Aku pulang! seru Kak Darma. Ia adalah kakakku. Aku akan ceritakan tentang keluargaku lebih banyak nanti. Oh ya kenalkan namaku Ayla. Lengkapnya Ayla Fadhillah. Aku punya saudara kembar, namanya Fadhil Eldian Putra. Aku juga punya dua kakak, kakakku yang pertama bernama Adittyo Maulana Putra dan kakakku yang kedua bernama Laudya Darmawati. Yang tadi baru pulang adalah kakak keduaku, Kak Darma. Saat itu aku sedang berdua di rumah dengan Fadhil, Kak Dityo sedang berada di kampus, dan Kak Darma baru saja pulang. Tampaknya tas kakak berat sekali, kakak bawa... kata Fadhil yang terputus omongannya. Yah..aku tadi ke perpustakaan kota, aku meminjam sebuah buku, potong Kak Darma. Buku apa? tanyaku tiba-tiba. Aku memang tertarik dengan buku. Nngg...sebuah kamus, yah hanya sebuah kamus, kata Kak Darma gugup. Aku menatap Fadhil dan Fadhil pun menatapku. Kakak, boleh aku membantu kakak membereskan buku? kataku Boleh, kata Kak Darma. Aku tersenyum. Aku memberi isyarat pada Fadhil agar dia mengikutiku sampai ke kamar Kak Darma. Diam-diam Fadhil mengikutiku dari belakang. Sesampainya aku di kamar Kak Darma, aku cepat-cepat mengambil buku yang dipinjam Kak Darma dari perpustakaan kota. Ini, cepat bawa ke kamar! kataku pada Fadhil. Dengan sigap, Fadhil lari membawa buku itu ke kamarku. Lalu dengan cepat aku membantu Kak Darma membereskan bukunya. Aku langsung lari ke kamarku, menyusul Fadhil. Kamarku dan kamar Fadhil bersebelahan. Hanya dibatasi tembok. Setelah di dalam kamar, aku langsung mengambil buku yang dipinjam Kak Darma. Kira-kira apa isi dari buku ini, ya? tanya Fadhil Aku juga curiga, Kak Darma kelihatan gugup tadi, kataku Cepat buka bukunya, aku ingin tahu apa isi dari buku ini, kata Fadhil. Setelah membukanya, isinya adalah... Silsilah keluarga? Fadhil kaget membaca tulisan dihalaman pertama. Bukan hanya dia, aku pun kaget mendengar kata silsilah keluarga.
Buka halaman selanjutnya, Fadhil, perintahku. Dibuka halaman selanjutnya, isinya adalah nama-nama orang yang tidak kukenal. Fadhil membukanya lebih jauh, dan disitulah terdapat pohon keluarga. Keluarga siapa ini? tanya Fadhil Mungkin ini keluarga kita, kataku sambil menujuk foto seseorang. Ini nama Ayah bukan? Fadhil berkata. Ya, dan ini Kak Dityo, ini Kak Darma, ini...entah siapa, dan yang terakhir kau dan aku, kataku. Kalau ini silsilah keluarga kita, anak setelah Kak Darma ini siapa? tanya Fadhil. Setahuku, ibu hanya punya empat anak, kataku. Tiba-tiba seseorang membuka pintu kamar, dan ternyata itu adalah Kak Darma. Hei..ternyata disini buku itu, kembalikan!! kata Kak Darma sambil merebut secara paksa buku itu, dan keluar tanpa menutup kembali pintu kamar. Kira-kira siapa, ya, anak misterius itu? tanya Fadhil Aku tak sempat membaca nama anak itu, kataku. Kalau tak salah namanya Ra...hmm..ra..aku hanya ingat nama depannya, pokoknya namanya dari huruf R, kata Fadhil. Aku hanya mengangkat bahu saja, karena memang aku tak tahu anak itu sama sekali. Sore harinya, aku sedang memotong rumput di dekat kolam renang di rumah kami. Tiba-tiba seseorang mendorongku dari belakang hingga aku jatuh ke dalam kolam renang. Ugghh..siapa yang mendorongku? tanyaku berang. Aku menengok ke belakang dan terdapat Kak Dityo disana. Rupanya Kak Dityo sudah pulang. Dia adalah kakak pertamaku. Dia sangat jahil. Aku marah atas perbuatan Kak Dityo tadi. Jadi aku berteriak karena marah secara spontan. KAK DITYO!!!Bisa tidak sehari saja, tidak jahil..?! teriakku. Kak Dityo hanya senyum-senyum saja ketika aku berteriak begitu. Tetapi aku merasakan ada yang aneh dengan kolam renang ini. Aku merasa menginjak sesuatu di dalam kolam ini. Lantas, aku langsung menyelam ke dasar kolam untuk melihat apa yang kuinjak tadi. Ternyata sebuah peti. Aku tersenyum di dalam kolam. Lalu, karena aku tidak kuat lagi menahan napas di dalam air, aku pun keluar dari kolam. Kakak, ada sesuatu di dalam kolam, saat kulihat itu sebuah peti, kataku.
Haha...peti harta karun?tidak mungkin disembunyikan di dalam kolam renang, kan? canda Kak Dityo Ugghh..ini serius!!saat aku menyelam tadi aku melihat ada peti, kataku Coba bawa ke atas! perintah Kak Dityo. Aku menyelam lagi dan mengambil peti itu. Itu peti yang ukurannya tidak terlalu besar, jadi aku kuat mengangkatnya. Aku naik ke permukaan, dan mengangkat peti itu ke tepi kolam. Ini Kak, petinya, kataku Hah..peti itu?sebaiknya kau letakkan saja disitu, atau mungkin, kau bisa menyembunyikannya di belakang semak-semak itu, aku masuk dulu,ya, kata Kak Dityo. Apa katamu?!menyembunyikannya di dalam semak?kau tak lihat raut wajahku yang kecapekan ini karena mengangkat peti itu? kataku marah. Aku tak menyembunyikannya ataupun membiarkannya dipinggir kolam, tetapi... Fadhil..!Bisa bantu aku, tidak? teriakku memanggil Fadhil Ya...ada apa? tanya Fadhil lagi. Cepat ke kolam renang!aku ingin menunjukkan sesuatu padamu, kataku. Kudengar langkah lari Fadhil menuju kolam renang. Ada apa? tanya Fadhil setelah sampai di kolam renang. Aku pun naik ke permukaan. Ini, sebuah peti mencurigakan, bisa bantu aku mengangkat peti ini ke kamar? tanyaku. Fadhil hanya mengangguk. Dengan mengangkat peti itu berdua dengan Fadhil, aku menuju kamarku. Setelah beres-beres, aku siap membuka peti itu. Beruntungnya aku ini, aku tidak perlu mencari kunci peti itu lagi, karena kuncinya sudah tertancap di lubang kunci peti itu. Fadhil terus memutar anak kuncinya hingga tutup peti itu terbuka. Coba lihat apa isinya, kataku. Fadhil membuka peti itu dan didalamnya terdapat... Peti lagi?coba buka peti itu menggunakan kunci ini! kataku sambil menyerahkan kunci yang dipakai untuk membuka peti yang pertama. Fadhil memasukkan kunci itu kedalam lubang kunci dan diputar terus hingga tutupnya terbuka. Setelah dibuka ternyata isinya sebuah kotak. Buka kotak itu, Fadhil, kataku. Dibuka lagi, dan ternyata isinya kotak lagi. Aku kesal dengan cara pengemasan seperti ini. Cepat buka! perintahku. Fadhil membukanya, dan isinya sebuah album foto. Hanya album foto?peti sebesar ini hanya berisi album foto yang sekecil ini? tanyaku. Huh...kukira isinya batangan emas atau apalah yang berupa harta karun.
Diam dulu, Ayla, siapa tahu album foto ini ada hubungannya dengan buku Kak Darma, kata Fadhil. Benar juga apa yang dikatakan Fadhil. Lalu aku lari ke kamar Kak Darma dan mengambil buku itu. Ini bukunya, cepat buka halaman yang ada pohon keluarganya! perintahku. Fadhil membukanya dan mencari halaman pohon keluarga. Aku juga membuka album foto itu. Sepintas, aku melihat foto-foto bayi, dan diakhir halaman, terdapat foto keluarga kami. Disitu terdapat foto aku dan Fadhil saat bayi sedang digendong oleh Ayah dan Ibu. Disebelah Ibu ada Kak Dityo dan Kak Darma. Didepan Kak Darma, terdapat anak perempuan yang mirip dengan Kak Darma berdiri disebelah Ibu juga. Anak perempuan itu mirip seperti anak di pohon keluarga dibuku Kak Darma. Ini Fadhil, coba cocokkan dengan foto di pohon keluarga! kataku. Setelah dicocokkan, ternyata wajahnya sama. Kubilang apa, pasti ada hubungan antara buku ini dengan album foto itu, kata Fadhil. Coba buka halaman selanjutnya dibuku itu, kataku. Fadhil membukanya, dan disitulah terdapat beberapa puzzle. Dalam satu lembar terdapat satu puzzle yang belum selesai. Lalu halaman selanjutnya terdapat puzzle dengan gambar berbeda yang belum selesai juga. Kubuka halaman selanjutnya, isinya sama hanya gambarnya yang beda. Lalu kubuka lagi, lagi, dan lagi hingga halaman terakhir terdapat puzzle yang belum jadi juga. Buku ini aneh, masa di buku terdapat puzzle, kataku Yang anehnya lagi, puzzle-puzzle ini membentuk sebuah keluarga, kata Fadhil. Kau benar, semua puzzle ini berbentuk keluarga, dan puzzle yang terakhir ini sepertinya milik keluarga kita, kataku. Coba susun! kata Fadhil. Aku mulai menyusunnya. Hampir jadi, dan saat tersisa tiga potong lagi, Fadhil berkata... STOP!!Jangan dipasang dulu, lebih baik kita sembunyikan dahulu karena... Fadhil menengadah keatas dan disitu terdapat Kak Dityo dan Kak Darma. Kembalikan!! kata mereka berdua....dan jangan sekali-sekali mengambil buku dan album foto ini lagi, tambah Kak Darma. Setelah mereka keluar kamar, Fadhil berkata.. Kita harus buat rencana agar dapat mengetahui hubungan antara buku dan album foto itu, dan kita harus cari tahu siapa anak itu, kata Fadhil. Kalau kita tanya Ibu dan Ayah, tidak akan diberi tahu, kataku
Entahlah, mungkin saat sekolah nanti kita punya rencana, aku pusing memikirkannya sekarang, kataku lagi. Fadhil hanya mengangkat bahu.