jenis buah yang paling umum

Famili Solanaceae. Rommy A Laksono

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman tebu adalah sebagai berikut : kingdom : Plantae ;

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki batang berbentuk segi empat. Batang dan daunnya berwarna hijau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorgum bicolor (L.) Moench) merupakan tanaman yang termasuk di

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi pohon jati menurut Sumarna (2011) sebagai berikut.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat dan perekonomian Indonesia baik sebagai kebutuhan pokok maupun

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah sebagai berikut;

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN AIR DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM PADA PERTUMBUHAN BIBIT TEBU BUCHIP (Saccharum officinarum L.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Menurut Haryanto, Suhartini dan Rahayu (1996), klasifikasi tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Bunga Matahari

I. PENDAHULUAN. manis dapat mencapai ton/ha (BPS, 2014). Hal ini menandakan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 56/Kpts/SR.120/1/2004 TENTANG PELEPASAN TEBU VARIETAS PS 864 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN,

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

4 BAB II TIJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) Tanaman tebu merupakan tanaman yang berasal dari India (Tjokroadikoesoemo dan Baktir, 2005). Namun, terdapat juga literatur yang menyatakan bahwa tebu berasal dari polynesia. Banyak juga ahli yang menyatakan bahwa tebu berasal dari Irian dan kemudian menyebar ke kepulauan lain di Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Burma, dan India. Tebu merupakan tanaman perkebunan semusim yang dipanen satu kali dalam satu tahun. Tanaman tebu ditanam besar-besaran secara monokultur di Indonesia. Berikut adalah klasifikasi botani tanaman tebu (Indrawanto dkk., 2010). Kingdom : Plantae (tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh) Super divisi Divisi Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta (menghasilkan biji) : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga) : Monocotyledone (berkeping satu) : Graminales : Graminae : Saccharum Spesies : Saccharum officinarum L.

5 Pertumbuhan dan perkembangan tanaman tebu paling rentan mati adalah fase perkecambahan dan pertunasan (Sugiyarta, 2012). Perkecambahan yang baik memberikan fondasi pertumbuhan tanaman tebu, sedangkan fase pertunasan memberikan populasi tanaman dan jumlah batang dengan hasil yang optimal. Proses terbentuknya gula di dalam batang tanaman tebu terjadi pada bagian ruas. Ruas bagian bawah tanaman tebu memiliki kandungan gula tertinggi dibandingkan bagian atas, semakin mengarah keruas pucuk kandungan gula semakin rendah. Tanaman tebu sudah dikatakan masak optimal apabila kadar gula sepanjang batang telah seragam, kecuali pada bagian pucuk (Supriyadi, 1992). Tanaman tebu merupakan tanaman tropis tetapi dapat ditumbuhkan pada daerah sub tropis. Suhu rata-rata tahunan berada diatas 20 o C dan tidak kurang dari 17 o C. Pertumbuhan optimal pada suhu antara 24 o C-30 o C. Tumbuhan ini dapat tumbuh pada berbagi ketinggian mulai dari pantai sampai pada dataran tinggi (1400 mdpl). Tanaman tebu menghendaki pertumbuhan optimal pada curah hujan tahunan 1000-1250 mm. Curah hujan yang tinggi akan menurunkan kandungan sukrosa pada bagian batang (Wijayanti, 2008). Tanaman tebu dapat tumbuh pada berbagai macam tanah. Tanaman tebu dapat tumbuh baik pada tanah berstruktur lempung-berliat, lempung-berpasir, dan lempung-berdebu, dengan ketebalan solum yang cukup dalam (0,5-1,0 m) dan drainase baik (Wijayanti, 2008). Tanaman tebu dapat tumbuh baik pada ph 6 7,5, akan tetapi masih toleran pada ph tidak lebih dari 8,5 atau tidak lebih rendah dari 4,5.

6 2.2. Teknik Budidaya Tanaman Tebu Tanaman tebu sangat dibutuhkan dan kebutuhannya terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Peningkatan konsumsi gula tebu belum dapat diimbangi oleh produksi gula dalam negeri. Penyebab rendahnya produksi diantaranya adalah pada metode pembibitannya. Secara konvensional bibit tebu berasal dari batang tebu dengan 2-3 mata tunas yang disebut dengan bibit bagal, selain bibit bagal dikenal juga bibit tebu yang berasal dari satu mata tunas yaitu bud set dan bud chip (Indrawanto dkk., 2010). Penyiapan bibit dengan metode konvensional (bagal) berpengaruh terhadap waktu pembibitan yang membutuhkan waktu 6 bulan untuk satu kali periode tanam bibit. Selain penyiapan bibit, kualitas bibit yang digunakan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan bagi keberhasilan budidaya tanaman tebu. Teknik pembibitan yang efektif dan dapat menghasilkan bibit berkualitas tinggi serta tidak memerlukan penyiapan kebun bibit berjenjang adalah pembibitan secara konvensional satu mata ruas (Bud Set) dan satu mata tunas (Bud chip) (Putri dkk., 2013). Dari segi on farm, teknik budidaya tanaman tebu yang baik dapat meningkatkan produksi gula. Teknik pembibitan dengan metode Bud chip merupakan teknologi baru untuk menyiapkan bibit tebu. Bud chip adalah teknologi percepatan pembibitan tebu dengan menggunakan satu mata tunas yang diperoleh dengan alat mesin bor untuk mengambil mata tunasnya. Teknologi Bud chip diadopsi dari Columbia (Mudjiarto, 2012). Pembibitan tebu metode Bud set merupakan teknik pembibitan yang hampir sama dengan bud chip karena menggunakan satu mata tunas. Pembibitan metode bud set dalam mendapatkan

7 mata tunas yaitu dilakukan pemotongan calon mata tunas mengunakan mesin gergaji potong atau parang potong. 2.3. Varietas Tanaman Tebu Pertumbuhan tanaman tebu dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah ketepatan pemilihan bibit unggul. Contoh dari bibit yang unggul adalah bobot tebu tinggi, rendemen tinggi, produktivitas stabil, tahan kepras, kekeringan, tahan terhadap hama dan penyakit. Produktivitas tebu tergantung dari persilangan yang dilakukan untuk mendapatkan varietas baru yang berkaitan dengan karakter genetik tanaman (Panwhar dkk., 2003). Salah satu faktor yang menentukan hasil tanaman tebu adalah jumlah anakan tebu setiap rumpun yang dapat tumbuh serempak (Miller dan James, 1974). Fase perkecambahan dan pertumbuhan anakan merupakan faktor penting karena menentukan hasil akhir tebu pada saat panen (Parathasarthy, 1962 dan Rokhman dkk., 2014). Hasil dari persilangan tanaman ditentukan oleh faktor genetik yaitu varietas dan faktor lingkungan berupa teknik budidaya serta interaksi keduanya. Secara umum, varietas tebu lebih berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tebu. Faktor genetik hasil persilangan merupakan sifat bawaan dari induk tanaman tebu, dibandingkan dengan teknik budidaya yang hanya mengembangkan tanaman tebu untuk proses produksi pada areal yang pengembangan (Rokhman dkk, 2014). Terdapat beberapa varietas tanaman tebu yang menjadi unggulan dan dikembangkan di PTPN VII (persero) distrik Bungamayang diantaranya yaitu varietas BM 9514, BM 9044, dan BM 9605. Varietas tanaman tebu unggulan

8 yang dikembangkan untuk meningkatkan produktivitas perkebunan. BM (Bungamayang) merupakan kode dimana bibit dikembangkan. Varietas BM 9514 yang memiliki keunggulan diantaranya adalah proses pemanjangan batang lebih cepat, jumlah anakan 8-10 anakan/m dengan kepras baik dan memiliki daya adaptasi yang luas. Tinggi varietas BM 9514 berkisar antara 250-300 cm dengan rendemen mencapai 8,5% (Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur, 2013). Varietas BM 9514, varietas BM 9044, dan varietas BM 9605 merupakan varietas unggul yang dibudidayakan untuk meningkatkan produksi gula. Varietas BM 9514 memiliki mata tunas berbentuk bulat lonjong dengan letak mata menempel pada pangkal ruas. Pusat tumbuh terdapat diatas mata dengan susunan mata akar 2-3 baris. Varietas BM 9044 berasal dari persilangan PS 78-127 polycross pada tahun 1990. Perkecambahan tanaman baik dan serempak dengan letak mata terdapat pada bekas pangkal pelepah yang berbentuk bulat dengan bagian terlebar pada tengah mata (Mentri Pertanian, 2004). Varietas BM 9605 merupakan varietas unggul yang dilepas di PG Bungamayang pada 28 Maret 2008 karena memiliki keunggulan pada sifat agronomisnya yaitu perkecambahan cepat dan seragam. Diameter batang berukuran sedang s.d. besar (26 28 mm) yang cocok ditanam pada daerah tegalan dan sawah. Varietas BM 9605 memiliki rendemen 8,5 9,5% apabila dipanen pada masak tengah dan masak akhir tahun panen. Letak mata tunas varietas BM 9605 pada bekas pangkal pelepah dengan bentuk bulat telur dan pusat tumbuh berada diatas tengah mata (PTPN VII, 2009).

9 2.4. Hormon Tumbuh Hormon tumbuh sering disebut dengan zat pengatur tumbuh. Hormon tumbuh terbagi dalam beberapa kelompok diantaranya adalah auksin, giberelin, sitokinin, etilen, dan asam absisat. Sitokinin alami dihasilkan oleh jaringan yang masih tumbuh aktif terutama pada akar, sitokinin diangkut kebagian atas tumbuhan melauli xilem. Sitokinin terdapat dua tipe yaitu tipe adenin dan tipe fenilurea. Tipe adenin yang diproduksi pada bagian akar, jaringan kambium dan bagian tumbuhan yang sel-selnya masih aktif membelah, misal zeatin, kinetin dan BAP. Tipe fenilurea adalah sitokinin yang biasanya tidak dibentuk oleh tumbuhan seperti difenilurea dan Tidiazuron (TDZ). Pemberian sitokinin dalam dosis tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan tunas sedangkan pemberian sitokinin dengan dosis rendah dapat meningkatkan pertumbuhan akar. Zeatin merupakan hormon sitokinin alami dan terdapat juga sitokinin sintesis seperti kinetin dan BAP. Hormon dibutuhkan dalam dosis sangat kecil untuk dapat mendorong, menghambat, mengubah pertumbuhan, dan pergerakan tanaman. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh pupuk sedangkan arah pertumbuhannya dipengaruhi oleh hormon tumbuh (Djamal, 2012 dan Loevici dkk., 2014). Pemberian hormon yang tepat jenis, tepat konsentrasi, komposisi, dapat mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kusumo (1984) menunjukkan bahwa reaksi tanaman terhadap pemberian hormon bervariasi tergantung fase perkembangan, konsentrasi hormon dan umur tanaman. Zat pengatur tumbuh pada dasarnya dihasilkan oleh tanaman secara alami. akumulasi zat pengatur tumbuh auksin pada bahan tanam bagian atas lebih tinggi

10 dan sitokinin lebih dominan pada bahan tanam bagian bawah sebagai pemicu pertunasan. Zat pengatur tumbuh mampu mengurangi hambatan biologis yang terdapat dalam tanaman, sehingga penggunaanya sering dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Hormon tumbuh merupakan senyawa organik bukan hara tetapi dapat merubah proses fisiologis tumbuhan. Berdasarkan sumbernya hormon tumbuh dapat diperoleh secara alami maupun sintetik. Umumnya hormon tumbuh alami berasal dari tanaman atau bahan organik, seperti air kelapa, urin ternak, dan ekstraksi dari bagian tanaman (Shahab dkk., 2009). Kelemahan dari hormon alami adalah kondisi kandungan bahan aktif yang bervariasi akibat dari pengaruh lingkungan dan fisiologis makhluk hidup yang memproduksi bahan aktif dari hormon tertentu (Prayoga, 2013). Faktor penting yang menentukan keberhasilan dalam pemberian perlakuan sitokinin tersebut adalah dengan mengetahui faktor eksternal (luar) dan faktor internal (dalam). Penggunaan hormon sitokinin diketahui memiliki peran dalam menunjang pertumbuhan tunas (Sandra, 2000). Faktor luar yaitu berupa keadaan lingkungan tempat tumbuh tanaman seperti suhu, kelembapan, dan ph tanah. Faktor dalam yang berasal dari dalam tumbuhan itu sendiri (Yekti, dkk., 2014). 2.5. Kelor (Moringa oleifera L.) Tanaman kelor (Moringa oleifera L.) adalah tanaman berbentuk pohon dengan tinggi tanaman dapat mencapai 12 m. Akar berbentuk tunggang berwarna putih seperti lobak. Batang berkayu tegak dengan percabangan simpodial yang memiliki permukaan kulit batang agak kasar dan tipis. Daun majemuk bertangkai

11 tersusun berseling dan beranak gasal. Bunga muncul diketiak daun berwarna putih. Buah kelor berbentuk segitiga panjang dengan buah muda hijau dan yang tua coklat. Tanaman kelor diketahui mengandung zeatin (Nager dkk., 1982). Tanaman kelor diketahui memiliki sitokinin tipe adenin yaitu zeatin dengan konsentrasi yang berkisar antara 0,00002 µg sampai 0,02 µg/g (Krisnadi, 2015). Culver dkk. (2012) menunjukkan bahwa daun kelor dari berbagai belahan dunia memiliki konsentrasi tinggi antara 5-200 µg/g daun. Ekstrak akar dan daun kelor dimanfaatkan sebagai hormon tumbuh. Sitokinin adalah hormon yang menginduksi pembelahan sel, pertumbuhan, menunda penuaan sel dan mendorong pertumbuan sel baru. Zeatin merupakan salah satu senyawa dalam daun kelor yang merupakan anti oksidan kuat tertinggi dengan sifat anti penuaan (Pusat Informasi dan Pengembangan Tanaman Kelor Indonesia, 2010). Hasil penelitian Fuglie (2000) menunjukkan bahwa ekstrak daun kelor yang disemprotkan ke daun bawang, paprika, kacang kedelai, sorgum, kopi, teh, cabai, melon dan jagung dapat meningkatkan hasil tanaman.