BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyatnya, yaitu dengan cara menggalakan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

2015 ZONASI TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 9 Tubuh Air Jumlah Sumber : Risdiyanto dkk. (2009, hlm.1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

KAJIAN LAHAN KRITIS SUB DAERAH ALIRAN CI KERUH DI KAWASAN CEKUNGAN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumberdaya alam yang terdapat di suatu wilayah pada dasarnya

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

B A B I PE N D A H U L U A N. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, bahwa penduduk Indonesia dari

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WALANAE, SULAWESI SELATAN. Oleh Yudo Asmoro, Abstrak

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

BAB I PENDAHULUAN. Lahan adalah bagian dari sumber daya alam yang makin terbatas

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Proses erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai merupakan suatu sistem alam yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lingkungan hidup menyediakan sumberdaya alam bagi kelangsungan

I. PENDAHULUAN. Intervensi manusia dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang makin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. fungsi utama, yaitu sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan sebagai matriks

SUMBERDAYA LAHAN INDONESIA

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

2014 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN CIMAUNG KABUPATEN BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal sebagai sektor penting karena berperan antara lain sebagai sumber

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif (descriptive research) yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

BAB I PENDAHULUAN. dengan erosi geologi atau geological erosion. Erosi jenis ini tidak berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Potensi bencana alam yang tinggi pada dasarnya tidak lebih dari sekedar

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam.

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring. berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan

IDENTIFIKASI JENIS-JENIS TANAH DI INDONESIA A. BAGAIMANA PROSES TERBENTUKNYA TANAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Temanggung terletak di tengah-tengah Propinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM SUB-DAS CITARIK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari alam dan lingkungannya. Manusia selalu

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Enok Yanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikeruh adalah merupakan Daerah Aliran

BAB III METODE PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan dan memperbaiki kualitas lingkungan. besar sementara wilayah kawasan lindung dan konservasi menjadi berkurang.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawah Tengah. DAS Garang terdiri dari tiga Sub DAS yaitu Kripik, Kreo

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis letak Indonesia berada di daerah tropis atau berada di sekitar

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi

SUMBER DAYA HABIS TERPAKAI YANG DAPAT DIPERBAHARUI. Pertemuan ke 2

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu

BAB I PENDAHULUAN. Sumberdaya alam ialah suatu sumberdaya yang terbentuk karena kekuatan

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak semua kerusakan alam akibat dari ulah manusia. yang berbentuk menyerupai cekungan karena dikelilingi oleh lima gunung

KEADAAN UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. bawah tanah. Definisi hutan menurut Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, pertumbuhan penduduk dari tahunketahun

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari pengaruh dan fenomena alam yang

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan pada ketinggiannya Kabupaten Indramayu

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian, kehutanan, perikanan, peternakan, pemukiman, pesawahan, pariwisata, industri, pertambangan dan transportasi. Pertumbuhan penduduk yang meningkat di negara berkembang seperti Indonesia menyebabkan kebutuhan akan lahan juga meningkat dengan pesat sejalan dengan meningkatnya aktifitas pembangunan, sementara ketersediaan lahan dan luas lahan pada dasarnya tidak berubah. Walaupun kriteria lahan yang diperlukan untuk setiap sektor berbeda, namun pada kenyataannya sering terjadi benturan kepentingan dan alih fungsi lahan. Terjadi alih fungsi lahan tidak dapat dicegah, seiring dengan peningkatan pembangunan diluar sektor pertanian. Di daerah-daerah yang berpenduduk padat seperti pulau jawa, kenaikan jumlah penduduk telah menyebabkan semakin meningkatnya penekanan terhadap penggunaan lahan. Banyak lahan-lahan yang saat ini ada, tidak sesuai dengan peruntukkan yang seharusnya. Seperti pembukaan hutan untuk lahan pertanian berlangsung terus-menerus tanpa atau kurang mengetahui sifat-sifat lahan yang di buka, karena belum diadakan inventarisasi sumberdaya lahan dengan baik.

Perubahan alih fungsi lahan dapat menimbulkan kerusakan lahan atau penurunan produktifitas sumberdaya lahan tersebut. Peristiwa ini bisa terjadi di lahan mana pun, karena terlalu di eksploitasinya lahan secara berlebihan. Tidak sedikit lahan setelah terjadinya alih fungsi lahan, lahan tersebut berubah menjadi lahan kritis. Seperti pada tahun 1989 berdasarkan data FAO di Sumatera dan Nusa Tenggara Timur seluas 1,8 juta HA, di Jawa Barat 0,4 juta HA, di Kalimantan Barat 0,9 juta HA, serta disulawesi dan maluku masing-masing 0,6 juta HA. Selain dampak diatas, perubahan alih fungsi lahan akan menimbulkan dampak bagi aktifitas para petani. Sebelum terjadinya alih fungsi lahan, petani menggarap dan mengelola tanaman nya pada kawasan pertanian yang seharusnya sehingga hasil dari produktifitas pertaniannya pun optimal. Sedangkan ketika telah terjadi alih fungsi lahan supaya tetap melangsungkan kehidupan maka petani menggarap lahan dan mengelola tanaman nya merambah pada kawasan lindung dimana kawasan ini merupakan kawasan konservatif. Hal ini disebabkan karena lahan pertanian menjadi sedikit atau bahkan hilang, karena lahan pemukiman merambah dan mengambil alih fungsi dari pada lahan pertanian. Salah satu indikator sebuah lahan berubah menjadi lahan kritis yaitu terjadi erosi pada lahan tersebut. Tingkat erosi yang besar akan menimbulkan masalah bagi masyarakat baik dari sisi ekologis maupun ekonomis. Terjadinya erosi pada permukaan lahan ini, biasanya terjadi karena tidak sesuainya penggunaan tanah dengan kemampuan tanahnya. Beberapa peristiwa yang bisa menimbulkan erosi adalah penebangan pohonpohon dan membakar semak untuk pembukaan hutan sehingga lahan menjadi sedikit

penutup lahannya dan ketika air hujan jatuh, butir-butir tanah menjadi langsung terbawa oleh percikan air yang jatuh kemudian peristiwa lain yaitu pada pemanfaatan lahan kering di daerah yang berlereng curam sebagai areal pertanian dimana lahan tersebut tidak layak di jadikan pengelolaan pertanian karena kemiringannya yang terjal, selain tidak akan terlalu optimal hasil produktifitas sumberdaya nya lahan yang ada di permukaannya pun akan mengalami erosi yang intens karena tidak kuatnya agregatagregat tanah untuk menahan dan menyanggah akar tanaman. Sehingga ketika ada benda yang jatuh diatasnya maka akan cepat membuyarkan tanah yang ada pada lahan tersebut. Secara umum wilayah daerah aliran sungai memiliki karakteristik merupakan daerah konservasi, yang mempunyai kerapatan drainase lebih tinggi, merupakan daerah dengan kemiringan lereng besar (>15%) bukan merupakan daerah banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola drainase, dan jenis vegetasi umumnya merupakan tegalan hutan. Maka pengelolaan wilayah daerah aliran sungai harus mempertimbangkan masalah yang berhubungan dengan masalah kondisi lingkungan terutama kaidah konservasi. Pada dasarnya kaidah-kaidah konservasi tanah dan air, atau konservasi sumberdaya alam pada umumnya adalah sama yaitu kita harus hemat menggunakan sumberdaya alam dan memperlakukannya berdasarkan hukum alam itu sendiri. Kita tidak boleh berlebihan dalam menggunakan sumberdaya alam, bukan berarti tidak boleh memanfaatkannya, namun dalam mengusahakan, mengolah, mengeksploitasi sumberdaya alam yang kita miliki jangan sampai mengurangi fungsi-fungsi yang sudah

ada dan melekat secara alamiah. Namun sampai saat ini masih banyak tindakan manusia yang terlalu berlebihan dalam memanfaatkan dan mengelola sumberdaya alam. Konservasi lahan merupakan upaya mempertahankan keaslian serta kelestarian tatanan lahan. Selain itu konservasi juga untuk mendapatkan keberlanjutan produksi lahan dengan menjaga laju kehilangan tanah tetap dibawah ambang batas yang diperkenankan, dengan kata lain laju erosi harus lebih kecil atau sama dengan laju pembentukan tanah. Small Basin Cigugur bermuara di Daerah Aliran Sungai Citarum yang tercakup dalam empat wilayah administrasi yaitu Desa Cigugur Girang, Desa Ciwaruga, Desa Sariwangi dan Desa Karyawangi Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung. Secara astronomis terbentang dari 107 34 05 sampai dengan 107 35 10 BT dan 6 49 19 sampai dengan 6 52 01 LS. Sedangkan secara geografis sebelah utara berbatasan dengan Desa Cihanjuang Rahayu dan sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Geger Kalong. Secara umum, iklim pada lokasi pengamatan hampir sama dengan iklim yang ada di Jawa Barat. Secara lokal, memiliki suhu yang sejuk, rata-rata curah hujan tahunannya dapat dikatakan tinggi, yaitu + 494,85 mm/th (Sumber: Badan Pertanian Nasional dan Dinas Pertanian Nasional, 2005). Curah hujan ini sangat berperan dalam proses penghancuran tanah dan erosi. Small Basin Cigugur memiliki luas 2.246,185 Ha, dengan lahan yang digunakan oleh penduduk untuk pemukiman dengan luas 67,79 Ha, ladang seluas 136,26 Ha, Tegalan 73,69 Ha, dan sawah luasnya 90,56 Ha.

Kondisi morfologi Small Basin Cigugur merupakan daerah perbukitan dengan kemiringan lereng berkisar dari 0º sampai 45º, panjang lereng dari 50 m sampai 200 m. Sebagian besar jenis tanah yang terdapat di Small Basin Cigugur adalah Inceptisol dan Ultisol yang merupakan hasil dari proses vulkanik dan sebagian tanah asosiasi. Dengan dicirikan dengan struktur tanah yang terdiri dari granuler sangat halus dan granuler menengah, dan tekstur tanah yang terdiri dari lempung berpasir, lempung liat berpasir dan lempung berliat. Berdasarkan analisis kondisi lahan di Small Basin Cigugur, daerah ini merupakan daerah yang potensial mengalami kerusakan, karena pada saat ini kondisi lahan mempunyai tingkat kekritisan yang cukup tinggi dengan fenomena dilapangan telah banyak terjadi konversi lahan, banyak muncul pemukiman-pemukiman dan perumahan-perumahan baru pada wilayah Small Basin Cigugur, yang seharusnya merupakan kawasan lindung dan pertanian. Fenomena ini akan menimbulkan berbagai masalah seperti kurangnya infiltrasi, banyak lahan kritis, dan erosi semakin besar. Small Basin Cigugur mendapat tekanan penduduk dari pertumbuhan Kota Bandung sebagai wilayah pengembangan kawasan pemukiman, pertanian, jasa dan industri. Peningkatan jumlah benduduk dan perluasan kawasan pemukiman penduduk wilayah Small Basin Cigugur memperbesar tekanan penduduk terhadap lahan menyebabkan penurunan daya dukung lingkungan terutama kemampuan lahan yang menyebabkan penurunan kemampuan perlindungan tanah dan air. Seperti banyaknya lahan yang telah terbangun dan penggunaan lahan untuk pertanian pada kemiringan yang cukup tinggi tanpa konservasi. Kondisi dan situasi tersebut memperbesar tingkat

erosi dan sedimentasi yang dapat mengurangi kesuburan tanah, turunnya kualitas tanah dan air. Sedangkan dalam konsep tata ruang Small Basin Cigugur sebagian besar berfungsi sebagai kawasan konservasi dan sebagian sebagai kawasan lindung pertanian yang harus dijaga kelestariannya. Untuk itu peneliti tertarik untuk meneliti morfokonservasi di Small Basin Cigugur dalam kaitannya bagaimana penduduk setempat bersikap dan berupaya menjaga potensi sumberdaya lahan yang ada. B. Rumusan Masalah Setiap lahan memiliki kondisi dan kriteria yang berbeda sehingga memerlukan tindakan konservasi yang berbeda pula, namun saat ini masih banyak penduduk yang belum melakukan tindakan konservasi yang tepat pada daerah yang berada disekitarnya. Maka, pokok permasalahan yang akan diteliti adalah Bagaimana morfokonservasi di Small Basin Cigugur yang dilakukan oleh penduduk setempat? Dari identifikasi masalah di atas maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana karakteristik lahan pertanian di Small Basin Cigugur dalam kaitannya dengan praktek-praktek konservasi? 2. Bagaimana sikap dan persepsi penduduk setempat terhadap kondisi lahan di daerah Small Basin Cigugur? 3. Bagaimana tindakan morfokonservasi yang dilakukan oleh penduduk setempat di Small Basin Cigugur? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui karakteristik lahan pertanian di Small Basin Cigugur dalam kaitannya dengan praktek-praktek konservasi 2. Mengetahui sikap dan persepsi penduduk setempat terhadap kondisi lahan di daerah Small Basin Cigugur 3. Mengetahui tindakan morfokonservasi yang dilakukan oleh penduduk setempat di Small Basin Cigugur D. Manfaat Penelitian Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bmasukan kepada semua pihak yang berhubungan dengan morfokonservasi di Small Basin Cigugur untuk memecahkan permasalahan tersebut demi perbaikan dan kelestariannnya. Selain itu penelitian ini diharapkan bermanfaat : 1. Secara Teoretis Dapat memberikan sumbangan pemikiran dan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya khasanah ilmu geografi. 2. Secara Praktis Sedangkan secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna antara lain sebagai berikut : a. Memberikan informasi dan memperkaya pengetahuan mengenai konservasi tanah yang sesuai dengan bentuk dan karakteristik lahan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pagi para pembaca.

b. Memberikan sumbangan kepada pemerintah, instansi yang bergerak dalam bidang konservasi dan masyarakat yang dapat dijadikan masukan dalam kebijakan pembangunan, dengan pengolahan sumber daya lahan dan air. c. Dengan mengetahui teknik-teknik konservasi dalam pelestarian tanah dapat dijadikan sebagai bahan pengayaan proses belajar mengajar Geografi pada pokok bahasan sumberdaya alam Indonesia dan pemanfaatan sumberdaya alam di Indonesia sehingga dapat meningkatkan minat siswa terhadap mata pelajaran Geografi. E. Definisi Operasional Judul dari penelitian ini adalah Studi Morfokonservasi pada Lahan Pertanian di Small Basin Cigugur Kabupaten Bandung. Untuk menjaga agar tidak terjadi kesalahfahaman dalam penafsiran penelitian ini maka akan diuraikan definisi operasional sebagai berikut : 1. Studi Morfokonservasi Studi morfokonservasi adalah studi tentang bentuk-bentuk konservasi yang dilakukan oleh petani pada lahan pertanian berdasarkan bentuk lahan dan sumber daya lahan yang tersedia. Studi morfokonservasi di Small Basin Cigugur yang akan dilakukan adalah vegetatif dan mekanik, hal ini didasari dari betuk kelerengan dan jenis tanah serta morfokonservasi fisik yang dilihat dari kelerengan daerah penelitian.

2. Konservasi Konservasi adalah usaha yang dilakukan unuk mengurangi tingkat erosi yang membahayakan, sehingga bisa menjaga kualias dan kelestarian lahan dari kemungkinan terjadinya kerusakan lahan. 3. Fakor-fakor Konservasi Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam konservasi adalah kondisi fisik yaiu morfologi, tofografi, erosi, iklim, karakteristik lahan, vegetasi, dan kondisi sosial petani yaitu seperti tingkat pendidikan petani, budaya dan pendapatan penduduk setempat. 4. Small Basin Cigugur Small Basin Cigugur adalah bagian dari Sub Sub Daerah Aliran Sungai yang merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai Citarum. Secara wilayah administrasi terdiri dari empat desa yaitu Desa Cigugur Girang, Desa Ciwaruga, Desa Sariwangi dan Desa Karyawangi Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung. Secara astronomis terbentang dari 107 34 05 sampai dengan 107 35 10 BT dan 6 49 19 sampai dengan 6 52 01 LS.. Sedangkan secara geografis sebelah utara berbatasan dengan Desa Cihanjuang Rahayu dan sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Geger Kalong.