RANCANG BANGUN ULANG MEJA DAN KURSI BELAJAR UNTUK USIA PRA SEKOLAH BERDASARKAN DATA ANTROPOMETRI PADA TK RAUDHATUL ATFAL PONTIANAK Irsyad Abinowo Jurusan Teknik Elektro, Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura Pontianak irsyadabinowo@yahoo.com Abstrak Observasi pada siswa TK Raudhatul Atfal menunjukkan para murid pada saat melaksanakan kegiatan belajar merasa tidak nyaman karena kursi yang digunakan tidak sesuai dengan postur tubuh mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data-data antropometri yang berpengaruh terhadap desain rancangan meja dan kursi, sehingga menghasilkan rancangan dan produk meja dan kursi belajar yang ergonomis untuk siswa TK Raudhatul Atfal. Penelitian ini menggunakan metodologi penerapan produk kepada 30 siswa TK Raudhatul Atfal dengan memberikan kuesioner untuk mengetahui tingkat kenyamanan produk. Pengolahan data menggunakan uji kecukupan data, keseragaman data, dan data persentil. Metode statistik yang digunakan adalah wilcoxon match pair test dan sign test. Penelitian berhasil merancang ulang meja dengan tinggi 55 cm, panjang 100 cm, lebar 46cm, tinggi pijakan kaki 7cm, dan panjang pijakan kaki 100 cm. Sedangkan kursi menggunakan ukuran tinggi sandaran punggung 35 cm, lebar sandaran kursi 30 cm, tinggi kursi 29 cm, lebar alas kursi 30 cm, panjang kursi 36 cm dan tinggi pijakan kaki 5cm. Meja dan kursi yang dihasilkan membuat siswa TK merasa nyaman. Berdasarkan hasil kuesioner dimana 80.33% siswa menyatakan nyaman dan hanya 19.76% siswa yang menyatakan kursi ini tidak nyaman. Kata Kunci : Ergonomis, Antropometri, Rancanga Ulang, Meja Belajar, Kursi Belajar. 1. Pendahuluan TK Raudhatul Atfal merupakan lembaga pendidikan anak usia dini 4-6 tahun yang dikelola oleh organisasi Dharma Wanita Persatuan Kementrian Agama Republik Indonesia Provinsi Kalimantan Barat, didirikan sejak tahun 1987 mempunyai daya tampung mencapai 185 siswa yang terbagi dalam 2 kelas yaitu kelas nol besar dan kelas nol kecil. Kelas nol besar terdiri dari 2 kelas yaitu dengan rentang umur 5 tahun sampai 6 tahun, sedangkan kelas nol kecil terdiri atas 4 kelas dengan rentang umur 4 tahun sampai dengan 4.5 tahun. Anak TK secara alami memiliki postur yang baik, bergerak berdasarkan insting dengan cara yang meminimalkan ketegangan pada tubuh. Kebiasaan posisi tubuh pada saat menegakkan bahu, duduk dengan membungkuk atau berdiri dengan menumpukkan sebagian besar berat tubuh pada satu kaki menyebabkan sakit, seiring waktu kebiasaan buruk ini menyebabkan rasa sakit serta kerusakan struktur tubuh jangka panjang. Posisi tubuh saat berada di meja dan kursi sangat penting karena mempengaruhi kebiasaan postur tubuh tulang belakang. Kelengkungan tulang belakang yang tidak normal menyebabkan rasa nyeri kronis dan meningkatkan resiko pergeseran bantalan tulang dan masalah-masalah lainnya, hal ini disebabkan karena meja dan kursi yang mereka gunakan untuk belajar dibuat tidak sesuai untuk umur mereka. Ukuran meja dan kursi yang tidak sesuai membuat proses belajar mengajar menjadi tidak nyaman, karena para murid merasakan lelah ataupun sakit pada beberapa bagian tubuh mereka. Kejadian ini terjadi setiap proses belajar mengajar dilakukan, hal ini sangat tidak baik untuk proses perkembangan tubuh dan juga proses belajar mereka, karena membuat kegiatan belajar menjadi terganggu dan sangat tidak baik untuk tumbuh kembang anak di usia dini yaitu umur 4-6 tahun. Observasi awal yang dilakukan peneliti di TK Raudhatul Atfal melihat bahwa lebih dari separuh kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan dari jam 07.00 hingga 10.00 pagi dilakukan dalam posisi duduk, dimana para murid saat melaksanakan kegiatan belajar merasa tidak nyaman, karena kursi yang mereka gunakan tidak sesuai dengan postur tubuh mereka. Hal ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan dalam proses belajar dan juga dapat mengganggu kesehatan tubuh murid tersebut. Perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : a. Data-data antropometri apa saja yang berpengaruh terhadap desain rancangan meja dan kursi untuk siswa TK Raudhatul Atfal? b. Bagaimana merancang ulang meja dan kursi belajar yang sesuai dengan data antropometri untuk proses belajar mengajar di TK Raudhatul Atfal? c. Bagaimana menciptakan meja dan kursi belajar yang sesuai dengan data antropometri untuk siswa TK Raudhatul Atfal?
2. Teori Dasar Teori yang mendukung dalam penelitian ini adalah : a. Ergonomi Ergonomi berasal dari kata Yunani yaitu ergo yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum. Ergonomi dimaksudkan sebagai suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem tersebut dengan baik (Nurmianto,E 2008:1). Ergonomi dapat berperan pula sebagai desain pekerjaan pada suatu organisasi, misalnya penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian waktu kerja dan lainlain. Ergonomi dapat pula berfungsi sebagai desain perangkat lunak karena semakin banyaknya pekerjaan yang berkaitan erat dengan komputer. Penyampaian informasi dalam suatu sistem komputer harus pula diusahakan selengkap mungkin sesuai dengan kemampuan pemprosesan informasi oleh manusia (Nurmianto,E 2008:2). Ilmu ergonomi secara umum adalah suatu cabang ilmu yang mengkaji sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia dalam merancang suatu sistem kerja agar efektif, aman dan nyaman. Ergonomi juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor keselamatan kerja misalnya desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat peraga visual. Hal ini dilakukan untuk mengurangi ketidaknyamanan saat kerja (Nurmianto,E 2008:2). Menurut Tarwaka,dkk. (2004:7) secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah : 1) Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja. 2) Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif. 3) Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi. Secara ringkas ergonomi dapat didefinisikan sebagai cabang ilmu yang secara sistematis memanfaatkan informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem dengan baik (Tarwaka,dkk. 2004:8). b. Perancangan Tempat Duduk Perancangan tempat duduk merupakan perancangan yang lebih banyak melibatkan kualitas kenyamanan pemakai yang sukar dipahami daripada perancangan elemen-elemen interior lainnya. Hanya terdapat sedikit riset yang diadakan mengenai masalah ini oleh karena itu terdapat beberapa rekomendasi yang berlawanan tentang dimensi-dimensi yang harus disertakan (Panero dan Zelnik, 2003:10). Konsep perencanaan tempat duduk mengacu pada konsep human-centered design yaitu perancangan dengan menjadikan pengguna sebagai subjek utama pertimbangan. Hasil rancangan haruslah memaksimalkan kesesuaian bagi pengguna. Rancangan tempat duduk dapat dibuat sesuai untuk individu namun rancangan seperti ini memiliki konsekuensi ongkos yang sangat tinggi ataupun keterbatasan lain terutama jika rancangan tersebut dimaksudkan akan digunakan oleh suatu populasi. Alternatif rancangan yang lain adalah membuat sebuah rancangan tempat duduk yang dapat disesuaikan mengikuti ukuran rata-rata atau mengikuti ukuran ekstrem (Panero dan Zelnik, 2003:12). c. Pendekatan-Pendekatan Untuk Perancangan Kursi Menurut Nurmianto,E. (2008:115) dalam perancangan kursi ada beberapa pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam perancangan, adapun pendekatan yang digunakan adalah sebagai berikut : 1) Merancang penyangga lumbar pada posisi duduk Pendekatan ini menekankan pada ketentuan dari sandaran punggung yang dapat disetel untuk menyangga daerah lumbar atau daerah yang lebih rendah pada tulang belakang. Sandaran punggung dapat mengurangi usaha otot yang diperlukan untuk menjaga suatu sikap duduk yang kaku atau tegang. Hal ini juga dapat mengurangi kecendrungan tulang belakang kearah bentuk khyphosis. Sandaran kursi perusahaan juga menstabilisasi sikap duduk dan menghasilkan suatu reaksi terhadap gerakan yang agak sedikit mendorong ke depan selama bekerja. Persyaratan adanya bantalan punggung akan bermanfaat untuk mengatasi sakit di punggung, banyak sandaran tempat duduk (pesawat terbang, teater, dan lain-lain) yang tidak mempunyai penyangga empuk yang berguna sebagai bantalan penyangga. Kursi eksekutif saat ini umumnya dikembangkan dengan penyangga ruas tulang belakang bagian bawah (lumbar), sedangkan tempat duduk mobil yang dapat disetel semakin banyak dikagumi orang. Sandaran punggung dan ruas tulang belakang bagian bawah (lumbar) pada tempat duduk di kantor cenderung mengarah ke bawah dan tidak ideal untuk bersandar. Sebenarnya jika sandaran sandaran tersebut tidak cukup kuat maka kursi tersebut akan berbahaya. 2) Perancangan tempat duduk yang miring kedepan Pendekatan ini dianjurkan dan didasarkan pada keinginan untuk tidak membungkuk sesering mungkin. Pada umumnya permukaan tempat duduk dimiringkan sekitar 5 0 kearah belakang untuk mengurangi kemungkinan operator meluncur ke depan, Kemiringan bangku yang diperkirakan untuk kemiringan ke depan sampai 15 O dari permukaan, kemudian 20 O dari tekukan lumbar dan memperkirakan bahwa kemiringan puncak belakang sekitar
5 O. Selanjutnya cara mengurangi pembengkokan adalah dengan mengurangi kebutuhan untuk bersandar ke depan., memiringkan dan membuat meja lebih tinggi akan sangat membantu jika tujuan utama dari meja adalah untuk membaca dan menulis. 3) Postur duduk berlutut (the kneeling posture) pada kursi setimbang. Kursi keseimbangan adalah suatu hasil logika terhadap problema dari perubahan tekukan tulang belakang jika duduk. Perputaran pinggul (hip flexion) dapat dikurangi dengan cepat dan rotasi panggul (pelvis) hampir dapat dihilangkan, akan tetapi seseorang akan dapat meluncur pada kursi ini jika kursi tersebut tidak ada sandaran untuk lutut, oleh karena itu suatu proporsi besar dari berat bedan dipindahkan pada kedua lutut. 4. Perancangan sudut sandaran kursi sampai suatu posisi (semi reclining). Mengurangi reaksi pada berat badan bagian atas atau sepanjang punggung dan sepanjang tulang belakang dapat dikurangi dengan cara perancangan sudut sandaran kursi sampai suatu posisi (semi reclining). Suatu sandaran punggung yang sesuai untuk kursi panjang (kursi malas) dan yang lebih penting lagi untuk tempat duduk kendaraan adalah sama sudut 110 O. d. Uji Kecukupan Data Uji kecukupan data berfungsi untuk mengetahui apakah data yang diperoleh sudah mencukupi dan akurat untuk diolah. Sebelum dilakukan uji kecukupan data terlebih dahulu tentukan derajat ketelitian yang menunjukkan penyimpangan maksimum hasil penelitian. Selain itu juga ditentukan tingkat harga indeks atau tingkat kepercayaan yang menunjukkan besarnya keyakinan pengukur akan ketelitian data antropometri (Wignjosoebroto, S. 2008:182). e. Uji Kuesioner Sebagai Alat Ukur Setelah kuesioner sebagai alat ukur atau alat pengumpul selesai disusun, belum berarti kuesioner tersebut dapat langsung digunakan untuk mengumpulkan data. Kuesioner dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian jika dilakukan uji validitas, reliabilitas dan juga harus dilakukan uji coba (trial) di lapangan. Responden yang digunakan untuk uji coba sebaiknya yang memiliki ciri-ciri responden dari tempat di mana penelitian tersebut harus dilaksanakan (Notoatmodjo, S. 2005:129). Kuesioner yang digunakan dalam penelitian dibagikan kepada siswa TK Raudhatul Atfal yang bertujuan untuk mengetahui keluhan saat menggunakan kursi dalam proses belajar mengajar saat ini. Adapun metode pengolahan data yang digunakan adalah dengan teknik statistik Wilcoxon Match Pairs Test, dimana teknik statistik ini digunakan untuk menguji hipotesis komparatif 2 sampel yang berkorelasi bila datanya berjenjang (Sugiyono,2007:134). suatu instrument alat ukur telah menjalankan fungsi ukurnya. Menurut Sekaran (2003) validitas menunjukkan ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu skala pengukuran disebut valid bila ia melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur. Berbagai metode yang digunakan dalam uji validitas seperti korelasi product moment pearson atau melihat corrected item total correlation pada pengujian reliabilitas dan analisa faktor. Data dikatakan valid jika nilai corrected item total correlation lebih besar dari nilai kritis yang diperoleh dari table (Sekaran, 2003:44). 3. Metodologi Penelitian Objek penelitian ini adalah meja dan kursi yang digunakan para murid TK dalam kegiatan belajar mereka. Tempat penelitian dilakukan pada TK Raudhatul Atfal yang beralamat di Jalan Prof DR. M. Yamin Pontianak, adapaun diagram alir penelitian adalah sebagai berikut : Mulai Observasi Perumusan masalah Penentuan Tujuan Penelitian Studi litelatur Pengumpulan Data 1. Data Antopometri 2. Data Dimensi Meja dan Kursi Saat Ini 3. Kuesioner Uji Kecukupan Data Uji Keseragaman Data Uji Validitas Uji Reliabiliitas Apakah Data Cukup, Seragam, Valid, dan Reliabel? A Ya Tidak A Penentuan Percentil Pembuatan rancangan desain dengan program bantuan Autocad dan proses rancang bangun produk Uji Produk dan kuesioner Apakah Produk Layak? Analisa Hasil Ya Kesimpulan dan Saran Selesai Gambar 1. Diagram Alir Penelitian Tidak 4. Hasil Eksperimen Pengolahan data yang dilakukan di bagian ini adalah uji kecukupan data, uji keseragaman data, penentuan nilai persentil dan juga pengolahan data kuisioner akhir. Tabel 1. Rekapitulasi Uji Kecukupan Data f. Uji Validitas Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui apakah
Berdasarkan perhitungan di atas data dianggap cukup karena N>N sehingga tidak perlu mangadakan pengambilan data kembali. Tabel 2. Rekapitulasi Uji Keseragaman Data Berdasarkan hasil grafik di atas data menunjukkan bahwa hasil batas control atas dan batas control bawah data tidak ada yang melewati batas-batas tersebut, dengan demikian data telah seragam. Tabel 3. Rekapitulasi Persentil Data hasil perhitungan persentil akan digunakan dalam nentukan ukuran perancangan meja dan kursi agar perancangan dapat merancang ulang meja dan kursi sesuai dengan kebutuhan siswa, adapun langkah-langkahnya sebagai berikut : 1) Meja a. Tinggi meja Meja dirancang agar dapat digunakan dengan nyaman oleh pengguna oleh karena itu data yang digunakan adalah data tinggi lutut duduk ditambah dengan tinggi siku duduk dengan persentil ke 95, tinggi lutut duduk 37.55 cm dan tinggi siku duduk 16.55cm menjadi 54.1. Ukuran ini digunakan agar yang mempunyai tinggi badan yang panjang dapat dengan nyaman menggunakan meja tersebut dan bagi yang mempunyai badan yang pendek juga dapat menggunakannya dengan nyaman. b. Panjang meja Ukuran panjang meja yang digunakan dalam perancangan adalah data rentangan tangan dengan persentil ke 10 yaitu 99.9 cm dibulatkan menjadi 100cm, rancangan ini ditujukan agar pengguna yang mempunyai rentangan tangan yang panjang dan pendek dapat menggunakannya dengan nyaman dan siswa dapat bergerak bebas dalam proses belajar mereka dan dapat menjangkau benda-benda yang menjadi model pemebelajaran mereka. c. Lebar meja Data yang digunakan untuk lebar meja yang dirancang adalah data jangkauan tangan kedepan dengan persentil ke 5 yaitu 45.45 dibulatkan menjadi 46, rancangan ini ditujukan agar pengguna yang mempunyai jangkauan tangan yang pendek dan panjang dapat menngunakan meja dengan nyaman dan diperuntukkan untuk siswas tk yang dimana mereka banyak melakukan kegiatan belajar dengan menggunakan alat dan benda yang menjadi model pembelajaran mereka. b. Kursi a. Tinggi sandaran punggung Ukuran yang digunakan untuk merancang tinggi sandaran punggung adalah data tinggi badan duduk yaitu persentil ke 50 dengan ukuran 35 cm, penentuan ukuran tersebut agar sandaran kursi dapat menahan tulang belakang seluruh populasi siswa baik yang mempunyai ukuran tinggi badan duduk yang panjang maupunn yang pendek. b. Lebar sandaran punggung Ukuran lebar sandaran punggung menggunakan data lebar bahu dengan persentil ke 95 yaitu 29.55 cm dibulatkan menjadi 30 cm, ukuran ini digunakan agar semua siswa baik yang mempunyai lebar bahu yang kecil maupun yang lebar dapat menggunakannya tanpa takut mengganggu proses pergerakan mereka dalam pembelajaran. c. Tinggi kursi Ukuran yang digunakan untuk merancang tinggi kursi adalah data popliteal dengan persentil ke 50 yaitu 28 cm ditambah allowance 1 cm menjadi 29 cm, ukuran ini digunakan agar siswa yang mempunyai ukuran popliteal yang pendek maupun yang panjang dapat menggunakan kursi ini selama proses pembelajaran dengan nyaman, karena kursi yang terlalu tinggi dapat menyebabkan rasa nyeri di bagian otot kaki mereka. d. Lebar alas kursi Ukuran lebar alas kursi yang digunakan dalam perancangan adalah data antropometri lebar pinggul dengan persentil ke 95 yaitu 25.55 cm ditambah allowance 4 cm menjadi 29.55 cm dibulatkan menjadi 30 cm, ukuran ini digunakan dengan pertimbangan bagi siswa yang berbadan gemuk dapat menggunakannya dan bagi siswa yang mempunyai ukuran pinggul yang tidak terlalu lebar juga dapat menggunkannya dengan nyaman, karena kegiatan belajar mereka dilakukan di kursi dan lebar alas kursi harus dibuat senyaman mungkin untuk mereka.
e. Panjang kursi Ukuran panjang kursi yang digunakan dalam perancangan adalah data antropometri panjang paha duduk dengan persentil ke 90 yaitu 36.1 cm dibulatkan menjadi 36 cm, ukuran ini digunakan agar dapat digunakan oleh siswa dengan jumlah persentil terbesar dengan jarak paha yang panjang maupun dengan jarak paha yang pendek. Tabel 4. Perbandingan Ukuran Meja dan Kursi Belajar Sebelum Perancangan dan Setelah Perancangan Gambar 4. Perbandingan Penggunaan Meja dan Kursi sebelum Perancangan (a) dan setelah Perancangan (b) Tabel 5.Hasil Rekapitulasi Kuesioner Akhir Tingkat Kenyaman Meja dan Kursi yang Digunakan Responden Pembuatan desain rancangan meja dan kursi belajar TK Raudhatul Atfal Pontianak menggunakan software AutoCad Hasil persentase kuesioner di atas yaitu lebih dari 80.33% menyatakan bahwa meja dan kursi yang dirancang telah nyaman dan hanya sekitar 19.76% saja yang menyatakan meja dan kursi ini tidak nyaman digunakan Gambar 2. Rancangan Tampak Atas Meja Belajar TK Raudhatul Atfal Pontianak Gambar 3. Rancangan Tampak Samping Kursi Belajar TK Raudhatul Atfal Pontianak 5. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada TK Rauhatul Atfal Pontianak, kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut : a. Beberapa data antropometri yang berpengaruh terhadap rancangan ulang meja dan kursi siswa TK Raudhatul Atfal adalah sebagai berikut : a. Meja Data-data antropometri yang berpengaruh terhadap rancangan ulang meja adalah lebar meja, panjang meja, kontur permukaan meja dan juga tinggi dari meja menjadi faktor yang sangat berpengaruh sehingga siswa TK merasa nyaman dalam proses belajar. b. Kursi Data antropometri yang berpengaruh terhadap rancangan ulang kursi adalah tinggi dudukan kursi, luas dudukan kursi dan juga tinggi sandaran kursi menjadi faktor penting dalam perancangan. Karena
sangat berpengaruh terhadap tingkat kenyamanan yang dirasakan oleh siswa TK saat mereka melakukan proses belajar. b. Penelitian telah berhasil merancang meja dan kursi berdasarkan data antropometri yang telah diperoleh dari pengolahan data yaitu dengan tinggi meja 55 cm, panjang meja 100 cm, lebar meja 46cm, tinggi pijakan kaki 7cm panjang pijakan kaki 100 sedangkan untuk kursi menggunakan ukuran tinggi sandaran punggung 35 cm, lebar sandaran kursi 30 cm, tinggi kursi 29 cm, lebar alas kursi 30 cm, panjang kursi 36 cm dan tinggi pijakan kaki 5cm. Hasil perancangan meja dan kursi dapat di rekomendasikan untuk kegiatan belajar mengajar di TK Raudhatul Atfal. Biografi Irsyad Abinowo lahir di Pontianak pada tanggal 7 November 1989. Anak ketiga dari Bpk. Handono dan Ibu Kariawati. Penulis memulai pendidikan dasar di MIN Bawamai Pontianak dan lulus pada tahun 2002, kemudian melanjutkan pendidikan menengah di MTS N 1 Pontianak dan lulus pada tahun 2005. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 8 Pontianak dan lulus pada tahun 2008. Penulis melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi pada tahun 2008 dan diterima menjadi mahasiswa Universitas Tanjungpura, pada program studi Teknik Industri, jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik. c. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, produk meja dan kursi belajar yang telah dirancang dapat membuat siswa TK merasa nyaman dalam proses belajarnya, hal itu ditunjukkan dalam hasil persentase kuesioner yaitu lebih dari 80.33% menyatakan bahwa meja dan kursi yang dirancang telah nyaman dan hanya sekitar 19.76% saja yang menyatakan kursi ini tidak nyaman digunakan Referensi [1] Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Ketiga. Rineka Cipta : Jakarta. Nurmianto, E 2008. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi Kedua. Gunawidya : Jakarta. [2] Nurmianto, E 2008. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi Kedua. Gunawidya : Jakarta. [3] Panero, J, dan Zelnik, M. 2003. Dimensi Manusia dan Ruang Interior. Edisi Kesatu. Erlangga : Jakarta. [4] Purnomo, H. 2004. Pengantar Teknik Indutri. Edisi Kedua. Graha Ilmu : Yogyakarta [5] Sekaran, Uma. 2003. Research Methods for Business: Skill-Building Approach, Fourth Edition. New York: John Wiley &nsons Inc. [6] Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Cetakan Keduabelas. Alfabeta : Bandung. [7] Tarwaka, Solichul Bakri, Lilik Sudiajeng. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktifitas. Edisi Kesatu. Uniba Press : Surakarta. [8] Wignjosoebroto, S. 2008. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Edisi Keempat. Guna Widya : Surabaya.