Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan dunia yang terus bergerak dinamis dan kecenderungan wisatawan untuk melakukan perjalanan pariwisata dalam berbagai pola yang berbeda merupakan peluang sekaligus tantangan bagi kepariwisataan Pulau Bali. Salah satu pola perjalanan wisatawan adalah menggunakan kapal pesiar (cruise line). Pulau Bali yang telah dikenal di penjuru dunia, memiliki potensi untuk menjadi tempat persinggahan dan tujuan dari pelayaran pariwisata internasional. Pemerintah melalui Departemen Budaya dan Pariwisata telah menangkap potensi tersebut dan berniat untuk menjadikan Pelabuhan Benoa sebagai pelabuhan pariwisata yang menjadi tempat persinggahan kapal pesiar (cruise line) internasional di Pulau Bali 1. Seiring dengan rencana tersebut, PT. Pelabuhan Indonesia III selaku pengelola Pelabuhan Benoa, memiliki visi untuk menjadikan Pelabuhan Benoa sebagai pelabuhan pariwisata berkelas internasional yang mampu mengantisipasi perkembangan arus wisata daerah Bali dan sekitarnya. Untuk menunjang visi tersebut maka PT. Pelabuhan Indonesia III, dalam usulan rencana induk (master plan) Pelabuhan Benoa tahun 2005, membagi pelabuhan menjadi empat zona, yaitu: (1) Zona Pelabuhan Umum dan Pariwisata, (2) Zona Marina, (3) Zona Perikanan dan (4) Zona Penunjang Kepelabuhan. Zona pelabuhan umum dan pariwisata akan ditingkatkan pelayanannya dari port of call menjadi turnaround port, yang diharapkan dapat meningkatkan intensitas kedatangan wisatawan ke Bali. Zona marina akan meyediakan akomodasi bagi wisatawan yang datang, serta menjadi area bisnis dan rekreasi bagi masyarakat dan wisatawan. Zona perikanan akan menjadi atraksi wisata dengan berbagai 1 Menurut Sekretaris Jenderal Departemen Budaya dan Pariwisata Republik Indonesia, Sapta Nirwandar, menjelaskan kepada Bisnis Indonesia (2005), saat ini terdapat tiga perusahaan international yang menyatakan berminat untuk menjadikan Bali sebagai turnaround port, yang artinya Bali tidak lagi hanya sekedar cruise stop, tapi menjadi titik awal dan akhir dari pelayaran. Sumber: http://www.balidiscovery.com/ 1
kegiatan nelayan dan fish market-nya. Zona penunjang kepelabuhan akan menyediakan perkantoran sewa bagi cruise line dan berbagai pihak yang berhubungan dengan pelabuhan. Turnaround cruise port merupakan pelabuhan pariwisata yang melayani naik turunnya wisatawan yang ingin berwisata dengan kapal pesiar (cruise line) internasional. Akan tetapi pelabuhan pariwisata tidak hanya sekedar fasilitas transit yang melayani pergantian moda transportasi dari darat ke laut atau sebaliknya. Penumpang kapal pesiar yang merupakan wisatawan menginginkan pengalaman yang menyenangkan selama transit baik yang baru tiba atau pun yang akan berangkat. Selama transit ini berbagai kebutuhan wisatawan harus terpenuhi, mulai dari akomodasi hotel sampai berbelanja cindera mata. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka pada pelabuhan harus dikembangkan fungsi campuran, yang meliputi fungsi hunian, komersial, dan rekreasi. Gambar 1.1. Lingkup makro kajian yaitu Kawasan Teluk Benoa yang strategis (sumber http://www.googleearth.com) 2
Pelabuhan Benoa agar dapat berfungsi sebagai pelabuhan pariwisata internasional, pada perancangannya harus memperhatikan hal-hal berikut. Pertama adalah integrasi berbagai fungsi baru dengan fungsi eksisting yang harus menunjang satu sama lain. Pengunjung atau wisatwan harus terjaga kenyamanan, keselamatan dan keamanannya tanpa mengganggu aktifitas pelabuhan, bahkan aktifitas pelabuhan itu sendiri dapat menjadi atraksi wisata yang menarik bagi pengunjung. Kedua adalah sense of place kawasan harus kuat. Pelabuhan merupakan gerbang internasional bagi pengunjung yang menggunakan moda transportasi laut 2, sehingga saat pengunjung tiba, mereka harus mendapatkan gambaran suasana Pulau Bali secara keseluruhan dan akan tertarik untuk menjelajah lebih jauh. Begitu pula saat berangkat, mereka harus mendapatkan suasana yang berkesan sehingga memutuskan untuk datang lagi dikemudian hari. Ketiga adalah penataan sistem sirkulasi kendaraan. Aktivitas pelabuhan ikan dan pelabuhan petikemas melibatkan penggunaan alat transportasi berupa truk-truk besar, sehingga sirkulasi kendaraan ini harus dipisahkan dengan sirkulasi kendaraan yang mengangkut wisatawan. Penataan ini dimaksudkan agar kenyamanan dan kelancaran berbagai macam aktivitas pelabuhan dapat terpelihara dengan baik. Uraian diatas menggambarkan bahwa seluruh kawasan Pelabuhan Benoa merupakan tujuan wisata, yang selanjutnya dapat dianalogikan sebagai sebuah resor. Di sisi yang lain Pelabuhan Benoa merupakan bagian dari jaringan fasilitas infrastruktur publik yang dikelola oleh badan usaha milik negara, yang dalam perkembangan kedepan akan menampung fungsi mulai dari bongkar muat barang, rekreasi sampai hunian. Perkembangan tersebut menunjukkan bahwa kawasan Pelabuhan Benoa merupakan kawasan urban. Dengan demikian perancangan pelabuhan pariwisata internasional pada Pelabuhan Benoa merupakan perancangan sebuah resor urban. Resor urban adalah sebuah kawasan perkotaan yang digunakan untuk berwisata, yang memiliki atraksi dan berbagai sarana pendukung pariwisata yang lengkap. 2 Kajian Dampak Ekonomi Pembangunan Turnaround Cruise Port di Indonsesia. PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia III. 2006. 3
Sebuah kawasan urban yang baik, menurut English Partnership dalam Urban Design Compendium (2000), harus memenuhi kriteria berupa: integrasi dengan kawasan sekitar, efesiensi fungsi, lingkungan yang harmonis, sense of place dan kelayakan secara komersial. Perancangan pelabuhan pariwisata pada kawasan Teluk Benoa juga berhubungan dengan kriteria perancangan yang disebutkan diatas, yaitu: 1. Integrasi berbagai fungsi eksisting dengan fungsi baru yang ditunjukkan pada pengaturan tata guna lahan serta keterhubungan antar berbagai fungsi dan fasilitas pendukung pada kawasan. 2. Efisiensi fungsi dengan menyediakan fungsi-fungsi penunjang yang dibutuhkan oleh pelabuhan pariwisata internasional. 3. Lingkungan yang harmonis dan sensitif terhadap kondisi ekologi kawasan Teluk Benoa. 4. Karakter kawasan yang ditunjukkan dengan peningkatan kualitas lingkungan dari kawasan pergudangan menjadi kawasan tujuan wisata yang memiliki sense of place lokal Bali. Isu yang paling menonjol dari perancangan pelabuhan pariwisata internasional di Pelabuhan Benoa ini adalah mengenai sense of place. Sense of place tidak hanya mengenai material bangunan atau langgam arsitektur tapi juga menyangkut kehidupan sosial-budaya masyarakat setempat. Pada perancangannya sense of place ini meliputi semua komponen, mulai dari tata guna lahan, tata bangunan, sampai aktivitas pendukung yang melibatkan masyarakat setempat. Pada tesis ini sense of place tersebut akan dicapai dengan memadukan (simbiosis) antara kaidah-kaidah tata ruang tradisional Bali dengan teori rancang kota. Simbiosis antara tradisional dan modern tersebut akan saling melengkapi sehingga menghasilkan kawasan resor urban yang terintegrasi dan efisien sekaligus memiliki sense of place Bali yang kuat. Tesis ini akan membuktikan bahwa tata ruang tradisional Bali dapat diaplikasikan ke dalam kawasan pelabuhan yang merupakan kawasan urban yang berfungsi sebagai pelabuhan pariwisata internasional. 4
1.2. Tujuan Tujuan dari penulisan tesis ini adalah: 1. Menyusun gagasan dan konsep pengembangan turnaround cruise port di Pelabuhan Benoa Bali, sebagai model acuan pengembangan turnaround cruise port di Indonesia 2. Mensimulasikan perancangan turnaround cruise port pada Pelabuhan Benoa dengan segala fasilitasnya dan menjawab permasalahan yang berkaitan dengan penurunan kualitas ruang, integrasi berbagai fungsi yang berbeda, peralihan darat-laut, sistem sirkulasi dan sense of place pada kawasan dalam upaya untuk menjadikan Pelabuhan Benoa sebagai pelabuhan pariwisata yang bertaraf internasional. 1.3. Permasalahan Perancangan Permasalahan yang dihadapi dalam perancangan pelabuhan pariwisata internasional pada kawasan Teluk Benoa adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana mengintegrasikan kaidah tata ruang ruang tradisional Bali pada kawasan pelabuhan yang merupakan kawasan urban yang memiliki fungsi utama sebagai pelabuhan pariwisata internasional? 2. Bagaimana merancang pencapaian pengunjung yang menerus ke arah badan air tanpa mengganggu aktivitas pelabuhan? 3. Fungsi dan fasilitas apa saja yang harus disediakan sehingga pelabuhan menjadi tujuan wisata bertaraf internasional? 4. Bagimana merancang ruang-ruang publik pelabuhan yang memiliki sense of place yang berciri Bali? 1.4. Lingkup Kajian dan Perancangan 1.4.1. Lingkup Kajian Lingkup kajian yang dibahas pada tesis ini adalah: 1. Lingkup makro, yang meliputi kawasan Teluk Benoa dengan berbagai rencana pengembangan yang sudah dan akan direncanakan yang mempengaruhi perancangan pelabuhan wisata internasional. 5
2. Lingkup meso, yang meliputi kawasan Pelabuhan Benoa secara keseluruhan untuk menciptakan integrasi yang baik dengan berbagai fungsi baru yang akan dikembangkan. 3. Lingkup mikro, yang meliputi zona pelabuhan yang dikembangkan menjadi fungsi pendukung pelabuhan wisata internasional. 1.4.2. Lingkup Perancangan Perancangan pelabuhan pariwisata internasional ini melingkupi enam dari delapan komponen perancangan kota yang dikemukakan oleh Shirvani (1985). Komponen-komponen perancangan kota tersebut yaitu: 1. Tata guna lahan Penataan lahan yang menampung berbagai fungsi baru agar dapat terintegrasi dengan fungsi eksisting. 2. Tata massa dan bentuk bangunan Penataan berbagai bangunan untuk menghasilkan karakter lingkungan yang khas. 3. Sistem sirkulasi dan parkir Pengaturan sistem sirkulasi kendaraan yang efisien dan efektif dengan jumlah parkir yang cukup. 4. Jalur pejalan kaki Pengaturan sistem sirkulasi pejalan kaki untuk menghindari konflik dengan sikulasi kendaraan dan merangsang orang untuk berjalan kaki. 5. Ruang terbuka Penataan ruang terbuka sebagai ruang peralihan antar fungsi dan tempat bersosialisasi yang nyaman bagi publik. 6. Kegiatan penunjang Mengakomodasi berbagai kegiatan penunjang yang dapat meningkatkan vitalitas kawasan. Keluaran dari tesis ini adalah simulasi perancangan pelabuhan pariwisata internasional yang meliputi gambar rencana tapak, gambar tampak potongan dan detail perancangan, perspektif suasana dan sikuen kawasan perancangan. 6
1.4.3. Batasan Objek Perancangan Perancangan difokuskan pada lingkup mikro yang meliputi zona marina, perkantoran dan terminal penumpang. Sedangkan penataan atau revitalisai diusulkan mencakup seluruh area pelabuhan (lingkup mezo) agar tercipta suatu kawasan yang terintegrasi baik secara fungsi maupun visual. Luas lahan yang dijadikan objek perancangan adalah 225.209 m2 daratan dan 90.320 m2 perairan. Lahan merupakan milik PT. Pelabuhan Indonesia III Cabang Benoa. Batas fisik kawasan perencanaan yaitu: 1. Utara: perairan dangkal dan hutan bakau 2. Timur: laut dan Pulau Serangan 3. Selatan: lapangan penumpukan petikemas pada zona pelabuhan umum 4. Barat: boulevard pelabuhan dan zona perikanan Gambar 1.3. Batas-batas area perancangan (Sumber PT. (Persero) Pelindo III ) 7
1.5. Metodologi Perancangan 1.5.1. Metoda Pembahasan Metoda pembahasan yang digunakan adalah modifikasi dari metoda synoptic (Shirvani, 1985). Metoda synoptic merupakan metoda yang menggunakan langkah-langkah rasional dan komprehensif untuk menghasilkan solusi perancangan yang objektif. Langkah-langkahnya terlihat pada bagan berikut: 1. Pengumpulan data dan survei lapangan 2. Analisa data dan identifikasi persoalan 3. Perumusan tujuan serta sasaran. 4. Penyusunan konsep perancangan 5. Evaluasi konsep perancangan 6. Simulasi desain. Gambar 1.2. Langkah-langkah metoda synoptic (sumber: Shirvani, 1985) 1.5.2. Pendekatan Perancangan 1. Pendekatan normatif fungsional. Pendekatan ini menggunakan berbagai macam teori perancangan kota yang berhubungan dengan pengembangan pelabuhan menjadi tujuan wisata. Teori-teori tersebut antara lain: Transit, Mixed-use Development, Linkage, Place, dan pengembangan kawasan waterfront 2. Pendekatan normatif adat Penggunaan pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan sense of place pada kawasan pelabuhan wisata yang memiliki berbagai fungsi yang belum dikenal dalam konsep tata ruang tradisonal Bali. Konsep-konsep tersebut yaitu, sanga mandala, pempatan agung, nyegara gunung dan sebagainya. 8
3. Pendekatan analogi Pendekatan ini bertujuan mencari solusi dari berbagai persoalan pada pelabuhan yang berhubungan dengan kegiatan pariwisata, yaitu dengan menganalogikan kawasan pelabuhan sebagai sebuah resor urban 4. Pendekatan program ruang Pendekatan ini bertujuan untuk merumuskan berbagai fungsi baru yang akan dikembangkan, sehingga dapat terintegrasi dengan berbagai fungsi eksisting pelabuhan. 5. Pendekatan tapak Kondisi tapak sangat mempengaruhi hasil akhir perancangan. Pendekatan ini bertujuan untuk mencari solusi yang terbaik dari berbagai potensi dan permasalahan yang dimiliki oleh tapak, sehingga dapat memberikan keuntungan yang maksimum dan eksternalitas negatif yang minimum. 1.5.3. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penulisan tesis ini adalah sebagai berikut: Visi Pelabuhan Pariwisata Internasional Kebijakan PT. Pelindo III dan Pemerintah Tinjauan Kawasan Teluk Benoa Kajian Literatur dan Preseden Identifikasi Potensi dan Permasalahan pada Kawasan Pelabuhan Benoa Tata Ruang Tradisonal Teori Rancang Kota Kriteria Perancangan Kajian Preseden Prinsip Perancangan Kawasan Pelabuhan Benoa Konsep Perancangan Pelabuhan Pariwisata Internasional Simulasi Perancangan Gambar 1.4. Bagan kerangka pemikiran 9
1.6. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan tesis ini adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Pada bab ini berisi mengenai latar belakang dan tujuan penulisan tesis, identifikasi permasalahan yang terdapat pada area perancangan dan metodologi pembahasan yang digunakan pada tesis ini. Bab II Kajian Literatur Kajian literatur yang dianggap relevan dengan isu perancangan kawasan, yaitu pengembangan area pelabuhan pariwisata dengan fungsi campuran dan berorientasi pada transit yang memiliki sense of place. Juga dilakukan studi banding pada kasus sejenis yang memiliki pendekatan yang sama. Bab III Tinjauan Umum dan Analisis Gambaran umum kondisi awal, batas fisik kawasan perancangan, permasalahan, potensi kawasan serta analisis secara makro dan mikro sebagai dasar bagi simulasi perancangan. Bab IV Simulasi Perancangan Merupakan perumusan konsep perancangan terinci selanjutnya dituangkan pada simulasi perancangan untuk memunculkan bentukan ruang secara tiga dimensi guna memperlihatkan kualitas ruang secara visual. Bab V Kesimpulan dan Saran Merumuskan secara umum keberhasilan konsep perancangan yang diterapkan pada area perancangan serta memberikan beberapa saran dan rekomendasi mengenai studi lanjutan pengembangan Pelabuhan Pariwisata Internasional 10