BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas Penelitian Tindakan Kelas yang biasa disingkat dengan PTK adalah action research yang dilakukan di kelas (Classroom Action Research). Menurut Arikunto, dkk (2006: 3) penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Dalam buku Arikunto dkk terdapat beberapa pengertian PTK menurut beberapa ahli, seperti Suhardjono dan Supardi. Menurut Suhardjono (2006: 58) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran dikelasnya. Sedangkan menurut Supardi (2006: 102) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme pendidik dalam proses belajar mengajar di kelas dengan melihat kondisi siswa. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa PTK adalah tindakan yang terjadi di dalam kelas dengan melakukan tindakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan didasarkan atas upaya untuk meningkatkan hasil yang lebih baik dari sebelumnya. 2. Model Pembelajaran a. Pengertian Pembelajaran Menurut Aunurrahman (2009: 34) pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa 7
8 yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mendukung dan mempengaruhi terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Berbeda dengan Aunurrahman, menurut Aqib (2013: 66), pembelajaran adalah upaya secara sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Sedangkan Sa ud (2009: 124) berpendapat bahwa pembelajaran merupakan sesuatu yang kompleks, artinya segala sesuatu yang terjadi pada proses pembelajaran harus merupakan sesuatu yang sangat berarti baik ucapan, pikiran maupun tindakan. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu rangkaian peristiwa yang dirancang dan disusun secara sistematis untuk dapat memberikan pengaruh yang kompleks bagi siswa baik berupa ucapan, pikiran, maupun tindakan. b. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu metode yang mampu mempengaruhi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Guru harus mampu menggunakan model-model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang akan disampaikan agar mendapatkan hasil yang maksimal. Pengertian model pembelajaran menurut Suyadi (2013: 14) model pembelajaran adalah perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran. Menurut Soekamto dalam Suyadi (2013: 15) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis, dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Sedangkan menurut Joyce (1992) dalam Rohman dan Amri (2013: 27) model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan
9 sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Dari beberapa pendapat para ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola yang digunakan untuk mengelola kelas dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Tidak hanya satu model pembelajaran saja yang dapat digunakan karena model pembelajaran sangat banyak dan dapat digunakan sesuai dengan materi yang akan disampaikan. c. Model Pembelajaran Examples Non-Examples Model pembelajaran Examples Non-Examples merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan model ini dimulai dengan siswa menganalisis contoh-contoh berupa gambar yang sesuai dengan kompetensi dasar kemudian siswa mempresentasikan hasil diskusinya. Pelaksanaan dilakukan dengan cara diskusi kelompok. Langkah-langkah model pembelajaran Examples Non-Examples menurut Aqib (2013: 17) adalah sebagai berikut : 1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran. 2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP. 3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memerhatikan dan menganalisa gambar. 4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas. 5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya. 6. Mulai dari komentar/hasil siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai. 7. Kesimpulan.
Menurut Buehl (1996) dalam skripsi Damiati (2013) menyatakan keuntungan dari model pembelajaran Examples Non-Examples antara lain : 1. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya yang lebih mendalam dan komplek. 2. Siswa terlibat dalam suatu konsep discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman Examples Non-Examples. 3. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian nonexamples yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian examples. 10 Pada penerapan model Examples Non-Examples dapat menimbulkan kerjasama siswa dalam diskusi kelompok untuk menganalisis contoh-contoh berupa gambar. Dengan demikian perhatian siswa terhadap penerapan model Examples Non- Examples akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada. 3. Hasil Belajar Pengertian hasil belajar menurut Sa ud (2009: 95) hasil belajar adalah pencapaian sasaran belajar yang mencerminkan penguasaan dan pemahaman terhadap apa yang dipelajari. Menurut Nawawi dalam Susanto (2013: 5) hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Sedangkan menurut Susanto (2013: 5) hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu hasil yang didapat setelah melalui kegiatan belajar dimana hasil belajar dapat diketahui dari nilai dalam bentuk skor yang menjadi acuan untuk mengetahui penguasaan dan pemahaman siswa pada materi yang diterima.
11 Cara penilaian hasil belajar siswa menggunakan indikator penilaian yang didasarkan pada Permendikbud no.104 tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah, dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 2.1. Konversi Kompetensi Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap Predikat Nilai Kompetensi Pengetahuan Keterampilan Sikap A 3.85-4.00 3.85-4.00 A- 3.51-3.84 3.51-3.84 SB B+ 3.18-3.50 3.18-3.50 B 2.85-3.17 2.85-3.17 B B- 2.51-2.84 2.51-2.84 C+ 2.18-2.50 2.18-2.50 C 1.85-2.17 1.85-2.17 C C- 1.51-1.84 1.51-1.84 D+ 1.18-1.50 1.18-1.50 D 1.00-1.17 1.00-1.17 K (Sumber : Permendikbud no. 104 tahun 2014) Dari data tabel di atas dapat disimpulkan bahwa cara penilaian hasil belajar menurut Permendikbud no.104 tahun 2014 adalah pada setiap mata pelajaran meliputi Kompetensi Pengetahuan, Kompetensi Keterampilan, dan Kompetensi Sikap. Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan menggunakan skala 1-4, sedangkan Kompetensi Sikap menggunakan skala Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K). Sehingga dari total penilaian hasil belajar tersebut dapat dikonversikan kedalam predikat A,B,C,D.
12 4. Keaktifan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia aktif berarti giat (bekerja, berusaha). Keaktifan adalah sesuatu kegiatan belajar yang ditandai adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional, dan fisik (Aunurrahman, 2009: 119). Lingren dalam Daryanto dan Rahardjo (2012: 5) keaktifan adalah interaksi di antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa lainnya. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan adalah suatu keadaan dimana siswa dapat berinteraksi untuk aktif dengan keterlibatan dalam bentuk sikap pada proses belajar. 5. Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung merupakan mata pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan anak dalam menggambar sesuai dengan konsep tema dan ragam gaya. SMK Negeri 2 Sukoharjo sudah menerapkan kurikulum 2013 untuk semua kelas, yaitu : Kelas X, Kelas XI, dan Kelas XII. Alokasi waktu pembelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung di SMK Negeri 2 Sukoharjo 2x@45 menit. Menurut Silabus Kurikulum 2013 Materi Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung adalah sebagai berikut : a. Pengertian desain interior b. Macam-macam konsep dan gaya interior c. Elemen utama interior d. Dasar perencanaan ruang : komposisi, harmoni, dan estetika e. Konsep ruang pada interior dan eksterior : fungsi ruang, zona ruang, dan perencanaan luas ruang f. Dekorasi dan ornamen kantor maupun ruang publik g. Elemen pendukung interior
13 B. Penelitian yang Relevan 1. Hikmah (2015) dalam penelitian yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) Tipe Examples Non-Examples untuk Meningkatkan Hasil Belajar Gambar Konstruksi Bangunan Siswa Kelas XI TGB di SMK Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Examples Non- Examples dapat meningkatkan hasil belajar yang sangat signifikan jika dibandingkan dengan hasil belajar sebelum tindakan (prasiklus). Persentase hasil belajar yang diperoleh dari tahap prasiklus sebesar 44,83% menjadi 70,97% pada siklus I yang menunjukkan peningkatan sebesar 26,14%. Persentase hasil belajar pada siklus II yang diperoleh dengan memperbaiki hasil refleksi dari siklus I adalah sebesar 83,87% yang menunjukkan peningkatan sebesar 12,9%. Sedangkan efektivitas pembelajaran mengalami peningkatan setiap siklusnya, hal ini ditinjau dari penilaian afektif dan psikomotorik. Pada tahap pra siklus sebesar 72,47%, meningkat menjadi 74,92 pada siklus I, dan menjadi 77,95 pada siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Examples Non- Examples dapat meningkatkan hasil belajar dan efektivitas pembelajaran siswa kelas XI dalam pembelajaran Gambar Konstruksi Bangunan di SMK Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2015/2016. 2. Mahfud (2013) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Metode Pembelajaran Example Non Example pada Standar Kompetensi Merawat Peralatan Rumah Tangga Listrik terhadap Hasil Belajar Siswa di SMK Negeri 1 Cerme Gresik. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran Example Non Example diperoleh nilai rata-rata pada ranah kognitif sebesar 81,73 sedangkan menggunakan metode ceramah nilai rata-rata 77,73. Pada ranah psikomotorik dengan menggunakan metode pembelajaran Example Non Example diperoleh nilai rata-rata sebesar 79,44 sedangkan menggunakan metode ceramah nilai rata-rata 68,89. Akan tetapi metode
14 penelitian pada penelitian tersebut menggunakan metode kuantitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi dan tes. 3. Putra (2012) dalam penelitian yang berjudul Penerapan Metode Pembelajaran Example Non Example pada Mata Pelajaran Pekerjaan Mekanika Dasar Kelistrikan Kelas X di SMK Negeri 2 Yogyakarta. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran Example Non Example dapat : 1) meningkatkan aktivitas belajar siswa, yaitu ditunjukkan dengan meningkatnya aktivitas positif siswa siklus I ke siklus II, yaitu 12,50% dan menurunnya aktivitas negatif siswa siklus I ke siklus II, yaitu 6,67%. 2) dapat meningkatkan hasil belajar siswa, aktivitas siswa mempengaruhi hasil belajar siswa, dilihat dari peningkatan nilai siswa pada setiap siklus. Nilai siswa yang tuntas pada siklus I, yaitu pre test sebanyak 5 siswa (16,67%), post test 1 sebanyak 18 siswa atau (60%), dan siklus II, yaitu post test 2 menjadi 26 siswa atau (86,67%). Nilai ratarata kelas pada tes siklus I, yaitu saat pre test adalah 71,33, post test 1 adalah 75,50 dan pada tes siklus II menjadi 81,67. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan metode pembelajaran Example Non Example dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa kelas X dalam pembelajaran Pekerjaan Mekanik Dasar Kelistrikan di SMK Negeri 2 Yogyakarta. Beberapa penelitian di atas telah membuktikan bahwa terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran Examples Non-Examples terhadap hasil belajar. Sehingga hal tersebut menjadi dasar bagi peneliti untuk mengadakan penelitian yang bertemakan sejenis dengan penelitian yang relevan di atas, akan tetapi berbeda waktu, lokasi, dan subjek penelitian. C. Kerangka Berpikir Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung merupakan mata pelajaran yang mengharuskan siswa untuk bisa mendesain gambar berdasarkan konsep tema dan ragam gaya desain interior. Akan tetapi, siswa cenderung terbiasa pasif dari apa yang disampaikan oleh guru dan tidak berusaha untuk aktif. Hal ini juga ditambah
15 dengan cara penyampaian materi yang disampaikan oleh guru.yang masih menggunakan cara yang sederhana sehingga berakibat pada rendahnya hasil belajar. Hasil belajar Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung yang dicapai siswa adalah untuk dapat memahami materi yang telah disampaikan. Siswa mampu mencapai hasil belajar Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung dengan menghasilkan suatu karya yang kreatif. Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam pembelajaran. Ketepatan seorang guru dalam memilih model pembelajaran sangat berpengaruh dalam berlangsungnya proses belajar mengajar. Oleh karena itu, guru harus dapat tepat dalam memilih model yang digunakan untuk menjelaskan materi yang disampaikan. Model pembelajaran Examples Non-Examples merupakan salah satu model yang memerlukan pendekatan pengajaran melalui kelompok kecil. Model pembelajaran ini membekali siswa untuk dapat bekerja sama dalam menyelesaikan masalah. Siswa dapat langsung mempelajari suatu topik tertentu dalam suasana yang menyenangkan. Model ini melatih siswa untuk dapat berkomunikasi dengan baik terhadap kelompoknya dan dapat meningkatkan daya nalar peserta didik. Pada model pembelajaran Examples Non-Examples guru berperan sebagai fasilitator, moderator, dan motivator yang berusaha mengaktifkan siswa. Oleh karena itu, model pembelajaran Examples Non-Examples diharapkan menghasilkan dan memperoleh hasil belajar Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung yang lebih baik daripada model pembelajaran konvensional. Dari penilaian di atas dapat digambarkan kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
16 Kondisi Awal Terdapat Permasalahan Siswa Cenderung Pasif (keaktifan siswa masih rendah) Hasil Belajar Siswa Masih Rendah (khususnya pada pokok bahasan konsep tema dan ragam gaya) Penyebab 1. Pembelajaran pada materi tersebut masih berpusat pada guru 2. Siswa kurang merespon Model Pembelajaran Examples Non-Examples Siswa Lebih Aktif dalam Pembelajaran Meningkatkan Hasil Belajar Gambar 2.1. Diagram Kerangka Pemikiran D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Penggunaan model pembelajaran Examples Non-Examples dapat meningkatkan keaktifan dalam proses pembelajaran. 2. Penggunaan model pembelajaran Examples Non-Examples dapat meningkatkan hasil belajar pada pelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung.