BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

22/02/2017. Outline SURVEI KONSUMSI PANGAN. Manfaat survei konsumsi pangan. Metode Survei Konsumsi Pangan. Tujuan Survei Konsumsi Pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

NERACA BAHAN MAKANAN BAB I PENDAHULUAN

SITUASI PANGAN DAN GIZI WILAYAH (Kasus di Kabupaten Tuban) PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

I. PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang nomor 7 tahun 1996 tentang pangan,

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Tahun Publikasi BPS Kabupaten Lampung Barat

METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan

KETERSEDIAAN ENERGI, PROTEIN DAN LEMAK DI KABUPATEN TUBAN : PENDEKATAN NERACA BAHAN MAKANAN PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

ANALISIS RASIO KETERSEDIAAN DAN KONSUMSI PANGAN STRATEGIS DI KOTA MEDAN

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masalah dalam mencukupi ketersediaan pangan adalah:

TINJAUAN PUSTAKA. antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS KETAHANAN PANGAN REGIONAL DAN TINGKAT RUMAH TANGGA (Studi Kasus di Provinsi Sulawesi Utara)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN

ANALISIS NERACA BAHAN MAKANAN (NBM) DAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

PROSPEK TANAMAN PANGAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate. Neraca Bahan Makanan (NBM) & PPH Ketersediaan Kota Ternate Tahun 2017

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

Statistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang terbentang di sepanjang garis

TANAMAN PENGHASIL PATI

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

BAB I PENDAHULUAN. makanan. Dalam sejarah, kehidupan manusia dari tahun ke tahun mengalami

METODE. - Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura - Dinas Peternakan dan Perikanan - Dinas Perkebunan b. Data NBM tahun (sekunder)

METODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sedang berkembang, dengan sektor

I. PENDAHULUAN. berasal dari gandum yang ketersediaannya di Indonesia harus diimpor,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pangsa Pengeluaran Pangan Rumah Tangga. Ketahanan pangan merupakan kondisi dimana terpenuhinya pangan bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

I. PENDAHULUAN. (1995) roti adalah produk yang diperoleh dari adonan tepung terigu yang. makanan lain dan bahan tambahan makanan yang diizinkan.

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

ANALISIS RASIO KETERSEDIAAN PANGAN DAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA MEDAN SKRIPSI

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya pemahaman dari masyarakat dalam pengolahan lahan merupakan

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pangan yang cenderung terus meningkat tampaknya akan menghadapi kendala yang cukup berat.

ANALISIS RASIO KETERSEDIAAN DENGAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA MEDAN

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk yang disertai dengan meningkatnya kesadaran

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

Pangan Nasional Tahun

memenuhi kebutuhan warga negaranya. Kemampuan produksi pangan dalam negeri dari tahun ke tahun semakin terbatas. Agar kecukupan pangan nasional bisa

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengkonsumsi berbagai jenis pangan sehingga keanekaragaman pola

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ketersediaan Pangan Ketersediaan merupakan ketersediaan secara fisik di suatu daerah atau wilayah di lihat dari segala sumber, baik itu produksi domestik, perdagangan dan bantuan. Ketersediaan dapat ditentukan oleh beberapa hal yaitu produksi di wilayah tersebut serta bantuan dari pemerintah atau organisasi lainnya (Saputro, 2013). Menurut DKP (Ilham dan Bonar, 2002) ketersediaan merupakan prasyarat penting bagi keberlanjutan konsumsi, namun di nilai belum cukup. Untuk itu diperlukan pemahaman kinerja konsumsi menurut wilayah (kota-desa) dan pendapatan (tinggi-sedang-rendah). Indikator yang dapat digunakan adalah tingkat partisipasi dan tingkat konsumsi, keduanya menunjukkan tingkat aksebilitas fisik dan ekonomi terhadap. Walaupun tersedia pada suatu wilayah, jika tidak dapat diakses masyarakat maka kinerjanya rendah. Menurut Sirait (2011) ketersediaan secara makro (tingkat wilayah) dan mikro (tingkat rumah tangga) sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya produksi dan distribusi pada daerah tersebut. Sedangkan pada tingkat mikro lebih dipengaruhi oleh kemampuan rumah tangga memproduksi serta daya beli. Dalam aspek ketersediaan bahan pokok dan strategis, beberapa masalah krusial sebagai berikut: Laju peningkatan kebutuhan lebih cepat dibandingkan laju peningkatan produksi sehingga masih terdapat beberapa bahan yang masih perlu 8

9 pasokkan dari luar seperti kedelai, bawang merah, kacang tanah, gula, sapi dan susu. Sistem penyaluran sarana produksi (pupuk) kurang lancar dan pemanfaatan benih bersertifikat masih rendah. Belum optimalnya penanganan panen/pasca panen. Cadangan daerah (provinsi/kabupaten/kota) relatif kecil atau belum merata di setiap kecamatan. Masih berlanjutnya alih fungsi lahan sawah beririgasi. Terbatasnya penyediaan air bagi budidaya pertanian. Salah satu cara memperoleh gambaran situasi produksi dan ketersediaan secara lengkap namun sederhana, adalah menggunakan pendekatan Neraca Bahan Makanan (NBM). NBM di susun untuk memperoleh gambaran atau evaluasi penyediaan mulai dari produksi, pengadaan ( masuk/impor, keluar/ekspor, stok) dan penggunaan (pakan ternak, bibit, industri) sehingga tersedia untuk di konsumsi (Sirait, 2011). Neraca Bahan Makanan menyajikan angka rata-rata jumlah yang tersedia di tingkat pedagang eceran atau rumah tangga konsumen untuk konsumsi penduduk per kapita (kg/kapita/tahun atau gr/kapita/hari atau zat gizi tertentu/kapita/hari). 2.2 Tingkat Konsumsi Menurut Fauzi (2011) konsumsi adalah jenis dan jumlah yang di makan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu secara biologik,

10 psikologik maupun sosial. Menurut Putong (2015), besar kecilnya konsumsi dipengaruhi beberapa hal diantaranya: 1. Tingkat Pendapatan dan Kekayaan Perilaku konsumsi secara psikologis memang berhubungan dengan tingkat pendapatan, artinya bila pendapatan tinggi maka konsumsinya semakin tinggi (baik dalam jumlah maupun nilai) karena ini berhubungan dengan pemenuhan kepuasan yang tak terbatas itu. Apabila pendapatan rendah maka konsumsinya relatif rendah karena berhubungan dengan keinginan bertahan hidup. 2. Tingkat Suku Bunga dan Spekulasi Bagi masyarakat adakalanya mau mengorbankan konsumsi untuk mendapatkan perolehan yang lebih besar dari suku bunga yang berlaku dari uang yang di tabung, sehingga manakala suku bunga tinggi konsumsi masyarakat berkurang meskipun pendapatannya tetap, akan tetapi manakala suku bunga demikian rendahnya maka masyarakat akan lebih condong menggunakan uangnya untuk konsumsi, sehingga hampir tidak ada yang di tabung. Selain suku bunga, tingkat spekulasi masyarakat juga mempengaruhi tingkat konsumsi, masyarakat bisa saja mengurangi konsumsinya karena berharap pada hasil yang besar dari uang yang dikeluarkan untuk main di pasar saham atau obligasi (menunda konsumsi tinggi) dengan harapan akan bisa melakukan konsumsi yang lebih besar apabila dalam kegiatan spekulasi mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan.

11 3. Sikap Berhemat Di satu sisi untuk memperbesar kapasitas produksi nasional maka konsumsi haruslah di tingkatkan. Akan tetapi di sisi lain untuk meningkatkan pendapatan dalam negeri agar investasi dapat berjalan dengan mudah dan relatif murah serta aman maka tabungan masyarakat perlu di tingkatkan. Akan tetap manakala tingkat perekonomian sedang mencapai kondisi ideal biasanya masyarakat cenderung hidup berhemat sehingga akan memperbesar proporsi tabungan daripada proporsi kosumsi dari pendapatannya. 4. Budaya, Gaya Hidup Konsumsi untuk produk-produk yang belum saat ini dibutuhkan dan di beli hanya demi gengsi, ikut arus membuat tingkat tabungan masyarakat menjadi rendah. Demikian halnya dengan dampak demonstration effect yang menjadi pola konsumsi masyarakat yang terlalu konsumtif sehingga akan mengurangi tingkat tabungan. 5. Keadaan Perekonomian Pada saat perekonomian dalam kondisi stabil maka konsumsi masyarakat juga stabil, akan tetapi manakala perekonomian mengalami krisis biasanya tabungan masyarakat akan lebih berkurang dan konsumsi akan menjadi lebih tinggi karena kurangnya kepercayaan pada lembaga perbankan dan semakin mahalnya dan langkanya barang-barang kebutuhan. Analisis konsumsi wilayah diarahkan untuk menganalisis situasi konsumsi dengan mempertimbangkan potensi sumberdaya dan sosial ekonomi

12 wilayah. Dalam menganalisis konsumsi wilayah yang berbasis sumberdaya, perlu diperhatikan faktor pendukung utama yang mempengaruhi pola konsumsi yaitu: ketersediaan, kondisi sosial dan ekonomi, letak geografis wilayah (desa - kota) serta karakteristik rumah tangga (Sirait, 2011). 2.3 Pangan Beras dan Non beras Pangan terbagi menjadi dua, yaitu yang berasal dari beras dan yang berasal dari non beras. Pangan non beras pada penelitian ini adalah yang mengandung karbohidrat atau pati, antara lain: kelompok non beras padi-padian (yaitu: jagung dan tepung terigu) dan kelompok umbi-umbian (yaitu: ubi jalar, ubi kayu, tapioka, sagu dan kentang). a. Beras Salah satu bagian terbesar (60 80 persen) dari susunan penduduk yang tinggal di negara-negara Asia Tenggara. Merupakan sumber karbohidrat, sumber tenaga dan sumber protein yang berguna, sebab 6 sampai 8 persen dari semua padi-padian biasanya terdiri dari protein (Suhardjo, dkk., 1985). b. Kelompok Padi-padian Non beras Yang termasuk dalam kelompok non beras padi-padian, yaitu: jagung pipilan dan tepung terigu. Tepung terigu berasal dari gandum yang mengandung 9 15 persen protein sedangkan jagung 10 14 persen. Menurut Grianso dan Agus (2011) biji jagung umumnya digunakan sebagai penghasil tepung jagung atau disebut juga tepung maizena. Dalam 100 gram jagung terkandung karbohidrat sebanyak 73,7 gram. Tongkol jagung mengandung 39 47 % selulosa, 26 31 % hemiselulosa, dan 30 60 % lignin.

13 c. Kelompok Umbi-umbian Yang termasuk dalam kelompok umbi-umbian, yaitu: ketela pohon, ubi jalar, sagu, kentang, dan lain-lain. Menurut Suhardjo, dkk. (1985) tersebut merupakan sumber energi yang baik, beberapa diantaranya juga merupakan sumber kalsium, vitamin C dan vitamin A yang berguna. Biasanya tersebut miskin akan protein dan vitamin B-kompleks. Sebagai bahan, kentang mengandung kandungan karbohidrat yang tinggi. Kandungan karbohidrat dalam kentang mencapai 18 % (Grianso dan Agus, 2011). Singkong di kenal dengan ketela pohon atau ubi kayu, merupakan pohon tahunan tropika dan sub-tropika. Umbinya di kenal sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran. Singkong memiliki panjang umbi sekitar 50 80 cm dan diameter umbi rata-rata 2 3 cm, tergantung dari jenis singkong yang ditanam (Prihandana, dkk., 2008). 2.4 Tabel Neraca Bahan Makanan Menurut Sirait (2011), NBM merupakan gambaran penyediaan secara utuh untuk baik dari komoditas, ternak, ikan dan perkebunan serta menguraikan data dari produksi, pengadaan dan penggunaan maka diperlukan dukungan data yang akurat dan up to date dari instansi lintas subsektor dan sektor wilayah seperti perdagangan, perindustrian, Bulog, kesehatan, kantor statistik dan perhubungan serta sektor pertaniannya sendiri. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam penyusunan NBM yaitu (1) data penduduk; (2) faktor konversi dan estimasi; dan (3) faktor nutrisi dari bahan makanan. Menurut Dinas Ketahanan Pangan Kota Medan (2017) Neraca bahan

14 Makanan (NBM) merupakan penyajian data dalam bentuk tabel yang mampu menggambarkan situasi dan kondisi ketersediaan untuk konsumsi penduduk di suatu wilayah tertentu. Neraca Bahan Makanan menyajikan angka rata-rata jumlah yang tersedia di tingkat pedagang eceran atau rumah tangga konsumen untuk konsumsi penduduk per kapita (kg/kapita/tahun atau gr/kapita/hari atau zat gizi tertentu/kapita/hari). Informasi tersebut dicantumkan dalam sembilan belas, yang diuraikan sebagai berikut: 1. Kolom 1 (Kelompok/Jenis Bahan Makanan) Bahan makanan yang dicantumkan dalam kolom ini adalah semua jenis bahan makanan baik nabati mau pun hewani yang umum tersedia di konsumsi oleh masyarakat. Bahan makanan tersebut dikelompokkan jenisnya dan diikuti prosesnya dari produksi sampai dengan dapat dipasarkan atau di konsumsi dalam bentuk lain yang berbeda sama sekali setelah melalui proses pengolahan. Adapun pengelompokkan bahan makanan tersebut antara lain: padi-padian, makanan berpati, gula, buah/biji berminyak, buah-buahan, sayuran, daging, telur, susu, ikan, minyak dan lemak. Pada penelitian ini bahan makanan yang di teliti hanya kelompok padi-padian dan makanan berpati. a. Padi-padian Padi-padian adalah kelompok komoditas yang terdiri dari padi, jagung, gandum dan sorgum (cantel)serta produksi turunannya.

15 b. Makanan Berpati Makanan berpati adalah bahan makanan yang mengandung pati yang berasal dari akar/umbi dan bagian tanaman yang lain. Yang termasuk dalam kelompok komoditas ini adalah ubi kayu, ubi jalar, dan sagu serta produksi turunannya seperti gaplek dan tapioka merupakan produksi turunan ubi kayu. c. Sayur-sayuran Kelompok sayuran yang memiliki kandungan karbohidrat yang hampir sama dengan beras dan makanan berpati ialah kentang beserta produksi turunannya. 2. Kolom 2 dan 3 (Produksi) Produksi adalah jumlah keseluruhan hasil masing-masing bahan makanan yang dihasilkan dari sektor pertanian (tanaman, peternakan, perikanan dan perkebunan) yang belum mengalami proses pengolahan. Produksi dibedakan menjadi dua kategori, yaitu: a. Masukan (Input) Masukan adalah bahan utama yang belum mengalami pengolahan lanjut. b. Keluaran (Output) Keluaran adalah hasil dari pengolahan lanjut bahan utama. Besarnya output sangat bergantung pada besarnya derajat ekstraksi dan faktor konversi. Produksi pada tanaman mencakup seluruh hasil panen dan produksi turunannya diperoleh dengan menggunakan faktor konversi dan tingkat ekstraksi dari komoditas yang bersangkutan.

16 3. Kolom 4 (Perubahan Stok) Stok adalah sejumlah bahan makanan yang di simpan/dikuasai oleh pemerintah atau swasta yang dimaksudkan sebagai cadangan dan akan digunakan apabila sewaktu-waktu diperlukan. Data stok yang digunakan adalah data stok awal dan akhir tahun. Perubahan stok adalah selisih antara stok akhir tahun dengan stok awal tahun. perubahan stok ini hasilnya bisa negatif (-) dan bisa positif (+). Negatif berarti ada penurunan stok akibat pelepasan stok ke pasar sehingga komoditas yang beredar di pasar bertambah. Positif berarti ada peningkatan stok yang berasal dari komoditas yang beredar di pasar sehingga komoditas yang beredar di pasar menjadi menurun. 4. Kolom 5 (Impor) Impor adalah sejumlah bahan makan baik yang belum mau pun yang sudah mengalami pengolahan, yang didatangkan atau dimasukkan dari wilayah daerah adminstratif lain ke dalam wilayah kota Medandengan tujuan untuk diperdagangkan, diedarkan atau di simpan. 5. Kolom 6 (Penyediaan Daerah sebelum Ekspor) Penyediaan daerah sebelum ekspor adalah sejumlah bahan makanan yang berasal dari produk (keluaran) dikurangi perubahan stok di tambah impor. 6. Kolom 7 (Ekspor) Ekspor adalah sejumlah bahan makan baik yang belum mau pun yang telah mengalami pengolahan yang dikeluarkan dari wilayah kota Medan, baik yang

17 langsung ke luar wilayah Republik Indonesiamau punyang ke luar ke wilayah administratif lain (perdagangan antar pulau atau antar kabupaten). 7. Kolom 8 (Penyediaan Daerah) Penyediaan daerah adalah sejumlah bahan makan yang berasal dari produksi (keluaran) di tambah impor, dikurangi perubahan stok dan ekspor. 8. Kolom 9-14 (Pemakaian Daerah) Pemakaian daerah adalah sejumlah bahan makanan yang digunakan di dalam wilayah kota Medan untuk pakan, bibit/benih, di olah untuk industri makanan dan bukan makan, yang tercecer dan yang tersediauntuk di makan oleh penduduk. a. Pakan Pakan adalah sejumlah bahan makanan yang langsung diberikan kepada ternak peliharaan baik ternak besar, ternak kecil, unggas mau pun ikan. b. Bibit/benih Bibit/benih adalah sejumlah bahan utama yang digunakan untuk keperluan reproduksi. c. Di olah untuk Makanan Di olah untuk makanan adalah sejumlah bahan makanan yang masih mengalami proses pengolahan lebih lanjut melalui industri makanan dan hasilnya dimanfaatkan untuk makanan manusia dalam bentuk lain. d. Di olah untuk bukan Makanan Di olah untuk bukan makanan adalah sejumlah bahan makanan yang masih mengalami proses pengolahan lebih lanjut dan dimanfaatkan untuk kebutuhan

18 industri bukan bahan makanan manusia, termasuk untuk industri pakan ternak/ikan. e. Tercecer Tercecer adalah sejumlah bahan makanan yang hilang atau rusak, sehingga tidak dapat di makan oleh manusia, yang terjadi secara tidak sengaja sejak bahan makanan tersebut diproduksi hingga tersedia untuk konsumen. f. Bahan Makanan Bahan makanan adalah sejumlah bahan makanan yang tersedia untuk di konsumsi oleh penduduk suatu daerah, pada tingkat pedagang pengecer dalam suatu kurun waktu tertentu. 9. Kolom 15-19 (Ketersediaan per Kapita) Ketersediaan per kapita adalah sejumlah bahan makanan yang tersedia untuk di konsumsisetiap penduduk suatu daerah dalam suatu kurun waktu tertentu, baik dalam bentuk natural mau pun bentuk unsur gizinya. Purnomo dan Adiono (dalam Simanjuntak, 2006 ) unsur gizi utama tersebut adalah sebagai berikut. a. Energi adalah sejumlah kalori hasil pembakaran karbohidrat yang berasal dari berbagai jenis bahan makanan. Bentuk karbohidrat yang dapat di cerna dalam bahan umumnya adalah zat pati dan berbagai jenis gula seperti sukrosa, fruktosa dan laktosa; sedangkan selulosa, pektin dan hemiselulosa tersedia dalam jumlah yang cukup, tetapi tidak tercerna. b. Protein mempunyai kegunaan dalam tubuh amat banyak. Diantaranya adalah pembongkaran molekul protein untuk mendapatkan energi atau unsur senyawa seperti nitrogen atau sulfur untuk reaksi metabolisme lainnya.

19 Protein juga penting untuk keperluan fungsional maupun struktural dan untuk keperluan tersebut komposisi asam-asam amino pembentuk protein sangat penting fungsinya. Bahan umumnya terdiri atas dua puluh macam asam aminonya. c. Lemak merupakan yang berenergi tinggi, setiap gramnya memberi lebih banyak energi daripada karbohidrat atau protein. Lemak juga merupakan cadangan dalam tubuh, karena kelebihan dalam karbohidat di ubah menjadi lemak dan di simpan dalam jaringan adiposa. d. Vitamin adalah senyawa-senyawa yang tidak dapat di buat oleh tubuh tetapi diperlukan untuk memelihara aktivitas berbagai proses metabolik atau integritas berbagai selaput membran. Vitamin di bagi menjadi dua kelompok berdasarkan kelarutannya yaitu vitamin yang larut dalam lemak dan yang larut dalam air. Berbagai vitamin dibutuhkan dalam makanan dalam jumlah yang berbeda tergantung dari jumlah yang dibutuhkan tubuh untuk menyerap dari makanan dan menyimpan dalam tubuh. e. Mineral terbagi menjadi dua kelompok yaitu mineral mayor dan mineral minor. Kelompok mineral minor dalam tubuh hanyaterdapat sampai batas mikrogram per gram jaringan tubuh. Yang termasuk ke dalam mineral mayor adalah: Ca, P, S, K, Na, Cl dan Mg; sedangkan mineral minor adalah: Fe, Mn, Cu, I, An, Co, Mo, Se, Cr, Sn, Ni, F, Si dan V. f. Untuk mengetahui nilai gizi masing-masing jenis bahan makanan tersebut, maka angka ketersediaan untuk konsumsi/kapita/hari harus dikalikan

20 dengan kandungan kalori, protein dan lemak per satuan berat masing-masing jenis bahan makan. 2.5 Landasan Teori 2.5.1 Konsumsi Menurut Mankiw (dalam Rinanda, 2011) konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan. Barang-barang yang diproduksi digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi. Menurut Prasetyo (dalam Ummah, 2014) perilaku masyarakat membelanjakan sebagian dari pendapatan untuk membeli sesuatu disebut pengeluaran konsumsi. Konsumsi merupakan fungsi dari pendapatan siap pakai (disposable income). Dengan kata lain, fungsi konsumsi menunjukkan hubungan antara tingkat pengeluaran konsumsi dengan tingkat pendapatan siap dibelanjakan. Fungsi konsumsi menurut Keynes memiliki tiga asumsi. Pertama, bahwa kecenderungan mengonsumsi marjinal (marginal propersity to consume) yaitu jumlah yang di konsumsi dari setiap dolar tambahan adalah antara nol dan satu. Asumsi ini menjelaskan pada saat pendapatan seseorang semakin tinggi maka semakin tinggi pula konsumsi dan tabungannya. Kedua adalah rasio konsumsi terhadap pendapatan yang disebut kecenderungan mengonsumsi rata-rata (average propensity to consume) turun ketika pendapatan naik. Menurut Keynes, proporsi tabungan orang kaya lebih besar daripada orang miskin. Jika diurutkan dari orang sangat miskin sampai kaya akan terlihat proporsi tabungan terhadap pendapatan semakin meningkat. Terakhir, pendapatan

21 merupakan determinan konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peran penting (Sigit, 2012). 2.5.2 Produksi Produksi merupakan proses mempergunakan unsur-unsur produksi dengan maksud menciptakan faedah untuk memenuhi kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia ada dua: barang dan jasa. Barang: alat penemuan kebutuhan manusia yang tampak. Jasa: alat penemuan kebutuhan manusia yang tidak tampak tapi dapat dirasa. Barang ekonomi: barang-barang yang diperoleh dengan mengorbankan sesuatu. Teori produksi menyebutkan bahwa kepuasaan produsen diperoleh dari memaksimumkan keuntungan produksi (maksimation of profit). Fungsi produksi merupakan hubungan kuantitatif antara masukan dan produksi. Masukkan seperti pupuk, tanah, tenaga kerja, modal dan iklim yang mempengaruhi besar keclnya produksi yang diperoleh,. Tidak semua masukan yang dipakain di analisis, hal ini tergantung penting tidaknya pengaruh masukan itu terhadap produksi. Jika bentuk fungsi produksi diketahui, maka informasi harga dan biaya yang dikorbankan dapat dimanfaatkan untuk menentukan kombinasi masukan yang baik (Nicholson, 1991). Menurut Soekartawi (1990), dari fungsi produksi dapat di lihat hubungan teknis antara faktor produksi dengan produksinya, serta suatu gambaran dari semua metode produksi yang efisien. Secara matematis, fungsi produksi dapat dinyatakan sebagai berikut: Y = f (X1, X2, X3,, Xn) Dimana: Y = Jumlah produksi; dan X1 Xn = Faktor-faktor produksi

22 2.6 Penelitian Terdahulu N o Nama Peneliti 1 Puji Adelina (2013) 2 Diah Winiarti (2015) Judul Penelitia n Analisis Rasio dan Ketersedi aan Konsumsi Pangan di Kota Medan. Analisis Rasio Ketersedi aan dan Konsumsi Pangan Strategis di Kota Medan. Perumusan Masalah 1. Baga imana tingkat ketersediaan strategis di Kota Medan? 2. Baga imana tingkat konsumsi strategis di Kota Medan? 3. Baga imana rasio ketersediaan dengan konsumsi dan ketahanan strategis Kota Medan? tingkat di 1. Baga imana tingkat ketersediaan strategis di Kota Medan? 2. Baga imana tingkat konsumsi strategis di Kota Variabel Pengamatan 1. Total ketersediaan strategis dan ketersediaan per kapita. 2. Total konsumsi strategis dan konsumsi per kapita per hari 3. Kom oditas strategis, antara lain: beras, jagung, cabai merah, daging ayam, daging sapi, telur ayam, minyak goreng, gula pasir dan bawang merah. 1. Kete rsediaan dan konsumsi di Kota Medan dengan empat komoditas strategs di Kota Medan. 2. Emp at komoditas strategis, antara lain: Metode Analisis Metode Deskriptif. Metode deskriptif. Kesimpulan 1. Ketersedi aan energi aktual lebih tinggi 12% dari nilai standartnya. Ketersediaan protein aktual lebih kecil 24% dari nilai standart seharusnya. 2. Angka konsumsi energi aktual lebih tinggi 19% dari angka konsumsi energi sesuai standartnya. Angka konsumsi protein lebih rendah 20% dari angka konsumsi protein sesuai standartnya. 3. Rasio tertinggi ada pada komoditas jagung dengan rasio 1,1236 dan rasio terkecil pada komoditas gula pasir yaitu sebesar 1,0099. 1. Tahun 2013 untuk beras 257.235 ton, daging sapi 9.845 ton, cabai merah 10.355 ton, dan bawang merah 8.166 ton. 2. Tahun 2013 untuk beras 229.792 ton, daging sapi 1.490 ton, cabai merah 9.729 ton, dan bawang merah

23 2.6 Kerangka Pemikiran Medan? 3. Baga imana rasio ketersediaan dengan konsumsi dan tingkat ketahanan strategis di Kota Medan? beras, bawang merah, cabe merah dan daging sapi. 3. Popu lasi dalam penelitian ini adalah petani yang melakukan konversi lahan dan yang mengkonsum s strategis. 7.464 ton. 3. Tahun 2013 tahan bergeser pada daging sapi. Pola konsumsi masyarakat dengan total ratarata pengeluaran konsumsi strategis yaitu sebesar Rp. 336.612/RT/Bula n. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, maka di susun suatu kerangka pemikiran sebagai berikut: Kota Medan merupakan salah satu kabupaaten/ kota di Provinsi Sumatera Utara yang dicanangkan ketahanan nya karenaa pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dan salah satu faktor produksi, yaitu lahan yang semakin langka. Ketahanan terdiri dari tiga sub sistem, antara lain: ketersediaan, akses dan konsumsi sedangkan status gizi merupakan outcome dari ketahanan. Ketahanan masyarakat adalah kondisi dimana seluruh anggota masyarakat mendapatkan yang aman, seimbang, bergizi dan beragam secara berkelanjutan melalui kemandirian. Suatu wilayah di lihat ketahanan nya dari perbandingan ketersediaaan dan konsumsi di suatu wilayah. Hasil perbandingannya dapat menjadi landasan atau tambahan informasi dalam membuat kebijakan ketersediaan dan konsumsi yang strategis di Kota Medan. Ketersediaan menggambarkan

24 jumlah stok di suatu wilayah. Indikator yang berpengaruh terhadap ketersediaan, antara lain: produksi domestik, stok, impor dan ekspor. Instrumen yang digunakan adalah Neraca Bahan Makanan yang berguna untuk mengestimasi deficit atau surplusnya ketersediaan suatu bahan makanan di suatu wilayah dan dapat memperkirakan konsumsi secara keseluruhan berdasarkan prespektif ketersediaan bahan makanan, namun NBM tidak dapat menggambarkan situasi ketersediaan pada kondisi musim tertentu. Untuk mengetahui tingkat ketersediaan beras dan non beras di Kota Medan, ketersediaan per kapita dibandingkan berdasarkan Widiya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) X tahun 2015, rata-rata angka kecukupan gizi (AKG) di tingkat ketersediaan adalah sebesar 2.400 kkal/kap/hari untuk energi dan 63 gram/kap/hari untuk protein. Dimana persentase per kelompok idealnya untuk ketersediaan energi, yaitu: padi-padian sebesar 50% dan umbi-umbian sebesar 6% dari nilai AKG energi. Dan untuk ketersediaan protein, yaitu: padipadian sebesar 30% dan umbi-umbian 4% dari nilai AKG protein. Tingkat konsumsi adalah jumlah makanan yang di konsumsi selama setahun. Sebagai salah satu indikator yang dapat menggambarkan status gizi di suatu wilayah dan jumlah yang sampai ke masyarakat. Dapat diindentifikasi dengan mengkonversi penggunaan yang digunakan untuk bahan makanan ke dalam kalori yang menyatakan energi dan gram yang menyatakan protein. Diilustrasikan pada Gambar 1.

25 Ketersediaan Pangan Total Konsumsi Ketersediaan Beras Ketersediaan Non beras Produk Stok Impor Ekspor Rasio Ketersediaan Per Kapita Berdasarkan WNPG X Tahun 2015: 1. Ketersediaan energi = 2.400 kkal/kap/hari. 2. Ketersediaan protein = 63 gr/kap/hari. Kriteria uji: 1. RP < 0,8; rawan. 2. 0,8 < RP < 1,2; tahan namun rentan. 3. RP > 1,2; tahan. Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Ketersediaan Beras dan Non Beras di Kota Medan 2.7 Hipotesis Penelitian Sesuai dengan identifikasi masalah dan berdasarkan tujuan penelitian, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Terdapat tingkat ketersediaan beras dan non beras di Kota Medan sesuai standart. 2. Ada besar rasio ketersediaan beras dan non beras dengan konsumsi dan tingkat ketahanan komoditi beras dan non beras di Kota Medan adalah tahan : Menyatakan hasil : Menyatakan hubungan : Menyatakan perbandingan