BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE PEMBEBANAN BOP

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.

commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

BAB 2 TINJAUAN TEORI

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS (ACTIVITY-BASED COSTING)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. metode yang di teteapkan dalam perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. organisasi (Mulyadi, 2003;4). Atau lebih singkatnya dapat dikatakan bahwa kos

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Akuntansi Biaya dan Konsep Biaya. dan pengambilan keputusan yang lain.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Definisi akuntansi manajemen menurut Abdul Halim (2012:5) adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Akuntansi Biaya. Akuntansi Aktivitas: Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas dan Manajemen Berdasarkan Aktivitas

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 7. ALOKASI BIAYA BERBASIS AKTIVITAS. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi-Universitas Kristen Petra 2011

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING. I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Biaya Pengertian Biaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hotel terhadap pelanggannya misalnya fasilitas kolam renang, restoran, fitness center,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA

BAB II LANDASAN TEORI. dari biaya. Carter dan Usry yang diterjemahkan oleh Krista (2006:29) mendefinisikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pada posisi , 02 sampai ,40 Bujur Timur, ,67

ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DAN ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) PADA PERUSAHAAN ROTI IDEAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI. Hansen dan Mowen (2004:40) mendefinisikan biaya sebagai:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Akuntansi Biaya. Activity Accounting: Activity Based Costing dan Activity Based Management. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan produk. Sistem akuntansi biaya tradisional yang selama ini

BAB II BAHAN RUJUKAN

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PT MUSTIKA RATU, TBK.

BAB I PENDAHULUAN. organisasi bisnis (Warren, Reeve & Fess 2006: 236). Semakin derasnya arus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Harga Pokok Produk. rupa sehingga memungkinkan untuk : a. Penentuan harga pokok produk secara teliti

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI

Pertemuan 3 Activity Based Costing

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Biaya dan Beban Masiyah Kholmi dan Yuningsih biaya (cost)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

of goods manufactured) menurut Blocher dkk adalah harga pokok produk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Penetapan harga pokok produk sangatlah penting bagi manajemen untuk

BAB II TINJAUAN PUSAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan pasar dan perdagangan internasional yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dan semakin kompleks. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mulyadi ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut yaitu :

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORITIS. maupun variable. Menurut Garrison dan Nooren (2006:51), mengemukakan

ABSTRAK Kata Kunci Pendahuluan

Transkripsi:

6 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Biaya 1. Pengertian Biaya Biaya menurut Atkinson dan Kaplan (2009 : 33) adalah nilai moneter barang dan jasa yang dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat sekarang atau masa depan. sebagai: Menurut Carter (2009 : 30), akuntan tel ah mendefinisikan biaya Suatu nilai tukar, pengeluaran atau pengorbanan yang dilakukan untuk menjamin perolehan manfaat. Dalam akuntansi keuangan, pengeluaran atau pengorbanan pada tanggal akuisisi dicerminkan oleh penyusutan atas kas atau aset lain yang terjadi pada saat ini atau dimasa yang akan datang. Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. (Bastian & Nurlela, 2013 : 7) 2. Klasifikasi Biaya Untuk menyajikan informasi biaya yang akurat dan tepat bagi manajemen dalam mengelola perusahaan secara efektif, biaya perlu dikelompokkan sesuai dengan tujuan apa informasi biaya tersebut 6

7 digunakan. Klasifikasi umum biaya menurut Garrison, dkk (2006 : 50-53), terbagi menjadi : 1. Biaya Produksi Kebanyakan perusahaan manufaktur membagi biaya produksi kedalam tiga kategori besar, yaitu : a. Bahan Langsung (Direct Material) Bahan Langsung (Direct Material) adalah bahan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari produk jadi, dan dapat ditelusuri secara fisik dan mudah ke produk tersebut. b. Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor) Istilah tenaga kerja langsung (direct labor) digunakan untuk biaya tenaga kerja yang dapat ditelusuri dengan mudah ke produk jadi.sedangkan biaya tenaga kerja yang tidak dapat ditelusuri secara fisik dalam pembuatan produk disebut tenaga kerja tidak langsung (indirect labor). c. Overhead Pabrik (Manufacturing Overhead) Overhead pabrik (manufacturing overhead) elemen ketiga biaya produksi mencakup seluruh biaya produksi yang tidak termasuk dalam bahan langsung dan tenaga kerja langsung. 2. Biaya Nonproduksi Umumnya biaya nonproduksi dibagi menjadi dua : a. Biaya Pemasaran atau Penjualan Meliputi semua biaya yang diperlukan untuk menangani pesanan konsumen dan memperoleh produk atau jasa untuk disampaikan kepada konsumen. b. Biaya Administrasi Meliputi pengeluaran eksekutif, organisasional, dan klerikal yang berkaitan dengan manajemen umum organisasi. Biaya juga dapat diklasifikasikan dalam hubungannya dengan operasi perusahaan yaitu : Biaya operasional (biaya penjualan dan biaya administrasi umum) dan biaya non-operasional, artinya biaya yang telah dikeluarkan dan diperhitungkan namun tidak mempunyai hubungan langsung dengan usaha pokok perusahaan, misalnya biaya bunga untuk perusahaan industri manufaktur. (Mursyidi, 2008 : 15) Menurut Carter (2009 : 40-47), klasifikasi biaya adalah sangat penting untuk membuat ikhtisar yang berarti atas data biaya. Klasifikasi

8 yang paling umum digunakan didasarkan pada hubungan antara biaya dengan berikut ini : 1. Produk a. Biaya Manufaktur Biaya manufaktur juga disebut biaya produksi atau biaya pabrik biasanya didefinisikan sebagai jumlah dari tiga elemen biaya : bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. b. Beban Komersial Beban komersial terdiri atas dua klasifikasi umum : beban pemasaran dan beban administratif. Beban pemasaran dimulai dari titik dimana biaya manufaktur berakhir. Beban administratif termasuk beban yang terjadi dalam mengarahkan dan mengendalikan organisasi. 2. Volume Produksi a. Biaya Variabel Biaya variabel menunjukan jumlah per unit yang relatif konstan dengan berubahnya aktivitas dalam rentang yang relevan. b. Biaya Tetap Biaya tetap bersifat konstan secara total dalam rentang yang relevan. c. Biaya Semivariabel Beberapa jenis biaya memiliki elemen biaya tetap dan biaya variabel. Jenis biaya ini disebut biaya semivariabel. 3. Departemen Produksi atau Segmen Lain a. Departemen Produksi dan Departemen Jasa Di departemen produksi, operasional manual dan operasi mesin seperti pembentukan dan perakitan dilakukan secara langsung pada produk atau bagian-bagian dari produk. Di departemen jasa, jasa diberikan untuk keuntungan departemen lain. b. Biaya Bersama dan Biaya Gabungan Biaya bersama adalah biaya dari fasilitas atau jasa yang digunakan oleh dua atau lebih operasi. Biaya gabungan terjadi ketika produksi dari suatu produk menghasilkan satu atau beberapa produk lain tanpa dapat dihindari. 4. Periode Akuntansi Biaya dapat diklasifikasikan sebagai belanja modal atau sebagai belanja pendapatan. Suatu belanja modal dimaksudkan untuk memberikan manfaat pada periode-periode mendatang dan dilaporkan sebagai aset. Belanja pendapatan memberikan manfaat untuk periode sekarang dan dilaporkan sebagai beban. 5. Suatu Keputusan, Tindakan atau Evaluasi Ketika kinerja dari seorang manajer dievaluasi, suatu langkah penting melibatkan pengklasifikasian biaya yang berada dibawah kendali manajer tersebut. Biaya yang tidak berada dibawah kendali manajer tersebut umumnya tidak relevan terhadap evaluasi dari kinerja manajer itu dan

9 manajer itu sebaliknya tidak dianggap bertanggung jawab atas biaya tersebut. B. Harga Pokok Produksi 1. Pengertian Harga Pokok Produksi Menurut Bastian & Nurlela (2013 : 49), harga pokok produksi : Kumpulan biaya produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik ditambah persediaan produk dalam proses awal dan dikurang persediaan produk dalam proses akhir. Harga pokok produksi terikat pada periode waktu tertentu. Harga pokok produksi akan sama dengan biaya produksi apabila tidak ada persediaan produk dalam proses awal dan akhir. 2. Fungsi Harga Pokok Produksi Menurut Mulyadi (2006 : 65), informasi harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu bermanfaat bagi manajemen untuk : 1. Menentukan Harga Jual Produk Biaya produksi dihitung untuk jangka waktu tertentu untuk menghasilkan informasi biaya produksi per satuan produk. Dalam penetapan harga jual produk, biaya produksi per unit merupakan salah satu informasi yang dipertimbangkan disamping informasi biaya lain serta informasi nonbiaya. 2. Memantau Realisasi Biaya Produksi Jika rencana produksi untuk untuk jangka waktu tertentu telah diputuskan untuk dilaksanakan, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan didalam pelaksanaan perencanaan produksi tersebut. Oleh karena itu, akuntansi biaya digunakan untuk mengumpulkan informasi biaya produksi yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentuuntuk memantau apakah proses produksimengkonsumsi total biaya produksi sesuai dengan yang diperhitungkan sebelumnya. 3. Menghitung Laba atau Rugi Bruto Periode Tertentu Untuk mengetahui apakah kegiatan produksi dan dan pemasaran perusahaan dalamperiode tertentu mampu menghasilkan laba bruto atau mengakibatkan rugi bruto, manajemen memerlukan informasi biaya

10 produksi yang telah dikeluarkan untuk memproduksi produk dalam periode tertentu. 4. Menentukan Harga Pokok Persediaan Produk Jadi dan Produk Dalam Proses Disajikan dalam Neraca Pada saat manajemen dituntut untuk membuat pertanggungjawaban keuangan periodik, manajemen harus menyajikan laporan keuanganberupa neraca dan laporan laba rugi. Didalam neraca, manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan produk jadi dan harga pokok produk yang pada tanggal neraca masih dalam proses. C. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional 1. Pengertian Sistem Akuntansi Biaya Tradisional Tanpa memedulikan jumlah departemen, tempat penampungan biaya overhead, maupun dasar alokasi berbeda yang digunakan, sistem perhitungan biaya tradisional ditandai oleh penggunaan yang eksklusif dari ukuran yang berkaitan dengan volume atau ukuran tingkat unit sebagai dasar untuk mengalokasikan overhead ke ouput. Oleh karena itu, sistem tradisional juga disebut dengan sistem berbasis unit (unit based system). Sistem tradisional bisa merupakan perhitungan satu atau dua tahap. Sistem biaya tradisional menggunakan dua tahap hanya apabila jika departemen atau pusat biaya lain dibuat. Biaya sumber daya dialokasikan ke pusat biaya ditahap pertama, dan kemudian biaya dialokasikan dari pusat biaya ke produk di tahap kedua. (Carter, 2009 : 532-533) 2. Kelemahan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional Konsep activity based costing timbul karena sistem akumulasi biaya tradisional ( traditional costing) yang dipakai tidak dapat mencerminkan

11 secara benar besarnya pemakaian biaya produksi dan biaya sumber daya fisik secara benar. Sistem akuntansi biaya tradisional dirancang hanya untuk menyajikan informasi biaya pada tahap produksi yang merupakan salah satu dari 3 tahap proses pembuatan produk tahap desain dan pengembangan produk, tahap produksi, dan tahap distribusi. Sistem akuntansi tradisional mempunyai kelemahan, yaitu : a. Hanya menggunakan jam kerja langsung (biaya tenaga kerja langsung) sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya overhead dari pusat biaya kepada produk dan jasa. b. Hanya alokasi yang berkaitan dengan volume yang digunakan untuk mengalokasikan biaya overhead yang sangat berbeda. c. Cost pool ( cost centers) yang terlalu besar dan berisi mesin yang mempunyai struktur biaya overhead yang sangat berbeda. d. Biaya pemesanan dan penyerahan rancangan produk dan jasa sangat berbeda diantara berbagai saluran distribusi, namun sistem akuntansi biaya konvensional tidak memperdulikan biaya pemasaran. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembebanan biaya secara tradisonal kurang tepat karena hanya berdasarkan jumlah produksi, sehingga mempunyai kelemahan-kelemahan yang membuat undercost pada volume yang rendah, produk sederhana, namun mengovercost pada volume tinggi dengan produk yang kompleks, dengan demikian perhitungan biaya menjadi terdistorsi. Activity based costing menghilangkan distorsi sehingga dapat diketahui harga pokok proses, jasa, dan produk yang sebenarnya. 3. Perhitungan Biaya dengan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional Dalam sistem akuntansi biaya tradisional, pembebanan biaya overhead pabrik terhadap produk berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka dengan dasar pembebanan tertentu.

12 Rumus Perhitungan Tarif BOP : Tarif BOP = BOP yang dianggarkan Taksiran dasar pembebanan Rumus BOP yang dibebankan : BOP yang dibebankan = Taksiran dasar pembebanan x Tarif BOP D. Sistem Activity Based Costing 1. Pengertian Sistem Activity Based Costing Menurut Carter (2009 : 528), perhitungan biaya berdasarkan aktivitas didefinisikan sebagai : Suatu sistem perhitungan biaya dimana tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar yang mencakup satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume (non volume related factor). ABC didefinisikan sebagai suatu sistem pendekatan perhitungan biaya yang dilakukan berdasarkan aktivitas-aktivitas yang ada di perusahaan. (Firdaus & Wasilah, 2009 : 320) adalah : Menurut Bastian & Nurlela (2009 : 25) Activity Based Costing (ABC) Metode membebankan biaya aktivitas aktivitas berdasarkan besarnya pemakaian sumber daya, dan membebankan biaya pada objek biaya, seperti produk atau pelanggan, berdasarkan besarnya pemakaian aktivitas, serta untuk mengukur biaya dan kinerja dari aktivitas yang terkait dengan proses dan objek biaya. Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas ( Activity Based Costing-ABC) menurut Blocher, dkk (2011 : 206) merupakan pendekatan perhitungan

13 biaya yang membebankan biaya sumber daya ke objek biaya seperti produk, jasa atau pelanggan berdasarkan aktivitas yang dilakukan untuk objek biaya. 2. Manfaat Sistem Activity Based Costing Para manajemen puncak akan setuju untuk menerapkan suatu sistem yang baru di lingkungan organisasi mereka. Jika mereka percaya bahwa mereka akan memperoleh manfaat yang lebih, bila dibandingkan dengan sistem yang lama. Manfaat yang diperoleh dalam penerapan Activity Based Costing (ABC) antara lain : 1. Memberi Kemudahan dalam Pengambilan Keputusan Karena Activity Based Costing (ABC) menyediakan informasi biaya yang berhubungan dengan berbagai aktivitas untuk menghasilkan produk atau jasa layanan, bagi manajemen akan memperoleh kemudahan dalam mendapat informasi yang relevan dalam pengambilan keputusan yang akan diambil dalam aktivitas perusahaan secara menyeluruh. 2. Memperbaiki Kualitas Pengambilan Keputusan Para manajemen puncak yang telah menerapkan Activity Based Costing (ABC), percaya bahwa semakin akurat perhitungan biaya atau jasa layanan yang digunakan Activity Based Costing (ABC), akan mengurangi kemungkinan kesalahan dalam pengambilan keputusan. 3. Memungkinkan Manajemen Melakukan Perbaikan secara Terus Menerus Dengan menggunakan Activity Based Costing (ABC), biaya yang dikeluarkan akan terlihat dengan jelas pada setiap aktivitas, dimana biaya yang tidak mempunyai nilai tambah bagi pelanggan dapat dieliminasi dengan cepat. (Bastian & Nurlela, 2009 : 29-30) Manfaat penerapan sistem ABC menurut Firdaus & Wasilah (2009 : 331) adalah sebagai berikut : a. Membantu mengidentifikasikan ketidakefisienan yang terjadi dalam proses produksi, baik per departemen, per produk ataupun per aktivitas. Hal ini mungkin dilakukan dengan proses ABC, mengingat penerapan sistem ABC harus dilakukan melalui analisis atas aktivitas yang terjadi di

14 seluruh perusahaan. Sehingga perusahaan / manajer dapat mengetahui dengan jelas tentang biaya yang seharusnya dikeluarkan (biaya itu memiliki value added) dan biaya yang seharusnya tidak dikeluarkan (biaya yang tidak memiliki value added). b. Membantu pengambilan keputusan dengan lebih baik karena perhitungan biaya atas suatu objek biaya menjadi lebih akurat, hal ini disebabkan karena perusahaan lebih mengenal perilaku biaya overhead pabrik dan dapat membantu mengalokasikan sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk objek biaya yang lebih menguntungkan. c. Membantu mengendalikan biaya (terutama biaya overhead pabrik) kepada level individual dan level departemental. Hal ini dapat dilakukan mengingat ABC lebih fokus pada biaya per unit (unit cost) dibandingkan total biaya. 3. Perbedaan Sistem Activity Based Costing dengan Akuntansi Biaya Tradisional Perbedaan penerapan ABC dan Traditional Costing adalah pada cara pengalokasian biaya biaya tidak langsung kepada objek biaya. (Firdaus & Wasilah, 2009 : 321) Tabel 2.1 Perbedaan Sistem Traditional Costing & ABC Traditional Costing ABC Seluruh biaya tidak langsung dikumpulkan dalam satu pengelompokkan biaya ( cost pool). Seluruh total biaya tersebut dialokasikan dengan satu dasar pengalokasian ( cost allocation based) kepada suatu objek biaya. Pemilihan dasar pengalokasian berdasarkan hubungan sebab akibat. Sumber : Firdaus & Wasilah, 2009 : 321 Seluruh biaya tidak langsung dikumpulkan dalam beberapa pengelompokkan biaya (cost pool). Masing masing kelompok biaya tersebut dialokasikan berdasarkan aktivitasnya masing masing. Pemilihan dasar pengalokasian berdasarkan jumlah aktivitas dalam setiap kelompok biaya.

15 4. Tahap Penerapan Sistem Activity Based Costing berikut : Menurut Mursyidi (2008 : 286), tahap sistem ABC tampak pada gambar Resources Drivers Tahap 1 Sumber daya Jenis Biaya sumber daya Direct tracing Aktivitas - aktivitas Pemicu Aktivitas Pool Aktivitas Biaya Aktivitas Tahap 2 produk Gambar 2.1 Tahap Sistem ABC Berikut ini adalah tahapan penyusunan hingga implementasi ABC menurut Firdaus & Wasilah (2009 : 325-326) : Tahap 1 : Memeriksa ulang seluruh informasi keuangan perusahaan Tahap 2 : Menentukan tujuan penerapan sistem ABC Tahap 3 : Menetapkan aktivitas utama yang menyebabkan perubahan pada beban tidak langsung / overhead Tahap 4 : Menghubungkan biaya tidak langsung dengan aktivitas sehingga dapat dihitung tarif (rate) per unit untuk setiap dasar alokasi yang digunakan untuk membebankan biaya tidak langsung Tahap 5 : Menghitung biaya tidak langsung yang dibebankan pada setiap objek biaya Tahap 6 : Mengetahui total biaya untuk setiap objek biaya Tahap 7 : Menggunakan hasil perhitungan ABC tersebut untuk melakukan perbaikan dan pengambilan keputusan yang relevan 5. Perhitungan Biaya dengan Sistem Activity Based Costing Untuk memberikan gambaran utuh tentang proses perhitungan biaya dengan menggunakan sistem ABC, maka berikut ini disajikan tahapan proses implementasi ABC dan perbandingan perhitungan dengan sistem tradisional.

16 Contoh kasus yang digunakan adalah perusahaan XYZ yang selama ini menggunakan sistem tradisional untuk menghitung biaya tidak langsungnya. (Firdaus & Wasilah, 2009 : 326 330) 1. Tahap 1 : Memeriksa ulang seluruh informasi keuangan perusahaan. Untuk menerapkan sistem ABC maka perusahaan memeriksa ulang seluruh informasi keuangan sehingga diperoleh informasi sebagai berikut. Tabel 2.2 Data PT. XYZ Produk Total A B C Jumlah produksi & penjualan (unit) 90.000 30.000 15.000 135.000 Penggunaan bahan baku (per unit) 10 7 14 1.320.000 Biaya bahan baku langsung (Rp) 300 400 150 385.500.000 Jam kerja buruh 2,5 3 1,5 337.500 Jam kerja mesin 5 3 7,5 652.500 Biaya tenaga kerja langsung (Rp) 200 300 100 74.250.000 Biaya overhead 337.500.000 Sumber : Firdaus & Wasilah, 2009 : 327 Selama ini perusahaan menggunakan sistem pembebanan biaya overhead pabrik dengan pendekatan sistem tradisional berdasarkan jumlah jam tenaga kerja langsung. Sehingga tingkat biaya overhead pabrik dihitung dengan membagi total biaya overhead pabrik dengan total jumlah jam tenaga kerja langsung, yaitu : Tarif biaya overhead = Total biaya overhead Total jumlah jam tenaga kerja langsung = 337.500.000 337.500 = Rp 1.000/jam kerja TKL Dengan metode ini, maka total biaya produksi dan biaya produksi per unit adalah sebagai berikut.

17 Tabel 2.3 Total Biaya Produksi & Biaya Produksi per Unit Nama Produk A B C Bahan Baku =300*10*90.000 270.000.000 =400*7*30.000 84.000.000 =150*14*15.000 31.500.000 Tenaga Kerja =200*2,5*90.000 45.000.000 =300*3*30.000 27.000.000 =100*1,5*15.000 2.250.000 Overhead Pabrik =2,5*1.000*90.000 225.000.000 =3*1.000*30.000 90.000.000 =1,5*1.000*15.000 22.500.000 TOTAL 540.000.000 201.000.000 56.250.000 Unit 90.000 30.000 15.000 Biaya per Unit 6.000 6.700 3.750 *Jumlah Tarif Biaya Overhead x Jumlah Jam Tenaga Kerja Langsung per Produk Sumber : Firdaus & Wasilah, 2009 : 327 2. Tahap 2 : Menentukan tujuan dan hal-hal yang harus ada dalam sebuah sistem ABC. Tujuan dari penerapan ABC di perusahaan XYZ adalah untuk melakukan penetapan harga. Untuk tahap awal penerapan ABC, manajemen memutuskan untuk melakukannya pada level moderat, sehingga diperlukan data tentang aktivitas perusahaan dalam jumlah yang tidak terlalu detail. 3. Tahap 3 : Menetapkan aktivitas utama yang menyebabkan perubahan pada beban tidak langsung / overhead. Manajemen melakukan penelaahan atas proses produksi dan dari hasil wawancara dengan bagian produksi dapat diketahui bahwa aktivitas dalam proses produksi terdiri atas : kegiatan set up, proses mekanisasi dengan mesin, melakukan penerimaan, melakukan pengepakan dan proses engineering. Sedangkan jumlah aktivitasnya adalah sebagai berikut. Tabel 2.4 Jumlah Aktivitas A B C Total Jumlah Kali Produksi 5 10 50 65 Jumlah Penerimaan 50 70 700 820 Jumlah Pengiriman 18 7 50 75 Jumlah Pesanan Produk 45 25 60 130 Sumber : Firdaus & Wasilah, 2009 : 328 4. Tahap 4 : Menghubungkan biaya tidak langsung dengan aktivitas sehingga dapat dihitung tarif per unit untuk setiap dasar alokasi yang digunakan untuk membebankan biaya tidak langsung. Pertama dilakukan proses perhitungan kembali biaya berdasarkan kegiatan tersebut, sehingga diperoleh informasi sebagai berikut.

18 Tabel 2.5 Biaya Overhead Biaya Overhead Jumlah (Rp) Set up 7.500.000 Mekanisasi 100.000.000 Penerimaan 90.000.000 Pengepakan 65.000.000 Engineering 75.000.000 Total 337.500.000 Sumber : Firdaus & Wasilah, 2009 : 328 Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui hubungan antara aktivitas adalah sebagai berikut. Tabel 2.6 Hubungan Antara Aktivitas Set up Jumlah Kali produksi Mekanisasi Jumlah Jam Kerja Mesin Penerimaan Jumlah Penerimaan Pengepakan Jumlah Pengiriman Engineering Jumlah Pesanan Produk Sumber : Firdaus & Wasilah, 2009 : 328 Tarif biaya overhead pabrik yang dibebankan untuk setiap produk : Tarif Biaya Set Up = Total Biaya Set Up Total Jumlah Kali Produksi = 7.500.000 65 = Rp 115.384,6/kali produksi Tarif Biaya Mekanisasi = Total Biaya Mekanisasi Total Jumlah Jam Kerja = 100.000.000 652.500 = Rp 153,25/jam kerja mesin Tarif Biaya Penerimaan = Total Biaya Penerimaan Total Jumlah Penerimaan = 90.000.000 820 = Rp 109.756,1/penerimaan Tarif Biaya Pengepakan = Total Biaya Pengepakan Total Jumlah Pengiriman = 65.000.000 75

19 = Rp 866.666,67/pengiriman Tarif Biaya Engineering = Total Biaya Engineering Total Jumlah Pesanan = 75.000.000 130 = Rp 576.923,1/pesanan 5. Tahap 5 : Menghitung biaya tidak langsung yang dibebankan pada setiap objek biaya. Biaya tidak langsung yang dibebankan untuk setiap produk : Tabel 2.7 Biaya Tidak Langsung Produk A Biaya FOH Kuantitas Rate Total Set up 5 115.384,6 576.923,0 Mekanisasi 5*90.000 153,25 68.962.500,0 Penerimaan 50 109.756,1 5.487.805,0 Pengepakan 18 866.666,67 15.600.000,0 Engineering 45 576.923,1 25.961.539,5 Total 116.588.767,5 FOH yang dibebankan 90.000 unit 1.295,43/unit Sumber : Firdaus & Wasilah, 2009 : 329 Tabel 2.8 Biaya Tidak Langsung Produk B Biaya FOH Kuantitas Rate Total Set up 10 115.384,6 1.153.846,0 Mekanisasi 3*30.000 153,25 13.792.500,0 Penerimaan 70 109.756,1 7.682.927,0 Pengepakan 7 866.666,67 6.066.666,7 Engineering 25 576.923,1 14.423.077,5 Total 43.119.017,2 FOH yang dibebankan 30.000 unit 1.437,3/unit Sumber : Firdaus & Wasilah, 2009 : 330 Tabel 2.9 Biaya Tidak Langsung Produk C Biaya FOH Kuantitas Rate Total Set up 50 115.384,6 5.769.230,0 Mekanisasi 7,5*15.000 153,25 17.240.625,0 Penerimaan 700 109.756,1 76.829.270,0 Pengepakan 50 866.666,67 43.333.333,5 Engineering 60 576.923,1 34.615.386,0 Total 177.787.844,5 FOH yang dibebankan 15.000 unit 9.544,8/unit Sumber : Firdaus & Wasilah, 2009 : 330 6. Tahap 6 : Menghitung total biaya untuk setiap objek biaya

20 Tabel 2.10 Total Biaya per Unit Nama Produk A B C Bahan baku =300*10*90.000 270.000.000 =400*7*30.000 84.000.000 =150*14*15.000 31.500.000 Tenaga kerja =200*2,5*90.000 45.000.000 =300*3*30.000 27.000.000 =100*1,5*15.000 2.250.000 Overhead 116.588.767,5 43.119.017,2 177.787.844,5 TOTAL 431.588.767,5 154.119.017,2 211.537.844,5 Unit 90.000 30.000 15.000 Biaya per unit 4.795,43 5.173,3 14.102,52 Sumber : Firdaus & Wasilah, 2009 : 330 7. Tahap 7 : Menggunakan hasil perhitungan ABC tersebut untuk melakukan perbaikan dan pengambilan keputusan yang relevan. Dengan hasil perhitungan diatas dapat dibandingkan hasil perhitungan biaya dengan menggunakan sistem tradisional dan sistem ABC. Tabel 2.11 Hasil Perhitungan Biaya Nama Produk A B C Unit 90.000 30.000 15.000 Biaya per Unit Tradisional 6.000,00 6.700,00 3.750,00 Biaya per Unit ABC 4.795,43 5.137,3 14.102,52 Sumber : Firdaus & Wasilah, 2009 : 330 E. Aktivitas 1. Pengertian Aktivitas Aktivitas merupakan suatu unit dasar pekerjaan yang dilakukan oleh perusahaan dengan tujuan membantu perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan bagi manajemen. (Bastian & Nurlela, 2009 : 25) Jumlah biaya aktivitas ditentukan dengan melacak sumber daya yang dipakai oleh aktivitas dengan pemicu konsumsi sumber daya. Aktivitas sangat dibutuhkan untuk membebankan biaya ke objek biaya, dikenal dengan aktivitas biaya yang dihubungkan dengan faktor pemicu biaya (cost driver).

21 2. Pengeidentifikasian Pusat Pusat Aktivitas Dalam ABC, dasar yang digunakan untuk mengalokasikan dasar overhead disebut sebagai penggerak atau pemicu ( driver). Pemicu sumber daya (resource driver) adalah dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya dari suatu sumber daya ke berbagai aktivitas berbeda yang menggunakan sumber daya tersebut. Pemicu aktivitas ( activity driver) menurut Carter (2009 : 528) adalah suatu dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya dari suatu aktivitas ke produk, pelanggan atau objek biaya final (final cost object) lainnya. Terdapat 4 tingkat umum aktivitas, dimana masing masing tingkat aktivitas tersebut dibagi lagi menjadi pusat pusat aktivitas tertentu. Menurut Carter (2009 : 528), ke-4 tingkat aktivitas tersebut adalah : Tingkat Unit. Biaya tingkat unit ( unit level cost) adalah biaya yang pasti akan meningkat ketika satu unit diproduksi. Biaya ini adalah satusatunya biaya yang selalu dapat dengan akurat dibebankan secara proporsional terhadap volume. Pemicu tingkat unit ( unit level driver) merupakan ukuran aktivitas yang bervariasi dengan jumlah unit yang diproduksi dan dijual. Tingkat Batch. Tingkatan agregasi yang lebih tinggi berikutnya adalah batch. Biaya tingkat batch ( batch level cost) adalah biaya yang disebabkan oleh jumlah batch yang diproduksi dan dijual. Pemicu tingkat batch ( batch level driver) adalah ukuran aktivitas yang bervariasi dengan jumlah batch yang diproduksi dan dijual. Tingkat Produk. Tingkatan berikutnya diatas batch adalah produk. Biaya tingkat produk ( product level cost) adalah biaya yang terjadi untuk mendukung sejumlah produk berbeda yang dihasilkan. Pemicu tingkat produk ( product level driver) adalah ukuran aktivitas yang bervariasi dengan jenis produk yang diproduksi dan dijual. Tingkat Pabrik. Hal ini mencakup tingkat lini produk, tingkat proses, tingkat departemen, dan tingkat pabrik. Hampir semua penerapan ABC mengakui hanya salah satu dari kategori-kategori tersebut, yaitu tingkat pabrik. Biaya tingkat pabrik ( plant level cost) adalah biaya untuk

22 memelihara kapasitas di lokasi produksi. Pemicu tingkat pabrik ( plant level driver) untuk membebankan biaya tingkat pabrik. Menurut Cooper dan Kaplan yang dikutip oleh Armanto (2006 : 210), hierarki aktivitas dari ABC terbagi atas : 1. Unit Level Unit level biasanya bervariasi tergantung pada jumlah produk yang dihasilkan. 2. Batch Level Batch level seperti biaya teknisi untuk mempersiapkan mesin tergantung pada jumlah batch produksi yang diinginkan. 3. Product Level Production level seperti biaya mesin yang dikhususkan untuk memproduksi suatu produk khusus tentu tergantung pada jumlah produk khusus yang hendak diproduksi. 4. Facility Level Adapun facility level seperti keamanan (satpam dan sebagainya) tentu tergantung pada jumlah lokasi produksi (pabrik). F. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang penerapan metode activity based costing terkait dengan harga pokok produksi suatu perusahaan, antara lain sebagai berikut : Peneliti (tahun) Sri (2010) Tabel 2.12 Penelitian Terdahulu Judul Penelitian Analisis Perbandingan Metode Activity Based Costing Dengan Metode Konvensional Dalam Perhitungan Biaya Produksi Pada PT. Indomilk, di Jakarta Kesimpulan Penelitian Dari hasil analisis mengenai perbandingan perhitungan biaya produksi menurut metode konvensional dengan metode ABC menunjukkan perubahan nilai kurang signifikan yaitu biaya produk SKM Indomilk telah dihitung lebih kecil sebesar 0,8% sedangkan produk Susu Cair Indomilk dihitung lebih sebesar 6%.

23 Agustar (2011) Ari (2011) Nita (2011) Masripah (2013) Sumber : Beberapa jurnal Evaluasi Penerapan Activity - Based Costing Dalam Menentukan Efisiensi Biaya Produksi (Studi Kasus : PT. Gramedia Distribution Center) Perspektif Perhitungan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Metode Activity Based Costing (Studi Kasus : PT. Prometama Multi Karya) Perspektif Sistem Activity Based Costing (ABC) Dalam Perhitungan Harga Pokok Produksi Pada PT. XYZ Analisa Perbedaan Penerapan Perhitungan Harga Pokok Produksi Menggunakan Metode Tradisional Dan Metode Activity Based Costing Pada Perusahaan Manufaktur (Studi Kasus PT. Citra Elektrindo Mandiri) Perhitungan dengan metode ABC menghasilkan penurunan biaya produksi untuk jasa pengelolaan retur, penyewaan locator, dan penyiapan pesanan. Metode activity based costing lebih efektif dan efisien untuk perhitungan harga pokok produksi Panellux 200C. Hal ini disebabkan karena spesifikasi terhadap sumber daya dan pengelompokan aktivitas secara tepat. Yang hasilnya lebih efektif dan lebih menguntungkan dengan menggunakan activity based costing system. Karena perhitungan biaya produksi dengan menggunakan activity based costing system lebih efektif dan lebih rendah apabila dibandingkan dengan sistem tradisional sehingga didalam harga pokok produksi pun lebih efektif. Perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode Tradisional yang selama ini digunakan pada PT. Citra Elektrindo Mandiri dianggap kurang terlalu besar karena overhead pabrik di over rata seluruh unit produksi. Sedangkan jika perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode ABC yang dihasilkan biaya overhead lebih akurat karena dihitung mengikuti aliran aktivitas produksi.