BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

Penggunaan Model Pembelajaran Examples Non-Examples untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMK Negeri 1 Bireun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

BAB II KAJIAN TEORI. pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki prilaku, sikap, dan

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI)

BAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar


III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan pembelajaran yang inovatif. Pembelajaran yang menuntut

SIMULASI IPAL MELALUI PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA SMA NEGERI II SUKOHARJO.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini metode yang dipakai adalah metode penelitian tindakan karena

Kata kunci : Ability Grouping, Hasil belajar, Mekanika Teknik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Kata kunci : Ability Grouping, Hasil belajar, Mekanika Teknik

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research

Khoirun Nisa Nurul Fitri 1, Lilis Sugiyanti 2 PTE FT UNNES 1, SMA Negeri 2 Ungaran 2

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

BAB III METODE PENELITIAN. (PTK). Penelitian Tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom

: GARNIS AYU AMALIA K

Agus Purwanto SMP 5 Kudus

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian

1 Pendidikan Teknik Bangunan Universitas Sebelas Maret 2,3 Dosen Pendidikan Teknik Bangunan Universitas Sebelas Maret

Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf Narasi Ekspositoris Siswa Kelas XI SMK Yapek Gombong dengan Metode Example Non-Example

Purhandayani SMP Teuku Umar Semarang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action

BAB III METODE PENELITIAN

Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia

JUPENDAS, Vol. 3, No. 1, Maret 2016 ISSN:

PENINGKATAN KEMAMPUAN MELAKUKAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN MELALUI METODE MAKE A MATCH

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research), dimana

BAB III METODE PENELITIAN. dengan baik dan benar (Kunandar, 2011: 41). Adlan (2011: 4) menjelaskan

BAB III METODELOGI PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR KKPI PADA SISWA SMKN 2 MALANG

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan kepada situasi kelas atau yang lazim dikenal dengan classroom. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang

Scaffolding 4 (1) (2015) Scaffolding.

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS)

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS No.

BAB II KAJIAN TEORI. a. Pengertian Model Pembelajaran kooperatif. bersama melalui teknik teknik tertentu. 1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Efniati SMP Negeri 14 Bandar Lampung ABSTRACT Keywords: Contextual teaching learning, Learning outcomes, Art.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

1 Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 2.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. umum terdapat empat langkah dalam melakukan PTK, yaitu perencanaan,

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau Penelitian

*Keperluan Korespondensi, telp: ,

METODE PENELITIAN. Daryanto ( 2012: 1). Bagi mahasiswa terutama mereka yang mengambil

Lathifatus Sa adah 1 Soewalni Soekirno 2 dan Anggit Grahito Wicaksono 3 ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. lazim dikenal classroom action research (Wardhani dkk, 2007: 13). Menurut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

PENERAPAN METODE QUANTUM LEARNING TEKNIK PETA PIKIRAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X IPS 5 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan model pembelajaran AIR ( Auditory Intellectually

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X MIA 3 SMA NEGERI 6 MALANG

Pardomuan N.J.M. Sinambela Afrodita Munthe. Kata Kunci: Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika, Pembelajaran Matematika Realistik.

BAB III METODE PENELITIAN. kata-kata atau pernyataan-pernyataan (yang diperoleh melalui wawancara,

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT WIRAUSAHAWAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

Aprillia Fitriana 1, Dwi Haryoto 2, Sumarjono 3 Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Malang.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Wonoharjo, Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

MAKALAH TUGAS KELOMPOK EXAMPLE NON EXAMPLE. Mata Kuliah: METODE PEMBELAJARAN. Dosen Pengampu: Ahmad Nasir Aribowo, M.Pd.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG KELILING PERSEGI PANJANG MELALUI METODE DEMONSTRASI. Ghonimah

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Setting dan Karaktersistik Subjek Penelitian. Lokasi penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SD 06 Bulungcangkring

III. METODE PENELITIAN. melakukan suatu perbaikan yang bersifat reflektif dan kolaboratif. Dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN MELALUI PENERAPAN SCIENTIFIC APPROACH PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Taktakan Kabupaten Serang. Adapun alasan pemilhan lokasi PTK ini dikarenakan:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAAN

SILABUS MATA PELAJARAN GAMBAR INTERIOR DAN EKSTERIOR BANGUNAN GEDUNG

HURIYAH Program Studi Magister Pendidikan IPS Program Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

PENERAPAN METODE PQ4R UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI SISWA PADA MATA PELAJARAN SISTEM PENDINGIN DI SMK MA ARIF 4 KEBUMEN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PAIR

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING

NASKAH PUBLIKASI. Disusun sebagai persyaratan Guna mencapai Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Diajukan Oleh: WAHYUNINGSIH A

PENGGUNAAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD. 1 Mahasiswa PGSD FKIP UNS 2,3 Dosen PGSD FKIP UNS

Mahasiswa Program Sarjana Pendidikan Kimia FKIP,UNS, Surakarta, Indonesia 2. Dosen Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. 1. Tempat Penelitian. 2. Waktu Penelitian

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas Penelitian Tindakan Kelas yang biasa disingkat dengan PTK adalah action research yang dilakukan di kelas (Classroom Action Research). Menurut Arikunto, dkk (2006: 3) penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Dalam buku Arikunto dkk terdapat beberapa pengertian PTK menurut beberapa ahli, seperti Suhardjono dan Supardi. Menurut Suhardjono (2006: 58) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran dikelasnya. Sedangkan menurut Supardi (2006: 102) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme pendidik dalam proses belajar mengajar di kelas dengan melihat kondisi siswa. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa PTK adalah tindakan yang terjadi di dalam kelas dengan melakukan tindakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan didasarkan atas upaya untuk meningkatkan hasil yang lebih baik dari sebelumnya. 2. Model Pembelajaran a. Pengertian Pembelajaran Menurut Aunurrahman (2009: 34) pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa 7

8 yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mendukung dan mempengaruhi terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Berbeda dengan Aunurrahman, menurut Aqib (2013: 66), pembelajaran adalah upaya secara sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Sedangkan Sa ud (2009: 124) berpendapat bahwa pembelajaran merupakan sesuatu yang kompleks, artinya segala sesuatu yang terjadi pada proses pembelajaran harus merupakan sesuatu yang sangat berarti baik ucapan, pikiran maupun tindakan. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu rangkaian peristiwa yang dirancang dan disusun secara sistematis untuk dapat memberikan pengaruh yang kompleks bagi siswa baik berupa ucapan, pikiran, maupun tindakan. b. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu metode yang mampu mempengaruhi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Guru harus mampu menggunakan model-model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang akan disampaikan agar mendapatkan hasil yang maksimal. Pengertian model pembelajaran menurut Suyadi (2013: 14) model pembelajaran adalah perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran. Menurut Soekamto dalam Suyadi (2013: 15) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis, dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Sedangkan menurut Joyce (1992) dalam Rohman dan Amri (2013: 27) model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan

9 sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Dari beberapa pendapat para ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola yang digunakan untuk mengelola kelas dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Tidak hanya satu model pembelajaran saja yang dapat digunakan karena model pembelajaran sangat banyak dan dapat digunakan sesuai dengan materi yang akan disampaikan. c. Model Pembelajaran Examples Non-Examples Model pembelajaran Examples Non-Examples merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan model ini dimulai dengan siswa menganalisis contoh-contoh berupa gambar yang sesuai dengan kompetensi dasar kemudian siswa mempresentasikan hasil diskusinya. Pelaksanaan dilakukan dengan cara diskusi kelompok. Langkah-langkah model pembelajaran Examples Non-Examples menurut Aqib (2013: 17) adalah sebagai berikut : 1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran. 2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP. 3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memerhatikan dan menganalisa gambar. 4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas. 5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya. 6. Mulai dari komentar/hasil siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai. 7. Kesimpulan.

Menurut Buehl (1996) dalam skripsi Damiati (2013) menyatakan keuntungan dari model pembelajaran Examples Non-Examples antara lain : 1. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya yang lebih mendalam dan komplek. 2. Siswa terlibat dalam suatu konsep discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman Examples Non-Examples. 3. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian nonexamples yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian examples. 10 Pada penerapan model Examples Non-Examples dapat menimbulkan kerjasama siswa dalam diskusi kelompok untuk menganalisis contoh-contoh berupa gambar. Dengan demikian perhatian siswa terhadap penerapan model Examples Non- Examples akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada. 3. Hasil Belajar Pengertian hasil belajar menurut Sa ud (2009: 95) hasil belajar adalah pencapaian sasaran belajar yang mencerminkan penguasaan dan pemahaman terhadap apa yang dipelajari. Menurut Nawawi dalam Susanto (2013: 5) hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Sedangkan menurut Susanto (2013: 5) hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu hasil yang didapat setelah melalui kegiatan belajar dimana hasil belajar dapat diketahui dari nilai dalam bentuk skor yang menjadi acuan untuk mengetahui penguasaan dan pemahaman siswa pada materi yang diterima.

11 Cara penilaian hasil belajar siswa menggunakan indikator penilaian yang didasarkan pada Permendikbud no.104 tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah, dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 2.1. Konversi Kompetensi Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap Predikat Nilai Kompetensi Pengetahuan Keterampilan Sikap A 3.85-4.00 3.85-4.00 A- 3.51-3.84 3.51-3.84 SB B+ 3.18-3.50 3.18-3.50 B 2.85-3.17 2.85-3.17 B B- 2.51-2.84 2.51-2.84 C+ 2.18-2.50 2.18-2.50 C 1.85-2.17 1.85-2.17 C C- 1.51-1.84 1.51-1.84 D+ 1.18-1.50 1.18-1.50 D 1.00-1.17 1.00-1.17 K (Sumber : Permendikbud no. 104 tahun 2014) Dari data tabel di atas dapat disimpulkan bahwa cara penilaian hasil belajar menurut Permendikbud no.104 tahun 2014 adalah pada setiap mata pelajaran meliputi Kompetensi Pengetahuan, Kompetensi Keterampilan, dan Kompetensi Sikap. Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan menggunakan skala 1-4, sedangkan Kompetensi Sikap menggunakan skala Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K). Sehingga dari total penilaian hasil belajar tersebut dapat dikonversikan kedalam predikat A,B,C,D.

12 4. Keaktifan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia aktif berarti giat (bekerja, berusaha). Keaktifan adalah sesuatu kegiatan belajar yang ditandai adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional, dan fisik (Aunurrahman, 2009: 119). Lingren dalam Daryanto dan Rahardjo (2012: 5) keaktifan adalah interaksi di antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa lainnya. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan adalah suatu keadaan dimana siswa dapat berinteraksi untuk aktif dengan keterlibatan dalam bentuk sikap pada proses belajar. 5. Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung merupakan mata pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan anak dalam menggambar sesuai dengan konsep tema dan ragam gaya. SMK Negeri 2 Sukoharjo sudah menerapkan kurikulum 2013 untuk semua kelas, yaitu : Kelas X, Kelas XI, dan Kelas XII. Alokasi waktu pembelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung di SMK Negeri 2 Sukoharjo 2x@45 menit. Menurut Silabus Kurikulum 2013 Materi Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung adalah sebagai berikut : a. Pengertian desain interior b. Macam-macam konsep dan gaya interior c. Elemen utama interior d. Dasar perencanaan ruang : komposisi, harmoni, dan estetika e. Konsep ruang pada interior dan eksterior : fungsi ruang, zona ruang, dan perencanaan luas ruang f. Dekorasi dan ornamen kantor maupun ruang publik g. Elemen pendukung interior

13 B. Penelitian yang Relevan 1. Hikmah (2015) dalam penelitian yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) Tipe Examples Non-Examples untuk Meningkatkan Hasil Belajar Gambar Konstruksi Bangunan Siswa Kelas XI TGB di SMK Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Examples Non- Examples dapat meningkatkan hasil belajar yang sangat signifikan jika dibandingkan dengan hasil belajar sebelum tindakan (prasiklus). Persentase hasil belajar yang diperoleh dari tahap prasiklus sebesar 44,83% menjadi 70,97% pada siklus I yang menunjukkan peningkatan sebesar 26,14%. Persentase hasil belajar pada siklus II yang diperoleh dengan memperbaiki hasil refleksi dari siklus I adalah sebesar 83,87% yang menunjukkan peningkatan sebesar 12,9%. Sedangkan efektivitas pembelajaran mengalami peningkatan setiap siklusnya, hal ini ditinjau dari penilaian afektif dan psikomotorik. Pada tahap pra siklus sebesar 72,47%, meningkat menjadi 74,92 pada siklus I, dan menjadi 77,95 pada siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Examples Non- Examples dapat meningkatkan hasil belajar dan efektivitas pembelajaran siswa kelas XI dalam pembelajaran Gambar Konstruksi Bangunan di SMK Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2015/2016. 2. Mahfud (2013) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Metode Pembelajaran Example Non Example pada Standar Kompetensi Merawat Peralatan Rumah Tangga Listrik terhadap Hasil Belajar Siswa di SMK Negeri 1 Cerme Gresik. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran Example Non Example diperoleh nilai rata-rata pada ranah kognitif sebesar 81,73 sedangkan menggunakan metode ceramah nilai rata-rata 77,73. Pada ranah psikomotorik dengan menggunakan metode pembelajaran Example Non Example diperoleh nilai rata-rata sebesar 79,44 sedangkan menggunakan metode ceramah nilai rata-rata 68,89. Akan tetapi metode

14 penelitian pada penelitian tersebut menggunakan metode kuantitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi dan tes. 3. Putra (2012) dalam penelitian yang berjudul Penerapan Metode Pembelajaran Example Non Example pada Mata Pelajaran Pekerjaan Mekanika Dasar Kelistrikan Kelas X di SMK Negeri 2 Yogyakarta. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran Example Non Example dapat : 1) meningkatkan aktivitas belajar siswa, yaitu ditunjukkan dengan meningkatnya aktivitas positif siswa siklus I ke siklus II, yaitu 12,50% dan menurunnya aktivitas negatif siswa siklus I ke siklus II, yaitu 6,67%. 2) dapat meningkatkan hasil belajar siswa, aktivitas siswa mempengaruhi hasil belajar siswa, dilihat dari peningkatan nilai siswa pada setiap siklus. Nilai siswa yang tuntas pada siklus I, yaitu pre test sebanyak 5 siswa (16,67%), post test 1 sebanyak 18 siswa atau (60%), dan siklus II, yaitu post test 2 menjadi 26 siswa atau (86,67%). Nilai ratarata kelas pada tes siklus I, yaitu saat pre test adalah 71,33, post test 1 adalah 75,50 dan pada tes siklus II menjadi 81,67. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan metode pembelajaran Example Non Example dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa kelas X dalam pembelajaran Pekerjaan Mekanik Dasar Kelistrikan di SMK Negeri 2 Yogyakarta. Beberapa penelitian di atas telah membuktikan bahwa terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran Examples Non-Examples terhadap hasil belajar. Sehingga hal tersebut menjadi dasar bagi peneliti untuk mengadakan penelitian yang bertemakan sejenis dengan penelitian yang relevan di atas, akan tetapi berbeda waktu, lokasi, dan subjek penelitian. C. Kerangka Berpikir Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung merupakan mata pelajaran yang mengharuskan siswa untuk bisa mendesain gambar berdasarkan konsep tema dan ragam gaya desain interior. Akan tetapi, siswa cenderung terbiasa pasif dari apa yang disampaikan oleh guru dan tidak berusaha untuk aktif. Hal ini juga ditambah

15 dengan cara penyampaian materi yang disampaikan oleh guru.yang masih menggunakan cara yang sederhana sehingga berakibat pada rendahnya hasil belajar. Hasil belajar Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung yang dicapai siswa adalah untuk dapat memahami materi yang telah disampaikan. Siswa mampu mencapai hasil belajar Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung dengan menghasilkan suatu karya yang kreatif. Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam pembelajaran. Ketepatan seorang guru dalam memilih model pembelajaran sangat berpengaruh dalam berlangsungnya proses belajar mengajar. Oleh karena itu, guru harus dapat tepat dalam memilih model yang digunakan untuk menjelaskan materi yang disampaikan. Model pembelajaran Examples Non-Examples merupakan salah satu model yang memerlukan pendekatan pengajaran melalui kelompok kecil. Model pembelajaran ini membekali siswa untuk dapat bekerja sama dalam menyelesaikan masalah. Siswa dapat langsung mempelajari suatu topik tertentu dalam suasana yang menyenangkan. Model ini melatih siswa untuk dapat berkomunikasi dengan baik terhadap kelompoknya dan dapat meningkatkan daya nalar peserta didik. Pada model pembelajaran Examples Non-Examples guru berperan sebagai fasilitator, moderator, dan motivator yang berusaha mengaktifkan siswa. Oleh karena itu, model pembelajaran Examples Non-Examples diharapkan menghasilkan dan memperoleh hasil belajar Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung yang lebih baik daripada model pembelajaran konvensional. Dari penilaian di atas dapat digambarkan kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

16 Kondisi Awal Terdapat Permasalahan Siswa Cenderung Pasif (keaktifan siswa masih rendah) Hasil Belajar Siswa Masih Rendah (khususnya pada pokok bahasan konsep tema dan ragam gaya) Penyebab 1. Pembelajaran pada materi tersebut masih berpusat pada guru 2. Siswa kurang merespon Model Pembelajaran Examples Non-Examples Siswa Lebih Aktif dalam Pembelajaran Meningkatkan Hasil Belajar Gambar 2.1. Diagram Kerangka Pemikiran D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Penggunaan model pembelajaran Examples Non-Examples dapat meningkatkan keaktifan dalam proses pembelajaran. 2. Penggunaan model pembelajaran Examples Non-Examples dapat meningkatkan hasil belajar pada pelajaran Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung.