BAB I PENDAHULUAN. Lapangan X merupakan salah satu lapangan eksplorasi PT Saka Energy

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. cekungan penghasil minyak dan gas bumi terbesar kedua di Indonesia setelah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Lapangan XVII adalah lapangan penghasil migas yang terletak di Blok

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. Analisis fasies dan evaluasi formasi reservoar dapat mendeskripsi

BAB I PENDAHULUAN. Pertamina EP yang berada di Jawa Barat (Gambar 1.1). Lapangan tersebut

BAB IV UNIT RESERVOIR

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Geologi (2009), Subcekungan Enrekang yang terletak

BAB I PENDAHULUAN. Area Mahakam Selatan merupakan area lepas pantai yang berada di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lebih tepatnya berada pada Sub-cekungan Palembang Selatan. Cekungan Sumatra

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. telah banyak dilakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang dilakukan oleh

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Gambar 1.1

BAB I PENDAHALUAN. kondisi geologi di permukaan ataupun kondisi geologi diatas permukaan. Secara teori

BAB I PENDAHULUAN. eksplorasi hidrokarbon, salah satunya dengan mengevaluasi sumur sumur migas

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi permintaan akan energi yang terus meningkat, maka

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sumatra atau Sumatera merupakan salah satu pulau terbesar di bagian barat

HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. Pemodelan geologi atau lebih dikenal dengan nama geomodeling adalah peta

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Karakterisasi Reservoar Batuan Karbonat Formasi Kujung II, Sumur FEP, Lapangan Camar, Cekungan Jawa Timur Utara 1

II. GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Pliosen Awal (Minarwan dkk, 1998). Pada sumur P1 dilakukan pengukuran FMT

memiliki hal ini bagian

HALAMAN PENGESAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv. SARI...v ABSTRACT... vi DAFTAR ISI...

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini diperlukan uraian mengenai objek dan alat alat yang

Sejarah Dan Lokasi Lapangan IBNU-SINA

BAB I PENDAHULUAN. sangat ekonomis yang ada di Indonesia. Luas cekungan tersebut mencapai

PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI BAGIAN BAWAH, DAERAH BALIKPAPAN DAN SEKITARNYA, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis tinggi. Supriatna et al., 1995 menyebutkan formasi formasi berumur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 4 ANALISIS FASIES SEDIMENTASI DAN DISTRIBUSI BATUPASIR C

BAB I PENDAHULUAN. usia produksi hidrokarbon dari lapangan-lapangannya. Untuk itulah, sebagai tinjauan

Gambar 4.5. Peta Isopach Net Sand Unit Reservoir Z dengan Interval Kontur 5 Kaki

BAB II GEOLOGI REGIONAL DAN LAPANGAN TANGO

Bab I Pendahuluan 1.1 Subjek dan Objek Penelitian 1.2 Latar Belakang Permasalahan 1.3 Masalah Penelitian

BAB II GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN. Posisi C ekungan Sumatera Selatan yang merupakan lokasi penelitian

Bab V. Analisa Stratigrafi Sekuen

I. PENDAHULUAN. Cekungan Asri adalah salah satu cekungan sedimen penghasil hidrokarbon di

Kata kunci : petrofisika, analisis deterministik, impedansi akustik, volumetrik

BAB IV PEMODELAN PETROFISIKA RESERVOIR

Bab II Tektonostrigrafi II.1 Tektonostratigrafi Regional Cekungan Sumatra Selatan

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA 2011

II.1.2 Evolusi Tektonik.. 8

BAB II GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN

3.1. Penentuan Batas Atas dan Bawah Formasi Parigi

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. belakang di Indonesia yang terbukti mampu menghasilkan hidrokarbon (minyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III GEOMETRI DAN KARAKTERISASI UNIT RESERVOIR

Gambar 3.21 Peta Lintasan Penampang

BAB I PENDAHULUAN. reservoar, batuan tudung, trap dan migrasi. Reservoar pada daerah penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan potensi penghasil minyak dan gas bumi di Papua. Cekungan ini berada

BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA

DAFTAR ISI. SARI... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... x. DAFTAR TABEL... xvi BAB I PENDAHULUAN...

Porositas Efektif

BAB V ANALISIS STRATIGRAFI SEKUEN, DISTRIBUSI DAN KUALITAS RESERVOIR

Bab II Geologi Regional

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya memiliki status plug and abandon, satu sumur menunggu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. adalah Cekungan Kutai. Cekungan Kutai dibagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian barat

PENENTUAN SIFAT FISIK BATUAN RESERVOIR PADA SUMUR PENGEMBANGAN DI LAPANGAN RR

Gambar 1. Kolom Stratigrafi Cekungan Jawa Barat Utara (Arpandi dan Padmosukismo, 1975)

BAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Peta Kontur Isopach

FASIES BATUBARA FORMASI WARUKIN ATAS DAERAH TAPIAN TIMUR, KP PT. ADARO INDONESIA KALIMANTAN SELATAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

Klasifikasi Fasies pada Reservoir Menggunakan Crossplot Data Log P-Wave dan Data Log Density

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III PEMODELAN GEOMETRI RESERVOIR

BAB I PENDAHULUAN. Eksplorasi hidrokarbon memerlukan analisis geomekanika untuk. menghindari berbagai masalah yang dapat mempengaruhi kestabilan sumur

Potensi Gas Metana Batubara Formasi Muara Enim di Lapangan YF, Cekungan Sumatera Selatan

BAB III ANALISIS GEOMETRI DAN KUALITAS RESERVOIR

ANALISIS FASIES LAPISAN BATUPASIR G-4, I-20 DAN I-15 BERDASARKAN DATA WIRELINE LOG DAN DATA SEISMIK PADA LAPANGAN DK, CEKUNGAN KUTEI, KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Analisa konektivitas reservoir atau RCA (Reservoir Connectivity Analysis)

BAB I PENDAHULUAN I-1

*Korespondensi:

PEMODELAN RESERVOAR PADA FORMASI TALANG AKAR BAWAH, LAPANGAN YAPIN, CEKUNGAN SUMATRA SELATAN TUGAS AKHIR

PEMODELAN PERANGKAP GAS DAN PERHITUNGAN VOLUME GAS DI TEMPAT (IGIP) PADA AREA GTS N DAN I LAPANGAN TANGO, CEKUNGAN KUTAI, KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lapangan X merupakan salah satu lapangan eksplorasi PT Saka Energy Indonesia yang secara umum terletak di wilayah South Mahakam, sebelah tenggara dan selatan dari Kota Balikpapan yang secara fisiografi masuk pada Cekungan Kutai Bagian Bawah, Kalimatan Timur. Menurut Syarifuddin et al., (2008) daerah South Mahakam dibagi menjadi dua fase pengendapan yaitu regresi dan transgresi selama Miosen. Fase regresi terbentuk pada Miosen Awal sampai Miosen Tengah mendominasi pembentukan awal Delta Sepinggan dan fase transgresi terbentuk pada Miosen Tengah sampai Miosen Akhir. Fase transgresi dan regresi tersebut tentunya mempengaruhi pembentukan batuan yang bertindak sebagai reservoir. Perubahan dinamika sedimentasi dan ruang akomodasi selama rentang waktu tersebut berimplikasi pada terbentuknya beberapa reservoir pada Lapangan X dengan jenis yang berbeda, mulai dari reservoir silisiklastik sampai dengan reservoir karbonat. Setiap reservoir yang memiliki karakteristik dan properti yang berbeda tentunya juga akan memiliki kualitas yang berbeda. Dalam hal ini, properti dan karakteristik dari beberapa reservoir pada Lapangan X dapat diketahui dari analisis fasies dan petrofisika. Belum diketahuinya kualitas dari beberapa reservoir pada daerah penelitian menjadi permasalahan yang penting untuk 1

diselesaikan dalam kaitannya kelanjutan kegiatan eksplorasi migas. Hal tersebut menjadi menarik dan perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan fasies dan petrofisika reservoir. Selain hal tersebut, salah satu kajian yang memberikan kontribusi dalam tahap kegiatan awal eksplorasi maupun pengembangan eksplorasi migas adalah studi mengenai analisis risiko. Analisis risiko digunakan untuk mengetahui besarnya risiko yang kemudian digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan selanjutnya dalam manajemen risiko (Otis & Schneidermann, 1997). Salah satu kajian yang cukup penting dalam analisis risiko yaitu penilaian risiko pada reservoir, hal tersebut dikarenakan reservoir merupakan bagian dari elemen petroleum play dan reservoir juga sebagai tempat akumulasi maupun mengalirnya hidrokarbon sehingga mempengaruhi banyaknya hidrokarbon yang ada dan seberapa besar tingkat produksinya. Dengan adanya indikasi beberapa reservoir dan belum pernah dilakukannya analisis risiko secara lebih spesifik khususnya pada reservoir yang ada di Lapangan X maka perlu dilakukan penilaian risiko reservoir pada area eksplorasi tersebut untuk mengetahui urutan tingkat risiko reservoir dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai bahan acuan atau pertimbangan awal untuk langkah selanjutnya terkait dengan kegiatan eksplorasi. Dari penjelasan tersebut dapat kita pahami bahwa penilaian risiko pada reservoir cukup penting dalam kelangsungan kegiatan eksplorasi migas. Mengingat pentingnya hal tersebut maka studi mengenai fasies dan petrofisika reservoir serta implikasinya terhadap penilaian risiko reservoir di Lapangan X perlu dilakukan. 2

1.2 Rumusan Masalah Permasalahan yang diangkat dalam penelitian terkait dengan belum pernah dilakukan penilaian risiko reservoir secara lebih spesifik pada Lapangan X yang terletak di area South Mahakam, Cekungan Kutai Bagian Bawah, Kalimantan Timur. Penilaian risiko reservoir memakai metode penilaian risiko menurut Otis & Scnidermann (1997) yang sesuai dengan kajian analisis risiko untuk eksplorasi migas. Selain itu, penilaian risiko juga mengacu pada peneliti lainnya menurut Rose (2001), CCOP (2000), Rachmat (2001) dan Milkov (2015) untuk melengkapi dan sebagai bahan pertimbangan dalam penilaian risiko reservoir pada daerah penelitian. Secara lebih rinci rumusan masalah dalam penelitian ini meliputi : 1. Bagaimana fasies dan sifat petrofisika dari setiap zona reservoir yang terdapat pada daerah penelitian? 2. Parameter apa saja yang dapat dijadikan acuan dalam penilaian risiko reservoir berdasarkan data yang didapatkan dan keberadaan reservoir pada Lapangan X? 3. Bagaimana penilaian atau kategori risiko dari setiap reservoir dan urutan tingkat risiko reservoir dari tingkat risiko paling rendah sampai yang paling tinggi? 1.3 Maksud Dan Tujuan Maksud dari penelitian ini yaitu melakukan analisis fasies dan petrofisika reservoir pada Lapangan X yang terletak di area South Mahakam kemudian 3

memberikan penilaian risiko reservoir dan mengurutkan berdasarkan tingkat risikonya. Tujuan dari penelitian ini adalah : a. Mengetahui asosiasi fasies batuan reservoir dan sifat petrofisika reservoir yang ada pada daerah penelitian. b. Mengetahui parameter tambahan atau parameter lain yang dapat digunakan sebagai acuan dalam penilaian risiko reservoir yang sesuai dengan kondisi daerah penelitian. c. Memberikan penilaian risiko dari setiap reservoir dan mengurutkan tingkat risiko reservoir (ranking) mulai dari yang memiliki risiko paling tinggi sampai paling rendah. 1.4 Lokasi Daerah Penelitian Lokasi daerah penelitian merupakan wilayah kerja PT. Saka Energy Indonesia yang berada di area South Mahakam (offshore area). Lokasi sumur eksplorasi lebih tepatnya berada di sebelah timur sampai selatan dari Kota Balikpapan, Kalimantan Timur atau terletak di sebelah selatan dari Delta Mahakam (Gambar 1.1). Lokasi penelitian terletak pada koordinat 1 0 16 19,72 1 0 47 15,67 LS dan 116 0 46 50,21 117 0 18 12,27 BT dengan luas daerah penelitian kurang lebih 2.874,5 km 2. Pada daerah penelitian terdapat 10 sumur eksplorasi yang tersebar dan berada pada blok yang berbeda namun masih dalam satu area South Mahakam dengan jarak antar sumur mencapai 1,83 km sampai 5,93 km. Lokasi 10 sumur eksplorasi tersebut secara fisiografi masuk pada wilayah Cekungan Kutai Bagian Bawah (Lower Kutai Basin). 4

Gambar 1.1 Lokasi daerah penelitian dilihat dari citra SRTM dan satelite (diakses pada tanggal 21-07-2017 : 09.18 PM). 1.5 Batasan Penelitian Peneliti membatasi pembahasan dalam penelitian agar sesuai dengan topik dan judul yang diambil sehingga sejalan dengan maksud dan tujuan dari penelitian. Secara lebih terperinci batasan masalah dalam penelitian ini meliputi : 1. Penentuan fasies dan petrofisika reservoir dibatasi berdasarkan pada data 10 sumur eksplorasi yang disediakan oleh PT. Saka Energy Indonesia dengan difokuskan pada batuan atau zona yang berumur Miosen Awal sampai Miosen Akhir 5

2. Analisis fasies didasarkan pada data sumur meliputi litofasies, elektrofasies, biostratigrafi, asosiasi fasies, lingkungan pengendapan, sikuen dan suksesi fasies. 3. Analisis secara petrofisika meliputi karakter dan bentukan log, zonasi reservoir, porositas, permeabilitas, kandungan lempung, net to gross, saturasi air, ketebalan, tekanan dan suhu reservoir. 4. Penilaian risiko reservoir yang utama mengacu pada metode Otis & Schnidermann (1997) dengan mempertimbangkan parameter lainnya dalam penilaian risiko menurut Rose (2001), CCOP (2000) dan Milkov (2015) yang disesuaikan dengan kondisi pada daerah penelitian. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini mencakup beberapa hal sebagai berikut: 1. Data yang digunakan meliputi data well log (caliper, gamma ray, spontaneous potential, density, resistivity, sonic dan neutron), mudlogcutting, fossil, petrography, core, photomicrograph, Drill Steam Test (DST) dan Repeat Formation Test (RFT). 2. Melakukan interpretasi analisis fasies untuk mengetahui pola sebaran dan kemenerusan reservoir, lingkungan pengendapan dan karakter umum dari reservoir. 3. Melakukan analisis dan perhitungan petrofisika untuk mendapatkan nilai porositas, permeabilitas, saturasi air, kandungan lempung, net to gross, ketebalan dan kedalaman reservoir. 6

4. Melakukan analisis data mudlog-cutting, core, petrography, photo micrograph, DST dan RFT untuk validasi data dan mendukung analisis fasies dan petrofisika. 5. Melakukan penilaian risiko dan mengurutkan tingkat risiko (ranking) pada setiap reservoir yang ada berdasarkan pada metode Otis & Schnidermann (1997) dengan mempertimbangkan dan mengacu pada metode liannya menurut Rose (2001), CCOP (2000) dan Milkov (2015). 1.7 Peneliti Terdahulu 1. Pertamina-BPPKA (1997) melakukan penelitian konsep play hydrocarbon di Cekungan Kutai berdasarkan kombinasi konsep stratigrafi, mekanisme perangkap, dan litologi reservoir. Dari penelitian tersebut menyebutkan bahwa pada Cekungan Kutai memiliki 3 play hydrocarbon utama yang proven yaitu Play Eosen, Play Oligosen dan Play Miosen. Play Eosen terdapat pada Lapangan Tanjung dan Mahakam. Play Oligosen terdapat di area Teweh dengan akumulasi hidrokarbon yang terdapat pada batuan karbonat Oligosen yang terisolasi. Play Miosen menjelaskan bahwa lapangan minyak dan gas bumi yang telah berproduksi di Cekungan Kutai secara garis besar diproduksi dari batuan reservoir berumur Miosen. Play tersebut secara umum mempunyai tipe play yang hampir seluruhnya berjenis endapan delta. 2..Syarifuddin et al., (2008) melakukan penelitian mengenai eksplorasi migas di South Mahakam dengan judul : South Mahakam Exploration and Development : Synergies That Make It Happen. Dalam penelitian tersebut 7

menjelaskan bahwa penelitian terletak di batas cekungan paling selatan dari Lower Kutai Basin (offshore area) berbatasan dengan tinggian Paternoster. Penelitian tersebut menjelaskan pada daerah South Mahakam dibagi menjadi dua trend regional stratigrafi dari Miosen Awal sampai sekarang. Yang pertama yaitu trend regresi, mengisi cekungan dengan sedimen klastik yang mewakili dari dua regional reservoir utama yaitu Jumelai Sands dan Sepinggan Deltaic Sequence (SDS). Yang kedua yaitu trend transgresi, secara umum dicirikan oleh Sepinggan Carbonate Sequence (SCS) dan bentukan reef building secara luas hampir pada seluruh area. 3. Yuniardi (2012) melakukan penelitian mengenai petroleum system pada Cekungan Kutai Bagian Bawah, Kalimantan Timur tepatnya pada daerah Balikpapan dan sekitarnya. Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa petroleum system di daerah Cekungan Kutai Bagian Bawah terdiri dari batuan induk yang berasal dari batubara dan batulempung karbonatan dengan sebagian besar bertipe gas prone. Batuan reservoir berupa fasies batupasir yang dikenali pada endapan delta Miosen yaitu fiuviatile dominated to distributary channel dan tidally dominated delta front deposit dengan nilai porositas primer 2% - 3% dan porositas sekunder antara 3% - 13%. Migrasi primer umumnya diakibatkan oleh rekahan minor dari batuan induk dengan terdapatnya internal pressure yang mentransformasikan minyak ke gas. 4. Ardhie et al., (2013), melakukan penelitian mengenai peluang dan pengembangan dalam eksplorasi migas dengan data pada Lapangan Mahoni, 8

Lapangan Yakin dan Lapangan Sepinggan, South Mahakam, Kalimantan Timur dengan menggunakan pendekatan informasi lebih dari satu data bawah permukaan. Dari penelitian tersebut menyebutkan bahwa integrasi data dan informasi memainkan peran penting dalam prospek hidrokarbon di Lapangan Mahoni. Adanya potensial target pengeboran untuk mengembangkan Lower Yakin yang mengindikasikan masih ada potensial up dip sand reservoir terutama pada Lower Yakin di Lapangan Mahoni dan menyarankan eksplorasi lebih kearah Barat dengan target reservoir lebih dalam. 5..Permana et al., (2014) melakukan penelitian mengenai model konseptual perkembangan Delta Sepinggan, pada interval MFS-1 sampai dengan MFS-5 di daerah blok South Mahakam, Cekungan Kutai Bagian Bawah, Kalimantan Timur dengan pendekatan stratigrafi sikuen. Penelitian tersebut menyebutkan bahwa permodelan reservoir migas dapat mengacu pada model perkembangan Delta Sepinggan karena akan berpengaruh terhadap penyebaran dan diameter dari suatu reservoir minyak dan gasbumi di Blok South Mahakam. Dari penelitian tersebut menyebutkan bahwa variasi litologi pada Delta Sepinggan dengan interval marker MFS 1 - MFS 5 yaitu batubara, batupasir, shale dan batugamping. Melalui analisis biostratigrafi didapatkan umur dari Delta Sepinggan dengan interval marker MFS 1 MFS 5 adalah Miosen Awal -Miosen Akhir (N4-N16). Terdapat 2 pola sedimentasi utama yaitu pola regresi yang mendominasi pembentukan Delta Sepinggan pada Miosen Awal-Miosen Tengah kemudian dilanjutkan pola transgresi pada Miosen Tengah-Miosen Akhir. 9

6. Purwanto & Amar (2014) melakukan penelitian mengenai evaluasi reservoir dari Lapangan Bekapai. Secara umum berdasarkan analisis sikuen stratigrafi lapangan tersebut terbagi menjadi 5 zona secara vertikal (Shallow, Main, Upper, Lower, dan Deep Zones) berdasarkan evolusi muka air laut relatif. Secara umum pada lapangan tersebut memiliki beberapa reservoir dengan properti yang heterogen, secara vertikal memiliki nilai kisaran porositas 12% -25%, dengan permeabilitas 0.01mD - 4.000 md. 1.8 Keaslian dan Manfaat Penelitian Penelitian mengenai petrofisika dan fasies serta implikasinya terhadap penilaian risiko reservoir ini belum pernah dilakukan sebelumnya oleh peneliti terdahulu secara lebih spesifik khususnya pada reservoir. Manfaat dari penelitian ini secara umum dapat memberikan pengetahuan dan kontribusi terkait dengan peran peneliaian risiko pada reservoir dalam kegiatan eksplorasi hidrokarbon. Hal tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan selanjutnya untuk pengembangan lapangan eksplorasi dan meminimalisir kegagalan ekplorasi. Bagi kalangan akademik, penelitian ini bermanfaat sebagai pengetahuan ataupun referensi mengenai kualitas dari beberapa reservoir beserta tingkat risikonya yang dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut. Bagi perusahaan penelitian ini bermanfaat sebagai bahan pertimbangan maupun referensi dalam menentukan keputusan pada tahap selanjutnya dalam kegiatan eksplorasi. 10