II. TINJAUAN PUSTAKA. dan Integral Bawah Darboux, Integral Darboux, Teorema Bolzano Weierstrass,

dokumen-dokumen yang mirip
INTEGRAL RIEMANN BERNILAI BARISAN. (Skripsi) Oleh PURNOMO AJI

II. LANDASAN TEORI ( ) =

BAB III FUNGSI TERUKUR LEBESGUE. Setelah dibahas mengenai ukuran Lebesgue dan beberapa sifatnya pada

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini akan dibahas beberapa konsep mendasar meliputi ruang vektor,

BAB V KEKONVERGENAN BARISAN PADA DAN KETERKAITAN DENGAN. Pada subbab 4.1 telah dibahas beberapa sifat dasar yang berlaku pada koleksi

BAB III INTEGRAL LEBESGUE. Pada bab sebelumnya telah disebutkan bahwa ruang dibangun oleh

II. TINJAUAN PUSATAKA

BAB II DASAR TEORI. Di dalam BAB II ini akan dibahas materi yang menjadi dasar teori pada

URAIAN POKOK-POKOK PERKULIAHAN

BAB III KEKONVERGENAN LEMAH

TINJAUAN PUSTAKA. Ruang metrik merupakan ruang abstrak, yaitu ruang yang dibangun oleh

DEFINISI TIPE RIEMANN UNTUK INTEGRAL LEBESGUE 1. Drajad Maknawi 2 dan Muslich 3 Jurusan Matematika FMIPA UNS. Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

BAB II KAJIAN TEORI. memahami sifat-sifat dari barisan fungsi. Pada bab ini akan diuraikan materimateri

DERET TAK HINGGA. Contoh deret tak hingga :,,, atau. Barisan jumlah parsial, dengan. Definisi Deret tak hingga,

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

Memahami definisi barisan tak hingga dan deret tak hingga, dan juga dapat menentukan

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA

INTEGRAL RIEMANN-LEBESGUE

MA3231 Analisis Real

BAB I PENDAHULUAN. Misalkan diberikan suatu ruang vektor atas lapangan R atau C. Jika

BAB I TEOREMA TEOREMA LIMIT BARISAN

11. FUNGSI MONOTON (DAN FUNGSI KONVEKS)

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA

, maka., maka 1 = 1 +1 <3 1 < = 10 3 =1

SILABUS MATAKULIAH TEORI INTEGRAL (MAA 525)

MA3231 Analisis Real

BAB I PENDAHULUAN. Integral Lebesgue merupakan suatu perluasan dari integral Riemann.

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

INTEGRAL DARBOUX. Keterbatasan fungsi f dapat menjamin eksistensi dua bilangan ܯ dan tersebut. Selanjutnya untuk ͳǡʹǡǥ ǡ didefinisikan:

ANALISIS VARIABEL REAL 2

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

PENGANTAR ANALISIS REAL

MA3231 Analisis Real

BAGIAN KEDUA. Fungsi, Limit dan Kekontinuan, Turunan

16. BARISAN FUNGSI Barisan Fungsi dan Kekonvergenan Titik Demi Titik

CATATAN KULIAH ANALISIS REAL LANJUT

FUNGSI KONTINU. sedemikian sehingga jika x adalah titik dari A (c), maka f (x) berada pada Vg (f (c)). (Lihat Gambar 5.1.1).

MA3231 Analisis Real

II. LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan

BAB III TRANSFORMASI MATRIKS DERET DIRICHLET HOLOMORFIK. A. Transformasi Matriks Mengawetkan Kekonvergenan

F. RANCANGAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

UJI KONVERGENSI. Januari Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK

BAB 3 KONDISI SPECTRUM. Pada bab ini akan diperlihatkan hasil utama dari penelitian ini. Hasil utama yang

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2, KONSEP FUNGSI SEMIKONTINU. Malahayati 1

BAB III SUB BARISAN DAN TEOREMA BOLZANO-WEIERSTRASS

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

OPERATOR PADA RUANG BARISAN TERBATAS

ANALISIS REAL 1. Perkuliahan ini dimaksudkan memberikan

BAB II LANDASAN TEORI

2 BARISAN BILANGAN REAL

ABSTRAK 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. : k N} dan A(m) menyatakan banyaknya m suku pertama (x n ) yang menjadi suku (x nk ), maka A(m)

-LIMIT- -KONTINUITAS- -BARISAN- Agustina Pradjaningsih, M.Si. Jurusan Matematika FMIPA UNEJ

EKUIVALENSI INTEGRAL BOCHNER DENGAN INTEGRAL MCSHANE KUAT UNTUK FUNGSI DENGAN NILAI DI DALAM RUANG BANACH. Y.D. Sumanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP

5. Sifat Kelengkapan Bilangan Real

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

BAB II TEOREMA NILAI RATA-RATA (TNR)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

) dengan. atau sub barisan (subsequences) dari X ,,,..., kemudian dipilih hasil index barisan Contoh, jika X =

Penerapan Aproksimasi Fejer dalam Membuktikan Teorema Weierstrass

Integral Baire-1 Stieltjes, Henstock-Stieltjes dan Riemann-Stieltjes. The Stieltjes Integrals of Baire-1, Henstock and Riemann

asimtot.wordpress.com BAB I PENDAHULUAN

Teorema Titik Tetap di Ruang Norm-2 Standar

2 BARISAN BILANGAN REAL

BARISAN BILANGAN REAL

Ekuivalensi Norm-n dalam Ruang R d

Bab 2 Fungsi Analitik

HUBUNGAN LIMIT FUNGSI DAN LIMIT BARISAN PADA TOPOLOGI REAL

F. RANCANGAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

Muhafzan FUNGSI KONTINU. Muhafzan, Ph.D

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab Landasan Teori ini akan dibahas mengenai definisi-definisi, dan

KONSTRUKSI INTEGRAL MENGGUNAKAN FUNGSI SEDERHANA δ PADA [, ] Jl. Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang, Semarang, 50275

MA3231 Analisis Real

12. Teorema Inversi Fourier dan Transformasi Fourier di L 2 (R)

BAB VI LIMIT FUNGSI. 6.1 Definisi. A R. Titik c R adalah titik limit dari A, jika untuk setiap persekitaran-δ dari c,

BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT. Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi

MA3231. Pengantar Analisis Real. Hendra Gunawan, Ph.D. Semester II, Tahun

METODE GARIS SINGGUNG DALAM MENENTUKAN HAMPIRAN INTEGRAL TENTU SUATU FUNGSI PADA SELANG TERTUTUP [, ]

Sifat Barisan Subhimpunan Tutup di Ruang Metrik yang Completion-nya adalah Ruang Atsuji

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA

MA3231 Analisis Real

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3 No. 2, KONSEP DASAR RUANG METRIK CONE. Yogyakarta

BAB III. PECAHAN KONTINU dan PIANO. A. Pecahan Kontinu Tak Hingga dan Bilangan Irrasional

Ayundyah Kesumawati. April 29, Prodi Statistika FMIPA-UII. Deret Tak Terhingga. Ayundyah. Barisan Tak Hingga. Deret Tak Terhingga

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 ; untuk k = n 0 ; untuk k n. e [n]

TITIK TETAP NADLR FUNGSI MULTI NILAI KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK ( ) Rinurwati Jurusan Matematika FMIPA-ITS Jl. Arif Rahman Hakim Surabaya 60111

BAB IV REDUKSI BIAS PADA PENDUGAAN

RUANG LIPSCHITZ. Departemen Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. *Surel: : (, ) Ϝ

Barisan dan Deret Agus Yodi Gunawan

KEKONVERGENAN LEMAH PADA RUANG HILBERT

Misal, dan diberikan sebarang, terdapat sehingga untuk setiap

ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. September 12, Dosen FMIPA - ITB

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) MATA KULIAH ANALISIS REAL I ( MT403) / 3 SKS KOSIM RUKMANA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH ANALISIS REAL II (MT410) / 3 SKS

PENYELESAIAN INTEGRAL DIMENSI-n DENGAN MENGGUNAKAN TEOREMA FUBINI

Daftar Isi 5. DERET ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. Dosen FMIPA - ITB September 26, 2011

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas beberapa konsep mendasar meliputi Integral Atas dan Integral Bawah Darboux, Integral Darboux, Teorema Bolzano Weierstrass, serta teorema-teorema yang mendukung penelitian tentang Integral Riemann dan ruang barisan. 2.1 Integral Atas dan Integral Bawah Darboux Jika diketahui selang [, ], maka himpunan terurut : = { =,,,,, = } dengan < ( = 1,2,, ) disebut partisi (partition) atau partisi Riemann pada [, ]. Selanjutnya, [, ] disebut selang-bagian ke- dan = disebut panjang selang-bagian ke-, dan = { ; = 1,2, 3,, } disebut norma (norm) partisi. (Walter Rudin, 1976) Jika dan masing-masing partisi pada [, ] dan, maka dikatakan partisi merupakan penghalus (refinement) partisi. Partisis pada [, ] yang paling sederhana (kasar) adalah { =, = } yang di haluskan oleh partisi pada [, ] yang lain.

5 Teorema 2.1.1 Jika dan masing-masing partisi pada selang [, ] dan maka. Bukti : Jika = { =,,,,, = } Maka ada bilangan asli dengan 1 sehingga = = = { ; = 1,2, 3,, } Karena, maka tepat salah satu terjadi : =. Dalam keadaan seperti ini diperoleh =. himpunan-bagian sejati himpunan. Jadi ada dan (, ) untuk suatu. Dalam keadaan ini tentu. Dari dua hasil tersebut dapat disimpulkan atau terbukti bahwa. Perlu dicatat bahwa, jika dan masing-masing partisi pada selang [, ], maka untuk setiap ( = 1,2), selalu berlaku

6 Contoh Soal : = 0, 1 7, 1 5, 1 3, 1 2, 1, = 0, 1 7, 1 5, 1 4, 1 3, 1 2, 3 4, 1 dan = 0, 1 7, 1 5, 1 4, 1 3, 1 2, 5 8, 3 4, 1 masing-masing partisi pada selang [0,1] dengan = 1 2, = 1 4, = 1 4 Mudah dilihat bahwa dan. Jumlah atas dan jumlah bawah Jika diketahui fungsi [, ] R terbatas = { =,,,,, = } Partisi pada [, ], [, ] titik sebarang dan jika = inf{ ( ); [, ]} dan = { ( ); [, ]} Maka diperoleh ( ) untuk setiap = 1,2, 3,,. Karena fungsi f terbatas pada [, ], maka ada bilangan dan sehingga = inf{ ( ); [, ]} dan = { ( ); [, ]}

7 Dan berakibat bilangan dan ada dan selalu berlaku ( ) Definisi 2.1.2 Bilangan ( ; ) = ( ) Disebut jumlah Riemann (Riemann sum) fungsi f pada [a, b], bilangan ( ; ) = Disebut jumlah Darboux bawah (lower Darboux sum) fungsi f pada [a, b],dan bilangan ( ; ) = Disebut jumlah Darboux atas (upper Darboux sum) fungsi f pada [a, b]. Di atas telah disebutkan bahwa fungsi [, ] R terbatas maka ( ),, dan masing-masing ada (hingga). Hal ini berakibat bilangan-bilangan ( ; ), ( ; ), dan ( ; ) ada untuk setiap partisi pada [, ]. Oleh karena itu diperoleh teorema di bawah ini. Teorema 2.1.3. Jika fungsi [, ] R terbatas, maka untuk setiap partisi P pada [, ], diperoleh (i) ( ; ), ( ; ), ( ; )

8 Masing-masing ada, dan (ii) ( ) ( ; ) ( ; ) ( ; ) ( ) dengan = inf{ ( ); [, ]}, = { ( ); [, ]} Bukti : Nilai ( ; ) dan ( ; ) masing-masing bergantung pada partisi P; tepatnya, setiap partisi P pada [, ] menentukan tepat satu nilai ( ; ) dan tepat satu nilai ( ; ). Sedangkan nilai ( ; ) tidak hanya bergantung pada partisi P saja tetapi juga bergantung pada pemilihan titik [, ]. Meskipun demikian apapun pemilihan [, ], Teorema 2.1.3 tetap berlaku. Sifat lebih lanjut tentang hubungan nilai tiga jenis jumlah, jumlah Riemann dan jumlah Darboux, tersebut di atas tertuang ke dalam teorema di bawah ini. Teorema 2.1.4. Jika fungsi [, ] R terbatas, P 1 dan P 2 masing-masing partisi pada [, ], dan, maka ( ; ) ( ; ) ( ; ) ( ; ) ( ; ) Bukti : Mengingat teorema 2.1.3, akan ditunjukkan ( ; ) ( ; ) dan ( ; ) ( ; ) (i) Katakan = { =,,,,, = }. Jika untuk suatu ada,,,, sehingga = inf ( ); ( ), = { ( ); ( ), }

9 dengan = 1,2,3,, Mudah difahami bahwa : untuk setiap ( = 1,2,3,,, + 1). Diperoleh suku ke- dari ( ; ) terpecah menjadi ( + 1) suku dari ( ; ), dengan hubungan sebagai berikut :. = ( + + + ( ) ) =. +. + +. ( ) ) Dengan. +. + + ( ). ( ) = ( ) = 1, 2, 3,, + 1 Oleh karena itu, dentgan menjumlahkan untuk seluruh dapat disimpulkan ( ; ) ( ; ). (ii) Katakan = { =,,,,, = }. Jika untuk suatu ada,,,, sehingga = inf ( ); ( ), = { ( ); ( ), } dengan = 1,2,3,, Mudah difahami bahwa : untuk setiap ( = 1,2,3,,, + 1). Diperoleh suku ke- dari ( ; ) terpecah menjadi ( + 1) suku dari ( ; ), dengan hubungan sebagai berikut :

10. = ( + + + ( ) ) =. +. + + ( ). ( ) ). +. + +. ( ) Dengan = ( ) = 1, 2, 3,, + 1 Oleh karena itu, dengan menjumlahkan untuk seluruh dapat disimpulkan ( ; ) ( ; ) Karena terbukti ( ; ) ( ; ) dan ( ; ) ( ; ) Dengan demikian terbukti bahwa ( ; ) ( ; ) ( ; ), ( ; ) ( ; ). Jika [, ] koleksi semua partisi pada [, ], didefinisikan dua himpunan bilangan : dan diperoleh teorema di bawah ini. L( ) = { ( ; ) ; [, ] } ( ) = { ( ; ) ; [, ] } Teorema 2.1.5. Jika fungsi [, ] R terbatas maka (i) L( ) terbatas ke atas dan f dikatakan terintegral Darboux bawah (lower Darboux integrable) pada [, ],

11 (ii) ( ) terbatas ke bawah dan f dikatakan terintegral Darboux atas (upper Darboux integrable) pada [, ]. Bukti : Karena fungsi [, ] R terbatas maka = inf{ ( ); [, ]} dan = { ( ); [, ]} masing-masing ada. Menurut Teorema 2.1.3. dan Teorema 2.1.4., untuk setiap partisi P pada [, ] berlaku ( ; ) L( ), ( ; ) ( ) dan ( ) ( ; ) ( ; ) ( ) Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa L( ) terbatas ke atas dengan salah satu batas atasnya adalah ( ), juga ( ) terbatas ke bawah dengan salah satu batas bawahnya adalah ( ). Berdasarkan Teorema 2.1.5. tersebut disusun pengertian-pengertian di bawah ini. Definisi 2.1.6. Diketahui fungsi [, ] R terbatas. Bilangan (i) = [, ] L( ) disebut integral Darboux bawah (lower Darboux integrable) fungsi f pada [, ], (ii) = [, ] ( ) disebut integral Darboux atas (upper Darboux integrable) fungsi f pada [, ]. (Soeparna Darmawijaya, 2006). Teorema 2.1.7. Jika fungsi [, ] R terbatas, maka.

12 Bukti : Karena fungsi f terbatas, maka menurut Teorema 2.1.5., dan ada. Oleh karena itu, untuk setiap bilangan > 0 terdapat partisi P 1 dan P 2 pada selang [, ] sehingga berlaku 2 < ( ; ) dan ( ; ) < + 2 (A) Karena = partisi pada [, ] dan ( = 1,2), maka diperoleh ( ; ) ( ; ) ( ; ) ( ; ) (B) Dari (A) dan (B) diperoleh 2 < ( ; ) ( ; ) < + 2 yang berarti.

13 2.2 Integral Darboux Telah diperlihatkan bahwa setiap fungsi f yang terbatas pada suatu selang [, ] tentu terintegral Darboux atas dan terintegral Darboux bawah pada [, ] dan selalu berlaku. Definisi 2.2.1. Diketahui fungsi f terbatas pada [, ]. Jika =, maka dikatakan f terintegral Darboux (Darboux Integrable) pada [, ] dan bilangan ( ) = =. disebut Intgral Darboux fungsi f pada [, ]. Teorema di bawah ini merupakan salah satu kriteria apakah suatu fungsi terintegral Darboux atau tidak. (Soeparna Darmawijaya, 2006). Teorema 2.2.2. Fungsi f yang terbatas pada [, ] terintegral Darboux pada [, ] jika dan hanya jika untuk setiap bilangan > 0 terdapatr partisi P pada [, ] sehingga berlaku ( ; ) ( ; ) < Bukti : Syarat perlu : Diketahui Fungsi f terintegral Darboux pada [, ], jadi ( ) = =.

14 Oleh karena itu untuk setiap bilangan > 0 terdapat partisi dan pada [, ] sehingga berlaku ( ) 2 = 2 < ( ; ) dan ( ; ) < + 2 = ( ) + 2 (A) Karena = merupakan partisi pada [, ] dan ( = 1,2), maka diperoleh Dari (A) dan (B) diperoleh ( ; ) ( ; ) ( ; ) ( ; ) (B) 2 < ( ; ) ( ; ) < + 2 yang berakibat ( ; ) ( ; ) < 2 + 2 = Syarat cukup : Diketahui bahwa untuk setiap bilangan > 0 terdapat partisi P pada [, ] sehingga ( ; ) ( ; ) <. Telah diketahui dari Definisi 2.1.6. dan Teorema 2.1.7., selalu berlaku ( ; ) ( ; )

15 Dua ketidaksamaan terakhir berakibat 0 < untuk setiap bilangan > 0, yang berarti =. Berberapa fungsi yang terintegral Darboux Tiga teorema di bawah ini memperlihatkan tiga contoh penting fungsi-fungsi yang terintegral Darboux pada selang tertutup [, ]. Teorema 2.2.3. (i) Setiap fungsi konstan terintegral Darboux. Lebih tegas, jika ( ) = untuk setiap [, ], maka f terintegral Darboux pada [, ], dan ( ) = ( ) (ii) Setiap fungsi monoton dan terbatas pada suatu selang tertutup terintegral Darboux Bukti : (i) Diambil sebarang bilanga > 0 dan sebarang partisi = { =,,,,, = }. Karena ( ) = untuk setiap [, ], maka deperoleh = dan =, untuk setiap, = 1,2,3,,. Oleh karena itu diperoleh

16 ( ; ) = = ( ) dan ( ; ) = = ( ) yang berakibat ( ; ) ( ; ) = 0 < atau menurut Teorema 2.2.2., fungsi f terintegral darboux pada [, ] dan ( ) = L( ) = { ( )} = ( ) atau ( ) = ( ) = { ( )} = ( ) (ii). Diambil sebarang fungsi yang monoton dan terbatas. Jika fungsi konstan sudah terbukti. Jika fungsi naik monoton pada [, ], untuk sebarang bilangan > 0 yang diambil lebih dahulu, dibentuk partisi = { =,,,,, = } pada [, ] dengan < ( ) ( ). Karena fungsi naik monoton, maka = ( ) dan = ( ). Oleh karena itu, diperoleh ( ; ) ( ; ) = ( ) < { ( ) ( )} ( ) ( ) = ( ) ( ) { ( ) ( )}

17 = ( ) ( ) { ( ) ( )} = yang berarti, menurut Teorema 2.2.2., fungsi naik monoton dan terbatas f terintegral darboux pada [, ]. Bukti sejalan untuk fungsi turun monoton dan terbatas. Teorema 2.2.4. Setiap fungsi kontinu pada suatu selang tertutup terintegral Darboux pada selang itu. Bukti : Diketahui fungsi f kontinu pada selang tertutup [, ]. fungsi f kontinu seragam pada [, ] yaitu untuk setiap bilangan > 0 terdapat bilangan = ( ) > 0 yang tak bergantung pada [, ] sehingga untuk setiap, [, ] dengan < berakibat (A) ( ) ( ) < 2( ) Diambil sebarang partisi = { =,,,,, = } pada [, ] dengan <. Jadi, < untuk setiap, = 1,2,3,,. Karena fungsi f kontinu pada setiap selang bagian [, ], dan terdapat, [, ] sehingga = ( ) dan = ( ). Karena <, maka menurut A, berlaku (B) ( ) ( ) < 2( ) Untuk setiap. Oleh karena itu, diperoleh ( ; ) ( ; ) = ( )

18 = { ( ) ( )} < 2( ) = 2( ) ( ) < yang berarti terbukti bahwa fungsi f terintegral Darboux pada. Teorema 2.2.5. Setiap fungsi yang terbatas dan kontinu pada suatu selang tertutup kecuali di beberapa titik, terintegral Darboux pada selang tertutup itu. Bukti : Diambil sebarang fungsi terbatas f yang kontinu pada selang tertutup [, ] kecuali di titik,,,,, [, ]. Tak mengurangi arti jika dianggap < < < <. Karena fungsi f terbatas pada [, ], maka = inf{ ( ); [, ]}, = { ( ); [, ]} Ada. Untuk bilangan > 0 sebarang diambil bilangan positif h dengan 0 < h < min{ ; = 1,2,, }. Menurut Teorema 2.2.3., karena fungsi f kontinu pada selang-selang = [, h], = [ + h, h], = [ + h, h],, = [ + h, ] tentu ada partisi,,,, berturut-turut pada selang tersebut sehingga ( ; ) ( ; ) < 2( + 1) Untuk setiap ( = 1,2,3,, + 1). Bentuk partisi =. Jelas bahwa partisi pada [, ]. Jika = inf{ ( ); [ h, + h]}, dan

19 = { ( ); [ h, + h]}, maka diperoleh ( ; ) ( ; ) = { ( ; ) ( ; )} + ( ) 2h < 2( + 1) ( ) 2h = 2 + ( )2 h < asalkan h < ( ). Dengan kata lain, dapat dikonstruksikan partisi = pada [, ] sengingga berakibat ( ; ) ( ; ) < yang berarti terbukti bahwa fungsi f terintegral Darboux pada [, ]. Akibat 2.2.6. Jika fungsi f terbatas dan ( ) = 0 untuk setiap [, ] kecuali di beberapa titik, maka fungsi f terintegral Darboux pada [, ] dan ( ) = 0 Dengan menggunakan tiga teorema di atas, banyak jenis fungsi dengan secara mudah dapat ditentukan apakah fungsi itu terintegral Darboux pada selang tertutup [, ] atau tidak.

20 2.3 Teorema Bolzano Weierstrass Sebelum membahas tentang Teorema Bolzano Weierstrass, ada baiknya terlebih dahulu dibahas beberapa teorema di bawah ini yang merupakan landasan dasar dari Teorema Bolzano Weierstrass. Teorema 2.3.1. (Barisan Monoton) Barisan monoton { } konvergan jika dan hanya jika { } terbatas. Lebih lanjut (i) Jika { } naik monoton dan terbatas ke atas, maka lim { } = sup{ ; = 1,2,3, } (ii) Jika { } turun monoton dan terbatas ke bawah, maka lim { } = inf{ ; = 1,2,3, } Bukti : (i) Diambil sebarang barisan monoton { }. Jika { } konvergan, maka ada bilangan sehingga lim { } =, Jadi { } tetbatas. Sebaliknya, jika { } terbatas ke atas, sebut sebagai supremanya, = sup{,, } Maka untuk setiap bilangan nyata > 0 ada bilangan asli sehingga < (A) Karena { } naik monoton dan terbatas ke atas, maka

21 (B) untuk setiap bilangan asli. Dari hasil (A) dan (B) diperoleh, untuk setiap bilangan asli berlaku < < + atau <. Dengan kata lain terbukti bahwa lim = = sup{ ; = 1,2,3, } (ii) Diambil sebarang barisan monoton { }. Jika { } konvergan, maka ada bilangan sehingga lim { } =, Jadi { } tetbatas. Sebaliknya, jika { } terbatas ke atas, sebut sebagai infimanya, = inf{,, } Maka untuk setiap bilangan nyata > 0 ada bilangan asli sehingga < (A) Karena { } naik monoton dan terbatas ke atas, maka (B) untuk setiap bilangan asli. Dari hasil (A) dan (B) diperoleh, untuk setiap bilangan asli berlaku < < + atau

22 <. Dengan kata lain terbukti bahwa lim = = inf{ ; = 1,2,3, } Jadi terbukti bahwa barisan monoton {a } konvergan jika dan hanya jika {a } terbatas. Teorema 2.3.2. (Teorema Selang Susut) Jika barisan selang tertutup {[, ]} mempunyai sifat-sifat (i) [, ] [, ]untuk setiap (ii) lim ( ) = 0, Maka terdapat satu bilangan nyata [, ] untuk setiap Bukti : Karena [, ] [, ] untuk setiap bilangan asli diperoleh barisan { } naik monoton dan terbatas ke atas dan barisan { } turun monoton dan terbatas ke bawah. Menurut Teorema 3.3.1., { } konvergan ke supremanya dan { } konvergen ke infimanya. jadi lim = dan lim = dengan = sup { ; = 1,2,3, } dan = inf { ; = 1,2,3, }. Tepat salah satu pernyataan berikut benar : =, <, atau >. Untuk < tidak mungkin, sebab jika <, maka mengingat syarat (ii) diperoleh suatu kontradiksi :

23 0 < = lim lim = lim ( ) = 0 Untuk > juga tidak mungkin, sebab jika >, maka mengingat syarat (ii) diperoleh suatu kontradiksi pula, yaitu : 0 < = lim lim = lim ( ) = 0 Sehingga pernyataan = yang paling tepat. Diambil = =. Tinggal memperlihatkan [, ] untuk setiap. Karena = = { ; = 1,2,3, } diperoleh < untuk setiap bilangan asli. Karena = = { ; = 1,2,3, } diperoleh < untuk setiap bilangan asli. Jadi, dapat disimpulkan bahwa < < atau [, ] untuk setiap bilangan asli. Ketunggalan cukup jelas karena ketunggalan atau ketunggalan. Teorema 2.3.3. Setiap barisan bilangan nyata paling sedikit mmpunyai satu barisan-bagian yang monoton. Bukti : Diambil sebarang bilangan nyata { }. Terdapat tiga kemungkinan, paling sedikit salah satu terjadi, yaitu : (i) Untuk setiap ada sehingga < dan =. Jika hal ini terjadi, maka terdapat barisan bagian { } yang konstan. Jadi. (ii) Untuk setiap ada sehingga < dan <. Jika hal ini terjadi, maka terdapat barisan bagian { } yang naik monoton.

24 (iii) Untuk setiap ada sehingga < dan >. Jika hal ini terjadi, maka terdapat barisan bagian { } yang turun monoton. Bukti selesai. Teorema 2.3.4. (Teorema Bolzano Weierstrass) Setiap barisan bilangan nyata yang terbatas mempunyai barisan bagian yang konvergen. Bukti : Diambil sebarang barisan { } yang terbatas. Menurut Teorema 2.3.3., { } mempunyai barisan bagian yang monoton. Jadi barisan yang monoton terbatas. Oleh karena itu, menurut Teorema 2.3.1., konvergen. Teorema Bolzano Weierstrass dapat juga dibuktikan dengan menggunakan Teorema Selang Susut (Teorema 2.3.2.). Teorema Bolzano Weierstrass mengatakan bahwa jika { } barisan yang terbatas, maka setiap barisan bagiannya yang konvergen tidak perlu mempunyai limit yang sama. Tetapi jika setiap barisan bagiannya yang konvergen itu mempunyai limit yang sama, maka barisan aslinya akan konvergen ke limit itu pula.

25 2.4 Integral Reimann Telah diketahui bahwa jika fungsi [, ] terbatas dan partisi pada [, ], maka berakibat ( ; ) ( ; ) ( ; ) (2.1.1) G.F.B. Riemann menggunakan ( ; ) untuk menyusun integralnya. (Walter Rudin, 1976) Definisi 2.4.1. (Integral Riemann) Fungsi [, ] dikatakan terintegral Riemann (Riemann Integrable) pada [, ] jika ada bilangan sehingga untuk setiap bilangan > 0 terdapat bilangan > 0 sehingga jika = { =,,..., = } partisi pada [, ] dengan < berakibat ( ; ) = A ( ) A disebut nilai integral Riemann fungsi f pada [, ]. (Soeparna Darmawijaya, 2006). Perlu diingat bahwa pengambilan [, ] sebarang dan = { ; = 1, 2,, }. Selanjutnya, menurut Definisi 2.4.1., fungsi terintegral Riemann pada [, ] jika dan hanya jika lim ( ; ) = lim ( ) =

26 Teorema 2.4.2. Jika terintegral Riemann pada [, ], maka nilai integralnya tunggal Bukti : Jika A 1 dan A 2 nilai integral Riemann fungsi pada [, ], maka untuk sebarang bilangan < 0 terdapat bilangan < 0 dan < 0 sehingga jika = { =,,..., = 6 } dan = { =,,..., = } partisi pada [, ] dengan P 1 < 1 dan P 2 < 2, berturut - turut berakibat A ( ) < ε 3 dan A ( ) < ε 3 Diambil = min { 1, 2 }, partisi P = { a = z 0, z 1,..., z n = b } dengan P < dan [, ]. Karena P < i (i = 1, 2 ), maka diperoleh A ( ) + ( ) A < ε 3 + ε 3 < yang berarti = dan bukti selesai. Menurut Definisi 2.4.1. dan Teorema 2.4.2., jika fungsi f terintegral Riemann pada [, ] dengan nilai integral Riemannnya, yang biasa ditulis dengan = ( ) = ( ) ( ), tunggal.

27 Teorema 2.4.3. Jika fungsi [, ] terintegral Riemann pada [, ], maka terbatas pada [, ]. Bukti : Andaikan fungsi tak terbatas ke atas pada [, ], maka untuk setiap bilangan asli terdapat [, ] sehingga ( ) >. Untuk setiap partisi P = { a = x 0, x 1,..., x n = b }, tentu [, ] untuk suatu k dan oleh karena itu himpunan ( ) = { ( ; ); [, ]} tak terbatas ke atas sebab dapat dipilih sama dengan jika [, ]. Hal ini berarti lim ( ; ) = + (tak ada) yang dengan kata lain fungsi f tak terintegral Riemann pada [, ]. Bukti sejalan, apabila diandaikan f tak terbatas ke bawah. Teorema 2.4.4. ( Kriteria Chaucy ) Diketahui fungsi [, ] terbatas. Fungsi f terintegral Riemann pada [, ], jika dan hanya jika untuk setiap bilangan > 0 terdapat bilangan > 0 sehingga jika P 1 dan P 2 partisi pada [, ] dengan P 1 < dan P 2 < berakibat ( ; ) ( ; ) <.

28 Bukti : Syarat perlu : Jika f terintegral Riemann pada [a, b], maka ada bilangan A sehingga untuk setiap bilangan > 0 terdapat bilangan > 0 sehingga jika P partisi pada [a, b] dengan P < berakibat ( ; ) < 2. Diambil sebarang dua partisi P 1 dan P 2 pada [a, b] dengan P 1 < dan P 2 < berakibat ( ; ) ( ; ) ( ; ) + ( ; ) < 2 + 2 =. Syarat cukup : Menurut yang diketahui untuk bilangan 1 terdapat bilangan > 0 sehingga jika P 1 dan P 2 masing-masing partisi pada [a, b] dengan P 1 < dan P 2 < berakibat ( ; ) ( ; ) < 1. Tulis sebagai koleksi semua partisis P pada [a, b] dengan < untuk setiap. Diampil tetap; untuk setiap diperoleh ( ; ) ( ; ) < 1 atau ( ; ) 1 < ( ; ) < ( ; ) + 1 Jadi, himpunan bilangan nyata ( ) = { ( ; ); } terbatas. Jika anggota ( ) banyaknya hingga, maka f merupakan fungsi tangga dan oleh karena itu f terintegral Riemann pada [a, b]. Jika fungsi f bukan fungsi

29 tangga, maka ( ) merupakan himpunan bilangan terbatas yang banyak anggotanya tak hingga. Menurut Teorema 2.3.4. (Teorema Bolzano-Weierstrass), ( ) mempunyai paling sedikit satu titik limit, namakan titik limit itu A. Hal ini berarti untuk setiap bilangan > 0 terdapat, ( ; ) ( ), sehingga ( ; ) < Dengan kata lain terbukti fungsi f terintegral Riemann pada [, ]. Teorema 2.4.3. mengatakan bahwa setiap fungsi yang tak terbatas pada suatu selang tertutup tak akan terintegral Riemann pada selang itu. Teorema di bawah ini akan menunjukan ekuivalensi antara Integral Riemann dan Integral Darboux. Teorema 2.4.5. Fungsi f terintegral Riemann jika dan hanya jika f terintegral Bardoux pada selang tertutup yang sama. Lebih lanjut ( ) = ( ) Bukti : Syarat perlu : Jika fungsi f terintegral Riemann pada [, ], maka f ada bilangan = ( ) sehingga untuk setiap bilangan > 0 terdapat bilangan > 0 dan jika dan P = { a = x 0, x 1,..., x n = b } partisi pada [a, b] dengan P < berakibat ( ; ) = A ( ) < ε 3 atau 3 < ( ; ) < + 3.

30 Perlu diingat bahwa pemilihan [, ] sebarang. Karena = inf{ ( ); [, ]} dan = { ( ); [, ]} ada, maka untuk setiap ( = 1, 2,, ) dapat dipilih, [, ] sehingga ( ) 3( ) < < ( ) 3( ) Setelah dikalikan dengan kemudian dijumlahkan, diperoleh ( ; ) 3 < ( ; ) ( ; ) ( ; ) + 3 Oleh karena itu ( ; ) 3 ( ; ) ( ; ) ( ; ) + 3 yang berakibat ( ; ) ( ; ) < 3 + 3 < atau fungsi f terintegral Darboux pada [a, b]. Syarat cukup : Karena f terintegral Darboux pada selang [, ], maka untuk bilangan > 0 terdapat partisis pada [, ] sehingga berlaku ( ; ) ( ; ) <. Tetapi telah diketahui bahwa ( ; ) ( ) ( ; ) ( ; ) ( ; ) ( ; ) Berdasrkan tiga ketidaksamaan terakhir, dapat disimpulkan bahwa ( ) ( ; ) <

31 yang berarti bahwa fungsi f terintegral Riemann pada [, ] dan ( ) = = ( ). Setelah diketahui adanya ekuivalensi antara integral Riemann dan integral Bardoux, akan diselidiki sifat-sifat lebih lanjut. Untuk menyingkat penulisan perlu diadakan kesepakatan bersama bahwa, jika tak ada kerancuan atau maksud tertentu, untuk selanjutnya yang dimaksud dengan perkataan fungsi yang terintegral adalah fungsi yang terintegral Riemann atau fungsi yang terintegral Bardoux dan = ( ) = ( ) Himpunan semua fungsi yang terintegral Riemann atau terintegral Bardoux pada selang tertutup [a, b] berturut-turut ditulis dengan [, ] [, ]. Jadi, jika f terintegral pada [a, b] ditulis dengan [, ] [, ]. dan untuk lebih menyingkat nilai integralnya ditulis dengan = ( ). Jadi, ( ) = = ( ) = ( )

32 Mudah difahami bahwa untuk setiap partisi P = { a = x 0, x 1,..., x n = b } pada [, ],, [, ], sebarang konstanta ( ), [, ] untuk setiap i, selalu berlaku : 1. ( ; ) =. ( ; ) 2. ( ; ) + ( ; ) = ( + ; ) 3. ( ; ) =. ( ; ) asalkan > 0 4. ( ; ) =. ( ; ) asalkan > 0 5. ( ; ) =. ( ; ) asalkan < 0 6. ( ; ) =. ( ; ) asalkan < 0 7. ( ; ) + ( ; ) = ( + ; ) 8. ( + ; ) ( ; ) + ( ; ) Teorema 2.4.6. [, ] merupakan ruang linier, i, e., untuk setiap i.. =., [, ] berakibat, + [, ]. Lebih lanjut ii. ( + ) = + Bukti : Karena, [, ], maka menurut Teorema 2.4.3., fungsi f dan fungsi g masing-masing terbatas pada [, ]. Namakan = sup{ ( ) ; [, ]}, = sup{ ( ) ; [, ]} dan =,,, 1

33 Karena, [, ], maka untuk bilangan > 0 terdapat bilangan > 0 sehingga jika partisi pada [, ] dengan < berakibat ( ; ) < + 1 ( ; ) < + 1 Selanjutnya, diperoleh (i). ( ; ) =. ( ; ) = ( ; ) < + 1 < Dengan kata lain terbukti bahwa [, ] dan. =.. (ii). + ( + ; ) = + ( ( ; ) + ( ; ) < ( ; ) + ( ; ) < + < 2. Dengan kata lain, terbukti bahwa + [, ] dan ( + ) = +. Menurut akibat 2.2.6., Jika fungsi f terbatas dan ( ) = 0 untuk setiap [, ], kecuali di beberapa titik, maka fungsi f terintegral dan = 0 Dengan menggunakan hasil tersebut akan dibuktikan teorema di bawah ini.

34 Terorema 2.4.7. Jika [, ], fungsi g terbatas pada [, ], dan ( ) ( ) kecuali di beberapa titik, maka [, ], dan = Bukti : Karena fungsi g terbatas pada [, ] dan ( ) ( ) untuk setiap [, ], maka fungsi h = mempunyai sifat terbatas pada [, ] dan h( ) = 0 untuk setiap [, ], kecuali dibeberapa titik. Oleh karena itu menurut akibat 2.2.6., fungsi h teintegral dan h = 0 ( ) = = 0 =. Teorema 2.4.8. Jika [, ] dan ( ) 0 untuk setiap [, ], maka 0. Bukti : Karena ( ) 0 untuk setiap [, ] dan [, ], maka untuk setiap partisi P = { a = x 0, x 1,..., x n = b } pada [, ] diperoleh 0 ( ) ( ; ) ( ; ) ( ; ) ( ) dengan Hal ini berakibat = inf { ( ): [, ]} = sup{ ( ); [, ]} 0 lim ( ; ) =.

35 Teorema 2.4.9. Jika, [, ] dan ( ) ( ) untuk setiap [, ], maka Bukti : Dibentuk fungsi h = g f. Mudah difahami bahwa h [, ] dan h( ) 0 untuk setiap [, ]. Menurut Teorema 2.4.8. diperoleh 0 h = ( ) = atau terbukti. Teorema 2.4.10. Diketahui = [, ], dan f : I R terbatas. [, ] jika dan hanya jika [, ] dan [, ]. Dalam hal ini, = +. Bukti : Syarat perlu : Karena [, ], maka untuk setiap bilangan < 0 terdapat partisi P pada [a, b] sehingga ( ) ( ; ) ( ; ) < Dibentuk : = { }, = [, ], = [, ]. Jelas bahwa dan = dengan = [, ] partisi pada [a, c] dan = [, ] partisi pada [c, b]. Oleh karena itu diperoleh ( ) ( ; ) ( ; ) = ; 1 + ; 2

36 ; 1 + ; 2 = ( ; ) ( ; ) Dari (i) dan (ii) diperoleh ; 1 ; 1 + ; 2 ; 2 = ( ; ) ( ; ) ( ; ) ( ; ) < yang berakibat ; 1 ; 1 < ; 2 ; 2 < Dengan kata lain terbukti bahwa [, ] dan [, ]. Lebih lanjut = { ( ; ) ; [, ]} = ; 1 + ; 2 ; 1 [, ]& 2 [, ] = ; 1 ; 1 [, ] + ; 2 ; 2 [, ] = +. Syarat cukup : Karena [, ] dan [, ], maka nilai-nilai limit di bawah ini ada : = lim ( ; ) = lim ( ; ) dengan merupakan partisi pada [a, c] dan merupakan partisi pada [c, b]. Jelas bahwa = partisi pada [a, b]. Oleh karena itu = lim ( ; ) = lim ( ; ) = lim ( ; ) + lim ( ; )

37 = +. Catatan : Syarat cukup dapat dibuktikan dengan memanfaatakan bahwa fungsi f terintegral Bardoux pada [a, c] maupun pada [c, b]. Teorema 2.4.11. Jika fungsi f : [a, b] R terintegralkan pada [a, b] serta fungsi : [, ] R kontinu pada [a, b] dan ( ) [, ] untuk setiap [, ], maka fungsi φ [, ] R terintegral pada [a, b]. Bukti : Karena φ kontinu pada selang tertutup [c, d], maka φ terbatas di sana. Jadi, = {φ( ); [, ]} ada. Lebih lanjut, fungsi φ kontinu seragam pada [c, d]. Oleh karena itu untuk sebarang bilangan < 0 terdapat bilangan < 0 sehingga jika, [, ] dan < berakibat ( ) ( ) < 2 + + 1 =. Diambil =,. Karena fungsi f terintegralkan pada [a, b], maka terdapat partisis P pada [a, b] sehingga berlaku ( ; ) ( ; ) < Katakan P = { a = x 0, x 1,..., x n = b }, dan = inf{ ( ); [, ]} = { ( ); [, ]} = inf{ ( ); [, ]}

38 = inf{ ( ); [, ]} Dibedakan indeks k tersebut menjadi dua kelompok yang terpisah = { ; < } = { ; }. Jika dan,,, maka diperoleh ( ) ( ) < < dan berakibat ( ) ( ) < Oleh karena itu dan ( ) ( ) ( ) Jika, maka diperoleh 2. Oleh karena itu ( ) 2 ( ) ( ) Jika, maka dan ( ) 1 ( ) 1 { ( ; ) ( ; )} <

39 Oleh karena itu, untuk diperoleh ( ) 2.. Dari (i) dan (ii) disismpulkan (φ ; ) (φ ; ) ( ) + 2. <, dengan kata lain terbukti fungsi φ terintegral pada [a, b]. Akibat 2.4.12. Jika [, ], maka (i) [, ]dan, (ii) [, ], N, dan (iii) [, ]asalkan ada > 0sehingga ( ) > untuk setiap [, ] Bukti : Bukti cukup difahami dengan memanfaatkan teorema 2.4.10. dan kenyataan bahwa R : (i) ( ) =, (ii) ( ) =, dan (iii) ( ) = dengan 0 masing-masing merupakan fungsi kontinu. Telah diketahui bahwa jika, R, maka diperoleh = 1 2 {( + ) }

40 fungsi yang terdefinisi pada pula. Karena [, ] ruang linier (Teorema 2.4.6) dan memanfaatkan Akibat 2.4.11., maka dapat dibuktikan dengan mudah teorema di bawah ini. Teorema 2.4.13. Jika, [, ], [, ] Bukti : Akan ditunjukkan. =.. Karena, [, ], maka menurut Teorema 2.4.3., fungsi dan fungsi masing-masing terbatas pada [, ]. Namakan = sup{ ( ) ; [, ]}, = sup{ ( ) ; [, ]} dan =,, 1 Karena, [, ], maka untuk bilangan > 0 terdapat bilangan > 0 sehingga jika partisi pada [, ] dengan < berakibat ( ; ) < + 1 ( ; ) < + 1 Selanjutnya, diperoleh ( ; ) = ( ( ; ) ( ; ) < ( ; ) ( ; ) < < 2.

41 Maka, ( ) =. Dengan kata lain, terbukti bahwa [, ]. CONTOH SOAL 1. Diberikan fungsi Dirichlet ( ) = 1 0 dengan [, ]. Karena fungsi f terbatas pada [, ], dimana fungsi f terintegralkan Darboux bahwa serta terintegral Darboux atas. Selanjutnya untuk setiap partisi P = { a = x 0, x 1,..., x n } pada [, ] diperoleh = inf{ ( ); [, ]} = 0 dan = sup{ ( ); [, ]} = 0 Oleh karena itu, ( ; ) = = 0, dan ( ; ) = = = yang berakibat L( ) = {0}, ( ) = {1}.

42 Jadi, = L( ) [, ] = 0, = ( ) [, ] = 1. 2. Diberikan fungsi : [0, 1] R dengan rumus ( ) = 1 (0,1] 1 = 0 Penyelesaian : Mudah difahami bahwa fungsi tak terbatas pada [0, 1]. Untuk bilangan asli n dimana h = dan dibentuk partisi = {0, h, 2h, 3h,, h = 1} pada [0, 1]. Diperoleh [, ] = [( 1)h, h], = h. = inf{ ( ); [, ]} = 1 h, = sup{ ( ); [, ]} = 1 0 ( 1)h = 1 ( ; ) = = 1 h. h + 1 h. h = 1 + 1 = (1 + + 1 2 + 1 3 + + 1 ), ( ; ) = =. h + 1 ( 1)h. h = + (1 + 1 2 + 1 3 + + 1 1 ), yang berakibat

43 (i). [, ] L( ) = ( ) (ii). [, ] ( ) = ( ) yang berarti f tak terintegral Darboux bawah maupun tak terintegral Darboux atas pada [0, 1]. 3. h [, ] ( ) = 1 0 Telah diperlihatkan bahwa f iterintegral Darboux bawah pada [, ] dengan = 0 dan terintegral Darboux atas pada [, ] dengan = Jadi 0 = =. 4. : [ 1, 2] R ( ) = 1 [ 1,0] 0 = 0 1 = (0,1) 2 0 = 1 1 (1, 2]

44 Penyelesaian : Diambil sebarang bilangan > 0 Debentuk partisi pada [ 1, 2] sebagai berikut = { 1, h, 0, h, 1 h, 1 + h, 2} ( Bilangan h > 0 akan dibentuk kemudian ). Diperoleh ( ; ) = = ( 1)(1 h) + ( 1)h + 0 h + 1 (1 2h) + 0 2h + 1(1 h) 2 = 1 2 2h, dan ( ; ) = = ( 1)(1 h) + 0 h + 1 2 h + 1 (1 2h) + 1 2h + 1(1 h) 2 = 1 2 + 3h 2, sehingga ( ; ) ( ; ) = 1 2 + 3h 2 1 2 2h = 7 2 h Dapat diambil bilangan positif h sehingga berlaku ( ; ) ( ; ) = 7 2 h <.

45 yaitu h <. Dengan kata lain dapat dibentuk (ada) partisi P pada [ 1, 2] seperti tersebut di atas dengan h < sehingga berlaku ( ; ) ( ; ) <. Jadi, fungsi f terintegral Darboux pada [ 1, 2] dengan nilai integral Darboux ( 0 h 0): ( ) = lim ( ; ) = lim ( ; ) = 1 2. 5. h : [, ] R, ( ) = 1 0 Telah diperlihatkan bahwa fungsi f terintegral Darboux atas dan terintegral Darboux bawah pada selang [, ] dengan = Dan = 0 Karena kedua nilai itu tak sama, maka fungsi Dirichlet tersebut tak terintegral Darboux pada [, ].

46 2.5 Ruang Barisan Definisi 2.5.1 (Soeparna, 2007) Diberikan yaitu koleksi semua barisan bilangan real, jadi: = { = { }: R} a. Untuk setiap bilangan real p dengan 1 < didefinisikan = : < dan norm pada yaitu = b. Untuk = 1 didefinisikan = : < dan norm pada yaitu = c. Untuk = didefinisikan = : < dan norm pada yaitu = sup Teorema 2.5.3 (Soeparna, 2007) (1 ) merupakan ruang Bernorma terhadap norm.. Teorema 2.5.4 (Soeparna, 2007) Jika bilangan real dengan 1, maka (,. ) merupakan ruang Banach.

47 Definisi 2.5.6 (Ruckle, 1991) Misalkan merupakan ruang barisan, dikatakan ruang BK jika merupakan ruang Banach dan pemetaan koordinatnya ( ) =, = ( ) kontinu. Contoh ruang BK adalah ruang barisan, 1.