PENERAPAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SEBAGAI DASAR DALAM PENERAPAN BIAYA PRODUKSI PADA UD. MULYADI Di Susun oleh : FITRI AFRIYANTI 3 EB 21 22210824
Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi dan modernisasi saat ini, dimana persaingan dalam dunia perdagangan dan bisnis semakin meningkat ditambah dengan kondisi ekonomi yang belum pulih dari keterpurukan meyebabkan kondisi yang kurang menguntungkan bagi dunia bisnis. Ketidak stabilan kondisi ekonomi yang menyebabkan naiknya harga-harga barang untuk proses produksi dan nilai kurs mata uang. Dalam kondisi yang demikian, penerapan sistem akuntansi yang baru sangatlah penting guna mengatasi kelemahan yang ada dalam sistem akuntansi tradisional (konvensional). Sistem akuntansi yang baru ini menghasilkan pengukuran dan pengendalian terhadap suatu usaha yaitu memungkinkan suatu perusahaan melakukan transaksi keuangan dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan resiko lebih rendah serta menciptakan perusahaan skala baru dan esien dalam pengmbilan keputusan uraian diatas maka penulisan memilih judul Penerapan sistem activity based costing (ABC) sebagai dasar dalam penempatan biaya produksi pada UD.MULYADI
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dan latar belakang tersebut diatas maka rumusan masalah penulisan ilmiah ini, adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana perhitungan biaya produksi Tradisional pada perusahan UD. MULYADI? 2. Bagaimana analisis perbandingan biaya produk menurut activy based costing (ABC) pada perusahaan UD. MULYADI?
Batasan Masalah Dalam penulisan ini, penulis membatasi perhitungan activy based costing dengan konvesonal untuk pembuatan pada bulan Mei 2013
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian atau sasaran yang ingin dicapai adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui perhitungan biaya produksi (ABC) pada perusahan UD. MULYADI. 2. Untuk menentukan analisis perbandingan biaya produk menurut activy based costing (ABC) pada perusahaan UD.MULYADI
Biaya Tenaga Kerja Langsung UD. MULYADImemiliki 5 orang pekerja bagian produksi yang diberi upah secara borongan sesuai dengan standar UMR yaitu Rp450.000 /Lemari. Semua karyawan di bagian produksi diberi upah sama walaupun mereka bekerja di bagian yang berbeda. Pada bulan Mei 2013 hari kerja sebanyak 20 hari dan diasumsikan seluruh karyawan masuk kerja pada bulan tersebut. Sehingga perhitungan BTKL nya dalam 1 bulan adalah : Jumlah BTKL dalam 1 bulan Lemari 2 pintu= 2 orang x 10 unit x Rp. 150.000= Rp. 4.500.000 Lemari 3 pintu= 3 orang x10 unit x Rp.200.000= Rp. 6.000.000 Untuk membebankan biaya tenaga kerja langsung ke masing-masing produk, perusahaan menggunakan unit produksi sebagai dasar alokasi, sehingga biaya tenaga kerja untuk masing-masing produk terlihat seperti pada tabel 4.3 :
Perhitungan BBB dan BTKL per Unit Perhitungan BBB dan BTKL per unit dapat dilihat seperti pada tabel 4.4 berikut ini :
Perhitungan Biaya Overhead Pabrik (BOP) Biaya Overhead Pabrik yang dikeluarkan UD. MULYADI antara lain adalah : Biaya depresiasi mesin Dalam menghitung biaya depresiasi mesin, perusahaan menggunakan metode garis lurus, yang rumusnya adalah : Depresiasi per tahun = Harga Perolehan Nilai Residu Umur Ekonomis
Jumlah depresiasi untuk masing-masing mesin adalah sebagai berikut : Mesin profil Jumlah = 1 unit Harga perolehan = Rp. 885.000 Nilai residu = Rp. 177.000 Umur ekonomis = 5 tahun Depresiasi / tahun = Rp. 885000 Rp.177.000 5 = Rp. 141.600 / tahun Depresiasi / bulan = Rp.141.600 / 12 bulan = Rp. 11.800 / bulan Mesin sircel Jumlah = 1 unit Harga perolehan =Rp.425.000 Nilai residu = Rp. 85.000 Umur ekonomis = 5 tahun Depresiasi / tahun = Rp. 425.000 Rp. 85.000 5 = Rp. 68.000 / tahun Depresiasi / bulan = Rp. 68.000 / 12 bulan = Rp. 5666,67 / bulan
Mesin serut Jumlah = 1 unit Harga perolehan = Rp. 785.000 Nilai residu = Rp. 157.000 Umur ekonomis = 5 tahun Depresiasi / tahun = Rp. 785.000 Rp. 157.000 5 = Rp. 125.600 / tahun Depresiasi / bulan = Rp. 125.600 / 12 bulan = Rp.10.466,67 /bulan Mesin bor Jumlah = 1 unit Harga perolehan = Rp. 970.000 Nilai residu = Rp. 194.000 Umur ekonomis = 5 tahun Depresiasi / tahun = Rp. 970.000 Rp. 194.000 Depresiasi / bulan 5 = Rp. 155.200/ tahun = Rp. 155.200/ 12 bulan = Rp. 1.077,78 / bulan
c.biaya listrik bulan Mei 2013 = Rp. 350.000 d. Biaya ukir 3 pintu = Rp. 200.000 Biaya ukir 2 pintu = Rp. 150.000 e. Biaya telepon bulan Mei 2013 = Rp. 50.000 f. Biaya penaganan bahan baku, terdiri dari : biaya angkut kayu gelondongan = Rp.300.000
Perhitungan Harga Pokok Produksi per Unit dengan Sistem Tradisional Dari perhitungan yang telah dilakukan, didapat harga pokok produksi per unit untuk masing-masing produk, yaitu sebagai berikut :
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, terlihat perbedaan biaya produksi untuk setiap produk terletak pada BBB dan BTKL, sedangkan biaya overhead (BOP) dialokasikan sama untuk semua produk, padahal tidak semua produk menyerap BOP dalam jumlah yang sama. Ini adalah salah satu kekurangan dari perhitungan HPP dengan sistem tradisional.
Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Menggunakan Sistem ABC Pertama-tama, tahap yang dilakukan adalah mengidentifikasikan aktivitas dan mengelompokkan semua BOP yang berhubungan dengan suatu aktivitas ke dalam satu cost pool untuk aktivitas tersebut seperti yang terlihat pada tabel 4.7 berikut ini :
* 7 jam X 25 hari = 175 jam * 8 jam X 25 hari = 200 jam * 5 jam X 25 hari = 125 jam * 7 jam X 25 hari = 175 jam * 6 kali putaran X 25 hari = 150 putaran * 4 kali putaran X 25 hari = 100 putaran Setelah diketahui jumlah masing-masing pemicu biaya yang dikonsumsi oleh tiap produk, tahap berikutnya adalah membagi biaya total untuk setiap aktivitas berdasarkan pemicu biaya (cost driver) nya. Berikut ini adalah perhitungan BOP rata-rata per cost pool:
Perhitungan Rata-Rata BOP per Cost Pool dengan Sistem ABC
Perhitungan Harga Pokok Produksi per Unit dengan sistem ABC Dari perhitungan BOP di atas maka harga pokok produksi per unit-nya menjadi
Perhitungan Harga Jual untuk Masing-Masing Produk Dalam menentukan harga jual produknya, UD. MULYADI membuat kebijaksanaan mengenai laba, di mana laba yang diharapkan adalah sebesar 15 % dari harga pokok produksi, sehingga perhitungan harga jual untuk masing-masing produk adalah : Menggunakan HPP dengan sistem tradisional :
Perhitungan Laba Bruto untuk Masing-Masing Produk Setelah diketahui harga jual untuk produk lemari 2 pintu dan lemari 3 pintu baik dengan menggunakan HPP sistem tradisional maupun sistem Activity-Based Costing dapat diketahui laba bruto yang diperoleh perusahaan dalam bulan Maret 2003 dengan unit yang terjual sebanyak 13 unit ) untuk produk lemari 2 pintu dan11 unit ) untuk produk lemari 3 pintu : Keterangan ) : Persediaan produk lemari 2 pintu awal Mei 2013 = 5 unit Produksi produk lemari 2 pintu bulan Mei 2013 = 10 unit Persediaan produk lemar 2pintu akhir Mei 2013 = ( 2 unit) Penjualan produk lemari 2 pintu bulan Mei 2013 = 13 unit Persediaan produk lemari 3 awal Mei 2013 = 4 unit Produksi produk lemari 3 bulan Mei 2013 = 10 unit Persediaan produk lemari 3 akhir Mei 2013 = ( 3 unit) Penjualan produk lemari 3 bulan Mei 2013 = 11 unit
Melalui tabel 4.18 dapat diketahui bahwa HPP / Unit untuk produk lemari 2 pintu lebih kecil (naik sebesar 1,020%) setelah menggunakan sistem ABC dan sebaliknya dengan HPP / unit produk lemari 3 pintu yang menjadi lebih kecil (turun sebesar 1,002 %). Begitu pula dengan harga jual. Sedangkan perbedaan laba lebih dikarenakan adanya perbedaan kuantitas penjualan dan tidak terlalu dipengaruhi oleh metode perhitungan HPP yang dipakai. Yang perlu diperhatikan adalah perbedaan HPP / unit untuk sistem Tradisional yang membebankan lebih banyak biaya pada unit yang lebih sedikit, dalam hal ini adalah produk lemri 2 pintu, di sini terlihat adanya diversitas volume dan produk di mana pada volume yang berbeda, yakni produk lemari 3 pintu sebanyak 10 unit dan produk lemari 2 pintu sebanyak 10 unit mengkonsumsi aktivitas yang berbeda-beda besarnya namun masih berada pada fasilitas manufaktur yang sama. Dengan adanya sistem Tradisional biaya produksi dapat dihitung secara lebih akurat dengan membebankan aktivitas yang menjadi sumber biaya ke BOP dan menelusurinya ke produk dengan lebih cermat. Sistem Tradisional akan sangat berguna untuk menganalisa aktivitas mana yang tidak memberikan nilai tambah bagi produk tertentu sehingga perusahaan akan dapat menghemat biaya serta meningkatkan kualitas produksi.
Kesimpulan Berdasarbiaya produksi Tradisional pada perusahan UD. MULYADI. Pada bulan mei 2013 HPP produk lemari 2 pintu Rp 1.255.650,5 per unit dan HPP produk lemari 3 pintu Rp. 2.050.550,5 sedangkan berdasarkan hasil perhitungan HPP dengan Activity Based Costing (ABC) HPP 2 pintu Rp. 1.230.470,5 per unit dan HPP produk lemari 3 pintu Rp 2.045.730,5 per unit. Adapun selisih antara sistem tradisional dan ABC untuk produk lemari 2 pintu sebesar Rp 25.180 ( 1,020 %) dan kan analisis perhitungan harga pokok produksi tersebut, dapat ditarik kesimpulan yaitu : Perhitungan pada produk lemari 3 pintu sebesar 4.820 (1,002%). Dan untuk harga jual pada produk lemari 2 pintu untuk sistem tradisional Rp. 1.409.498 dan lemari 3 pintu Rp. 2.358.133 sedangkan untuk sistem ABC pada produk lemari 2 pintu Rp.1.415.041 dan untuk produk lemari 3 pintu Rp. 2.352.590 adapun selisih harga jual pada produk lemari 2 pintu Rp. 5.543 dan pada produk lemari 3 pintu sebesar Rp 5.543. Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan laba bruto untuk sistem tradisional pada produk lemari 2 pintu sebesar Rp. 6.108.769,83 dan pada produk lemari 3 pintu Rp. 5.919.513,55 sedangkan pada metode ABC untuk lemari 2 pintu Rp. 6.180.827,83 dan untuk lemri 3 pintu sebesar Rp. 5.421.185 adapun selisi antara sistem tradisional dan ABC adalah sebesar Rp. 72.058 untuk lemari 2 pintu dan untuk produk lemari 3 pintu sebesar Rp. 498.328 Analisis perbandingan biaya produk menurut activy based costing (ABC) pada perusahaan UD.MULYADI Perbedaan pembebanan BOP tersebut dikarenakan sistem tradisional hanya menggunakan satu pemicu biaya yaitu unit produksi dan tidak menghiraukan aktivitas-aktivitas yang dikonsumsi oleh tiap produk, sehingga sistem tradisional yang dipakai perusahaan menghitung BOP yang sama besar untuk setiap produk. Sedangkan sistem Activity-Based Costing (ABC) menggunakan lebih dari satu pemicu biaya yaitu selain unit produksi juga menggunakan jam mesin, jam kerja langsung, putaran produksi, dan jumlah pengesetan sebagai cost driver-nya, sehingga dalam membebankan BOP ke setiap produk akan berbeda-beda sesuai dengan aktivitas yang dikonsumsinya.
Saran Sebaiknya perusahan menggunakan metode ABC dikarenakan sistem tradisional hanya menggunakan satu pemicu biaya yaitu unit produksi dan tidak menghiraukan aktivitas-aktivitas yang dikonsumsi oleh tiap produk, sehingga sistem tradisional yang dipakai perusahaan menghitung BOP yang sama besar untuk setiap produk. Selain itu juga sistem ABC dapat mengurangi ketidak akuratan tersebut dan dengan sistem ini diharapkan menghilangkan aktivitas yang bernilai tambah atau mengelolah aktivitasnya dengan efisien