BAB 2 LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
2015 ANALISIS FRASA PREPOSISI DENGAN MODIFIKATOR AUS SEBAGAI ERGÄNZUNGEN DAN ANGABEN DALAM ROMAN BESCHÜTZER DER DIEBE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antarmanusia. Dengan bahasa seseorang

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 08 Penyamaran Orang Tak Dikenal Terkuak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempelajari sebuah bahasa, termasuk bahasa Jerman, pembelajar

BAB I PENDAHULUAN. Demikian juga halnya dengan belajar bahasa Jerman. Dalam bahasa Jerman

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

SUPLEMEN BAGI PEMBELAJARAN MENULIS

Untuk Profesor juga sesuatu yang sulit. Profesor berkonsentrasi dengan akhiran Artikel maskulin dalam Akkusativ.

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia terdapat banyak lembaga pendidikan formal maupun nonformal

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan akan bahasa asing termasuk bahasa Jerman saat ini telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh pembelajar bahasa asing di Indonesia. Hal itu dibuktikan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Tanpa

ANALISIS KESALAHAN MENENTUKAN GRAMMATIKAL KASUS DI DALAM KALIMAT BAHASA JERMAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 1. Memahami wacana tulis berbentuk paparan atau dialog sederhana tentang Kehidupan Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan membaca, menyimak, menulis, dan berbicara. Pada pembelajaran

Kata kunci: karangan, Präposition nach dan zu, penggunaan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA JERMAN

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 23 Penyelam dengan Sirip Hiu

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan tata bahasa mutlak diperlukan ketika pembelajar bahasa akan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempelajari bahasa, pembelajar sebaiknya mengenal kaidah dan

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 25 Sambutan terhadap Kapal Laut

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam pembelajaran bahasa, salah satu bahan ajar dasar penting yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAHAN AJAR / RPP. C. Metode Pembelajaran : Inquiri I. Kegiatan Pembelajaran :

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari baik

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PERMAINAN KREISLAUF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JERMAN

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 26 Perpisahan Ayhan

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi. Setelah dilakukannya

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari, karena bahasa

BAB VII KESIMPULAN. penyerapan mengalami penyesuaian dengan sistem bahasa Indonesia sehingga

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 16 Ikarus

Modalitas Können dalam Kalimat Bahasa Jerman

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 02 Radio D menelpon

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat untuk dapat berinteraksi dengan manusia yang lain. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. Iklan merupakan media yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 19 Penipuan Terungkap

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempelajari bahasa asing terutama bahasa Jerman, salah satu aspek

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 06 Bagaimana Raja Ludwig Meninggal?

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 12 Surat Pendengar

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 05 Raja Ludwig Hidup Kembali

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

MODALITAS KÖNNEN DALAM KALIMAT BAHASA JERMAN

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

PENYEBAB INTERFERENSI GRAMATIS

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 22 Peselancar Yang Hilang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis turutan..., Bima Anggreni, FIB UI, 2008

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 07 Ludwig, Raja Dongeng

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 09 Musik untuk Raja Ludwig

BAB I PENDAHULUAN. kecil di dalamnya, seperti frase, kata, dan yang terkecil adalah huruf.

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 17 Lingkaran di Ladang Gandum

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. Apakah ia akan dengan mudah beradaptasi dengan bahasa barunya? Atau janganjangan,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembelajaran bahasa asing bertujuan agar pembelajar terampil

SATUAN LINGUAL PENANDA GENDER DALAM BAHASA JERMAN DAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, baik secara

BAB V PENUTUP. ini. Pada bagian simpulan akan dipaparkan poin-poin utama yang diperoleh dari keseluruhan

SILABUS. : 1. Mendengarkan: Memahami wacana lisan berbentuk paparan atau dialog sederhana tentang Kehidupan Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

Philipp memberitakan dari Schwarzwald (Blackforest) dan dia menikmati suasana karnaval. Tetapi teman kerjanya, Paula, tidak menyukai tradisi ini.

2015 PENGGUAAN MEDIA BOARDGAME GERMAN TRIP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN MATERI ADJEKTIVDEKLINATION PADA SISWA SMA

2015 ANALISIS VERBA TIDAK BERATURAN BENTUK KALA LAMPAU PERFEKT DALAM BUKU

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menyimak dalam bahasa asing merupakan salah satu. keterampilan bahasa yang reseptif di samping keterampilan membaca.

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 10 Wawancara dengan Raja Ludwig

BAB l PENDAHULUAN. mempelajari struktur dan tatabahasa. Kumpulan kata tanpa struktur dan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Siti Alfiyah, 2014 Hubungan Daya Ingat Dan Penguasaan Unregelmäβige Verben Bentuk Präteritum

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 15 Kostum Karnaval

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 18 Pengintaian di Malam Hari

Oleh : Irene Yesy, S.Pd

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan. Akan tetapi penelitian tentang interferensi bahasa telah banyak dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Indonesia

SILABUS DAN SISTIM PENILAIAN

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE

DEIKSIS DALAM ROMAN UND SAGTE KEIN EINZIGES WORT KARYA HEINRICH BÖLL: SUATU ANALISIS PRAGMATIK JURNAL. Oleh : Adriani Rasinta Mananohas

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi bersifat universal. Artinya, hampir tidak

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak buku ajar bahasa Jerman yang beredar di masyarakat dengan

Radio D Teil 1. Deutsch lernen und unterrichten Arbeitsmaterialien. Pelajaran 03 Perjalanan ke Berlin

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama manusia menggunakan bahasa yang berbeda, maka selama itu pula

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran bahasa Jerman berorientasi pada empat

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Transkripsi:

9 BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini memaparkan teori-teori yang menjelaskan interferensi. Untuk mengetahui jenis interferensi yang terjadi, diperlukan teori tata bahasa ibu dan bahasa asing serta teori interferensi. Teori-teori ini akan digunakan sebagai acuan dalam analisis kesalahan. Melalui analisis kesalahan, dapat terlihat jenis interferensi yang dialami oleh mahasiswa Program Studi Jerman karena kesalahan-kesalahan dalam berbahasa asing salah satunya disebabkan oleh adanya interferensi. 2.1 Interferensi Istilah interferensi pertama kali digunakan oleh Weinreich (1953) dalam Languages in Contact untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan oleh dwibahasawan. Pengertian dwibahasawan adalah orang yang menggunakan dua bahasa secara bergantian. Weinreich menganggap interferensi sebagai gejala penyimpangan dari norma-norma kebahasaan yang terjadi pada penggunaan bahasa seorang penutur sebagai akibat dari kontak bahasa ibu (selanjutnya disebut B1) dan bahasa asing (selanjutnya disebut B2). Menurut Apeltauer (1993:17), dwibahasawan mengalami fenomena interferensi ketika terjadi kontak bahasa dari dua bahasa dan menyebabkan adanya penyimpangan dari norma-norma suatu bahasa dalam tuturan dwibahasawan. Faktor utama yang dapat menyebabkan interferensi itu antara lain adalah adanya perbedaan di antara bahasa sumber (Ausgangssprache) dan bahasa sasaran (Zielsprache). Perbedaan tersebut tidak saja dalam struktur bahasa melainkan juga keragaman kosakatanya. Interferensi itu sendiri terjadi sebagai akibat perbandingan atau pengidentifikasian pengguna bahasa terhadap unsur-unsur tertentu dari bahasa sumber, kemudian memakainya dalam bahasa sasaran (Kleppin, 2002: 31). Jadi, dapat disimpulkan bahwa interferensi adalah penyimpangan atau kekeliruan norma-norma B2 karena adanya pengaruh atau kontak bahasa dari B1, 9

10 baik itu berupa variasi dialek ataupun bahasa asing yang sangat berbeda, yang dilakukan oleh seorang dwibahasawan. Penyimpangan-penyimpangan tersebut dapat terjadi dalam bidang linguistik, misalnya, penyimpangan dalam pengucapan atau pelafalan fonem, struktur bahasa, serta penggunaan kosakata. Dalam istilah linguistik, penyimpangan-penyimpangan itu disebut juga interferensi fonologi, interferensi gramatikal, interferensi leksikal, dan interferensi semantik. 2.2 Jenis-Jenis Interferensi Weinreich (Ibid.:14-61) membagi interferensi menjadi tiga macam: 1) Interferensi Fonologi Interferensi fonologi terjadi pada tataran bunyi. Interferensi jenis ini terjadi ketika dwibahasawan mengucapkan sebuah fonem pada sistem B2 dengan fonem pada sistem B1 dan kemudian menggunakannya berdasarkan aturan bunyi fonem B1. Contoh: seorang penutur asal Perancis yang mengucapkan huruf <th> pada kata think [θiŋ] dengan fonem /s/. (Ibid.:14) 2) Interferensi Gramatikal Interferensi gramatikal terjadi ketika dwibahasawan mengidentifikasikan morfem atau hubungan gramatikal 7 (urutan kata, hubungan antarkata dan antarkalimat, dan intonasi) B2 dengan morfem atau hubungan gramatikal B1. Akan tetapi, morfem atau hubungan gramatikal B2 tidak sama dengan B1 atau bahkan tidak terdapat dalam B2. Weinreich memberi contoh susunan kalimat yang salah pada kalimat *yesterday came he yang diidentifikasikan dari struktur bahasa Jerman gestern kam er oleh penutur bahasa Jerman. Padahal, susunan kalimat yang benar yang sesuai dengan hubungan gramatikal bahasa Inggris adalah he came yesterday.(ibid.:30) 7 Hubungan gramatikal merupakan istilah umum untuk subjek, predikat, objek langsung, dan objek tak langsung. (Kridalaksana, 2009:86)

11 3) Interferensi Leksikal Interferensi ini terjadi ketika morfem B1 ditransfer ke B2. Morfem B2 dapat digunakan dalam fungsi baru berdasarkan morfem B1. Kedua proses tersebut dapat sewaktu-waktu dikombinasikan. Dwibahasawan pada umumnya lebih sering mentransfer bentuk kata, makna, distribusi bentuk kata dan maknanya dari budaya dan bahasa B1 ke dalam budaya dan bahasa B2. Weinreich memberikan contoh kata skycraper yang ditransfer ke dalam bahasa Jerman dan menjadi morfem Wolkenkratzer.(Ibid.:47). Contoh lainnya: seorang dwibahasawan yang berbahasa ibu bahasa Inggris mengatakan *Wir haben uns in einem Seminar kennen gelernt, und seitdem verpassten wir viel Zeit zusammen. Kata verpassten merupakan pengidentifikasian dari B1, yaitu kata passed pada kalimat we passed our time together. Padahal, kalimat yang dimaksud adalah wir verbrachten unsere Zeit miteinander. (Kleppin, 2002: 31) Dalam pembahasan berikutnya, interferensi fonologi dan interferensi leksikal tidak dibahas karena jenis interferensi yang cocok dengan penelitian ini adalah interferensi gramatikal. Penelitian ini meneliti tentang penggunaan unsur sintaksis bahasa Indonesia dalam bahasa Jerman. Oleh karena itu, interferensi gramatikal akan dibahas lebih mendalam. 2.3 Interferensi Gramatikal Menurut Weinreich, interferensi gramatikal terjadi ketika dwibahasawan mengidentifikasikan morfem atau hubungan gramatikal (urutan kata, hubungan antarkata dan antarkalimat, dan intonasi) B2 dengan morfem atau hubungan gramatikal B1. Padahal, morfem atau hubungan gramatikal B1 tidak sama dengan morfem atau hubungan gramatikal B2, atau bahkan tidak terdapat dalam B2. (Ibid.:30). Weinreich membagi interferensi gramatikal menjadi empat macam, yaitu: a) transfer morfem, b) interferensi hubungan gramatikal,

12 c) perubahan fungsi morfem yang ekuivalen, d) penghilangan kategori gramatikal wajib. 2.3.1 Transfer Morfem Morfem adalah satuan bahasa terkecil yang memiliki makna dan tidak dapat dibagi lagi ke dalam bagian bermakna yang lebih kecil (Kridalaksana, 2009: 158). Weinreich membedakan morfem dengan hubungan gramatikal karena terdapat kemungkinan suatu fungsi gramatikal (subyek, obyek, nomina, adjektiva) dalam B1 ditandai oleh morfem, tetapi dalam B2 ditandai oleh hubungan gramatikal. Contohnya, kata love dan Mary dalam kalimat John loves Mary. Dengan penambahan morfem -u dalam kalimat berbahasa Rusia Ivan Mari-u ljubit, menyebabkan kata Mary sebagai akusatif dan berfungsi sebagai obyek langsung. (Ibid.:29-30) Dalam proses belajar B2, dwibahasawan cenderung mentransfer morfem B1 ke B2. Transfer morfem ini terkadang dilakukan dwibahasawan untuk memperjelas maksud pernyataannya. 2.3.2 Interferensi hubungan gramatikal Interferensi hubungan gramatikal terjadi ketika dwibahasawan menggunakan B2, tetapi hubungan gramatikal yang digunakan adalah B1. Hubungan gramatikal terdapat pada: a. Urutan kata dalam kalimat. b. Kongruensi dan dependensi. Kongruensi adalah adanya hubungan atau kesesuaian antarkata, misalnya kesesuaian antara subyek dan predikat. Dependensi adalah ketergantungan antarkalimat. c. Modulasi, yaitu penggunaan intonasi atau tekanan pada bahasa lisan. Contoh kalimat *he comes tomorrow home yang diucapkan oleh orang Jerman ketika berbahasa Inggris (B2) merupakan sebuah contoh dari hubungan gramatikal urutan kata dari bahasa Jerman er kommt morgen nach Hause.(Ibid.:37-38).

13 Ada beberapa jenis interferensi hubungan gramatikal: 1. Transfer hubungan gramatikal B1 membawa makna yang tidak sesuai pada B2. Pengidentifikasian dari B1 secara eksplisit dan tidak sengaja akan mengandung makna yang berbeda dari makna yang dimaksud. Contoh: Pada kalimat bahasa Inggris (B2) yang disusun oleh orang Jerman this woman loves the man yang diidentifikasikan dari struktur B1 diese Frau liebt der Mann mengandung arti bahwa lelaki itu mencintai wanita itu. Seharusnya, kalimat ini berbunyi the man loves the woman. Namun, oleh karena adanya interferensi hubungan gramatikal B1, struktur kalimat B2 berubah makna menjadi wanita itu yang mencintai lelaki itu. Dalam bahasa Inggris, urutan kata dalam kalimat menentukan fungsi gramatikal. Oleh karena itu, the man yang mempunyai fungsi gramatikal sebagai subyek, harus diletakkan sebelum this woman, yang berfungsi sebagai obyek langsung.(ibid.:37) 2. Transfer hubungan gramatikal B1 melanggar pola hubungan gramatikal B2. Transfer hubungan gramatikal B1 melanggar pola hubungan gramatikal B2, namun masih bisa dimengerti secara tersirat. Contoh: Pada kalimat *Yesterday came he yang diucapkan oleh penutur Jerman. Kalimat tersebut berasal dari bahasa Jerman Gestern kam er yang berarti He came yesterday. Meskipun tidak benar susunannya, kalimat tersebut tidak mengubah makna dan masih dapat dimengerti secara tersirat.(ibid.:38) 3. Transfer hubungan gramatikal B1 menimbulkan hubungan gramatikal yang tidak wajib pada B2. Interferensi hubungan gramatikal ini terjadi karena ditransfernya hubungan gramatikal B1 ke dalam B2, padahal dalam B2 hubungan gramatikal ini tidak wajib. Contoh: Ketika penutur bahasa Inggris berbicara bahasa Rusia dengan susunan pola kalimat B1: S + P + O. Dalam bahasa Rusia (B2), pola ini akan sangat membosankan karena bahasa Rusia memiliki enam variasi pola kalimat. Akan

14 tetapi, susunan pola kalimat tersebut tidak akan melanggar susunan pola kalimat B2. Misalnya kata loves dan Mary dalam kalimat John loves Mary. Dalam bahasa Rusia, kalimat tersebut dapat disusun dengan pola kalimat S + O + P Ivan Mari-u Ijubit. Dengan menambahkan morfem u-, maka Mary berfungsi sebagai akusatif atau obyek langsung.(ibid.:30) 2.3.3 Perubahan Fungsi Morfem yang Ekuivalen Interferensi ini terjadi ketika dwibahasawan mengidentifikasikan morfem B1 dengan morfem B2, sehingga ia menggunakan morfem B2 dengan fungsi yang ia ambil dari sistem B1. Hal ini disebabkan oleh persamaan bentuk dan fungsi morfem antara B1 dan B2. Contoh: ketika penutur Amerika mengidentifikasikan morfem bahasa Yahudi op (=off, down) dengan morfem bahasa Inggris up. Penutur Amerika tersebut mengidentifikasikan op-rufn untuk to call up. Contoh lain, ketika dwibahasawan Jerman-Inggris ingin menyampaikan Wie lange bist du schon hier?, ia mengatakan *How long are you here? untuk kalimat yang seharusnya How long have you been here?. Kesalahan ini disebabkan oleh pengidentifikasian fungsi morfem are dengan fungsi morfem bist, yaitu untuk mengungkapkan kala kini. Penyamaan fungsi ini mengakibatkan perluasan fungsi morfem are, yaitu dari morfem yang berfungsi mengungkapkan peristiwa yang terjadi pada kala kini menjadi morfem yang juga berfungsi menyatakan peristiwa yang terjadi pada waktu lampau tetapi masih berhubungan sampai sekarang. 2.3.4 Penghilangan Kategori Gramatikal Wajib Weinreich mengatakan bahwa dalam suatu bahasa terdapat kategori gramatikal yang wajib diungkapkan. Kategori gramatikal adalah golongan satuan bahasa yang dibedakan atas ciri gramatikalnya, misalnya kelas kata, genus, jumlah, kasus, waktu, modus, dan persona. Pengungkapan kategori gramatikal tidak sama dalam setiap bahasa sehingga menyebabkan penghilangan kategori gramatikal yang wajib dalam suatu bahasa. Contoh yang terjadi pada seseorang yang berbahasa ibu bahasa Inggris yang sedang belajar bahasa Jerman. Ia mengatakan *Laura ist Lehrer (= Laura is

15 a teacher). Dari kalimat ini, terlihat bahwa orang tersebut tidak dapat membedakan genus nomina bahasa Jerman karena perbedaan genus tidak diwajibkan dalam bahasa Inggris. Seharusnya ia mengatakan Laura ist Lehrerin. 2.4 Analisis Kontrastif Melalui analisis kontrastif dapat diungkapkan bahwa interferensi yang terjadi dari B1 pada B2 dapat diprediksi dengan cara mendeskripsikan kedua sistem bahasa tersebut untuk mengidentifikasikan persamaan dan perbedaan antara B1 dan B2. (Bright, 1992: 300) Untuk membandingkan dua struktur gramatikal, Lado (1961: 66) memberikan prosedur umum sebagai berikut: B2 dianalisis dan dibandingkan struktur demi struktur dengan B1. Dalam menganalisis struktur gramatikal secara kontrastif yang perlu diketahui adalah: a) Apakah struktur dalam B2 ditandai oleh perangkat yang sama dengan B1? b) Apakah struktur tersebut memiliki makna yang sama dengan B1? c) Apakah distribusi struktur tersebut dalam sistem bahasa B2 sama dengan distribusi dalam sistem bahasa B1? Untuk melihat adanya interferensi gramatikal, diperlukan teori tata bahasa (gramatika), baik dalam B1 maupun B2 sehingga dapat diketahui perbedaan aturan-aturan penggunaan suatu pola kalimat atau struktur bahasa B1 maupun B2. 2.5 Preposisi Lokatif Bahasa Indonesia Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dikemukakan pada bab 1, landasan teori yang relevan dengan penelitian ini ialah teori preposisi, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Jerman. Teori ini digunakan sebagai landasan dalam analisis kesalahan berbahasa, khususnya analisis kesalahan penggunaan preposisi, terutama preposisi lokatif. Dalam buku yang berjudul Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia, Kridalaksana (1999: 105) mengklasifikasikan preposisi berdasarkan bentuknya, yaitu:

16 1. Preposisi dasar, yaitu preposisi yang tidak dapat mengalami proses morfologis; 2. Preposisi turunan, yang terbagi lagi atas: gabungan preposisi dan preposisi, gabungan preposisi dan nonpreposisi; 3. Preposisi yang berasal dari kategori lain, misalnya pada, tanpa, semenjak, dan sebagainya. Kridalaksana mengidentifikasikan preposisi di, ke, dan dari ke dalam kelompok preposisi dasar. Oleh para pakar bahasa Indonesia, preposisi dasar ini disebut preposisi sejati (Van Ophuijsen 1915:46), perangkai sejati (Lubis 1952:167), kata depan tulen (Mees 1954: 114), dan kata perangkai asli (Slametmuljana 1957:167). (Suenobu, 2007: 77) Chaer (1998) dalam bukunya yang berjudul Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia mengklasifikasikan preposisi berdasarkan fungsinya (Ibid.:122). Dilihat dari fungsinya, preposisi dapat dibedakan menjadi: a. untuk menyatakan tempat berada, yaitu : di, pada, dalam, atas, dan antara b. untuk menyatakan arah asal, yaitu : dari c. untuk menyatakan arah tujuan, yaitu : ke, kepada, akan, dan terhadap d. untuk menyatakan pelaku, yaitu : oleh e. untuk menyatakan alat, yaitu : dengan, dan berkat f. untuk menyatakan perbandingan, yaitu : daripada g. untuk menyatakan hal atau masalah, yaitu : tentang dan mengenai h. menyatakan akibat, yaitu : hingga dan sampai i. menyatakan tujuan, yaitu : untuk, buat, guna, dan bagi Berdasarkan permasalahan yang diangkat, saya hanya mengambil teori kata depan yang menyatakan tempat berada, arah asal, dan arah tujuan, yaitu kata depan di, ke, dan dari. Fungsi ini diperjelas lagi oleh Suenobu (2007) dalam disertasinya yang berjudul Preposisi Lokatif Bahasa Indonesia. Berdasarkan analisis melalui

17 skema citra 8, Suenobu memperjelas lagi bahwa preposisi lokatif bahasa Indonesia mengandung lima makna dasar, yakni keberadaan, tujuan, sumber, lintasan, dan jarak. Makna ini dibagi berdasar skema <interior> dan <eksterior> yang berkaitan dengan dimensi suatu obyek preposisi 9 (Op). Preposisi lokatif di dalam konstruksi lokatif 10 (berikutnya disebut KL) memunculkan skemata <keberadaan> dan dikategorikan bermakna keberadaan. PrepL ke, menuju (ke), sampai (ke), hingga (ke) dalam KL memunculkan skema <tujuan> dan dikategorikan bermakna tujuan. PrepL dari memunculkan skemata <asal lokasi> dan dikategorikan bermakna asal lokasi.(ibid.:278) Untuk kelompok kata atas, bawah, dalam, luar, sebelah, dan sebagainya pada frase preposisi tempat di atas, ke bawah, dari dalam, Kridalaksana mengklasifikasikannya ke dalam kelompok nomina lokatif (NL). Bentuk preposisi seperti itu, ia kelompokkan ke dalam bentuk gabungan preposisi dan nonpreposisi. Suenobu memperjelas lagi dalam disertasinya bahwa kelompok kata tersebut tidak dikelompokkan ke dalam PrepL karena NL dapat digabung dengan enklitik (kata ganti kepemilikan/pronomina) ku, -mu, dan nya, sedangkan PrepL tidak mungkin digabung dengan enklitik tersebut. Misalnya, *Saya pergi kenya pasar atau *Ia sedang membaca dimu kamar (Ibid.:83). 2.6 Preposisi Lokatif Bahasa Jerman Berdasarkan struktur kata dalam bahasa Jerman, preposisi dibedakan menjadi dua, yaitu preposisi primer dan preposisi sekunder. Preposisi primer merupakan preposisi murni yang bukan terdiri atas dua kata dan biasanya tidak diikuti dengan kasus Genitiv, melainkan kasus Dativ dan Akkusativ (Buscha, 2003: 416). Menurut Helbig/Buscha (2003), yang termasuk preposisi primer adalah an, auf, aus, bei, durch, neben, ohne, über. Berikut adalah aturan penggunaan preposisi auf, aus, bei, in, nach, von dan zu: (Ibid.: 417-442) 8 Skema citra adalah penggambaran atau representasi konseptual berdasarkan pengalaman fisik. (Suenobu, 2007: 35) 9 Nomina yang memiliki ciri lokatif disebut obyek preposisi. Contoh: di atas pohon memiliki objek preposisi atas pohon. 10 Konstruksi lokatif terdiri atas satu preposisi dan dua nomina.

18 2.6.1 auf 2.6.1.1 Lokal 1. Nicht zielgerichtet (tidak mempunyai tempat tujuan). Preposisi ini selalu diikuti dengan Dativ Contoh : - Das Buch liegt auf dem Tisch. - Die Jungen spielen auf der Straβe Fuβball. - Wir stehen auf einem Berg. 2. Zielgerichtet (mempunyai tempat yang dituju dan menyatakan adanya pergerakan). Preposisi ini selalu diikuti dengan Akkusativ. Contoh: - Sie legt das Buch auf den Tisch. - Er geht auf die Straβe. - Wir steigen auf einen Berg. 2.6.1.2 Final-Lokal. Preposisi ini digunakan di depan nama institusi dan kantor, seperti stasiun (Bahnhof), kantor polisi (Polizei), kantor pengadilan (Gericht), dan kantor pos (Postamt). a. Nicht zielgerichtet (tidak mempunyai tempat tujuan, melainkan menyatakan aspek diam atau berhenti ). Preposisi ini selalu diikuti oleh Dativ. Contoh: Sie kauft auf dem Postamt Briefmarken. (Dia membeli perangko di kantor pos.) b. Zielgerichtet (mempunyai tempat yang dituju). Preposisi ini selalu diikuti oleh Akkusativ. Contoh: Sie geht auf das Postamt. (Dia pergi ke kantor pos.) yaitu: Terdapat perbedaan makna antara penggunaan preposisi auf, in, dan zu,

19 Sie geht auf den Bahnhof. (Dia pergi ke stasiun.) memiliki arti bahwa dia sudah pasti akan membeli karcis dan akan naik kereta. Sie geht in den Bahnhof. memiliki arti bahwa dia hanya pergi ke stasiun tersebut, tanpa bermaksud untuk naik kereta. Sie geht zum Bahnhof. memiliki arti bahwa dia pergi ke arah stasiun. 2.6.2 aus Preposisi ini berfungsi untuk menyatakan pergerakan keluar dari suatu jangkauan atau bidang atau wilayah dan selalu diikuti dengan Dativ.(Ibid.:419) Contoh: - Die Mutter nimmt die Wäsche aus dem Korb. (Ibu mengambil pakaian dari keranjang.) - Das Wasser läuft aus dem Eimer. (Air itu mengalir dari ember.) - Die Spaziergänger kommen aus dem Wald. (Para pejalan kaki datang dari hutan.) 2.6.3 bei Preposisi ini digunakan untuk menyatakan tempat dan menurut aturan tata bahasa Jerman harus diikuti dengan Dativ (Ibid.:421). Preposisi ini berfungsi untuk: a. menyatakan posisi berdampingan. Contoh: - Er saβ bei seinen Freunden. (Ia duduk di antara teman-temannya.) - Das Haus steht bei einem Springbrunnen. b. menyatakan letak geografis yang letaknya berdekatan dengan suatu kota atau daerah.

20 Contoh: In Markkleeberg bei Leipzig finden landwirtschaftliche Ausstelungen statt. c. menyatakan keberadaan suatu benda atau seseorang. Contoh: - Ich habe kein Geld bei mir. (Saya tidak membawa uang.) - Sie wohnt bei ihren Eltern. (Dia tinggal bersama orang tuanya.) 2.6.4 in Preposisi ini bisa diikuti oleh dua kasus: Dativ dan Akkusativ (Ibid.:429). Preposisi in berfungsi untuk: a. jika diikuti dengan Dativ, preposisi in berfungsi menyatakan letak atau tempat berada. (in + D) X Contoh: - Das Buch liegt im Schrank. (Buku itu ada di lemari.) - Die Kinder sind in der Schule. (Anak-anak ada di sekolah.) b. jika diikuti dengan Akkusativ, preposisi in berfungsi untuk menyatakan arah tujuan dan menyatakan adanya pergerakan. (in + A) Contoh: - Sie legt das Buch in den Schrank. (Dia meletakkan buku itu ke dalam lemari.) - Die Kinder gehen in die Schule. (Anak-anak pergi ke sekolah.) 2.6.5 nach Preposisi nach merupakan preposisi lokatif untuk menyatakan arah tujuan, dan digunakan untuk menyatakan keterangan tempat tanpa artikel, seperti nama kota, negara, dan delapan mata angin. Preposisi ini tidak diikuti dengan kasus apapun. (Ibid.:433) Contoh : - Gehen Sie bitte nach rechts! (Silahkan berjalan ke arah kanan!) - Die Vögel fliegen nach Süden. (Burung-burung terbang ke arah Selatan.)

21 - Die Delegation reist nach Indien.(Para delegasi pergi ke India.) Untuk kata benda yang berartikel, preposisi yang digunakan pada umumnya adalah in: - Die Studentengruppe fährt in die Schweiz. (Rombongan mahasiswa pergi ke Swiss.) - Die Vögel fliegen im Herbst in den Süden. (Burung-burung terbang ke arah selatan di musim gugur.) 2.6.6 von Preposisi von selalu diikuti dengan Dativ dan berfungsi untuk: (Ibid.:439) a. menyatakan asal tempat secara umum, yaitu berasal dari tempat yang tidak jelas dan spesifik disebutkan (allgemeiner Ausgangspunkt). Contoh: - Er sprang von der Straβenbahn. (Ia melompat dari trem.) - Ich komme gerade vom Arzt. (Saya baru datang dari dokter.) - Schon von drauβen hörte sie Musik. (Dia mendengar musik dari luar.) b. menyatakan asal tempat secara spesifik dan pada umumnya diikuti preposisi kedua yang terletak di belakang keterangan tempat. Contoh: - Von der Brücke an fuhr das Auto langsam. - Vom Flugzeug aus war die Gegend gut zu überblicken. c. untuk menyatakan trayek atau jalur dan pada umumnya diikuti oleh preposisi kedua yang menyebutkan tempat tujuannya. Contoh: - Der Bus fährt von Leipzig bis Dresden. (Bus itu pergi dari Leipzig sampai Dresden.) - Wir fliegen von Berlin nach Moskau. (Kami pergi dari Berlin menuju Moskow.) - Das Kind läuft vom Vater zur Mutter. (Anak itu berlari dari ayah ke ibu.)

22 2.6.7 zu Preposisi ini digunakan untuk menyatakan tempat tujuan baik untuk tujuan tempat seseorang, maupun untuk benda, dan selalu diikuti dengan Dativ. Contoh : - Wir gehen zum Bahnhof. (Kami pergi ke stasiun.) 11 - Sie fuhr zu ihren Eltern. (Dia pergi ke orangtuanya.) - Sie ist zum Arzt gegangen. (Dia pergi ke dokter.) Untuk menyatakan letak geografis, seperti nama kota dan negara, tidak menggunakan preposisi zu melainkan nach. (Ibid.:442) 11 Keterangan: Lihat 2.6.1