III. METODE PENELITIAN Penelitian pendahuluan telah dilakukan sejak tahun 2007 di pabrik gula baik yang konvensional maupun yang rafinasi serta tempat lain yang ada kaitannya dengan bidang penelitian. Penelitian utama dilakukan mulai Juli sampai Desember 2008, kemudian dilanjutkan sampai dengan Mei 2010 dengan melakukan survei di PTPN X, PTPN XI, PT Jawa Manis (1 PG), PT RNI II (4 pabrik gula). Pada penelitian ini jumlah pabrik gula yang diteliti yaitu 45 buah dari 61 buah pabrik yang aktif atau sekitar 73%. Dari ke 45 pabrik gula tersebut dilakukan penelitian secara garis besar (makro) selama 2 tahun seperti Business Plan, Kinerja Permesinan, On farm, Bahan Baku, SdM, partisipasi masyarakat, pengolahan limbah, dengan melakukan beberapa kali focus group discussion (FGD) yaitu di Jakarta (4 kali), di Yogyakarta (1 kali), di Surabaya (2 kali). Secara garis besar penelitian ini, antara lain meliputi : 1. Survey lapangan di pabrik gula dan industri pembuat mesin peralatan. 2. Melakukan wawancara terhadap para stakeholder untuk menyusun kebijakan pengelolaan pabrik gula. Pada penelitian dikumpulkan data primer dan data sekunder, baik yang berkaitan langsung dengan kegiatan maupun sebagai penunjang dalam menyelesaikan penelitian yang dilakukan. Kegiatan pengumpulan data meliputi aktivitas desk study dan wawancara langsung dengan beberapa pelaku industi gula nasional. A. Desk study Desk study untuk inventarisasi data kualitatif dan kuantitatif serta informasi umum mengenai teknologi, macam/jenis/type/spesifikasi teknis dan mesin peralatan industri gula. Kegiatan ini merupakan pengumpulan data berdasarkan dokumendokumen yang ada pada dinas/instansi, asosiasi terkait yang berhubungan dengan industri gula. Data yang dikumpulkan antara lain : 1. Perkembangan luas dan produktivitas/produk kebun bahan baku industri gula (tebu) di Indonesia (5 tahun terakhir). 2. Perkembangan jumlah dan kapasitas industri di Indonesia yang meliputi : a. Jenis produk (gula, dan produk turunannya). b. Produktivitas/produk dari masing-masing jenis produk.
48 c. Mesin/peralatan yang digunakan dalam industri gula. d. Tingkat efisiensi mesin/peralatan industri gula yang ada saat ini. 3. Perkembangan konsumsi masing-masing produk industri gula di dunia dan Indonesia (5 tahun). 4. Jumlah negara pemasok gula dan produk turunannya serta jumlah pasokannya (5 tahun). B. Metode Wawancara Wawancara dilakukan kepada responden yang terkait dengan industri gula, pelaku industri gula, pejabat dari instansi, asosiasi terkait, perguruan tinggi, balai litbang dan industri pendukung. Wawancara dilaksanakan dengan berpedoman pada kuesioner atau daftar pertanyaan yang sudah disiapkan. Mengingat penelitian ini merupakan penelitian yang ditujukan untuk membuat kebijakan pengelolaan di pabrik gula, maka pada penelitian ini dilakukan wawancara secara mendalam terhadap stakeholder terkait dengan menggunakan bantuan kuesioner baik untuk analisis keberlanjutan yang menilai tentang keberlanjutan dari dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, hukum dan kelembagaan. Serta dilanjutkan dengan analisis hierarki proses untuk mencari alternatif kebijakannya. C. Metode Observasi (Pengamatan Langsung) Pengamatan langsung dilakukan berdasarkan pokok-pokok identifikasi yang meliputi : 1. Kondisi kegiatan usaha industri gula serta proses produksinya bagi masing-masing produk dan keberadaan mesin/peralatan yang sudah tersedia. 2. Kondisi kegiatan usaha industri dalam penanganan limbah. 3. Program industri terhadap masyarakat sekitar. Kategori Keberlanjutan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : 1. Skala Indek 75% - 100% Kategori: baik 2. Skala Indek 50% - 75% Kategori: cukup 3. Skala Indek 25% - 50% Kategori: kurang 4. Skala Indek 0% - 25% Kategori: buruk
49 3.1 Jenis, Sumber Data, dan Teknik Pengambilan Contoh Dalam rangka menjaga obyektivitas dan dapat mempresentasikan kondisi yang sebenarnya, maka diambil contoh penelitian dari kepustakaan, organisasi atau asosiasi terkait, dari pabrik gula (konvensional maupun rafinasi). Setelah data terkumpul maka dilakukan penyusunan dan penyaringan sehingga data yang dipakai untuk keperluan analisis merupakan data yang valid dan relevan. Penyaringan data dilakukan sesuai dengan jenis dan tingkat kepentingan informasi yang dibutuhkan melalui serangkaian proses pengolahan agar didapatkan suatu data yang dapat dipakai sebagai bahan analisis untuk masing-masing potensi yang akan dijabarkan. a. Data Primer Data primer yang dikumpulkan pada penelitian ini meliputi data eksisting di pabrik gula yang konvensional dan industri gula rafinasi, jenis limbah yang dihasilkan, perlakuan terhadap limbah yang dihasilkan serta upaya pemanfaatan limbah gula yang sudah dilakukan selama ini dan pengelolaan yang dilakukan terhadap limbah gula serta data kualitas limbah cair, dan kualitas udara sekitar pabrik (debu, kandungan bahan kimia serta kebisingan). Disamping dari sumber data tersebut, pada penelitian ini salah satu data primer yang diambil adalah pendapat stakeholder (pendapat dan pertanyaan-pertanyaan tersebut, dipandu berdasarkan kuesioner yang telah disediakan). Untuk keperluan ini stakeholder yang diwawancarai/diminta pendapatnya antara lain: 1. Dinas Perindustrian dan Perdagangan setempat 2. Departemen Perdagangan 3. Departemen Perindustrian 4. Bapeda 5. Dinas Lingkungan hidup 6. Pengusaha (pemegang modal) 7. Bagian pengelolaan limbah di industri pabrik gula 8. Masyarakat 9. Instansi terkait lainnya. Adapun persyaratan stakeholders tersebut antara lain adalah sekurangkurangnya sudah menjabat diposisi yang diinginkan selama 2 tahun, atau untuk
50 masyarakat sekurang-kurangnya sudah tinggal di lokasi sekitar industri gula selama 5 tahun. Sedangkan untuk perguruan tinggi dan LSM diutamakan untuk yang menguasai bidang pengelolaan limbah b. Data Sekunder Data sekunder yang diambil adalah data saat ini dan data pada tahun-tahun sebelumnya yang diambil dari instansi terkait seperti dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten, Dinas Perindustrian dan Perdagangan setempat, data kualitas limbah cair, data jenis dan kualitas limbah padat yang dihasilkan, sarana dan prasarana pengolahan limbah domestik, sarana dan prasarana lingkungan, fasos dan fasum. c. Data Sosial budaya-ekonomi Data sosial budaya ekonomi yang digunakan pada penelitian ini meliputi data primer yakni: 1. Pandangan masyarakat terhadap keberadaan pabrik gula disekitar lokasi permukiman, dan pandangan terhadap keberadaan limbah dan pengolahan limbah industri pabrik gula 2. Struktur ekonomi, jumlah penduduk, tingkat pertumbuhan penduduk, pengeluaran keluarga, laju pertumbuhan ekonomi, pendapatan/produktivitas per kapita, pengeluaran keluarga, pendapatan dan penyebaran aktifitas ekonomi Selain itu juga diambil data sekunder yang diperoleh dari berbagai instansi terkait yang meliputi 1. Jumlah dan komposisi penduduk, jumlah keluarga, tingkat kesehatan, tingkat pendidikan, pola pekerjaan, kesempatan kerja, jumlah tenaga kerja, kegiatan sosial budaya, luas wilayah, kondisi perumahan, status pemilikan lahan, tingkat aksesibilitas 2. Dana sektor-sektor pembangunan 3.2. Analisis data a. Analisis Keberlanjutan Industri Gula Analisis keberlanjutan dilakukan melalui beberapa tahapan yakni: 1. Penentuan atribut pengelolaan limbah industri gula pada masing-masing faktor
51 2. Penilaian terhadap setiap atribut (skala ordinal) berdasarkan kriteria keberlanjutan pada setiap faktor 3. Analisis ordinasi Rap-fish yang berbasis metode multidimentional scalling (MDS) 4. Penyusunan indeks dan status keberlanjutan pengelolaan limbah industri gula yang dikaji secara umum dan dikaji pada setiap faktornya. Pada setiap atribut data yang dihasilkan dari pengamatan lapang, diberi skor atau peringkat yang mencerminkan keberlanjutan dimensi pengelolaan limbah industri gula dengan skor buruk (kondisi yang paling tidak menguntungkan) sampai dengan baik (kondisi paling menguntungkan), serta antara keduanya. Nilai/skor tersebut dianalisis secara multidimensional, untuk menentukan satu atau beberapa titik yang mencerminkan posisi berkelanjutan dari pengelolaan limbah industri gula. Untuk memudahkan visualisasi posisi ini digunakan analisis ordinasi Rap-fish. Untuk ini digunakan perangkat lunak modifikasi Rap-fish (Kavanagh, 2001) yang merupakan pengembangan MDS yang ada pada perangkat lunak SPSS, sehingga posisi titik berkelanjutannya dapat divisualisasikan dalam sumbu horizontal dan vertikal. Selanjutnya dilakukan proyeksi titik-titik tersebut pada garis mendatar, dan diberi skor 0% dan titik baik 100%, dan titik yang berada diantara keduanya merupakan posisi keberlanjutan sistem. Pada analisis ordinasi mencerminkan seberapa jauh status keberlanjutan faktor tersebut dan hasil analisis terhadap semua faktor, menunjukkan perbandingan keberlanjutan antar faktor yang divisualisasikan dalam bentuk diagram layanglayang/kite diagram (Gambar 6). Jika sistem yang dikaji nilai indeksnya lebih dari 50% (>50%), maka sistem tersebut sustainable, namun jika kurang dari 50% (<50%), maka sistem tersebut belum sustainable. Selanjutnya dilakukan analisis sensitivitas untuk melihat atribut apa yang paling sensitif memberikan kontribusi di lokasi penelitian. Pengaruh dari setiap atribut dilihat dalam bentuk perubahan root mean square (RMS) ordinasi, khususnya pada sumbu X (skala sustainabilitas). Dalam mengevaluasi pengaruh galat (eror) acak pada proses pendugaan nilai ordinasi pengelolaan limbah industri gula digunakan analisis Monte Carlo, karena
52 menurut Kavanagh (2001) serta Fauzi dan Anna (2002) analisis ini dapat digunakan untuk mempelajari: 1. Pengaruh kesalahan pembuatan skore atribut yang disebabkan oleh pemahaman kondisi lokasi, penelitian yang belum sempurna atau kesalahan pemahaman terhadap atribut atau cara pembuatan skor atribut 2. Pengaruh variasi pemberian skor akibat perbedaan opini atau penilaian oleh peneliti yang berbeda 3. Stabilitas proses analisis MDS yang berulang-ulang (interaksi) 4. Kesalahan pemasukan data atau ada kehilangan data 5. Tingginya nilai stress hasil analisis Rap - fish (nilai stress dapat diterima jika 25%) Gambar 6. Ilustrasi indeks keberlanjutan (jika lima dimensi) setiap faktor mempunyai kepentingan/kontribusi. Untuk lebih jelasnya tahapan analisis Rap - fish menggunakan metoda MDS dengan aplikasi Rap-fish dapat dilihat pada Gambar 7.
53 Kondisi pengelolaan limbah saat ini Gambar 7. Tahapan analisis dengan aplikasi modifikasi Rap fish menggunakan MDS b. Analisis Hierarki Proses (AHP) Pada penelitian ini ditentukan alternatif pengelolaan industri gula. Dalam menentukan alternatif pengelolaan pabrik gula dalam rangka mewujudkan model pengelolaan industri gula yang berwawasan lingkungan dilakukan analisis dengan menggunakan AHP dengan prinsip kerja sebagai berikut (Maarif, 2000). 1. Identifikasi sistem, yaitu untuk mengidentifikasi permasalahan dan menentukan solusi yang diinginkan 2. Penyusunan struktur hierarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan subtujuan-subtujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah 3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan pengaruh relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan yang setingkat di atasnya. Perbandingan berdasarkan judgment dari pengambil keputusan, dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya 4. Menghitung matriks pendapat individu 5. Menghitung pendapat gabungan 6. Pengolahan horizontal
54 7. Pengolahan vertikal 8. Revisi pendapat c. Membuat Struktur Hirarki Dalam menganalisis kebijakan pengelolaan limbah industri gula, struktur Hirarkinya dicoba untuk dilihat secara cukup detil seperti terlihat pada Gambar 8. Gambar 8 menunjukkan model pengembangan industri gula berkelanjutan dilihat dari berbagai aspek dan pemangku kepentingan (stakeholder), sedangkan Gambar 9 memperlihatkan contoh sintesa prioritas pemecahan masalah pada industri gula. PADAT (Solid Waste Sosial budaya Budaya LIMBAH INDUSTRI CAIR (Liquid Waste) Ekonomi GAS (Air Waste) Lingkungan Gambar 8. Struktur hirarki limbah industri gula
55 Fokus Industri Gula Faktor Sosbud Ekonomi Lingkungan Aktor Dis. Perindag Deperindag Dinas LH Pengusaha Masyarakat Tujuan Bahan Baku Transportasi Fiskal Pemasaran Teknologi Partisipasi Masy. Perbankan Infrastruktur Sasaran Revitalisasi Swastanisasi Ekstensifikasi Gambar 9. Diagram hirarki AHP pada pengembangan industri gula d. Membuat matriks perbandingan berpasangan Pada analisis AHP dibuat perbandingan berpasangan untuk menggambarkan pengaruh relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan yang setingkat di atasnya, dengan didasarkan pada judgement dari para pengambil keputusan. Dalam menilai perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen terhadap elemen yang lain, digunakan pembobotan berdasarkan skala Saaty (Saaty, 1993 dalam Maarif, 2000) seperti Tabel 2. e. Penentuan prioritas Mengolah nilai-nilai perbandingan relatif sehingga dapat ditentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif. Bobot atau prioritas dihitung menggunakan manipulasi matriks (melalui penyelesaian persamaan matematik).
56 Tabel 2. Skala banding secara berpasangan dalam AHP Tingkat Kepentingan 1 3 5 7 9 2,4,6,8 Kebalikan Keterangan Kedua elemen sama pentingnya. Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya. Elemen yang satu lebih penting daripada elemen yang lain. Elemen yang satu jelas lebih penting daripada elemen yang lain. Elemen yang satu mutlak lebih penting daripada elemen yang lain. Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan. Jika untuk aktifitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktifitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i. Penjelasan Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama terhadap tujuan. Pengalaman dan penilaian sedikit mendukung satu elemen dibandingkan elemen lainnya. Pengalaman dan penilaian sangat kuat mendukung satu elemen dibanding elemen lainnya. Satu elemen dengan kuat didukung dan dominan terlihat dalam praktek. Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan. Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan. f. Konsistensi logis Semua elemen dikelompokkan secara logis dan disusun dalam bentuk peringkat secara konsisten sesuai dengan kriteria yang logis. Adapun Software yang digunakan untuk proses analisis AHP adalah criterium decision plus version 3.0.
Gambar 10. Contoh sintesa prioritas pemecahan masalah