BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
EFEK PEMBERIAN BAKTERI ASAM LAKTAT DALAM AIR MINUM TERHADAP NILAI GIZI DAGING ITIK PEKING PERIODE PERTUMBUHAN

Kombinasi Pemberian Starbio dan EM-4 Melalui Pakan dan Air Minum terhadap Performan Itik Lokal Umur 1-6 Minggu

Nilai gizi atau dikenal juga dengan Nutrition Facts menurut BPOM (2009) merupakan informasi yang menyebutkan jumlah zat-zat gizi yang terkandung

I. PENDAHULUAN. hasil produksi pengembangan ayam broiler akan semakin tinggi.

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat

PENDAHULUAN. Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah

I. PENDAHULUAN. Produk yang dihasilkan oleh itik yang bernilai ekonomis antara lain: telur, daging,

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Protein Hati Broiler

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik bali merupakan itik lokal Indonesia yang juga sering disebut itik penguin, karena

I. PENDAHULUAN. Jambi) ataupun yang berasal dari daging seperti sosis dan urutan/bebontot

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Hasil

I. PENDAHULUAN. perunggasan merupakan salah satu penyumbang sumber pangan hewani yang

I. PENDAHULUAN. Kolesterol adalah salah satu komponen lemak yang dibutuhkan oleh tubuh dan

tumbuhan (nabati). Ayam broiler merupakan salah satu produk pangan sumber

I. PENDAHULUAN. yaitu berkisar jam pada suhu ruang 27 C. Salah satu alternatif untuk

I. PENDAHULUAN. populasi mikrobia dengan berbagai ukuran dan kompleksitas. Bakteri

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. banyak diminati di kalangan masyarakat, hal ini disebabkan rasa

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

I. PENDAHULUAN. Secara alami hewan ternak, khususnya itik memiliki kekebalan alami. yang berfungsi menjaga kesehatan tubuhnya. Kekebalan alami ini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. unggul. Telur itik Mojosari banyak digemari konsumen. Walaupun bentuk badan itik

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. cukup sempurna karena mengandung zat zat gizi yang lengkap dan mudah

I. PENDAHULUAN. Ayam pedaging merupakan salah satu ternak penghasil daging yang. Ayam pedaging merupakan ternak yang paling ekonomis bila

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendek, yaitu pada umur 4-5 minggu berat badannya dapat mencapai 1,2-1,9 kg

PENDAHULUAN. absorpsi produk pencernaan. Sepanjang permukaan lumen usus halus terdapat

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bakteri biasanya dikategorikan ke dalam dua kelompok. Bakteri yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak

PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Peningkatan keberhasilan suatu usaha peternakan akan di pengaruhi oleh

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

I.PENDAHULUAN. peternakan akan semakin meningkat setiap tahunnya.sektor. perunggasanterutamaayamrasmasihmenjadiprioritasutamauntuk

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternakan karena keberhasilan usaha peternakan sangat ditentukan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Ternak babi bila diklasifikasikan termasuk ke dalam kelas Mamalia, ordo

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. bangsa-bangsa ayam yang memiliki produktifitas tinggi terutama dalam

HASIL DAN PEMBAHSAN. 4.1 Pengaruh Tingkat Peggunaan Probiotik terhadap ph

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

I. PENDAHULUAN. Perkembangan populasi ternak unggas di Indonesia semakin hari semakin

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat

TINJAUAN PUSTAKA. dengan lingkungan maupun kultur masyarakat Indonesia. Beberapa kelebihan. banyak mengkonsumsi jenis pakan hijauan.

I. PENDAHULUAN. makhluk hidup. Bakteri juga banyak terdapat pada saluran pencernaan ternak

PENDAHULUAN. Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik ini

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencapai 60%-80% dari biaya produksi (Rasyaf, 2003). Tinggi rendahnya

I. PENDAHULUAN. limbah-limbah pasar dan agroindustri. Salah satu cara untuk mengatasi

bio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Salami Daging Kelinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya, sehingga lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca. dibandingkan dengan ayam ras (Sarwono, 1991).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging

UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

I. PENDAHULUAN. berasal dari susu seperti yogurt, keju, es krim dan dadih (produk olahan susu fermentasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging dengan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan NDF. dengan konsumsi (Parakkasi,1999). Rataan nilai kecernaan NDF pada domba

I. PENDAHULUAN. Dalam menjalankan usaha peternakan pakan selalu menjadi permasalahan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sosis merupakan salah satu makanan olahan daging yang cukup

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang

I. PENDAHULUAN. Pampekan, merupakan kerabat dekat durian yaitu masuk dalam genus Durio.

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan,

I. PENDAHULUAN. pakan ternak. Produksi limbah perkebunan berlimpah, harganya murah, serta tidak

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan

I. PENDAHULUAN. Bakteri merupakan mikroorganisme yang hidup di air, udara, tanah dan. makhluk hidup. Umumnya bakteri hidup secara berkoloni dan hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semakin hari kebutuhan daging sapi semakin meningkat, untuk itu

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rata-rata Kadar Kolesterol Daging pada Ayam Broiler Ulangan

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum. Rataan konsumsi ransum setiap ekor ayam kampung dari masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan manfaat bagi kesehatan. Salah satu pangan fungsional yang

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. peternakan, karena lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Campuran Onggok dan Molase Terfermentasi terhadap Koefisien Cerna Bahan Kering (KcBK)

Transkripsi:

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN Rataan hasil penelitian pengaruh pemberian bakteri asam laktat dalam air minum terhadap konsumsi air minum dan ransum dan rataan pengaruh pemberian bakteri asam laktat dalam air minum terhadap kadar air, kadar protein dan kadar lemak daging tertera pada Tabel 5 dan 6. Tabel 5. Rataan Pengaruh Pemberian Bakteri Asam Laktat Dalam Air Minum Terhadap Konsumsi Air Minum dan Konsumsi Ransum. Ket : Perlakuan Konsumsi Air Minum ml/ekor/minggu Konsumsi Ransum g/ekor/minggu P0 2995,56±281,11 475,99±16,41 P1 2986,58±203,29 483,34±27,62 P2 2981,81±200,94 484,02±35,83 P3 2856,37±52,30 489,59±13,18 berpengaruh tidak nyata (P>0,05) P0 (Air minum tanpa Bakteri Asam Laktat), P1 (Air minum mengandung 1% Bakteri Asam Laktat), P2 (Air minum mengandung 2% Bakteri Asam Laktat), P3 (Air minum mengandung 3% Bakteri Asam Laktat). 4.1. Konsumsi Air Minum Pada Tabel 5. menunjukkan konsumsi air minum tertinggi adalah pada perlakuan P0 (2995,56 ml/ekor/minggu) diikuti oleh perlakuan P1 (2986,58 ml/ekor/minggu), perlakuan P2 (2981,81 ml/ekor/minggu), dan P3 (2856,37 ml/ekor/minggu). Hasil analisis menunjukkan bahwa pemberian bakteri asam laktat dalam air minum sampai taraf 3% berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi air minum itik. Hal ini menunjukan bahwa pemberian bakteri asam laktat dalam air minum belum mampu memeningkatkan konsumsi air minum secara signifikan. Rataan konsumsi air minum dengan perlakuan EM-4 dan Starbio 693,58% - 771,13% (ml/ekor/hari) tidak memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap konsumsi air minum. Konsumsi air minum yang didapat dalam penelitian ini lebih sedikit yaitu berkisar 414,72 440,00 (ml/ekor/hari). Sudarsana (2000) 17

menyatakan bahawa EM-4 mengandung spesies mikroorganisme terpilih antara lain yang dominan adalah bakteri asam laktat (Lactobacillus sp). Hal ini mengindikasikan bahwa mikroorganisme yang terdapa dalam EM-4 dan starbio dapat mengefisienkan konsumsi air minum. Astuti et al. (2015) menyatakan bahwa probiotik tidak akan bekerja dengan baik jika dosis probiotik yang diberikan tidak sesuai. Owings et al. (1990) melaporkan bahwa probiotik tidak selalu mendapat hasil yang positif karena tingakt dosis yang diberikan, tingkat ketahanan bakteri terhadap kondisi ekstrim dalam saluran pencernaan, dan waktu pemberian terlalu singkat. Selain itu, konsumsi air minum disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang dapat mempengaruhi konsumsi air minum adalah suhu dalam kandang. Semakin tinggi suhu di dalam kandang maka suhu tubuh akan meningkat. Peningkatan konsumsi air minum dapat dipengaruhi oleh ransum yang diberikan, dalam tingkah laku makan itik kebutuhan air merupakan hal yang sangat penting, karena setiap itik makan akan diselingi oleh minum, selain itu air dibutuhkan juga untuk efisiensi penggunaan pakan (Sudaro, 2000). Secara umum itik akan mengkonsumsi air minum dua sampai tiga kali lebih banyak dari konsumsi ransumya (Zahra, 2006; Sudaro, 2000). Peningkatan konsumsi air minum ini adalah untuk memudahkan proses metabolisme di dalam tubuh itik. 4.2. Konsumsi Ransum Hasil rataan konsumsi ransum penelitian ini berkisar 475,99 489,59 g/ekor/minggu. Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian BAL atau tanpa BAL memberikan pengaruh yang sama pada konsumsi ransum. Hal ini diduga oleh jenis, komposisi maupun kandungan nutrient pakan yang sama kecuali taraf BAL yang berbeda. Hal ini disebabkan karena bakteri asam laktat bukanlah sumber nutrient sehingga keberadaannya tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap konsumsi 18

ransum. Manin dkk., (2010) menyatakan bahwa pemberian bakteri asam laktat tidak mempengaruhi yang signifikan terhadap konsumsi ransum. Tidak adanya perbedaan disebabkan konsumsi ransum sangat dipengaruhi kandungan energi dalam pakan. Konsumsi ransum akan meningkat apabila diberi ransum dengan kandungan energi yang rendah dan sebaliknya akan menurun apabila diberi ransum dengan kandungan enegi yang tinggi. Hal ini disebabkan karena unggas mengkonsumsi ransum terutama untuk memenuhi kebutuhan energinya (Anggorodi, 1985). Jumlah pakan yang dikonsumsi oleh seekor ternak diantaranya dipengaruhi oleh palatabilitas, kecernaan dan komposisi zat makanan dalam pakan (Hammond, 1994). Tabel 6. Rataan Pengaruh Pemberian Bakteri Asam Laktat Dalam Air Minum Terhadap Kadar Air, Kadar Protein dan Kadar Lemak Daging. Ket : Perlakuan Kadar Air Daging Kadar Protein Daging Kadar Lemak Daging P0 76,71±1,22 21,32±1,24 0,64±0,36 P1 75,04±1,94 21,53±0,85 0,34±0,19 P2 75,87±1,32 21,39±0,63 0,86±0,50 P3 76,48±0,53 20,64±0,78 0,66±0,61 berpengaruh tidak nyata (P>0,05) P0 (Air minum tanpa Bakteri Asam Laktat), P1 (Air minum mengandung 1% Bakteri Asam Laktat), P2 (Air minum mengandung 2% Bakteri Asam Laktat), P3 (Air minum mengandung 3% Bakteri Asam Laktat). % 4.3. Kadar Air Tabel 6. menunjukkan bahwa kadar air yang didapatkan dari penelitian ini berkisar antara 75,04 76,48%. Hasil analisis terhadap kadar air ini menunjukkkan bahwa pemberian bakteri asam laktat dengan taraf 0%, 1%, 2% dan 3% berpengaruh tidak nyata (P>0,05) mempengaruhi kadar air daging dada itik Peking. Tabrany (2004) menyatakan bahwa komposisi kimia daging itik terdiri atas air 56 72%. Kadar air yang diperoleh dari hasil penelitian ini masih lebih tinggi dari yang dilaporkan oleh Tabrany (2004) dan Triyantini et al., (1997) 19

untuk daging dada itik Peking berumur 12 minggu yaitu sebesar 73,97%. Kadar air yang diperoleh oleh Triyantini et al., (1997) lebih rendah karena itik yang diteliti umurnya lebih tua yaitu 12 minggu, sedangkan yang digunakan dalam penelitian ini adalah itik umur 7 minggu. Hal ini terjadi karena semakin tua umur ternak kadar airnya akan semakin berkurang. Sependapat dengan Armin, (1996) yang menyatakan bahwa kadar air daging dapat berbeda diantara serat otot, dan kadar air berkurang dengan bertambahnya umur. 4.4. Kadar Protein Tabel 6. menunjukkan bahwa kadar protein daging dada itik Peking pada setiap perlakuan pemberian bakteri asam laktat dalam air minum dengan taraf 0%, 1%, 2% dan 3 %. Dari hasil menyatakan bahwa kadar protein berpengaruh tidak nyata (P>0,05). Hasil ini membuktikan bahwa pemberian bakteri asam laktat dalam air minum sampai taraf 3% masih belum mampu memperbaiki sifat atau kualitas daging. Tabrany (2004) menyatakan bahwa komposisi kimia daging itik terdiri atas protein 15 22%. Sependapat dengan Bahar, (2003) yang menyatakan kandungan protein daging itik sekitar 16-22%. Rataan kadar protein dari hasil penelitian berkisar antara 20,64 21,53%. Kadar protein yang didapat dari hasil penelitian ini lebih besar dari yang dinyatakan Triyantini et al., (1997) pada umur 12 minggu yaitu 19,11 % dan Damayanti, (2003) pada umur 8 minggu yaitu 20,04%. Hal ini diduga dengan perlakuan yang diberikan serta analisis yang dilaksanakan pada saat periode pertumbuhan, pada periode tersebut protein dan lemak belum banyak terbentuk, pada fase pertumbuhan zat-zat makanan yang diserap oleh tubuh masih digunakan untuk pertumbuhan dan belum terjadi kelebihan energi yang dapat disimpan sebagai protein dan lemak. 4.5. Kadar Lemak Dari Tabel 6. terlihat kandungan lemak pada daging dada itik Peking yang diperoleh dari masing-masing perlakuan pemberian bakteri asam laktat 0%, 1%, 20

2% dan 3% yaitu 0,64%, 0,34%, 0,86% dan 0,66%. Analisis sidik ragam menunjukan bahwa berpengaruh tidak nyata antara kadar lemak daging setiap perlakuan (P>0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian bakteri asam laktat masih belum mampu memperbaiki sifat atau nilai gizi daging. Rataan kadar lemak daging dada itik Peking penelitian ini berkisar antara 0,34 0,86%, pada taraf 1% lebih kecil tetapi pada taraf 0%, 2% dan 3% lebih besar dari yang dinyatakan Tiyantini et al., (1997) pada umur 12 minggu yaitu 0,50%. Damayanti, (2003) melaporkan bahwa kadar lemak daging itik umur 8 minggu yaitu 3,84%. Kadar lemak penelitian ini lebih kecil dibandingkan dengan Tabrany, (2004) menyatakan bahwa komposisi kimia daging itik terdiri atas lemak 5 34%. Hal ini diduga oleh meningkatkanya populasi bakteri asam laktat dalam saluran pencernaan. Menurut Santoso et al. (1995) pemberian bakteri asam laktat (ayam pedaging) menurunkan lemak karkas, menurunkan trigliserida, karena bakteri asam laktat secara efektif bisa menurunkan aktivitas enzim yang berperan dalam laju sintesis asam lemak. Penurunan lemak pada daging disebabkan karena bakteri asam laktat menghasilkan enzim lipase yang bisa memecahkan lemak bermolekul besar menjadi substrat yang lebih kecil sehingga mudah dicerna (Sudha, 2005) dan kemampuan memfermentasikan karbohidrat yang menghasilkan asam lemak rantai pendek dalam saluran pencernaan (Ljung et al. 2005). Manin (2010), menyatakan kelebihan bakteri L. fermentum adalah dapat bertahan hidup pada bagian proventriculus dan ventriculus yang mempunyai ph sangat rendah (ph 2.0 3.0) dan mampu tinggal lebih lama pada usus sehingga terjadi kompetitif terhadap mikroba patogen seperti E. coli dan Salmonella sp. Kelebihan L. plantarum itu bersifat homofermentatif yaitu hasil fermentasinya mengasilkan 100% asam laktat dan L. plantarum juga mempunyai kemampuan untuk menghasilkan bakteriosin yang berfungsi sebagai zat antibiotik (Jenie dan Rini, 2005). Peningkatan jumlah koloni bakteri asam laktat mampu memproduksi asam-asam organik yang mencegah koloniasi bakteri patogen dalam usus halus sehingga kemampuan bakteri patogen pada usus berkurang. Seperti yang dijelaskan Fuller (2002) keseimbangan mikroflora usus akan tercapai apabila 21

mikroba yang menguntungkan dapat menekan mikroba yang merugikan dengan cara mendesak keluar mikroba patogen tersebut. Selain itu, diduga karena salah satu yang mempengaruhi timbunan lemak adalah lemak dalam ransum (Wilson, 1982). Dimana lemak dalam ransum berpengaruh terhadap lemak pada unggas (Rosebrough et al., 1999). Selain itu, disebabkan karena pola pemeliharaan yang berbeda, perbedaan perlakuan yang diberikan, dan bahan yang dianalisis adalah daging data tanpa kulit dan lemak, padahal kandungan lemak pada kulit lebih tinggi serta analisis dilaksanakan pada periode pertumbuhan. Anggorodi, (1998) menyatakan bahwa sangat sedikit energi yang diubah menjadi lemak pada unggas dalam masa pertumbuhan. Permasalahan karakter daging itik yakni bau amis/anyir (off-falvor). Hasil penelitian ini dengan menggunakan bakteri asam laktat dapat mengurangi bau amis/anyir yang ada pada daging itik. Hal ini disebabakan L. plantarum mempunyai kemampuan untuk menghasilkan bakteriosin yang berfungsi sebagai zat antibiotik (Jenie dan Rini, 1995). Bakteriosin yang diproduksi oleh bakteri asam laktat (BAL) digunakan sebagai pengawet makanan dan berpotensi sebagai pengganti antibiotik (Reenen et al., 2006). Bakteriosin dari bakteri asam laktat telah menjadi perhatian penting karena potensinya untuk digunakan sebagai bahan tambahan makanan yang aman sebagai preservatif alami dan non-toxic, serta mencegah terjadinya kebusukan pangan oleh bakteri patogen gram positif (Hata et al., 2010). 22