HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA MAHASISWI TINGKAT II A AKADEMI KEPERAWATAN PANTI KOSALA SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN STRESS TERHADAP SIKLUS MENSTRUASI MAHASISWI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PAUD DENGAN KEIKUTSERTAAN ANAK PADA PAUD DI DESA KARANGBANGUN JUMAPOLO KABUPATEN KARANGANYAR

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari 2016

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KETIDAKTERATURAN SIKLUS HAID PADA MAHASISWI PRODI D III KEBIDANAN TINGKAT II STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dimana remaja merupakan populasi terbesar di Indonesia yang tercatat

Hubungan Tingkat Stress Dengan Siklus Menstruasi Pada Mahasiswa Kebidanan Tingkat I Dan II Poltekkes Bhakti Mulia Sukoharjo

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA SISWI KELAS XI DI SMAN 1 SENTOLO

BAB I PENDAHULUAN. fisik seperti sakit perut, jantung berdebar, otot tegang dan muka merah. Lalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN SINDROMA PRAMENSTRUASI PADA SISWI SMP NEGERI 4 SURAKARTA

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN ABSTRAK

Rahmawati, Murwati, Henik Istikhomah Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Kebidanan

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan secara proses maupun fungsi pada sistem reproduksi manusia.

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KETIDAKTERATURAN MENSTRUASI PADA MAHASISWA UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. anak gadis terjadi antara umur 10 dan 16 tahun (Knight, 2009). Menstruasi

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN USIA MENARCHE PADA REMAJA PUTRI DI DESA BRAJAN MOJOSONGO BOYOLALI. Abstract

HUBUNGAN SINDROM PRAMENSTRUASI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA SISWI KELAS XI JURUSAN AKUTANSI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. menopause seorang wanita akan mengalami gejala-gejala, baik gejala fisik

HUBUNGAN ANTARA MEKANISME KOPING TERHADAP STRES DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA WARGA DI DESA NGELOM SROYO JATEN KARANGANYAR

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja sering disebut dengan masa pubertas. Dimana masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan keluhan-keluhan fisik lain yang salah satunya adalah gangguan siklus

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset

HALAMAN SAMPUL HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN ANEMIA DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMA BATIK 1 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada pertemuan International Conference on Population

KOSALA JIK. Vol. 1 No. 2 September 2013 HUBUNGAN KELEBIHAN BERAT BADAN DENGAN PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA MAHASISWA AKPER PANTI KOSALA SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. Surakarta. Penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Pendekatan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

Skripsi RIKA RAUDHATUL JANNAH NIM : S RINA AGUSTINA NIM: S

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL DENGAN KESEHATAN JANIN TRIMESTER II DI RSIA KUMALA SIWI JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tua, tidak sehat, dan tidak cantik lagi.

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada

TINGKAT STRES DAN DISMENOREA PADA REMAJA KELAS XI PROGRAM AKSELERASI DAN REGULER DI SMA N 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MENSTRUASI TERHADAP UPAYA PENANGANAN DISMENORE PADA SISWI SMA NEGERI 1 BUNGKU TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

HUBUNGAN STRES DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA MAHASISWA PRODI DIII KEBIDANAN STIKES KARYA HUSADA SEMARANG

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN MENOPAUSE DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA WANITA MENOPAUSE DI DESA NGABEYAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. (FSH) dan penurunan sirkulasi inhibin terjadi secara bersamaan. Akhir periode

BAB I PENDAHULUAN. senam aerobik yang sangat diminati ibu-ibu dan remaja putri baik di kota

Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang

HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN. Nurhidayati 1*)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya

HUBUNGAN KECEMASAN REMAJA DENGAN KEJADIAN DISMENOREA PADA SISWI SMP X BANDUNG

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PREMENSTRUAL SYNDROME DENGAN DERAJAT PREMENSTRUAL SYNDROME DI SMA N 5 SURAKARTA

Hubungan Olahraga Dengan Kejadian Dismenorea Mahasiswi Tingkat 1 Akademi Keperawatan Pemkab Ngawi

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP MINAT BELAJAR PADA MAHASISWA TINGKAT II DI AKADEMI KEPERAWATAN PANTI KOSALA SURAKARTA. Abstract

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RSUD Dr. MOEWARDI

BAB 1 PENDAHULUAN. kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG ANEMIA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN ANEMIA PADA SAAT MENSTRUASI DI SMK NUSA BHAKTI KOTA SEMARANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAS CUT NYAK DHIEN ABSTRAK

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DEPOMEDROKSI PROGESTERON ASETAT (DMPA) DENGAN TEKANAN DARAH PADA IBU DI PUSKESMAS RANOTANA WERU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara

Hubungan Dukungan Suami dengan Tingkat Kecemasan Istri dalam Menghadapi Menopause

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di

HUBUNGAN STRES BELAJAR DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEBERSIHAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SISWI SMA KELAS XI IPA DI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang. Usia remaja berlangsung antara umur tahun, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge

PENGARUH LATIHAN HATHA YOGA TERHADAP TINGKAT STRES PADA WANITA DI DUSUN KARANG TENGAH SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA STRES DENGAN PERUBAHAN POLA MENSTRUASI PADA MAHASISWI KEBIDANAN TANJUNGKARANG

HUBUNGAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN SIKAP REMAJA PRE MENARCHE DI SMPN 1 BRATI

Daftar Pustaka : 21 ( ) Kata kunci: Dismenore, Intensitas dismenore, Senam dismenore

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KANKER PAYUDARA TERHADAP MOTIVASI MELAKUKAN SADARI PADA WANITA USIA SUBUR

III. METODE PENELITIAN. andropause dengan depresi dimana pengukuran dan pengambilan variabel

KOSALA JIK. Vol. 3 No. 2 September 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa kanak kanak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi.

KOSALA JIK. Vol. 2 No. 2 September 2014

HUBUNGAN ANTARA PENDAMPINGAN PERSALINAN OLEH KELUARGA DENGAN LAMANYA PERSALINAN KALA II DI BPS HJ. YUSFA F. ZUHDI GEMPOL PADING PUCUK

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak pada konsekuensi kesehatan baik fisik maupun psikis

Stikes Paguwarmas Journal of Midwivery and Pharmacist.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MENOPAUSE

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN SEBELUM MENGHADAPI PRAKTIK KLINIK DI RUMAH SAKIT SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KESIAPAN ANAK MENGHADAPI MASA PUBERTAS

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. anak mulai berpikir secara konkrit dan rasional. Pada usia sekolah dasar

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN USIA MENARCHE DI SMPN 7 BANJARMASIN. Erni Yuliastuti

Priyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK

PENGETAHUAN DAN KESIAPAN REMAJA PUTRI DALAM MENGHADAPI MENARCHE DI SD NEGERI NO MEDAN TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik dari segi fisik maupun dari segi hormonal. Salah satu. perkembangan tersebut adalah perkembangan hormone Gonadotropin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KESIAPAN REMAJA MENGHADAPI PUBERTAS DI SMP N 2 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU PADA MASA MENOPAUSE DI SERANGAN RW 02 NOTOPRAJAN NGAMPILAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN PENURUNAN SISTEM IMUN PADA MAHASISWA TINGKAT IIA AKADEMI KEPERAWATAN PANTI KOSALA SURAKARTA ABSTRACT

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGENAI MENARCHE TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN SISWI SMP KELAS VII MENJELANG MENARCHE DI SMP NEGERI 1 SEMARAPURA.

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KINERJA PERAWAT DI POLIKLINIK RUMAH SAKIT Dr. OEN SOLO BARU. Oleh : Tunjung Sri Yulianti 1, Devina Setya Dewi 2

BAB I PENDAHULUAN. Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai. perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG PROSES MENUA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MAJASTO SUKOHARJO

PENGARUH PENYULUHAN MENARCHE TERHADAP TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE SISWI KELAS V DAN VI DI SD NEGERI BERBAH 1 SLEMAN NASKAH PUBLIKASI

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA MAHASISWI TINGKAT II A AKADEMI KEPERAWATAN PANTI KOSALA SURAKARTA Lilik Sriwiyati 1,Tyas Puspitasari 2 Abstract Stress is any situation where the nonspecific demands requires an individual to respond or take action. Stress can affect the menstrual cycle, because in times of stress, the hormone cortisol as a product of glukokortiroid adrenal cortex may affect the amount of progesterone in the body. Purpose of this research is to seek the relation between stress level with menstrual cycle on student level II A in Panti Kosala Nursing Academi. Subjects of this research were the student level II A in Panti Kosala Nursing Academi. The samples were 30 respondents selected by using purposive sampling method. Method of the research is a corelational study. This research has two variables, the independent variable is stress level and the dependent variable is menstrual cycle. Collecting data use questionnaire paper. Data analysis use Chi Quadrat Test with p=0.05. Results of this research are shown that there were 11 respondents who have a mild stress, 5 people as normal menstrual cycles, 4 people as polymenorhea and 2 people as oligomenorrhea. Respondents who have average stress about 18 people, 13 people as normal menstrual cycles and 5 people as oligomenorrhea. While respondents who have severe stress as much as one person with the menstrual cycle is oligomenorrhea. Statistical test use Chi Quadrat with the result p = 0.031. The Conclusion of this research is that there is a relation between stress level with the menstrual cycle on student level II A in Panti Kosala Nursing Academi. Keywords: stress level, menstrual cycles PENDAHULUAN Menurut Nasir dan Muhith (2011) stres merupakan hal yang menjadi bagian dari kehidupan manusia. Stres adalah reaksi dari tubuh (respons) terhadap lingkungan yang dapat memproteksi diri, yang juga merupakan bagian dari sistem pertahanan yang membuat tetap hidup. Menstruasi adalah pengeluaran cairan dari vagina secara berkala selama masa usia reproduktif. Biasanya berlangsung selama 3-7 hari (Ramaiah, 2006). Siklus mensturasi merupakan waktu sejak hari pertama mensturasi sampai datangnya mensturasi periode berikutnya, sedangkan panjang siklus mensturasi adalah jarak antara tanggal mulainya mensturasi yang lalu dan mulainya mensturasi berikutnya. Siklus mensturasi pada wanita normalnya berkisar antara 21-32 hari dan hanya 10-15% yang memiliki siklus mensturasi 28 hari dengan lama mensturasi 3-5 hari, ada yang 7-8 hari (Proverawati dan Misaroh, 2009). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Isnaeni (2010) tentang Hubungan Tingkat Stres dengan Siklus Menstruasi pada 89 responden. Didapatkan responden yang mengalami stres ringan adalah 62 responden (84.93%), dengan perincian siklus menstruasi normal sebanyak 55 responden (88.70%), 2 responden (2.74%) dengan siklus menstruasi polymenorrhea, 4 45

responden (2.74%) dengan siklus menstruasi oligomenorrhea. Berdasarkan hasil survei awal di Akademi Keperawatan Panti Kosala Surakarta, yang dilakukan pada 20 mahasiswi yang mengalami menstruasi, hasil survei yang didapatkan adalah sejumlah 18 mahasiswi mengalami stres ringan dan 2 mahasiswi mengalami stres sedang, 8 responden dengan tingkat stres ringan mengalami siklus menstruasi kurang dari 21 hari, 10 responden dengan tingkat stres ringan mengalami siklus menstruasi 21 35 hari, dan 2 responden dengan tingkat stres sedang mengalami siklus menstruasi lebih dari 35 hari. Siklus menstruasi tersebut dihitung sejak hari pertama menstruasi pada bulan sebelumnya. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi, dan secara khusus untuk mengetahui tingkat stres mahasiswi tingkat II A, siklus menstruasi mahasiswi tingkat II A dan menganalisis hubungan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi. METODE/DESAIN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasi untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan siklus menstruasi pada Mahasiswi Tingkat II A Akademi Keperawatan Panti Kosala Surakarta. Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu tingkat stres sebagai variabel bebas (independent variable) dan siklus menstruasi sebagai variabel terikat (dependent variable). POPULASI, SAMPEL, DAN TEKNIK SAMPLING Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswi tingkat II A Akademi Keperawatan Panti Kosala Surakarta, yaitu sebanyak 33 mahasiswi. Besar sampel pada penelitian ini adalah 30 mahasiswi yang diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah Mahasiswi tingkat II A Akademi Keperawatan Panti Kosala Surakarta, bersedia menjadi responden, sedang mengalami menstruasi, dan tidak mempunyai riwayat ganguuan reproduksi. Sedangkan kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah mahasiswi yang mempunyai riwayat gangguan reproduksi dan mempunyai riwayat siklus menstruasi tidak normal. HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Responden Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan Usia Umur (Th) f % 18 1 3.3 19 19 64.4 20 9 30.0 21 1 3.3 Jumlah 30 100 Tabel di atas menunjukkan bahwa berdasarkan umur responden paling banyak berumur 19 tahun yaitu berjumlah 19 responden (64.4%). 2. Tingkat Stres Tabel 2. Distribusi frekuensi tingkat stres responden Tingkat stres f % Stres ringan 11 37.7 Stres sedang 18 60.0 Stres berat 1 3.3 Jumlah 30 100 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sejumlah 11 (37.7%) responden memiliki tingkat stres ringan, 18 (60%) responden memiliki tingkat stres sedang, dan 1 (3.3%) responden memiliki tingkat stres berat. 46

3. Siklus Menstruasi Tabel 3. Distribusi frekuensi siklus menstruasi responden Siklus menstruasi f % Polymenorrhea 4 13.3 Normal 18 60 Oligomenorrhea 8 26.7 Jumlah 30 100 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 4 (13.3%) responden memiliki siklus menstruasi polymenorrhea, 18 (60%) responden memiliki siklus menstruasi normal dan 8 (26.7%) lainnya memiliki siklus menstruasi oligomenorrhea. 4. Hasil Tabulasi Silang Hubungan antara Tingkat Stres dengan Siklus Menstruasi Tabel 4. Tabulasi Silang Hubungan antara Tingkat Stres dengan Siklus Menstruasi Siklus Menstruasi Tingkat Stres Poly Meno rhea Nor mal Oligo Meno rhea Total Ringan 4 5 2 11 Sedang 0 13 5 18 Berat 0 0 1 1 Total 4 18 8 30 Berdasarkan tabel di atas dapat diperoleh data bahwa mahasiswi yang memiliki tingkat stres ringan sejumlah 11 (36.7%) dimana 4 (13.3%) mengalami polymenorrhea, 5 (16.7%) mengalami siklus normal sedangkan 2 (6.7%) lainnya mengalami siklus oligomenorrhea. Jumlah mahasiswi yang memiliki tingkat stres sedang adalah 18 (60.0%) dimana 13 (43.3%) mengalami siklus normal dan 5 (16.7%) mengalami siklus oligomenorrhea. Sedangkan jumlah mahasiswi yang memiliki tingkat stres berat adalah 1 (3.3%) dimana mengalami siklus oligomenorrhea. Berdasarkan hasil uji Chi-Square program SPSS versi 18.0 dengan α = 5% (0.05) diperoleh p sebesar 0.031 sehingga nilai p < 0.05, yang berarti Ha diterima dan H o ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan tingkat stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswi tingkat II A AKPER Panti Kosala Surakarta. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian dapat dicermati bahwa sejumlah 11 (36.7%) responden memiliki tingkat stres ringan, 18 (60%) responden memiliki tingkat stres sedang, dan 1 (3.3%) responden memiliki tingkat stres berat. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswi tingkat II A AKPER Panti Kosala Surakarta mengalami stres sedang. Menurut Selye sebagaimana dikutip oleh Potter dan Perry (2005), stres adalah segala situasi dimana tuntutan non spesifik mengharuskan seorang individu untuk berespon atau melakukan tindakan. Stres dapat menyebabkan perasaan negatif atau yang berlawanan dengan apa yang diinginkan atau mengancam kesejahteraan emosional. Stres dapat mengganggu cara seseorang dalam menyerap realitas, menyelesaikan masalah, hubungan seseorang dan rasa memiliki. Selain itu stres dapat mengganggu pandangan umum seseorang terhadap hidup, sikap terhadap orang yang disayangi dan status kesehatan. Faktor-faktor presipitasi stres menurut Nasir dan Muhith (2011) meliputi faktor fisik dan biologis, seperti genetika, pengalaman hidup, tidur, diet, postur tubuh dan penyakit. Selain faktor fisik dan biologis juga terdapat faktor psikologis, seperti persepsi dan 47

emosi, serta ada juga faktor lingkungan. Berdasarkan survei tingkat stres, didapatkan hasil bahwa mayoritas (60%) mahasiswi tingkat II A mengalami stres sedang. Responden yang mengalami stres tersebut mayoritas merasakan gejala stres seperti merasa letih sewaktu bangun pagi, merasa lekas lelah menjelang sore hari, mengeluh lambung/perut tidak nyaman, merasa tegang, mengalami gangguan pola tidur, merasa takut dan cemas serta merasa konsentrasi menurun. Menurut responden mereka mengalami kondisi-kondisi tersebut dikarenakan oleh padatnya jam perkuliahan, tugas yang banyak dari masingmasing mata kuliah, serta adanya pre tes ataupun post test yang dilakukan di masing-masing mata kuliah. Menurut Robert sebagaimana dikutip oleh Hawari (2006) gejala stres meliputi merasa letih sewaktu bangun pagi yang seharusnya merasa segar, lekas merasa lelah menjelang sore hari, sering mengeluh lambung/perut tidak nyaman (bowel discomfort), detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar), otot-otot punggung dan tengkuk akan terasa lebih tegang, perasaaan tidak tenang dan ketegangan emosional semakin meningkat, gangguan pola tidur (insomnia), koordinasi tubuh terganggu (badan terasa akan jatuh dan serasa mau pingsan), ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin seharihari, timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung dan panik, susah bernapas, sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran, ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan. Berdasarkan teori tersebut maka dapat diketahui bahwa responden mengalami gejala-gejala stres. Berdasarkan survey siklus menstruasi dapat diketahui sejumlah 4 (13.3%) responden memiliki siklus menstruasi polymenorrhea, 18 (60%) responden memiliki siklus menstruasi normal dan 8 (26.7%) lainnya responden memiliki siklus menstruasi oligomenorrhea. Menurut Toduho, Kundre dan Malara (2013), siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama menstruasi sampai datangnya menstruasi periode berikutnya, sedangkan panjang siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya. Umumnya siklus menstruasi terjadi secara periodik setiap 28 hari. Kusmiran (2012) menyebutkan macam-macam gangguan siklus menstruasi yaitu amenorrhea, oligomenorrhea, dan polymenorrhea. Amenorrhea adalah tidak adanya menstruasi. Kategori amenorrhea primer jika pada wanita di usia 16 tahun belum mengalami menstruasi, sedangkan amenorrhea sekunder adalah yang terjadi setelah menstruasi. Oligomenorrhea adalah tidak adanya menstruasi untuk jarak interval yang pendek atau tidak normalnya jarak waktu menstruasi yaitu jarak siklus menstruasi 35-90 hari. Polymenorrhea adalah sering menstruasi yaitu jarak siklus menstruasi yang pendek kurang dari 21 hari. Hasil penelitian yang telah dilakukan terkait dengan siklus menstruasi didapatkan mayoritas responden memiliki siklus menstruasi normal, yaitu antara 21-35 hari, akan tetapi ada responden yang mengalami gangguan siklus menstruasi yaitu ada yang mengalami siklus menstruasi kurang dari 21 hari dan ada juga yang mengalami siklus menstruasi lebih dari 35 hari. Kusmiran (2012) menjelaskan bahwa gangguan siklus menstruasi dipengaruhi oleh adanya defek pada 48

fase luteal yang menyebabkan tidak adekuatnya sekresi atau kerja dari hormon progesteron sehingga mengganggu proses siklus menstruasi di endometrium. Hasil analisis bivariat antara tingkat stres dengan siklus menstruasi menunjukkan hasil bahwa terdapat 11 responden yang mengalami stres ringan, dengan siklus menstruasi normal sebanyak 5 orang, polymenorrhea sebanyak 4 orang dan oligomenorrhea sebanyak 2 orang. Responden yang mengalami stres sedang sebanyak 18 orang, dengan siklus menstruasi normal sebanyak 13 orang, oligomenorrhea sebanyak 2 orang dan tidak ada yang mengalami polymenorrhea. Sedangkan responden yang mengalami stres berat sebanyak 1 orang dengan siklus menstruasi oligomenorrhea. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden dengan tingkat stres ringan, sedang maupun berat ada sebagian yang mengalami perubahan siklus menstruasi yaitu polymenorrhea atau oligomenorrhea. Menurut Kusmiran (2012) faktor yang mempengaruhi menstruasi meliputi faktor hormon, enzim, vaskuler dan prostaglandin. Stres dapat menyebabkan perubahan sistemik dalam tubuh, khususnya sistem persarafan dalam hipotalamus melalui perubahan prolaktin atau endogenous opiat yang dapat mempengaruhi elevasi kortisol basal dan menurunkan hormon lutein (LH) yang menyebabkan amenorrhea. Menurut Wiknjosastro (2007), siklus menstruasi dipengaruhi oleh serangkaian hormone yang diperoleh oleh tubuh yaitu Leuteinizing Hormon, Follicle Stimulating Hormon Estrogen. Selain itu siklus juga dipengaruhi oleh kondisi psikis sehingga bisa maju dan mundur. Toduho, Kundre dan Malara (2013) mengungkapkan bahwa stres dapat mempengaruhi siklus menstruasi, karena pada saat stres, hormon kortisol sebagai produk dari glukokortiroid korteks adrenal yang disentesa pada zona fasikulata, dapat mempengaruhi jumlah hormon progesteron dalam tubuh. Jumlah hormon dalam darah yang terlalu banyak inilah yang dapat menyebabkan perubahan siklus menstruasi. Setelah dilakukan uji statistik hubungan tingkat stres dengan siklus menstruasi menggunakan uji Chi-Square program SPSS versi 18.0 dengan α = 5% (0.05) diperoleh p sebesar 0.031. Karena nilai p < 0.05, maka Ho ditolak dan H a diterima, sehingga penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswi tingkat II A AKPER Panti Kosala Surakarta. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mulastin (2013) dengan judul Hubungan antara Stres dengan Siklus Menstruasi pada Wanita Pekerja di Desa Pelemkerep Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara. Penelitian dilakukan pada 62 responden dengan menggunakan teknik purposive sampling. Analisa hasil penelitian dengan Chi-Square, diperoleh hasil ρ value 0.000 < (0.01) berarti ada Hubungan antara Stres dengan Siklus Menstruasi pada Wanita Pekerja di Desa Pelemkerep Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara. Penelitian lain yang memiliki hasil yang sama adalah penelitian yang dilakukan oleh Toduho, Kundre dan Malara (2013) dengan judul Hubungan Stres Psikologi dengan Siklus Menstruasi pada Siswi Kelas 1 di SMA Negeri 3 Kepulauan Tidore. Desain penelitian menggunakan metode deskriptif analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional study. Penelitian dilakukan pada 68 responden dengan menggunakan 49

teknik purposive sampling. Hasil penelitian diolah menggunakan uji Chi-Square (X²), dengan tingkat kemaknaan 95% (α 0.05) dan didapat nilai p = 0.000. Dari hasil tersebut berarti ada Hubungan antara Stres dengan Siklus Menstruasi pada Siswi Kelas 1 di SMA Negeri 3 Kepulauan Tidore. KESIMPULAN 1. Karakteristik responden: Tingkat stres mahasiswi mayoritas pada kategori sedang sejumlah sejumlah 18 (60%) dengan siklus menstruasi mayoritas adalah normal yaitu 18 (60%). 2. Secara Statistik : Hasil uji statistik menggunakan uji Chi-Square dengan α = 5% (0.05) diperoleh p sebesar 0.031 sehingga nilai p < 0.05, yang berarti ada Hubungan Tingkat Stres dengan Siklus Menstruasi pada Mahasiswi Tingkat II A AKPER Panti Kosala Surakarta. SARAN 1. Bagi remaja putri diharapkan sedapat mungkin menghindari stres supaya siklus menstruasi tidak terganggu karena adanya perubahan hormonal akibat stres. 2. Bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat meningkatkan pemberian informasi kepada para remaja putri terkait dengan kesehatan reproduksi, khususnya tentang siklus menstruasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi. DAFTAR PUSTAKA Adriaansz, H. Wiknjosastro dan Waspodo. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjdo, Jakarta. Hawari, D. 2006. Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Isnaeni, D.N. 2010. Hubungan antara Stres dengan Pola Menstruasi pada Mahasiswi D IV Kebidanan Jalur Reguler Universitas Sebelas Maret Surakarta. URL: http//jurnal.eprints.uns.ac.id. Diakses tanggal 3 Oktober 2015 Kusmiran, E. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Salemba Medika, Jakarta. Mulastin. 2013. Hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi pada Wanita Pekerja di Desa Pelemkereb Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara. URL: http//jurnal.akbidal hikmah.ac.id. Diakses tanggal 2 Oktober 2015 Nasir, A. dan A. Muhith. 2011. Dasar Dasar Keperawatan Jiwa. Salemba Medika, Jakarta. Potter, P. A. dan A. G. Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, ed 7. Alih Bahasa : Diah Nur Fitriani, Onny Tampubolon, dan Farah Diba. EGC, Jakarta. Proverawati, A.,dan S. Misaroh, Siti. 2009. Menarche Menstruasi Pertama penuh Makna. Nuha Medika, Yogyakarta. Ramaiah, S. 2006. Mengatasi Gangguan Menstruasi. Diglosia Medika, Yogyakarta. Toduho, K., R. Kundre dan R. Malara. 2013. Hubungan Stres Psikologis dengan Siklus Menstruasi pada Siswi Kelas 1 di SMA Negeri 3 Kepulauan Tidore URL : http://jurnalstikes.com. Diunduh tanggal 3 Oktober 2015. 1 Dosen Akper Panti Kosala Surakarta 2 Mahasiswa Akper Panti Kosala Surakarta 50