Hasil analisis produk unggulan daerah kota Bima dilakukan berdasarkan 10 kriteria seperti pada tabel berikut ini:

dokumen-dokumen yang mirip
5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan

PROFIL KECAMATAN. 1. Nama : KECAMATAN KARERA 2. Ibu Kota Kecamatan : NGGONGI 3. Tahun Berdiri : 4. Batas Wilayah : a) Adminitrasi Pemerintahan :

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara BOX 1

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

DAFTAR ISI. Penelitian KPJU Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat

Perkembangan Ekonomi Makro

PROFIL KECAMATAN. a) Adminitrasi Pemerintahan :

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN. 1. Nama : KECAMATAN PABERIWAI. 2. Ibu Kota Kecamatan : KANANGGAR. 3. Tahun Berdiri : 5 JUNI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PROFIL KECAMATAN DALAM PENGEMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Nama Kecamatan : Haharu Jumlah Desa / Kelurahan : 7 Desa Nama Desa atau kelurahan yang sekretarisnya PNS: Rambangaru,kadahang,Wunga,Napu

Boks Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kalimantan Tengah 1.

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan Daerah Tahun

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun

A. Realisasi Keuangan

Ditulis oleh Administrator Senin, 11 November :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 29 November :16

Oleh: Drs. Frans Lebu Raya, Gubernur Nusa Tenggara Timur Materi Pertemuan KADIN tanggal 7 Februari 2012 di Jakarta

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA JULI 2017

4.1. Letak dan Luas Wilayah

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

1. PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. Tabel 1.1.1C

POTENSI EKONOMI DAERAH BAGI PEMBIAYAAN PERBANKAN DI KABUPATEN SIAK. Toti Indrawati dan Yusni Maulida Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK

Perekonomian Daerah. 1. KEGIATAN PRODUKSI 1.1. Pertanian

LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2013/2014. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman

LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2012/2013. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

BERITA RESMI STATISTIK

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN BIREUEN PROVINSI ACEH. Mimi Hayatiˡ, Elfiana 2, Martina 3 ABSTRAK

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

POHON KINERJA DINAS PERTANIAN

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

Selayang Pandang Kabupaten Musi Rawas Utara 1

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

BOKS 2. A. Latar Belakang

Tabel 7.1 Luas Lahan Sawah Provinsi Jawa Barat Tahun (ha)

KEMENTERIAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2013

diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. dilihat pada tabel

FUNGSI : a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, peternakan dan perikanan darat b.

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

Bidang Tanaman Pangan

BERITA RESMI STATISTIK

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

VII. KOMODITAS UNGGULAN DI KABUPATEN BOGOR

PERTANIAN.

Profil Kabupaten Aceh Singkil

Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 ABSTRAK BAB I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dan membangun pertanian. Kedudukan Indonesia sebagai negara

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI DI PEDESAAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

1. Penyempurnaan Database 2. Penyempurnaan Aplikasi

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

BERITA RESMI STATISTIK

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGAH JULI 2009 SEBESAR PERSEN

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

BERITA RESMI STATISTIK

ANALISIS RUMAH TANGGA, LAHAN, DAN USAHA PERTANIAN DI INDONESIA : SENSUS PERTANIAN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2015

RENCANA KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN KABUPATEN PACITAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam menunjang


Transkripsi:

BAB IV PENETAPAN PRODUK UNGGULAN DAERAH (PUD) Hasil analisis produk unggulan daerah kota Bima dilakukan berdasarkan 10 kriteria seperti pada tabel berikut ini: NO KRITERIA KECIL SEDANG BESAR 1. Ketersediaan Sumberdaya Alam 1 2 3 2. Ketersediaan Sumberdaya Buatan 1 2 3 3. Ketersediaan Sumberdaya Manusia 1 2 3 4. Kontribusi terhadap Ekonomi Kawasan 1 2 3 5. Kemungkinan Dikembangkan dalam Skala Ekonomi 1 2 3 6. Penyerapan Tenaga Kerja 1 2 3 7. Dampak Pengembangan Sosial 1 2 3 8. Peluang potensi pasar lokal/regional 1 2 3 9. Peluang potensi pasar ekspor 1 2 3 10. Hambatan biaya, teknologi dan kelembagaan 1 2 3 Sumber : Kepel et al, 2000. Berdasarkan kriteria tersebut, jika dilakukan penilaian secara komparatif maka akan tampak bahwa produk yang menempati urutan tertinggi sebagai produk unggulan, karena mempunyai skor total yang tertinggi dibanding produk lainnya. Penilaian (scoring) terhadap setiap kriteria didasarkan atas prinsip kemudahan bagi UMKM dalam rangka menjalankan usaha, membuka usaha baru atau mengembangkan usaha, serta sejauh mana dukungan wilayah pada setiap unsur penilaian. Untuk produk unggulan daerah dipetakan menurut aspek prospek dan aspek potensi saat ini, sehingga dapat diketahui kedudukan produk unggulan lintas sektor berdasarkan prospek dan potensi saat ini. Prospek dinilai berdasarkan faktor: 1. Kesesuaian dengan Kebijakan Pemda 2. Prospek pasar 3. Minat Investor 4. Dukungan dan Program Pembangunan Infra Struktur Usaha 5. Resiko terhadap lingkungan 6. Tingkat persaingan Profil Koperasi dan UKM Kota Bima 102

Potensi saat ini dinilai berdasarkan faktor: 1. Jumlah unit usaha/ pengusaha saat ini. 2. Kesesuaian dengan budaya/ keterampilan masyarakat. 3. Penguasaan masayarakat terhadap teknologi dan pengelolaan usaha. 4. Ketersediaan sumber daya alam (bahan baku, lahan). 5. Insentif harga jual komoditas/produk. 6. Daya serap pasar domestik. Untuk hasil analisis setiap sektor atau prioritas tertinggi untuk mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi dan tujuan penciptaan lapangan kerja adalah sektor tanaman pangan dan tujuan daya saing daerah dalam rangka penetapan produk unggulan daerah kota Bima adalah sektor perindustrian. Dengan memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing tujuan, secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan produk unggulan daerah UMKM maka sektor usaha Tanaman Pangan merupakan prioritas pertama. Sektor/sub sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut adalah perindustrian, perdagangan, peternakan, perikanan,perkebunan, angkutan, pariwisata, jasa, kehutanan dan penggalian. Tabel 5.1. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan Produk Unggulan daerah di Kota Bima Sektor Usaha Pertumbuhan Ekonomi (0,3276) Tujuan (Skor Terbobot) Penciptaan Lapangan Kerja (0,3100) Peningkatan Daya Saing Produk (0,3624) Skor Terbobot Gabungan Rangking 1 2 3 4 5 6 Tanaman Pangan 0,2163 0,1666 0,0790 0,1512 1 Perindustrian 0,0549 0,1181 0,1817 0,1204 2 Perdagangan 0,2009 0,1201 0,0359 0,1161 3 Peternakan 0,0672 0,0844 0,1741 0,1113 4 Perikanan 0,1126 0,1290 0,0939 0,1109 5 Perkebunan 0,0587 0,1182 0,0897 0,0884 6 Angkutan 0,1207 0,0604 0,0358 0,0712 7 Pariwisata 0,0209 0,0411 0,1185 0,0625 8 Jasa 0,0339 0,0293 0,1135 0,0613 9 Kehutanan 0,0367 0,0776 0,0491 0,0539 10 Penggalian 0,0771 0,0553 0,0288 0,0528 11 Profil Koperasi dan UKM Kota Bima 103

Tabe.5.2. Rangking dan Skor-terbobot KPJU Unggulan per Sektor Usaha di Kota Bima No Sektor Usaha/ Sektor Usaha/ Skor-Terbo Skor-Terbo bot No KPJU KPJU bot Padi dan Palawija Sayuran 1 Padi Sawah 0,2117 1 Cabe 0,1765 2 Jagung 0,1917 2 Kacang Panjang 0,1688 3 Kacang Kedelei 0,1756 3 Bayam 0,1226 4 Kacang Tanah 0,1724 4 Tomat 0,1042 5 Kacang Hijau 0,0932 5 Terong 0,1024 Buah-Buahan Perkebunan 1 Sawo 0,1955 1 Jambu Mete 0,2560 2 Mangga 0,1362 2 Kopi 0,2018 3 Srikaya 0,1144 3 Kelapa 0,1792 4 Pisang 0,1066 4 Kemiri 0,1784 5 Pepaya 0,1059 5 Asam 0,0727 Peternakan Perikanan 1 Sapi 0,1815 1 Penangkapan ikan di Laut 0,2408 2 Kerbau 0,1750 2 Budidaya Rumput Laut 0,1458 3 Kuda 0,1674 3 Penangkapan bukan Ikan di Laut 0,1336 4 Kambing 0,1640 4 Budidaya Ikan di Tambak 0,1287 5 Kambing 0,1399 5 Penyebaran Bibit diperairan umum 0,0855 Industri Perdagangan 1 Tenun 0,1604 1 Toko Kelontong 0,1724 2 Pengolahan Hasil Perikanan 0,1471 2 Pedagang Hasil Pertanian 0,1655 3 Meubel Kayu 0,1296 3 Hotel 0,1412 4 Pengolahan Hasil Pertanian 0,1285 4 Rumah Makan 0,0950 5 Kue 0,1007 5 Toko Onderdil Sepeda Motor 0,0947 Jasa-jasa Angkutan 1 Bengkel Motor 0,1622 1 AKDP 0.3953 2 Warnet 0.1442 2 Truk 0.1371 3 Bengkel Mobil 0.1324 3 Cidomo 0.1317 4 Penyewaan Alat Pesta 0.1190 4 Angkutan Pedesaan 0.1188 5 Percetakan 0.1160 5 Ojek 0.0857 Penggalian Kehutanan 1 Pasir 0.1806 1 Lebah Madu 0.2182 2 Sirtu 0.1691 2 Kayu Jati 0.1900 3 Batu Hias 0.1297 3 Kayu Sengon 0.1479 4 Batu Kali/Batu Gunung 0,1256 4 Kayu Mahoni 0,1456 5 Kerikil/koral 0,1113 5 Sarang Burung Walet 0,1305 Pariwisata 1 Wisata Pantai 0,3113 2 Hotel Bintang 0,2532 3 Wisata Budaya 0,1794 4 Wisata Alam 0,1052 5 Wisata Religi 0,08533 Profil Koperasi dan UKM Kota Bima 104

Pada Tabel 5.2. dapat dilihat bahwa dari 5 (lima) produk unggulan lintas sektor usaha terdapat masing-masing 2 produk unggulan pada sektor pertanian dan perdagangan yang menduduki rangking 1, 5 dan 3, 4, yaitu padi sawah dan jagung serta toko kelontong dan pedagang hasil pertanian. Tabel 5.3. Produk Unggulan Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai Produk Unggulan Lintas Sektor Kota Bima No Sektor/Sub sektor Usaha KPJU Skor Terbobot 1 Padi Palawija Padi Sawah 0,0379 2 Perindustrian Tenun 0,0319 3 Perdagangan Toko Kelontong 0,0299 4 Perdagangan Pedagang Hasil Pertanian 0,0287 5 Padi Palawija Jagung 0,0275 6 Perindustrian Pengolahan Hasil Perikanan 0,0266 7 Peternakan Sapi 0,0266 8 Perkebunan Jambu Mete 0,0255 9 Perdagangan Hotel 0,0245 10 Angkutan AKDP 0,0243 Apabila dikaji lebih dalam dari 10 produk unggulan lintas sektor, pada sektor pertanian terdapat 4 produk unggulan (Padi sawah, budidaya jagung,budidaya ternak sapi, jambu mete), pada sektor perdagangan terdapat 3 produk unggulan yaitu toko kelontong, pedagang hasil pertanian, dan hotel. Pada sektor perindustrian terdapat 2 produk unggulan yaitu tenun dan pengolahan hasil pertanian dan 1 produk unggulan terdapat pada sektor angkutan. Bila dilihat dari komposisi produk unggulan unggulan lintas sektor tersebut, menunjukkan bahwa orientasi kegiatan ekonomi di Kota Bima masih berbasis pada sektor pertanian yang meliputi sub sektor padi palawija, peternakan, dan perkebunan serta sektor perdagangan. Penilaian aspek prospek yang mencakup faktor (1) kesesuaian dengan kebijakan pemda, (2) prospek pasar, (3) minat investor, (4) dukungan dan program pembangunan infra struktur usaha, (5) resiko terhadap lingkungan, dan (6) tingkat persaingan. Aspek potensi mencakup aspek (1) jumlah unit usaha/pengusaha saat ini, (2) kesesuaian dengan budaya/keterampilan masyarakat, (3) penguasaan masyarakat terhadap teknologi dan penggelolaan usaha, (4) ketersediaan sumber daya alam (bahan baku, lahan), (5) insentif harga jual produk, dan (6) daya serap pasar domestik. Seperti dapat dilihat pada Tabel V-42, pada aspek prospek ternyata diantara ke 10 (sepuluh) produk unggulan lintas sektor, usaha budidaya komoditas padi sawah, budidaya kerajinan tenun, usaha perdagangan hasil pertanian, usaha pengolahan hasil perikanan, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas Profil Koperasi dan UKM Kota Bima 105

jambu mete, usaha perhotelan dan usaha angkutan kota dalam provinsi (AKDP) mempunyai prospek yang lebih baik dibandingkan usaha toko kelontong dan usaha budidaya komoditas jagung. Pada aspek potensi, maka ke sepuluh produk unggulan relativ sama potensial satu dengan yang lain. Tabel.5.4. Kedudukan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Bima Sektor/ Sub sektor KPJU Ungulan Lintas Sektor Rata-rata Skor Katagori Prospek Potensi Prospek Potensi Padi Palawija Padi Sawah 3,2212 3,7179 Baik Tinggi Perindustrian Tenun 3,1427 3,7917 Baik Tinggi Perdagangan Toko Kelontong 2,8333 3,2639 Cukup Tinggi Perdagangan Pedagang Hasil Pertanian 3,1806 3,4306 Baik Tinggi Padi Palawija Jagung 2,7906 3,1351 Cukup Tinggi Perindustrian Pengolahan Hasil Perikanan 3,0256 3,1207 Baik Tinggi Peternakan Sapi 3,0000 3,3985 Baik Tinggi Perkebunan Jambu Mete 3,0513 3,3974 Baik Tinggi Perdagangan Hotel 3,0385 3,0769 Baik Tinggi Angkutan AKDP 3,0053 3,1656 Baik Tinggi Penilaian Aspek Prospek terhadap kedudukan produk unggulan mencakup faktor-faktor di bawah ini: 1. Pada aspek kesesuaian dengan kebijakan pemda secara relativ dari yang tertinggi berturut turut adalah usaha kerajinan tenun, usaha pengolahan hasil perikanan, usaha AKDP, usaha pedagang hasil pertanian, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas jambu mete, usaha budidaya komoditas jagung, usaha toko kelontong, dan usaha perhotelan 2. Pada aspek Prospek Pasar secara relativ dari yang tertinggi sampai yang terendah berturut-turut adalah usaha kerajinan tenun, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha pedagang hasil pertanian, usaha perhotelan, usaha pengolahan hasil perikanan, usaha budidaya jambu mete, usaha budidaya ternak sapi, usaha AKDP, usaha toko kelontong dan usaha budidaya komoditas jagung. 3. Pada aspek minat investor terhadap produk unggulan secara relativ dari yang tertinggi sampai yang terendah berturut-turut adalah usaha AKDP, usaha budidaya ternak sapi, usaha perhotelan, usaha budidaya padi sawah, usaha pedagang hasil pertanian, usaha pengolahan hasil perikanan, usaha budidaya jambu mete, usaha toko kelontong, dan usaha budidaya komoditas jagung 4. Pada aspek dukungan dan program pembangunan infrastruktur usaha, secara relativ dari yang tertinggi berturut-turut adalah usaha komoditas budidaya sawah, usaha budidaya ternak sapi, usaha kerajinan tenun, usaha perhotelan, Profil Koperasi dan UKM Kota Bima 106

usaha perdagangan hasil pertanian, usaha AKDP, usaha pengolahan hasil perikanan, usaha toko kelontong, usaha budidaya jambu mete, dan usaha budidaya komoditas jagung 5. Pada aspek tingkat persaingan dunia usaha, secara relativ dari yang tertinggi secara berturut-turut adalah usaha komoditas jagung, usaha pengolahan hasil perikanan, usaha budidaya jambu mete, usaha toko kelontong, usaha budidaya ternak sapi, usaha pedagang hasil pertanian, usaha budida Penilaian Aspek Potensi terhadap kedudukan produk unggulan mencakup faktor-faktor di bawah ini: 1. Pada aspek jumlah unit usaha/ jumlah pengusaha saat ini, secara relativ dari yang tertinggi secara berturut-turut adalah usaha budidaya komoditas jambu mete, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha kerajinan tenun, usaha pedagang hasil pertanian, usaha toko kelontong, usaha perhotelan, usaha AKDP, usaha pengolahan hasil perikanan, usaha budidaya ternak sapi, dan usaha budidaya komoditas jagung 2. Aspek pada kesesuaian dengan budaya dan keterampilan masyarakat, secara relativ dari yang tertinggi secara berturut-turut adalah usaha kerajinan tenun, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha pedagang hasil pertanian, usaha perhotelan, usaha pengolahan hasil perikanan, usaha budidaya komoditas jambu mete, usaha budidaya ternak sapi, usaha AKDP, usaha toko kelontong, dan usaha budidaya komoditas jagung 3. Pada aspek penguasaan masyarakat terhadap teknologi dan pengolahan usaha, secara relativ dari yang tertinggi adalah usaha toko kelontong, usaha pedagang hasil pertanian, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha kerajinan tenun, usaha pedagang hasil pertanian, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya komoditas jambu mete, usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya ternak sapi, usaha pengolahan hasil perikanan, usaha AKDP, dan usaha perhotelan 4. Pada aspek ketersediaan sumber daya alam (bahan baku), secara relativ dari yang tertinggi adalah usaha budidaya komoditas jambu mete, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha kerajinan tenun, usaha pedagang hasil pertanian, usaha budidaya komoditas jagung, usaha budidaya ternak sapi, usaha toko kelontong, usaha pengolahan hasil perikanan, usaha AKDP, dan usaha perhotelan 5. Pada aspek insentif harga jual produk, secara relativ dari yang tertinggi ke yang terendah secara berturut-turut adalah usaha perhotelan, usaha budidaya ternak sapi, usaha pedagang hasil peritanian, usaha budidaya komoditas padi sawah dan jagung, usaha budidayan komoditas jambu mete, usaha AKDP, usaha kerajinan tenun, usaha pengolahan hasil perikanan, dan usaha toko kelontong. Profil Koperasi dan UKM Kota Bima 107

6. Pada aspek daya serap produksi terhadap pasar, secara relativ dari yang tertinggi secara berturut-turut adalah usaha kerajinan tenun, budidaya ternak sapi, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya jambu mete, usaha toko kelontong, usaha pengolahan hasil perikanan, usaha perhotelan, usaha AKDP, dan usaha budidaya komoditas jagung. Berdasarkan agregasi hasil penilaian terhadap aspek potensi secara relativ dari yang tertinggi sampai terendah berturut-turut adalah usaha kerajinan tenun, usaha budidaya komoditas padi sawah, usaha budidaya ternak sapi, usaha pedagang hasil pertanian, usaha budidaya jambu mete, usaha toko kelontong, usaha AKDP, usaha budidaya komoditas jagung, usaha pengolahan hasil perikanan, dan usaha perhotelan. Berdasarkan aspek prospek dan potensi produk unggulan yang terbaik berikut dapat dijelaskan profil Industri kerajinan dan budidaya padi sawah dan budidaya ternak sapi. Industri Kerajinan Tenun. Kerajinan tenun atau dalam bahasa Mbojo dikenal dengan Muna ro Medi merupakan industri kerajinan rumah tangga yang secara tradisional sudah membudaya pada sebagian masyarakat Kota Bima. Produknya berupa kain ikat dan kain yang ditenun secara manual. Produk kerajinan ini mempunyai pasar yang terbatas dan konsumennya antara lain adalah wisatawan. Menurut daftar Dinas Koperindag Kota Bima, di akhir tahun 2013 terdapat 1.500 pengrajin tenun di seluruh wilayah Kota Bima. Mereka tersebar di beberapa kelurahan Ntobo, Rabadompu Barat, Rabadompu Timur, Oi Fo,o, Nitu, Lelamase, Kumbe, dan Nungga. Dari 1.500 pengrajin tenun ini, terbentuk 170 kelompok pengrajin, dengan pembagian berdasarkan lokasi. Kendala utama pengrajin tenun Kota Bima terkait mutu hasil tenunan serta kuantitas hasil produksi yang belum mencapai angka massal, guna memenuhi pesanan dari luar daerah. Adapun bentuk kepedulian pemkot Bima terhadap pengrajin tenun adalah dengan program bantuan dana bergulir kepada 1.500 pengrajin akan mendaptkan bantuan modal KUR sebesar Rp. 2,5 juta dengan bunga kembalianya 1 tahun hanya 14 %, bantuan fasilitas bahan baku, serta pembinaan dan pelatihan keterampilan, yang salah satunya adalah pelatihan penggunaan zat pewarna alam. Dukungan dari pemerinta kota Bima lainya adalah adanya program kebijakan penggunaan kain tenun ikat untuk pakaian pegawai negeri sipil (PNS) lingkup Pemkot Bima. Budidaya Padi Sawah. Padi merupakan bahan pangan utama masyarakat Kota Bima. Lahan tanam padi terdapat di hampir seluruh kawasan pertanian kota Bima. Produksi tahun 2013 sebesar 39.600 ton atau naik sekitar 4,94 % dari tahun sebelumnya. Dari tahun ke tahun produksi padi di Kota Bima mengalami peningkatan. Program unggulan untuk meningkatkan produksi pertanian, khususnya padi dibangunnya jaringan irigasi tersier yang akan mengairi lahan Profil Koperasi dan UKM Kota Bima 108

persawahan seluas 200 ha, pengadaan alat dan mesin pertanian seperti traktor, pompa air, alat penanganan pasca panen berupa power treser dan mesin penggilingan padi. Budidaya Ternak Sapi. Jumlah populasi sapi di kota Bima cenderung meningkat tahun 2013 sekitar 12.778 ekor. Jumlah populasi ini cenderung meningkat yang dapat diduga dari menigktanta jumlah kelahiran ternak denga insenminasi buatan, khususnya sapi bali. Dari sisi permintaan, untuk konsumsi lokal ditunjukan oleh perkembangan banyaknya pemotongan ternak sapi yang pada periode 2011-2014 cenderung meningkat 8,71 persen pertahun. Permintaan terhadap sapi potong juga ditunjukan oleh banyaknya ternak sapi yang dikirim atau dijual keluar daerah. Pada tahun 2014 tercatat sebanyak 601 ekor yang dikirim ke Provinsi DKI, Kalsel, Kalti, Kalteng, Sulsel, dan Kalbar. Usaha budidaya (pemesaran) sapi ini mempunyai prospek pasar yang sangat baik, minat investor yang dapat dikategorikan Cukup Baik. Disamping itu, untuk mendukung program Pijar dan Bumi Sejuta Sapi (BSS) NTB, di Kota Bima dibangun beberapa sarana dan prasarana penunjang pembangunan peternakan seperti pengadaan obat-obatan dan vaksin, Pembangunan Rumah Potong Hewan Modern (RPH) dengan harapan kedepn tidak ada lagi sapi hidup yang dikirim ke luar dari sentra produksi atau sentra pasar ternak, selain memproduksi daging dalam bentuk beku keberadaan RPH juga menghasilkan produk sampingan seperti kulit dan tulang yang dapat dimanfaatkan lebih lanjut untuk bahan baku industri, pasar daging yang memenuhi standar, pembangunan poskewan, pembangunan pos Inseminasi Buatan (IB) dan beberapa kegiatan peningkatan SDM petugas, serta pemberian bantuan modal kepada petani peternak dengan meneruskan program BSS di Kota BIMA. Profil Koperasi dan UKM Kota Bima 109