BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. harus mampu menjalankan kinerja perusahaan dengan baik. perusahaan lebih efektif dan efesien dalam beroperasi. Selain itu manajemen

: Muhammad Fahruroji NPM : Dosen Pembimbing : Sri Sapto Darmawati, SE., MMSI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. skripsi ini, mengggunakan buku acuan Manajemen Keuangan: Prinsip

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan Du Pont System pada 3

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

ANALISIS DU PONT SYSTEM TERHADAP PENGGUNAAN RASIO KEUANGAN UNTUK MENGUKUR KINERJA PERUSAHAAN PADA PT. NIPPON INDOSARI CORPINDO Tbk.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penilaian Kinerja PT Tambang Batu Bara Bukit Asam, Tbk dan PT

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN. Laporan keuangan peruahaan merupakan sumber informasi bagi pihakpihak

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam Perkembangan perekonomian yang pesat serta kemajuan

LAMPIRAN. 1. Ikhtisar Laporan Keuangan PT. Holcim Indonesia Tbk

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan yang dapat

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berupa angka-angka dari transaksi yang terjadi selama satu periode. Informasi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Perusahaan Menggunakan Analisis Dupont pada PT. Hanjaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Nama : Martha Romadoni NPM : Kelas : 3EA13

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi di Indonesia yang tidak stabil seperti saat ini setiap

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. perusahaan serta proyeksi keuangan, dan harus mengevaluasi akuntansi. untuk meramalkan laba, deviden, dan harga saham.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Alur Pikir. Lampiran 1. Alur Pikir 73. Analisis Trend Analis Forecasting Analisis Common Size Analisis Rasio Analisis Du pont

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. saran yang sesuai dengan penelitian analisis data yang telah dilakukan.

ANALISIS KINERJA KEUANGAN MENGGUNAKAN SYSTEM DU PONT PADA PT. MANDOM INDONESIA TBK PERIODE

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan merupakan suatu organisasi yang bertujuan untuk memperoleh

BAB IV. Analisis dan Pembahasan. dan 2012 terdapat analisis keuangan sebagai berikut :

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Indonesia periode

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan merupakan industri yang dalam kegiatan usahanya sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara

Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Perusahaan Pada Pt. Holcim Indonesia Tbk

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan 2.2. Laporan Keuangan

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. suatu perusahaan dalam periode tertentu. Salah satu cara dalam penilaian

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT. SEMEN INDONESIA (PERSERO) TBK FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 2016

Analisis Rasio Keuangan

ANALISIS RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN PROFITABILITAS PADA LAPORAN KEUANGAN PT. SIANTAR TOP (PERSERO) TBK. : Sovia Yohana Lumban : 1A214419

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keberhasilan suatu perusahaan bergantung pada kinerja dari perusahaan itu

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEMEN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Tbk dari tahun 2002 hingga tahun 2004 dengan menggunakan metode analisis horizontal

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

EMA SUNDARI Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Anita Wasutiningsih, MM

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. seluruh kewajiban lancarnya. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Tugas dari seorang manajer adalah mengambil keputusan secara tepat

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

Analisis Laporan Keuangan Untuk Mengevaluasi Kinerja Keuangan. Pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Tahun

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. ANTAM Tbk. : Joko Prayitno NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing :Dr. Emmy Indrayani

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modalnya, tanpa melihat return perusahaan maupun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perusahaan mempunyai satu tujuan utama untuk dapat memperoleh keuntungan

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk mengetahui kinerja keuangan PT.Indo Citra Finance Tbk

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latarbelakang. Perusahaan adalah suatu organisasi yang mempunyai sumber daya dasar seperti

ABSTRAK : Tujuan penelitian, ialah untuk mengetahui pada perusahaan semen yang terdaftar di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Arti Pentingnya Laporan Keuangan. suatu proses akuntansi. Laporan keuangan berisikan data-data yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu perusahaan swasta, Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ), dan koperasi. Agar

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78 persen

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri manufaktur setiap tahun semakin berkembang

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

Nani Soetarmiyati ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha semakin memicu persaingan antar. perusahaan untuk mencapai suatu keberhasilan. Indikator keberhasilan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian atas Pengukuran profitabilitas perusahaan ini adalah jenis penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Untuk dapat bertahan terhadap pesaing-pesaing, maka suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Efek Indonesia (Kristiana dan Sriwidodo, 2012). Pasar modal merupakan sarana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Return on Assets, Return on Equity, Total Asset Turnover, Net Profit Margin dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi perusahaan yang mampu bersaing dengan perusahaan yang lain.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kebutuhan perusahaan dalam aktiva lancar adalah untuk membiayai operasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Keuangan. Memahami Kondisi dan Kinerja Keuangan Perusahaan. Basharat Ahmad. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

ANALISIS RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN PROFITABILITAS PADA LAPORAN KEUANGAN PT. MAYORA INDAH (PERSERO) Tbk

BAB I PENDAHULUAN. dunia bisnis. Pada aktivitas pasar modal investasi saham merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

Dalam menganalisa laporan keuangan terdapat beberapa metode yang bisa dijadikan tolak ukur untuk menilai posisi keuangan perusahaan antara lain:

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... xii DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR LAMPIRAN... xvii

Transkripsi:

51 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas analisa kinerja keuangan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dan kemudian dilakukan penelitian berdasarkan teori-teori dan konsep yang tercantum pada bab sebelumnya yaitu menggunakan pendekatan metode Dupont. Landasan praktek perhitungan akuntasi didasarkan dari datadata laporan keuangan seperti neraca dan laporan keuangan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. tahun 2007-2010 yang kesemuanya tercantum pada lampiran di bagian belakang tulisan ini. 4.1 Pendekatan Metode Dupont Pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dalam pendekatan ini perencanaan dan pengendalian digunakan untuk menganalisa tingkat profitabilitas perusahaan dan tingkat pengembalian ekuitas para pemegang saham. Pengembalian atas modal sendiri adalah merupakan fungsi dari seluruh profitabilitas. Efisiensi atas penggunaan modal pada suatu perusahaan dapat diketahui dari pengukuran tingkat profitabilitasnya melalui tingkat Return On Equity (ROE). Dalam penelitian pada PT Indocement Tunggal Perkasa, Tbk efisiensi penggunaan modal dihitung menggunakan pendekatan metode Dupont sebagai cara untuk melihat lebih jauh mengenai faktor-faktor yang menyebabkan atau mempengaruhi tinggi rendahnya ROE. 51

52 4.1.1 Margin Laba Bersih (Net Profit Margin) Rasio ini merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam beberapa periode tertentu. Analisa ini menunjukkan pendapatan bersih perusahaan atas penjualan. Analisa ini berguna untuk mengukur tingkat efektifitas perusahaan dalam menghasilkan laba. Untuk mengukur tingkat perolehan keuntungan atau net profit margin maka penulis menggunakan laporan laba rugi perusahaan. Berikut ini cara memperoleh hasil laba bersih adalah dengan mengetahui laba setelah pajak atau sering juga disebut Earning After Tax (EAT) dan dibagi dengan penjualan. Marjin Laba Bersih= Laba Bersih Penjualan Total Beban& Biaya = Penjualan Penjualan...(4.1) a. Total Beban Biaya PT Indocement Tunggal Prakrasa Tbk. Tabel 4.1 Total Beban dan Biaya Tahun 2007-2010 (Rp. Milyar) No Keterangan 2007 2008 2009 2010 1. Beban pokok penjualan 4,561,396,010,709 5,755,934,618,064 5,468,017,733,384 5,597,042,805,995 2. Beban usaha 1,168,831,622,531 1,564,695,118,690 1,415,133,152,217 1,520,732,084,653 3. Beban bunga dan beban keu.lain 206,271,920,429 123,633,778,495 39,783,519,966 16,083,815,374 4. Rugi (Laba) Kurs 31,917,677,676 73,303,325,290 7,785,089,482 (20,771,334,496.00) 5. Beban pajak penghasilan 372,187,036,200 690,441,615,200 1,026,999,653,061 1,029,914,055,309

53 6. Beban pajak tangguhan 61,664,710,628 (103,236,886,042) 20,741,301,723 (6,119,231,889) 7. Penghasilan bunga (15,150,629,543) (32,961,436,331) (78,350,504,163) (183,008,412,265) 8. Lain - lain bersih (30,713,631,328) (28,916,908,957) (61,583,629,321) (34,116,505,855) 9. Penghasilan lain - lain (11,478,935,011) (7,977,088,058) (10,655,889,404) (6,633,014,691) 10. Hak minoritas (583,966,274) 81,233,514 1,931,846,556 (260,881,423) 11. Rugi bersih perusahaan (801,094,815) 0 0 0 Total beban dan biaya 6,343,540,721,202 8,034,997,369,865 7,829,802,273,501 7,912,863,380,712 Sumber : Laporan Keuangan, diolah sendiri. Pada tabel 4.1 bahwa total beban biaya terbesar adalah pada tahun 2008, yaitu sebesar Rp. 8.034.997.369.865,-, hal tersebut terjadi karena kenaikan harga bahan bakar minyak yang berpengaruh dengan peningkatan biaya transportasi dan harga batu bara yang signifikan dan diiringi pula dengan kondisi krisis global tahun 2008. Untuk mengimbanginya perusahaan secara bertahap menaikkan harga jual produk di pasar domestik dan ekspor. Grafik 4.1 : Total Beban dan Biaya Tahun 2007-2010 Sumber : Laporan Keuangan, diolah sendiri.

54 Grafik 4.1 diatas mempermudah pembaca dalam menilai kenaikan dan penurunan total beban dan biaya. Grafik tersebut menjelaskan adanya kenaikan dan penurunan total dan biaya selama tahun 2007 hingga 2010. Tahun 2008 mencapai kenaikan atas total beban dan biaya sebesar Rp. 8.034.997.369.865 lebih besar 126,66% dari tahun 2007 yang hanya memperoleh Rp. 6.343.540.721.202,-. Sedangkan pada tahun 2009 memperoleh total beban dan biaya lebih kecil 97,45% dibandingkan tahun 2008 yaitu Rp. 7.829.802.273.501,-. Tahun 2010 penurunan total beban dan biaya lebih tinggi dari tahun sebelumnya yaitu 101,06% atau sebesar Rp. 7.912.863.380.712,-. Jika dipersentasekan rata-rata terhadap total beban biaya sepanjang tahun 2007 hingga tahun 2010 adalah senilai 108,39% terpaut 110,38% dari rata-rata industri sejenis selama tahun yang sama adalah sebesar 112,37%, dapat disimpulkan bahwa masih dibawah rata-rata atas penggunaan total dan biayanya yang artinya walaupun terjadi kenaikan energi yaitu bahan bakar minyak, batu bara dan biaya pengankutan dan transportasi perusahaan ini masih lebih efektif dalam penggunaan beban dan biayanya.

55 b. Laba Bersih Setelah Pajak (Earning After Tax) Setelah mengetahui total beban dan biaya yang digunakan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. selama tahun 2007 hingga tahun 2010, maka selanjutnya penulis menganalisis tingkat laba bersih setelah pajak atau earning after tax. Kegunaan rasio ini adalah untuk menggambarkan kemampuan perusahan dalam mempertahankan posisi ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian dari sektor usahanya. Laba Bersih Setelah Pajak =...(4.2) Penjualan Total Beban dan Biaya Tabel 4.2 : Laba Bersih Setelah Pajak Tahun 2007-2010 (Rp. Milyar) No Keterangan 2007 2008 2009 2010 1. Penjualan 7,323,643,805,514 9,780,498,326,080 10,576,456,344,583 11,137,805,265,505 2. Total beban dan biaya Laba bersih setelah Pajak 6,343,540,721,202 8,034,997,369,865 7,829,802,273,501 7,912,863,380,712 980,103,084,312 1,745,500,956,215 2,746,654,071,082 3,224,941,884,793 Sumber : Laporan Keuangan, diolah sendiri. Untuk mengukur tingkat kenaikan ataupun penurunan atas perolehan laba bersih dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan Grafik 4.2 dibawah.

56 Grafik 4.2 : Laba Bersih Setelah Pajak Tahun 2007-2010 Sumber : Laporan Keuangan, diolah sendiri. Perhitungan tersebut diatas dapat diartikan bahwa laba bersih setelah pajak pada akhir tahun 2008 memperoleh Rp. 1.745.500.956.215,- yaitu 178,09% dari laba bersih setelah pajak yang ada pada tahun 2007, meningkat sekitar 78,09% dari tahun 2007. Pada tahun 2009 memperoleh kenaikan laba bersih setelah pajak sebesar Rp. 2.746.654.071.082,- yaitu 157,36% lebih kecil kenaikannya jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, itu artinya ada kenaikan 57,36% di akhir tahun 2009 tetapi nilai tersebut lebih kecil 20,73% dari tahun 2008. Di akhir tahun 2010 laba bersih diperoleh Rp.3.224.941.884.793 yaitu kenaikan diperoleh 117,41%, adanya peningkatan sejumlah 17,41% di akhir tahun 2010. Kenaikannya lebih kecil dibandingkan dengan tahun 2009. Tingkat kenaikan laba bersih setelah pajak terjadi tersebut

57 disebabkan meningkatnya harga penjualan rata-rata yang berpengaruh terhadap laba bersih perseroan. Jika dibandingkan dengan industri sejenis perolehan rata-rata PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. adalah sebesar 150,95% dan perusahaan sejenis sebesar 159,94%, terpaut sekitar 94,38% lebih besar perusahaan sejenis jika di rata-rata. Disimpulkan bahwa perusahaan dari sektor industri semen rata - rata masih lebih besar atas perolehan laba bersih setelah pajak daripada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (Rata rata perusahaan sejenis ada pada lampiran 2) c. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin) Pada pendekatan Dupont dilanjutkan pada pembahasan margin laba bersih. Kegunaan margin laba bersih adalah untuk mengukur kemapuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih yang diperoleh dari kegiatan operasi. Pembahasan pada analisis ini akan menunjukkan seberapa mampu perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Marjin Laba Bersih = Laba Bersih Penjualan Total Beban & Biaya = = Penjualan Penjualan...(4.3) Dan hasil pengukurannya dapat dilihat pada tabel 4.3 dan tingkat kenaikan dan penurunannya dapat digambarkan pada grafik 4.3 berikut ini.

58 Tabel 4.3 : Margin Laba Bersih Tahun 2007-2010 (Rp. Milyar) No Keterangan 2007 2008 2009 2010 1 EAT/Laba bersih setelah pajak 980,103,084,312 1,745,500,956,215 2,746,654,071,082 3,224,941,884,793 2 Penjualan 7,323,643,805,514 9,780,498,326,080 10,576,456,344,583 11,137,805,265,505 Marjin Laba bersih 13.38% 17.85% 25.97% 28.95% Sumber : Laporan Keuangan, diolah sendiri Grafik 4.3 : Margin Laba Bersih Tahun 2007-2010 Sumber : Laporan Keuangan, diolah sendiri Margin laba bersih pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk., menunjukkan hasil yang positif. Akhir tahun 2007 Perseroan memperoleh margin laba bersih sebesar 13,38% dan kemudian diikuti kenaikan sebesar 133,36% yaitu menjadi 17,85% di tahun 2008. Tahun 2009 diikuti peningkatan margin laba bersih sebesar

59 145,51% yaitu perolehan dicapai 25,97%. Peningkatan terus menunjukkan nilai positif sebesar 28,95% di akhir tahun 2010, walaupun peningkatan hanya sebesar 111,50% lebih kecil dibanding tahun sebelumnya tetapi perseroan tetap bisa menunjukkan eksistensinya dalam mempertahankan margin laba bersih perseroan dengan cara meningkatkan harga penjualan guna menutupi harga kenaikan energi bahan bakar minyak dan batu bara dan didukung dengan pemenuhan atas permintaan domestik. Dalam pencapaiannya perseroan memperoleh margin ratarata selama kurun waktu empat tahun terakhir yaitu dari tahun 2007 hingga tahun 2010 adalah sebesar 21,54% sedangkan industri sejenis memperoleh margin laba bersih pada kurun waktu yang sama hanya memperoleh 15,87%, hal ini menujukkan bahwa industri semen rata-rata yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia memperoleh angka lebih kecil dari pada perseroan. Kondisi ini terjadi dikarenakan adanya peningkatan penjualan dan diikuti dengan perolehan laba bersih setelah pajak yang terus meningkat setiap tahunnya selama tahun 2007 hingga tahun 2010 (lampiran 2). Dan memiliki visi di tahun berikutnya akan menjadi pemasok semen dan pemenuhan kebutuhan pembangunan infrastruktur serta selalu berusaha untuk meningkatkan pemenuhan kebutuhan domestik untuk saat ini dan selanjutnya. Hal ini tercermin dari peningkatan

60 penjualan setiap tahunnya, terlihat pada tabel 4.1 pada halaman sebelumnya. 4.1.2 Analisis Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turn Over) Merupakan bagian dari rasio aktivitas yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan seperti penjualan, persediaan, penagihan piutang dagang, kas dan setara dengan kas dan sebagainya. Artinya diharapkan adanya keseimbangan seperti yang diinginkan antara penjualan dengan aktiva seperti sediaan, piutang dan aktiva tetap lainnya. Maka pada pendekatan ini menggunakan analisa ini untuk melihat kemampuan dalam mengoptimalkan aktiva yang dimiliki. Adapun analisis ini meliputi penguraian atas total aktiva dan setelahnya hasil pembagian antara penjualan dan total aktiva maka akan diperoleh perhitungan dari hasil analisa perputaran total aktiva (Total Assets Turn Over). a. Total Aktiva Perhitungan analisis total aktiva diperoleh dari bagian neraca keuangan dan akan dilakukan perhitungannya mulai dari tahun 2007 hingga tahun 2010 dan perbandingannya dengan perusahaan sejenis dengan kurun waktu yang sama. Dalam pendekatan Dupont perolehan

61 total aktiva dapat dilihat uraian komponen yang termasuk aktiva dan dirumuskan seperti yang tertera di bawah ini. Total Aktiva Adalah = Kas + Piu tan g + Persediaan+...(4.4) AktivaTetap + Aktiva Lain lain Dan perhitungan dari total aktiva dapat dilihat rinciannya pada tabel 4.4 dibawah ini ; Tabel 4.4 : Total Aktiva Tahun 2007-2010 (Rp. Milyar) No Keterangan 2007 2008 2009 2010 1 Kas dan setara kas 313,671,250,982 793,179,638,517 2,623,472,828,832 4,664,869,689,764 2 Piutang usaha 797,051,814,981 922,183,950,647 1,345,329,245,955 1,355,227,711,528 3 Persediaan 996,213,878,184 1,515,360,346,381 1,269,425,028,230 1,299,548,786,024 4 5 6 7 Uang muka dan pajak dibayar dimuka Piutang lain - lain Aktiva lain - lain / Biaya dibayar dimuka Aktiva Derivatif 120,493,089,960 124,858,606,289 51,924,236,957 84,965,721,885 7,665,730,014 9,451,629,295 34,007,717,491 47,461,937,504 13,214,375,049 15,701,996,104 16,930,092,577 12,733,217,153 279,357,650 90,539,834,100 - - 8 Aktiva lancar 2,248,589,496,820 3,471,276,001,333 5,341,089,150,042 7,484,807,063,858 9 Aktiva tetap 7,789,337,012,514 7,815,430,862,446 7,935,426,484,586 7,881,338,613,879 Total Aktiva 10,037,926,509,334 11,286,706,863,779 13,276,515,634,628 15,366,145,677,737 Sumber : Laporan Keuangan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Pada akhir tahun 2008 total aktiva PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. memperoleh total aktiva senilai Rp.

62 11.286.706.863.779,- meningkat sebesar 112,44% itu artinya peningkatan positif sebesar 12,44% dari tahun 2007, diikuti peningkatan di tahun 2009 Rp.13.276.515.634.628,- yaitu sebesar 117,63%, diartikan peningkatan positif lebih besar terjadi sebesar 17,63% dari tahun 2008. Peningkatan akan total aktiva pada akhir tahun 2010 meningkat lagi sebesar 115,59% yaitu memperoleh total aktiva sebesar Rp.15.366.145.677.737,-, adalah adanya peningkatan senilai 15,59%. Pada akhir tahun 2010 ini nilai peningkatannya lebih kecil 2,04% dibandingkan tahun 2009. Kondisi ini disebabkan menurunnya perolehan aktiva lain-lain sebesar 75,21% dari kegiatan operasional perseroan. Grafik 4.4 memperlihatkan peningkatan total aktiva dari tahun ke tahunnya. Grafik 4.4 : Total Aktiva Tahun 2007 2010 Sumber : Laporan Keuangan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, diolah sendiri.

63 Sementara itu perusahaan sejenis memiliki total aktiva ratarata industri semen pada tahun yang sama selama tahun 2007 hingga tahun 2010 memiliki 118,60%, sedangkan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. memiliki rata-rata atas total aktiva sebesar 115,22% yang memiliki selisih lebih besar 97,13% dari perusahaan semen yang sejenis (lampiran 2). b. Perputran Total Aktiva Perputaran total aktiva adalah merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva (Kasmir, 2010:185). Analisis perputaran total aktiva diambil dari bagian neraca dan laporan laba rugi perseroan. Perumusan total aktiva yang digunakan adalah sebagai berikut. Perputaran Total Aktiva Dapat Dilihat Perumusannya: Penjualan = Total Aktiva Penjualan = Kas + Piu tan g + Persediaan + Aktiva Tetap + Aktiva Lain lain...(4.5) Dari hasil perumusan diatas bahwa untuk mengukur perputarannya maka menggunakan penjualan dan dibagi atas total aktiva (tabel 4.4). Selanjutnya perhitungan total aktiva dapat dilihat pada tabel 4.5 dan grafik 4.5 dibawah ini.

64 Tabel 4.5 : Perputaran Total Aktiva Tahun 2007-2010 (Rp. Milyar) No Keterangan 2007 2008 2009 2010 1 Penjualan 7,323,643,805,514 9,780,498,326,080 10,576,456,344,583 11,137,805,265,505 2 Total Aktiva 10,037,926,509,334 11,286,706,863,779 13,276,515,634,628 15,366,145,677,737 Perputaran Total Aktiva 0,73 kali 0,87 kali 0,80 kali 0,73 kali Sumber : Laporan Keuangan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, diolah sendiri Pada sajian tabel di atas dapat dilihat bahwa peningkatan perputaran total aktiva dari tahun ke tahunnya selama empat tahun terakhir mengalami fluktuasi. Pada tahun 2008 total perputaran aktiva mencapai angka sebesar 0,87 kali dibandingkan tahun 2007, tahun 2008 dan tahun 2010. Tahun 2008 memperoleh perputaran sebesar 0,87 kali yaitu terpaut sebesar 118,77% dari tahun 2007 yang memiliki perputaran sebesar 0,73 kali. Sedangkan tahun 2009 total aktiva perusahaan mengalami penurunan atas perputarannya sebesar 91,93% yaitu memperoleh pencapaian 0,80 kali perputaran. Dan tahun 2010 memperoleh perputaran total aktivanya sebesar 0,73 kali lebih kecil 91,11% dari tahun 2009.

65 Grafik 4.5 : Perputaran Total Aktiva Tahun 2007 2010 Sumber : Laporan Keuangan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, diolah sendiri. Kondisi perusahaan kurang menggembirakan karena terjadi penurunan total aktiva dari tahun 2008 hingga 2010. Kemudian, jika dirata-ratakan perputaran total aktiva selama tahun 2007 hingga 2010 perusahaan memiliki perputaran 0,78 kali, nilai ini lebih rendah jika dibandingkan dengan perputaran total aktiva perusahaan sejenis yang memperoleh 0,86 kali (lampiran 2), hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu menghasilkan tingkat penjualan yang cukup jika dibandingkan dengan investasi dalam total aktivanya. Jika dilakukan analisis trend maka dapat disimpulkan bahwa perputaran total aktiva di tahun 2008 tertinggi dikarenakan adanya peningkatan penjualan sebesar 133,55% dibandingkan tahun

66 2007, tahun 2009 hingga tahun 2010. Peningkatan penjualan pada saat itu terjadi karena adanya pemenuhan permintaan domestik dari luar kota DKI Jakarta. Pada tahun berikutnya yaitu 2009 hingga 2010 terjadi penurunan perputaran total aktiva disebabkan perolehan aktiva lancar seperti aktiva derivative tidak diperoleh lagi pada tahun tersebut. Sedangkan pada tahun 2009 hingga tahun 2010 penjualan menurun kembali sehingga tidak begitu mempengaruhi dalam perolehan hasil perputaran total aktiva, tetapi perusahaan masih mampu mempertahankan penjualan walaupun tidak sesignifikan yang diperoleh pada tahun 2008. Walaupun pada saat itu terjadi krisis global di tahun 2008 PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. berusaha untuk mencapai yang terbaik, perusahaan berusaha meningkatkan angka penjualan lewat pemenuhan kebutuhan nasional dan domestik serta meningkatkan penjualan eksport ke mancanegara melalui pasar luar negeri seperti Bangladesh, Hongkong, Singapura, Vietnam, Kamerun, Nigeria, Australia dan lainnya. Ini sangat membantu dalam peningkatan penjualan di waktu mendatang. 4.1.3 Analisis Pengembalian Terhadap Total Aktiva (ROA) Seperti yang dikutip dari Bab II, retun on assets (ROA) adalah merupakan indikator kemampuan sebuah perusahaan untuk memperoleh laba atas sejumlah asset/aktiva yang dimiliki oleh unit

67 usaha tersebut. ROA dapat diperoleh dengan cara menghitung rasio antara laba setelah pajak dikali dengan dengan total assets turn over. Untuk memperoleh hasil terhadap ROA maka penulis menggunakan rumus dengan pendekatan dupont sebagai berikut adalah dengan cara mengalikan margin laba bersih dengan perputaran total aktiva. PerputaranTotal Aktiva = Marjin Laba Bersih x PerputaranTotal Aktiva...(4.6) Laba Bersih Penjualan Laba Bersih = x = Penjualan Total Aktiva Total Aktiva Hasil perhitungan dan rata-rata ROA PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.6 : Pengembalian terhadap Total Aktiva (ROA) Tahun 2007-2010 (Rp. Milyar) No Keterangan 2007 2008 2009 2010 1 Margin laba bersih / NPM 13.38% 17.85% 25.97% 28.95% 2 Perputaran Total Aktiva / TAT 0.73 kali 0.87 kali 0.80 kali 0.73 kali ROA 9.76% 15.47% 20.69% 21.01% Sumber : Laporan Keuangan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, diolah sendiri Berdasarkan tabel 4.6. bahwa ROA pada tahun 2007 adalah senilai 9,76% dan kemudian terjadi peningkatan sebesar 158,39 % di tahun 2008 menjadi 15,47%. Pada tahun berikutnya yaitu tahun 2009 terjadi peningkatan lagi pada ROA sebesar 133,77% yang berarti perolehan ROA diperoleh sebesar 20,69%. Peningkatan tahun 2010 lebih kecil 101,58% dari

68 tahun 2009 yang hanya diperoleh 21,01% artinya peningkatan lebih unggul di tahun 2008. Diperoleh rata-rata ROA dari PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. adalah sebesar 16,73%. Sedangkan ROA dari rata-rata industri sejenis adalah sebesar 15.00% (lampiran 2). Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. lebih unggul perolehan ROA dari pada rata-rata industri sejenis, ini artinya manajemen sudah efektif dalam mengelola asset asetnya dan hal ini juga mencerminkan bahwa tingkat profit margin berpengaruh atas pengelolaan asset perseroan dari pada rata -rata industri semen lainnya. Grafik 4.6 : Pengembalian terhadap Total Aktiva Tahun 2007-2010 Sumber : Laporan Keuangan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, diolah sendiri. Peningkatan atas ROA lebih baik dibandingkan dengan perusahaan sejenis merupakan reputasi keuangan yang baik pula yang

69 artinya akan berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Kenaikan ini terjadi disebabkan peningkatan profit margin perusahaan yang terus menerus meningkat sepanjang tahun 2007 hingga tahun 2010. Hal ini menunjukkan kesuksesan perseroan dalam mengelola usahanya dengan tetap mempertahankan harga jual walaupun telah terjadi krisis di sepanjang tahun 2008 dan persaingan usaha selama tahun yang sama. 4.1.4 Analisis Pengembalian Ekuitas Pemegang Saham (ROE) Analisis Du Pont menghitung ROE dari pembagian ROA dengan hasil pengurangan satu dengan laverage. Untuk mempermudah dalam perhitungannya maka dirumuskan seperti yang dapat diamati pada formulasi di bawah ini. Return On Equity ( ROE) menggunakan rumus: Pendapa tan Bersih ROE =...(4.7) Modal Pemilik Saham Pengembalian Aktiva( ROA) ROE = TotalUang 1 Total Aktiva Tinggi rendahnya ROE dapat berubah sesuai dengan pembagian ROA dan laverage. Dan Tinggi rendahnya ROA dapat berubah sesuai dengan perubahan profit margin dan atau perputaran aktiva. Dengan menambah aktiva lancar dan aktiva lainnya sampai tingkat tertentu diharapkan modal kerja yang diperusahaan bertambah diusahakan penjualan pun bertambah sehingga perputaran modal juga meningkat. Dengan penambahan aktiva dalam modal kerja maka perputaran aktiva

70 juga meningkat sehingga ROA juga meningkat, sedangkan tinggi rendahnya laverage ditentukan oleh besar kecilnya total hutang, penambahan hutang lancar dalam perusahaan juga meningkat namun perusahaan harus menanggung beban yaitu beban bunga. Seperti yang telah diuraikan pada bahasan sebelumnya bahwa sepanjang tahun 2007 hingga tahun 2010 tingkat ROA terus mengalami peningkatan, walaupun tidak signifikan tetapi hal ini dapat berpengaruh terhadap perolehan modal para pemegang saham. ROA terbesar diperoleh pada tahun 2009 yaitu kenaikan sebesar 133,77% dibandingkan dengan periode tahun 2007, 2008 dan 2010. Tingkat pengembalian aktiva perusahaan dipengaruhi oleh peningkatan margin laba bersih. Pertumbuhan volume penjualan domestik mengalami peningkatan dan lebih tinggi dari pada pertumbuhan penjualan eksport selama tahun 2007, 2008, 2009 dan tahun 2010. Disamping itu PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk. berusaha mencapai peningkatan penjualan eksport dari penjualan 3,2 juta ton menjadi 3,8 juta ton. Ini sangat berpengaruh terhadap nilai margin laba bersih. a. Debt Equity Multiplier Untuk mengetahui nilai ROE dengan pendekatan metode Dupont, maka analisa selanjutnya adalah menentukan nilai rasio hutang atau debt equity multiplier atau laverage merupakan rasio solvabilitas yang berarti mengukur kemampuan perusahaan dalam

71 memperoleh total aktiva dan mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang. Untuk mengetahuinya maka pada tulisan ini menggunakan pendekatan dengan rumus sebagai berikut : TotalU tan g Debt Equity Multiplier ( La varage) = 1...(4.8) Total Aktiva Setelah mengetahui formulasinya maka nilai yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini. Tabel 4.7 : Debt Equity Multiplier Tahun 2007-2010 (Rp. Milyar) No Keterangan 2007 2008 2009 2010 1 2 Total hutang / total debt Total aktiva / total assets Debt Equity Multiplier / Debt Ratio 3,122,970,415,386 2,764,976,374,613 2,572,321,455,290 2,245,547,627,304 10,037,926,509,334 11,286,706,863,779 13,276,515,634,628 15,366,145,677,737 0.689 0.755 0.806 0.854 Sumber : Laporan Keuangan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, diolah sendiri. Dari hasil perhitungannya diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2008 PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. menggunakan hutang untuk membiayai aktivanya mengalami kenaikan sebesar 109,60% dari tahun 2007 yang sebelumnya hanya sebesar 0,689 menjadi 0,755 di akhir tahun 2008. Di tahun 2009 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. juga mengalami peningkatan penggunaan

72 sebesar 106,78% yang merupakan penilaian yang lebih kecil dari tahun sebelumnya, tetapi penggunaanya meningkat yaitu sebesar 0,806. Pada tahun 2010 perusahaan berusaha untuk menekan penggunaan hutang, walaupun penggunaan hutang meningkat 105,91% dari 0,806 menjadi 0,854. Dari hasil perhitungan diatas disimpulkan bahwa adanya kenaikan atas penggunaan hutang setiap tahunnya tetapi secara persentase pengukuran penggunaan hutang adanya penurunan. Hal ini disebabkan karena nilai total hutang yang dimiliki oleh perusahaan yang terus menurun setiap tahunnya. Penurunan total hutang PT Indocement Tunggal Prakarsa karena perusahaan selalu berusaha untuk melunasi hutang-hutangnya secara bertahap. Untuk mempermudah pembacaannya maka penulis menyajikan grafik 4.7 atas rasio ini. Grafik 4.7 : Debt Equity Multiplier Tahun 2007 2010 Sumber : Laporan Keuangan, diolah sendiri. Pada pendekatan ini Dupont menggunakan dua bagian yang sangat berpengaruh dalam penentuan tingkat pengembalian atas modal para pemegang saham (return on equity) atau ROE dan

73 tingkat pengembalian total aktiva (retun on assets) ROA serta penggunaan hutang untuk pembiayaan aktiva atau debt equity multiplier yang merupakan pengungkit (lavarage) perolehan modal pemegang saham. Melalui pendekatan ini dapat diketahui bahwa perolehan modal yang akan diperoleh melalui perputaran modal berpengaruh terhadap peningkatan maupun penurunan ROE. Pada modal pemeganga saham dapat diketahui melalui pembagian ROA dengan hasil pengurangan satu laverage. Pada perputaran modal dapat diketahui bahwa modal dengan perputaran tinggi berpengaruh terhadap ROE, hal ini disebabkan modal yang akan digunakan kembali untuk kegiatan operasional lanjutan di dalam perusahaan akan cepat kembali dalam perusahaan. Meningkatnya perolehan modal yang diperoleh para pemegang saham perusahaan adalah sebagai akibat dari peningkatan penjualan yang terus meningkat yang dapat berpengaruh atas keuntungan atau profitabilitas terhadap ROE perusahaan. Untuk mengetahui tingkat pengembalian ekuitas pemegang saham, pendekatan Dupont memiliki rumus seperti dibawah ini : Pengembalian Aktiva( ROA) ROE =...(4.8) TotalU tan g 1 Total Aktiva Dari hasil rumusan diatas maka penulis maka hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 4.8 dibawah ini.

74 Tabel 4.8 : Return On Equity (ROE) Tahun 2007-2010 (Persentase) No Keterangan 2007 2008 2009 2010 1 2 Tingkat Pengembalian thp. Total aktiva (ROA) Rasio Hutang (Debt Ratio/Equity Multiplier) 9.76% 15.47% 20.69% 21.01% 0.689 0.755 0.806 0.854 ROE 14.17% 20.48% 25.66% 24.62% Sumber : Laporan Keuangan, diolah sendiri. Berdasarkan perhitungan tabel 4.8 diatas diketahui bahwa pada tahun 2008 ROE perusahaan mengalami peningkatan sebesar 144,51% dari tahun 2007 yaitu perolehan ekuitas untuk para pemegang saham sebesar 14,17% naik menjadi 20,48% di tahun 2008. Kondisi ini terjadi disebabkan karena adanya peningkatan atas kenaikan ROA di tahun yang sama. Pada tahun 2009 kenaikan atas ROE adalah sejumlah 125,27%, kenaikan ini lebih rendah dari tahun 2008 yaitu sebesar 25,66%. Hal ini terjadi karena diikuti pengaruh kenaikan rasio hutang atau penggunaan debt equity multiplier. Pada akhir tahun 2010 perolehan ROE mengalami penurunan sebesar 95,94% yaitu dari 25,66% pada tahun 2009 dan menjadi 24,62% pada tahun 2010. Hal ini terjadi disebabkan berbagai masalah yang dihadapi perusahaan, seperti masalah kenaikan harga bahan bakar minyak

75 mentah dan batu bara (energy) sebagai bahan baku semen dan kenaikan biaya-biaya pengangkutan serta biaya transportasi yang sangat signifikan dipertengahan tahun 2008. Grafik 4.8 : Return On Equity (ROE) Tahun 2007-2010 Grafik 4.8 diatas juga menggambarkan penilaian penggunaan atas utang untuk membantu perputaran pengembalian penggunaan aktiva dan perolehan atas modal perusahaan. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar kegiatan operasional dan keuntungan yang diperoleh

76 adalah pembiayaan dari hutang. Selama perusahaan selalu melakukan pengawasan dalam penggunaan hutang dan selalu waspada dalam penggunaannya dan mempertimbangkan pengembaliannya tepat pada waktunya maka selanjutnya tidak ada masalah tetapi jika perusahaan tidak cukup cerdas dalam mengelolanya maka perusahaan akan menuju kebangkrutan. Disini dibutuhkan adanya komunikasi dan kerjasama yang baik bagi semua pihak di dalam lingkungan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Selanjutnya ROE di atas menggambarkan bahwa kinerja PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dalam mengelola aktiva perusahaan dan memberikan kontribusi profit atau keuntungan kepada para pemegang saham bersifat dinamis atau naik turun, penilaian ini diberikan atas hasil analisis perolehan ROE dan ROA setiap tahunnya selama tahun 2007 hingga tahun 2010. Kenaikan biaya-biaya energy memberikan tekanan terhadap biaya produksi. Biaya pokok penjualan naik sebesar 25% per ton sedangkan biaya energy per ton naik sebesar 39% pada tahun 2008. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang terus meningkat setiap tahunnya. Disamping perusahaan memiliki kapasitas produksi yang memadai perusahaan siap untuk memenuhi permintaan dari pihak domestik yang tinggi. Pengembalian modal pemegang saham atau return on equity (ROE) sesuai dengan

77 perhitungan dengan pendekatan Dupont jika dibandingkan dengan pencapaian rata-rata industri sejenis masih berada di bawah rata-rata. Pada Tahun 2007 memperoleh ROE 14,17% sedangkan rata-rata industri semen sebesar 16,963% atau terpaut hingga 83,53%. Di tahun 2008 ROE perusahaan memperoleh peningkatan sebesar 20,48% yang artinya terpaut 97,55% dari pencapaian rata-rata industri semen sebesar 20,997%. Tahun 2009 perusahaan memperoleh ROE sebesar 25,66% terpaut sebesar 86,61% lebih rendah dari rata-rata industri semen yaitu sebesar 29,625%. Sedangkan di tahun 2010 mengalami penurunan atas ROE sebesar 24,58% dari tahun sebelumnya yang terpaut 116,86% lebih besar dari rata-rata industri semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu sebesar 21,032%. Pencapaian ROE menggambarkan kinerja keuangan masih berada diatas pencapaian terendah dari rata-rata industri yang sejenis di Bursa Efek Indonesia. Pencapaian terendah ROE dari industri semen tahun 2007 adalah sebesar 7,50%. Sementara di tahun 2008 pencapaian ROE terendah sebesar 11,12%, kemudian di tahun 2009 adalah 25,66% dan di tahun 2010 ROE terendah dicapai 12,13%. Sedangkan pencapaian ROE tertinggi dari industri semen tahun 2007 diperoleh sebesar 24,42%. Dan di tahun 2008 diperoleh sebesar 30,874%. Tahun 2009 perolehan ROE terbesar pada industri ini sebesar 32,23% dan di penghujung

78 tahun 2010 ROE dicapai sebesar 29,92%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa perbandingan dengan titik ROE terendah dan ROE tertinggi jika dibandingkan dengan tidak terlalu jauh dengan pencapaian titik ROE tertinggi. Hal ini adalah merupakan antisipasi pihak manajemen perusahaan untuk tetap berada di atas rata-rata industri yang terendah. Kondisi ini terjadi dikarenakan adanya pemegang pasar utama di sektor industri semen terbesar di Indonesia yang skala dan kapasitasnya lebih besar dibandingkan dengan seperti PT Semen Gresik Tbk. bahwa perusahaan secara keseluruhan memiliki kinerja keuangan dibawah rata-rata industri semen, tetapi perusahaan dapat dinilai sudah cukup baik karena perusahaan mampu dalam mempertahankan eksistensi kinerja keuangannya setiap tahunnnya dan perbandingan rata-rata terhadap industri semen tidak terlalu jauh perolehan angkanya, ini membuktikan perusahaan mampu terus berkompetisi dan mampu terus berada di peringkat setelah perusahaan semen terbesar Indonesia yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 4.1.5 Penyebab Kenaikan dan Penurunan ROE dalam pendekatan Metode Dupont Penyebab kenaikan dan penurunan Return On Equity (ROE) dengan pendekatan metode Dupont disebabkan oleh dua variable yaitu tingkat pengembalian terhadap total aktiva adalah yang terdiri dari

79 perolehan nilai margin laba bersih dan perputaran total aktiva, dan adanya pengaruh debt equity multiplier adalah merupakan financial laverage perusahaan yang keduanya saling mempengaruhi. ROE terendah diperoleh pada tahun 2007 yaitu senilai 14,17% dan ROE tertinggi diperoleh sebesar 25,66% pada tahun 2009. Penyebab perolehan ROE terendah pada tahun 2007 adalah disebabkan karena adanya komposisi dari perolehan ROA sebesar 9,76% dan debt equity multiplier 0,689 yang berpengaruh terhadap kecilnya nilai perolehan ROE yang dihasilkan pada tahun 2007. Jika kita kembali melihat grafik 4.8 yang terlampir pada pembahasan ROE sebelumnya, pada grafik tersebut menunjukkan kecenderungan peningkatan perolehan ROE secara keseluruhan yang diamati oleh penulis dari tahun 2007 hingga tahun 2010. Tetapi bila dilihat kembali adanya sedikit penurunan di tahun 2010. Penurunan di tahun 2010 ini disebabkan karena pengaruh perputaran total aktiva di tahun 2010 yaitu sebesar 0,73 kali perputaran dibandingkan perolehan perputaran total aktiva di tahun 2009 yaitu sebesar 0,80 kali. Jadi hal ini sangat berpengaruh terhadap perolehan ROE perusahaan. Kenaikan ROE juga dipengaruhi oleh adanya peningkatan nilai margin laba bersih dan peningkatan total aktiva perusahaan. Bila perolehan margin laba bersih tinggi dan perputaran aktiva juga lebih baik maka akan menghasilkan ROE yang tinggi pula.

80 Jika adanya kenaikan terhadap perolehan ROE yang diperoleh di tahun 2009 yaitu sebesar 25,66% dikarenakan adanya pengaruh yang sama dengan penurunan ROE yang diperoleh di tahun 2010 yaitu sebesar 24,62%. Kondisi naik turunnya ROE adalah sebagai akibat pengaruh ROA dan penggunaan debt equity multiplier dan beberapa variable dasar seperti margin laba bersih dan perputaran total aktiva yang diperoleh setiap tahunnya. Penggunaan debt equity multiplier adalah merupakan financial leverage bagi perusahaan. Dalam penggunaannya juga meningkat dan debt equity multiplier tertinggi adalah sebesar 0,854 digunakan tahun 2010 dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Dalam hal ini untuk melihat perbandingan dengan rata-rata industri semen yang sama dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia, bahwa perolehan ROE dengan pendekatan metode Dupont tertinggi dicapai pada tahun 2009 dan kembali menurun secara bersamaan di akhir tahun 2010. Rata-rata ROE Dupont selama tahun 2007 hingga tahun 2010 adalah sebesar 21,23% sedangkan dibandingkan dengan perusahaan rata-rata perusahaan sejenis perolehan ROE Dupont adalah sebesar 22,15%. Terjadinya kenaikan dan penurunan ROE secara umum disebabkan karena adanya pengaruh margin laba bersih dan pengaruh perputaran total aktiva untuk perolehan ROA, dan adanya pengaruh debt equity multiplier untuk perolehan ROE yang digunakan

81 perusahaan sebagai pengungkit atau financial laverage. Kecenderungan menurunnya ROE Dupont di tahun 2010 disebabkan adanya pengaruh penurunan ROA dan variabelnya di tahun 2010 sehingga perolehan ekuitas pemegang saham juga ikut menurun. Disimpulkan bahwa kenaikan dan penurunan ROE PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. disebabkan pengaruh total aktiva, naik turunnya angka penjualan dan penggunaan total beban dan biaya yang juga naik turun di sepanjang tahun, dan hal ini sangat berpengaruh terhadap perolehan keuntungan bagi para pemegang saham.