REKOMENDASI MUNAS I LTMI Rekomendasi Internal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya sumber daya alam dan

Kekuatan Asing Masih Kuasai Ekonomi Perikanan Nasional

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi saat ini telah banyak perubahan dalam berbagai bidang

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM

KomUNIKASI SINgKAT: BAgAImANA NASIB ENERgI TERBARUKAN DI INDoNESIA PASCA TURUNNyA harga minyak DUNIA?

DRAFT GARIS GARIS BESAR HALUAN ORGANISASI (GBHO) MUSYAWARAH BESAR XI KELUARGA BESAR MAHASISWA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini dihadapkan pada berbagai masalah dalam berbagai sektor

PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk memberdayakan daerah dan mengurangi ketergantungan. daerah terhadap pemerintahan pusat. Dengan demikian pemerintah

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi energi itu sendiri yang senantiasa meningkat. Sementara tingginya kebutuhan

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap

UPAYA PENGEMBANGAN MINAPOLITAN KABUPATEN CILACAP MELALUI KONSEP BLUE ECONOMY

SENTRALISASI DALAM UU NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH 1. Oleh: Muchamad Ali Safa at 2

IDENTIFIKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ENERGI GEOTERMAL DI INDONESIA

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran dari adanya suatu pembangunan adalah menciptakan

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA

2015, No Sumber Daya Mineral tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Und

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberhasilan atau tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mengedepankan dethronement of GNP, pengentasan garis kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. Peranan guru yang begitu besar dalam pendidikan menjadi faktor. penting dalam menentukan tinggi rendahnya kualitas hasil belajar.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamandau bekerjasama dengan Lembaga Penelitian Universitas Palangka Raya

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beribu

POINTERS MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Dialog Energi Media Indonesia Indonesia & Diversifikasi Energi Menentukan Kebijakan Energi Indonesia 14 April 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pun kena dampaknya. Cadangan bahan tambang yang ada di Indonesia

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN Sejarah Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB 1 PENDAHULUAN. Batubara merupakan bahan galian yang strategis dan salah satu bahan baku energi

BAB V PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN. dan lingkungan mengalir melalui tahap-tahap yang saling berkaitan ke arah

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. makmur. Untuk mencapai masyarakat Indonesia yang adil dan makmur secara material dan

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua, yaitu energi terbarukan (renewable energy) dan energi tidak

Jakarta, 5 Desember Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat pagi dan Salam Sejahtera Bagi Kita Semua,

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan

GAMBARAN PELAYANAN DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOTA BANDUNG

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Selama beberapa periode belakangan ini, pembangunan sosial di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebagai Kota yang telah berusia 379 tahun, Tanjungbalai memiliki struktur

MUSYAWARAH DAN RAPAT KERJA NASIONAL IKATAN LEMBAGA MAHASISWA PSIKOLOGI INDONESIA ( ILMPI ) PSIKOLOGI BERSATU DEMI NUSANTARA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

SEKTOR PERTANIAN : Dari Stagnasi Menuju Pertumbuhan Tinggi Berkelanjutan. Orasi Ilmiah di Universitas Medan Area Tanggal 8 Mei 2004

ANALISIS CASH RATIO, LOAN TO DEPOSIT, DAN LOAN TO ASSET RATIO

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA

BAB I PENDAHULUAN. 2 menurut kecamatan menunjukan bahwa Kecamatan Serasan menempati urutan

STRATEGI SANITASI KOTA KENDARI BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Bab II. Rumusan dan Advokasi Arah Kebijakan Pertanian

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) RKPD KABUPATEN BERAU TAHUN 2013 BAB I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan lapangan industri dan perdagangan merupakan salah satu penyebab

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. alam yang luar biasa yang sangat berpotensi untuk pengembangan pariwisata dengan

BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM

PENDAHULUAN Latar Belakang

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

Transkripsi:

REKOMENDASI MUNAS I LTMI Rekomendasi Internal 1. Lokakarya Pendidikan dan Latihan LTMI (Training Lembaga) Bagi HMI setiap aktivitas adalah proses perkaderan begitu juga dengan LTMI sebagai lembaga profesinya HMI maka setiap aktivitas LTMI dimaknai sebagai bagian dari proses perkaderan menuju kader muslim intelektual dan profesional. Untuk mencapai sasaran yang diinginkan tentu tidak hanya dalam batas diskursus semata melainkan mesti dirumuskan untuk kemudian rumusan tersebut direalisasikan dalam programprogram pendidikan dan latihan.seperti halnya dengan HMI sebagai organisasi induk yang memiliki konsepsi perkaderan secara detail berupa petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis maka LTMI sebagai lembaga profesinya HMI sudah sepantasnya memiliki program pendidikan dan pelatihan secara detail agar tujuan pencetakan kader profesional dapat tercapai. Berdasarkan reasoning di atas maka sangat mendesak penyusunan program pendidikan dan latihan LTMI yang dapat dilaksanakan dalam bentuk Lokakarya Pendidikan dan latiahn LTMI. 2. Badan Usaha Lembaga kekaryaan sebagai badan khusus HMI memiliki peran strategis bagi pengembangan potensi kader seperti yang tertuang dalam ART HMI.Terkait dengan itu Lembaga Teknologi Mahasiswa Islam sebagai salah satu lembaga yang mewadahi profesi keteknikan memiliki dua peran yang mesti direalisasikan untuk menuju sebagai sebuah lembaga profesional. Dua peran yang dimaksud di atas adalah, LTMI sebagai sebuah lembaga keteknikan menjadi tempat bagi kader dalam mengembangkan disiplin ilmunya.sementara itu sebagai sebuah lembaga profesional LTMI pun mesti mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan organisasi secara mandiri terlebih dengan nilai tambah berupa spesialisasi ilmu yang dimilik para kader lembaga. Untuk memenuhi kebutuhan lembaga secara mandiri maka perlu adanya perencanaan secara matang. Pada tahapan berikutnya perencanaan tersebut direalisasikan dalam bentuk usaha real.

Berbicara usaha maka perlu wadah sebagai alat gerak pengembangannya. Maka kehadiran institusi usaha menjadi persoalan penting yang harus direalisasikan oleh Pengurus LTMI. Institusi yang dimaksud mesti fleksibel dalam geraknya, tidak kapitalis tetapi berdasarkan prinsip-prinsip keadilan sehingga 5 kualitas Insan Cita selalu menjadi pegangan dalam menjalankan usaha. Pada akhirnya persandingan kepentingan dan nilai senantiasa terjaga dalam aktualisasi gerak lembaga.dengan demikian institusi usaha yang memenuhi standarisasi tersebut adalah koperasi. 3. Kerjasama Antar Lembaga Internal Kerjasama antara LTMI dengan lembaga intern lainnya pada tingkatan cabang maupun pada tingkatan PB HMI diperlukan dalam rangka memperkuat jaringan internal HMI 4. Perumusan Peran Lembaga kekaryaan Sejalan dengan semangat pengembangan profesionalisme kader maka perlu revisi perumusan peran lembaga kekaryaan agar selalu up to date mengikuti perkembangan dan kebutuhan yang diinginkan. Bakornas sebagai wadah nasional perlu lebih mengedepankan profesionalisme dalam mengantisipasi tantangan ke depan dan berupaya untuk selalu melakukan koordinasi dengan tingkat cabang khususnya untuk merespon berbagai perkembangan yang ada. 5. Mengusulkan untuk pembubaran Bidang Kekaryaan PB-HMI diganti dengan sistem Presidium Lembaga Kekaryaan 6. Adanya event yang memungkinkan adanya eksistensi dan memperkuat jaringan LTMI 7. Temu nasional tiap tahun, minimal satu kali dalam satu periode kepengurusan 8. Laksus II minimal satu kali dalam masa kepengurusan 9. Mendorong terbentuknya jaringan komunikasi antar alumni yang berbasis sains dan teknologi

Rekomendasi Eksternal 1. Teknologi Kebijakan pembangunan yang lebih menekankan pada pertumbuhan ekonomi dibanding dengan pemerataan menghasilkan derivasi kebijakan lanjutan yang tentu saja sejalan dengan paradigma pembangunan yang melatarinya. Sehingga dalam tataran taktis pemerintah sangat berpihak pada pengusaha kuat. Dalam kaitan dengan teknologi, usaha-usaha besar cenderung menggunakan high tech sehingga dalam kebijakan pun high tech lebih dikedepankan. Krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia sebagai bagian dari krisis ekonomi global memberikan fakta lain ternyata pengusaha-pengusaha besar yang begitu dimanjakan akhirnya jatuh dan berdampak fatal bagi negara karena pengusaha tersebut menyisakan hutang yang menggelembung akibat terpuruknya nilai tukar rupiah hingga saat pemerintahan Gus Dur fakta di atas menyisakan derivasi masalah yang berkepanjangan akibatnya perekonomian jalan di tempat walau ini bukan menjadi satu-satu peyebab Sementara itu usaha-usaha kecil tetap tidak terpengaruh dan tahan banting dengan krisis ekonomi yang berubah menjadi krisis multi dimensional tersebut.bahwa sebetulnya ada celah lain yang dapat dikembangkan dalam menata ekonomi bangsa ini.tentu celah itu mesti ditindaklanjuti dengan kebijakan yang jelas dan berpihak pada pengembangannya. Untuk pengembangan usaha tersebut satu sisi yang mesti diperhatikan adalah menyangkut penggunaan teknologi yang nota bene lebih sederhana praktis dan murah dalam pemakaiannya. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu diseriusi dalam pengembangan teknologi yang dapat menjawab kebutuhan tersebut: Pertama, Sejalan dengan semangat ekonomi kerakyatan maka untuk mensinergikannya maka mesti dikembangkan teknologi kerakyatan untuk memberikan nilai tambah pada produk yang dihasilkan serta memiliki daya saing pada pasaran yang lebih luas.

Kedua, Ketiga, Untuk menjawab kebutuhan teknologi kerakyatan tersebut maka perlu untuk membangun sebuah pusat penelitian dan pengembangan teknologi tepat guna yang dapat dimanfaatkan secara luas. Mendesak kepada pemerintah untuk segera membuat kebijakan pengembangan teknologi kerakyatan sebagai bagian dari pengembangan ekonomi kerakyatan serta pemulihan ekonomi nasional secara keseluruhan. 2. Kelautan Sebagai negara kepulauan Indonesia memiliki potensi laut yang sangat besar, baik berupa potensi perikanan, tumbuhan laut, wisata laut dan sekian potensi lainnya yang masih terpendam.hanya saja kebijakan pembangunan selama ini lebih berorientasi pada pembangunan wilayah daratan sehingga potensi laut menjadi terabaikan. Menyadari kenyataan, maka sudah saatnya pemerintah melakukan langkah-langkah strategis untuk memanfaatkan potensi laut secara optimal sebagai salah satu bentuk recovery ekonomi nasional dalam jangka pendek sedang dalam jangka panjang sebagai proses berkesinambungan pembangunan bangsa. Maka ada empat hal yang mesti segera dilakukan oleh pemerintah yaitu : Pertama, Terkait dengan besarnya potensi laut Indonesia maka pemerintah mesti melakukan penelitian kekayaan potensi laut Indonesia di semua wilayah secara komprehensif dan integratif. Kedua, Sebagai salah satu acuan pengembangan potensi kelautan yang berorientasi pada kepentingan masyarakat maka perlu dilakukan penelitian atas aktifitas nelayan di sentra-sentra produksi perikanan dan pemanfaatan potensi laut yang telah ada. Ketiga, Pemanfaatan potensi laut secara optimal, berorientasi kemasyarakatan dan berwawasan lingkungan hanya dapat dicapai dengan melakukan strategi perencanaan pemanfaatan dan pengembangannya secara terpadu dan konsisten. Keempat, Dalam rangka menjaga kedaulatan wilayah dan potensi yang ada di dalamnya maka pemerintah harus melakukan pengamanan wilayah laut secara terpadu dari gangguan pihak-pihak asing serta melakukan tindakan tegas terhadap pelanggaran dan ancaman tersebut.

2. Energi Masalah besar yang menanti bangsa-bangsa dunia yang mulai muncul lagi adalah pemenuhan kebutuhan energi. Dan pandangan sistem energi konvensional -yang selama ini berlaku di sebagian besar negara, yaitu memperoleh lebih banyak energi dari sumber mana saja, dan berapapun harganya, menyebabkan ketergantungan yang semakin tinggi dan terus-menerus pada bahan bakar minyak. Minyak bumi mendominasi 54 persen penggunaan energi di Indonesia. Gas dan batubara yang ketersediannya melimpah, dengan jumlah cadangan yang mencukupi untuk 61 tahun ke depan (gas) dan cadangan batubara yang dapat habis sampai 147 tahun lagi, dapat menjadi pilihan untuk mengatasi krisis energi yang kerap kali terjadi. Sebagai sumber energi alternatif, gas dan batubara dimasa mendatang akan lebih memegang peranan penting sekaligus menggusur dominasi penggunaan energi minyak selama ini. Menyadari itu, maka Pemerintah Indonesia harus segera bertindak dan mengambil langkahlangkah kebijakan : Pertama; Kebijakan energi konvensional yang berorientasi terhadap keamanan energi (the energy security), berimbas pada kelangkaan sumber minyak, sebagai akibat laju eksploitasi minyak yang demikian cepat, harus segera diakhiri dengan secepatnya beralih ke sistem energi modern yang berbasis pada penghematan/efisiensi energi dan pengembangan energi terbarukan. Kedua; Untuk memulai masa transisi sambil menyiapkan diri lebih cepat ke sistem enrgi modern serta menghindari adanya disruption dalam penyediaan energi nasional, maka pemerintah harus mendorong secara optimal bagi pemanfaatan batu bara dan gas alam Indonesia 2. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Keterbelakangan yang dialami masyarakat Inodesia tidak terlepas dari lambatnya pemanfaatan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Akibat yang ditimbulkanadalah rendahnya partisipasai masyarakat dalam kebijakan dan pembangunan kemasyarakatan. Potensi-potensi

strategis dan komoditas unggulan daerah tidak tereksplorasi secara optimal sehingga permasalahan pasar dan standar mutu menjadi probem besar sebagaian masyarakat kelas menegah kebawah, petani, nelayan dan kelompok usaha kecil menegah/ukm dalam menghadapi persaingan global. Untuk itu, maka Pemerintah Indonesia harus segera bertindak dan mengambil langkah-langkah kebijakan strategis : Pertama; Kebijakan memasyarakatkan TIK harus menjadi prioritas utama dalam pemberdayaan dan pengembangan kapasitas masyarakat dan bagi penguatan struktur ekonomi kerakyatan, terutama bagi sektor yang mempunyai keunggulan komparatif yang tinggi yaitu sektor pertanian-kehutan dan kelautan. Kedua; Segera canangkan Gerakan Desa Pinter (Desa dengan jaringan Komputer dan Internet) untuk mendukung informasi pasar dan komoditas masyarakat dan UKM.