Volume III, Edisi 1 ISN.2301 7163 Juli 2014 ESTIMASI SEBARAN FREKUENSI PANJANG UDANG BANANA (Penaeus merguensis) YANG TERTANGKAP DENGAN ALAT TANGKAP PUKAT UDANG DI PERAIRAN KAIMANA - TIMIKA Muhammad Ali Rozaki 1*, Arhandy Arfah 1,Rohyadi 2, dan Franklyn Hoek 1 1) Program Studi Teknologi Penangkapan Ikan, Akademi Perikanan Sorong 2) Program Studi Mesin Peralatan Perikanan, Akademi Perikanan Sorong ABSTRAK Pengelolaan sumberdaya perikanan dan pembangunan perikanan bagaiman dapat mempertahankan struktur umur produktif dari suatu jenis udang, sehingga memberi kesempatan kepada udang yang masih relatif muda untuk tumbuh, dan mampu reproduksi sebelum tertangkap. Dengan cara demikian, penangkapan ikan dapat dilakukan secara kontinyu dan berkelanjutan di masa depan. Untuk itu tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui komposisi hasil tangkapan udang penaeid, ukuran panjang udang Banana (Penaeus merguensisi) yang tertangkap pada jaring pukat udang dan distribusi jenis udang Banana (Penaeus merguensisi) menurut kedalaman.hasil penelitian ini bahwa komposisi Hasil Tangkapaan yang diperoleh selama pengoperasian pukat udang jenis double rig trawl sebanyak 5 jenis udang penaeid tertangkap dan Udang banana/jerbung (Penaeus merguensis) yang dominan.udang Banana/jerbung (Penaeus merguensis)dengan ukuran panjang total (TL) antara 15.81 16.20 cm dan pola hubungan antara kedalaman dengan hasil tangkapan udang banana (Penaeus merguensis) di Perairan Kaimana Timika mengikuti model persamaan regresi kuadratik. Hal ini menunjukkan, bahwa produksi hasil tangkapan berbentuk parabola yang memiliki titik maksimum, pada kedalaman < 17 meter cenderung menaik produksi hasil tangkapan sedangkan pada kedalaman > 17 cenderung menurun produksi hasil tangkapan. Kata Kunci : Udang Banana, Pukat Udang -10-1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dunia dan kebutuhan akan bahan pangan dan gizi yang lebih baik, permintaan ikan terus meningkat dari tahun ke tahun, permintaan ikan yang meningkat tentunya memeliki makna positif bagi pemgembangan perikanan, terlebih bagi Negara Kepulauan seperti Indonesia yang potensi perairan yang cukup luas dan potensial untuk pengembangan perikanan baik penangkapan maupun akuakultur. Namun demikian, tuntutan pemenuhan kebutuhan akan sumberdaya tersebut akan diikuti oleh tekanan eksplotasi sumberdaya ikan yang juga semakin intensif. Jika tidak dikelola secara bijaksana, sangat dikhawatirkan pemanfaatan sumberdaya secara intensif akan mendorong usaha perikanan ke jurang kehancuran dan terjadinya berbagai konflik terhadap sumberdaya ikan (Widodo dan Suadi, 2006). *Alamat Korespondensi: Akademi Perikanan Sorong (APSOR) Jl.Kapitan pattimura, Suprau, Distrik Sorong Barat Kota Sorong-Papua Barat.
Pendekatan dalam mengelola sumberdaya perikanan agar tujuan pengelolaan dan pembangunan perikanan dapat dicapai. Diantaranya telah dikemukakan oleh Gulland (1977) dalam Nikijuluw (2002) dengan enam pendekatan manajemen sumberdaya sebagai berikut perikanan Pembatasan alat tangkap ikan, penutupan musim penangkapan ikan, penutupan daerah penangkapan ikan, pemberlakuan kuota penangkapan ikan, pembatasan ukuran ikan yang menjadi sasaran operasi penangkapan dan penetapan jumlah kapal serta jumlah hasil tangkapan yang diperbolehkan untuk setiap kapal. Pembatasan ukuran ikan yang menjadi sasaran operasi penangkapan, hal ini terkait dengan selektivitas alat tangkap dalam suatu operasi penangkapan, Pendekatan dengan sistem ini merupakan metode yang bertujuan untuk mencapai atau mempertahankan struktur umur produktif dari suatu jenis ikan, sehingga memberi kesempatan kepada ikan yang masih relatif muda untuk tumbuh, bertambah nilai ekonominya, serta memiliki kemampuan reproduksi sebelum tertangkap. Dengan cara demikian, penangkapan ikan dapat dilakukan secara kontinyu dan berkelanjutan di masa depan. Sebagai salah pedekatan pengelolaan sumberdaya udang untuk itu perlu pengukuran panjang udang banana(penaeus merguensis yang tertangkap dengan alat tangkap pukat udang (trawl). Seperti yang telah dilakukan oleh Retraubun (1985) bahwa Udang banana/jerbung tertangkap pada (Penaeus merguensis) banyak tertangkap pada ukuran panjang 15 cm sampai dengan 16,7 cm di perairan Timur Aru dan Hoek (2012) bahwa ukuran jenis udang banana/jerbung (Penaeus merguensis),dimana ukuran panjang total yang terbanyak tertangkap pada ukuran antara 15,97 16,49 cm di perairan Pulau Dolak Merauke. Dari hasil penulisan-penulisan yang telah ada, penulis untuk mengkaji mengenai estimasi sebaran frekuensi ukuran panjang udang banana atau jerbung (Penaeus merguensis) yang tertangkap dengan alat tangkap pukat udang (trawl) di perairan Kaimana Timika. 1.2 Tujuan Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui komposisi hasil tangkapan udang penaeid, ukuran panjang udang Banana (Penaeus merguensisi)yang tertangkap pada jaring pukat udang dan distribusi jenis udang Banana (Penaeus merguensisi) menurut kedalaman. 1.3 Manfaat Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini, sebagai informasi panjang udang Banana (Penaeus merguensisi) yang dominan yang tertangkap pada pukat udang Banana dan distribusi hasil tangkapan jenis udang Banana (Penaeus merguensisi) menurut kedalaman. -11 - - 11 -
2. METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini, dilaksanakan pada bulan Desember 2013 sampai dengan April 2014, di KM Avona Jaya 18 milik PT Avona Mina Lestarim di Perairan Kaimana-Timika Papua Barat dapat lihat pada gambar 1. Peta daerah penangkapan. Gambar 1. Peta daerah penangkapan 2.2 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang di gunakan selama penelitian melaksanakan adalah kapal, alat tangkap, GPS dan penggaris untuk mengukur panjang udang yang dominan tertangkap. 2.3 Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan selama penelitian ini berupa data primer dan data sekunder sebagai berikut : 2.3.1 Data Primer Data primer adalah data yang diambil secara langsung di lapangan dalam pengoperasian kapal pukat udang.dengan melihat titik koordinat daerah penangkapan, jenis dan jumlah hasil tangkapan udang penaeid dan mengukur panjang udang yang dominan tertangkap serta melihat kedalaman perairan selama penelitian. 2.3.2 Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui data yang berasal dari studi pustaka atau literatur yang terkait dengan judul penelitian. -12 -
2.4 Analisa Data 2.4.1 Analisis Distribusi Frekuensi Untuk menghitung distribusifrekuensi panjang udang banana menggunakan Sparred dan Vaname (1999) dengan rumus sebagai berikut : a. Varians (S 2 ) 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Komposisi Jenis Hasil Tangkapan Udang Penaeid Jenis-jenis udang hasil tangkapan utama yang diperoleh di KM. Avona Jaya 18 di Perairan Kaimana-Timika adalah sebagai berikut: b. Standart Deviasi (Sd) c. Distribusi normal. N o Nama lokal 1 Udang jerbung Nama Inggris Banana prawn Nama latin Penaeus merguensis (De Man 1888) Juml ah (Kg) % 2686 70,9 Dimana : Fc (x) = Frekwensi Terhitung, n (Jumlah observasi), dl (Ukuran Interval), Sd (Standar deveasi), (Nilai rata-rata panjang), dan = 3,14159 2.4.2 Analisis Distribusi Udang Banana Menurut Kedalaman Untuk mengetahui distribusi hasil tangkapan menurut kedalaman, dipergunakan persamaan regresi kuadratik adalah Y = a + bx + cx2, Dimana : Y = Hasil tangkapan jenis udang banana, X = Kedalaman dan a, b dan c = koefisien. Untuk mengetahui model persamaan regresi yang berlaku pada setiap kedalaman, diketahui dengan uji koefisien regresi. Hubungan antara kedalaman dengan hasil tangkapan udang banana, di lihat dari besarnya koefsien korelasi (r). 2 Udang karas 3 Udang dogol 4 Udang red 5 Udang kembang Black tiger Endeavou r prawn Red Coral Tiger prawn Penaeus monodon (Fabricius, 1798) Metapenaeus endeavouri (Schmitt, 1926) Salenocera crassicornis (H. Milne Edwards, 1837) Penaeus semisulcatus (de Haan 1844) 210 5,5 562 14,8 66 1,7 267 7,0 Tabel 1. Komposisi Jenis Udang hasil Tangkapan. Berdasarkan tabel di atas dapat diamati bahwa hasil tangkapan udang banan Penaus merguensis mencapai 70.9% sedangkan haasil tangkapan black tiger (BT) 5.5%, Ende pink 14.8%, Red 1.7%, dan Tiger 7%. -13 - - 13 -
Dari tampilan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa udang yang dominan yang tertangkap adalah udang banan Penaus merguensis dengan perolehan 71.5 % menunjukan di daerah tersebut sangat banyak di temukana udang banana Penaus merguensis. Gambar 2. Grafik Komposisi Jenis Hasil tangkapan 3.2 Analisis Frekuensi dan Disribusi Panjang Udang Penaeus Merguensis Hasil perhitungan nilai ratarata, varians standart deviasi, koefisien varians, standart error, pengamatan dalam interval dan selang batas kepercayaan dapat disajikan pada tabel 2 berikut ini Tabel 2.Hasil Perhitungan Varians, Standart deviasi, pengamatan interval dan selang batas kepercayaan. -14 -
Dari tabel dapat dilihat bahwa jumlah pengamatan terletak dalam interval antara 10.25-21.76 cm, dengan batas kepercayaan ukuran antar 15.81 16.20 cm,untuk jenis udang banana Penaus merguensis, yang digambar pada gambar 3 dalam grafik. Ukuran udang menurut Simbolon (2011) dalam Hoek (2012), bahwa udang jerbung (Penaeus merguensis) panjang badan umumnya dapat mencapai hingga 15-25 cm dan jantan 24 cm dan betina 25 cm. Holthusis (1980) dalam Hoek (2012) bahwa Penaues merguensis ukuran panjang total maxsimum 24 cm. Martosubrato (1977) dalam Hoek (2012) bahwa panjang total udang jerbung (Penaeus merguensis) saat mencapai matang gonat pertama kali adalah ukuran 12,5 cm dengan panjang kerapak 26 mm. Gambar 3.Grafik Ukuran Pengamatan dan Distribusi Ukuran Jenis Udang Banana (Penaus merguensis). -15 - - 15 -
3.3 Analisis Disribusi hasil Tangkapan Udang Penaeus merguensis menurut kedalaman Hasil perhitungan distribusi produksi hasil tangkapan Udang Penaeus merguensismenurut kedalaman maka doperoleh nilai a, b dan c dengan model persamaan kuadratik yang terbentuk Y = -37,762 + 9,598 X 0,278 X 2, dimana nilai c bernilai negative menunjuhkan bahwa model membentuk kurva yang titik maksimum. Hasil Uji Anova, Uji t serta tingkat determinasinya disajikan pada tabet 3 berikut ini. Tabel 3. Hasil Perhitungan Anova, Koefiensi dan nilai R t hitung (2,9540) > t tebel (2,0322) atau p (t) 0,0052 < 0,05. dan c memiliki t hitung (-3,2367) > p(t) 0,0052 < 0,05. dan c memiliki t hitung (-3,2367) > t tebel (2,0322) atau p(t) 0,0027 < 0,05, bersifat signifikan. Pada ketiga koefisien juga memiliki Cl yang didalamnya tidak memuat nilai nol. Dengan demikian model regresi kuadratik yang terbentuk bersifat signifikan.nilai R. dari model yang terbentuk relative sedang yaitu koefsien Berdasarkan tabel 3 diatas hasil anova diketahui bahwa nilai F hitung (6,4651) > nilai F tabel (3,2759) atau F(f) 0,0042 < 0,05. Dengan demikian b dan c secara bersama-sama mampu membentuk model kuadratik/parabola yang bersifat signifikan. Untuk a memiliki t hitung (-1,3205)<t tebel (2,0322) atau p(t) 0,1955 > 0,05 bersifat tidak signifikan, sedangkan b memiliki korelasi (R).sebesar0,525 atau 52,5 % Gambar 4. Grafik Regresi kuadratik hubungan antara kedalaman dengan hasil tangkapan udang Banana (Penaeus merguensis) di Perairan Kaimana-Timika Berdasarkan grafik pada gambar 4. Dapat di jelaskan bahwa kurva produksi hasil tangkapan berbentuk parabola yang memiliki titik maksimum pada kedalaman < 17 meter cenderung menaik produksi hasil tangkapan sedangkan kedalaman > 17 cenderung menurun produksi hasil -16 -
Edisi 04 Juli 2014 IV. SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan 1. Komposisi Hasil Tangkapaan yang diperoleh selama pengoperasian pukat udang jenis double rig trawl sebanyak5 jenis udang penaeid, dimana Udang banana/jerbung (Penaeus merguensis) yang dominan 2. Udang Banana/jerbung (Penaeus merguensis)dimana ukuran panjang total (TL) denganselang batas kepercayaan antara 15.81 16.20 cm. 3. Pola hubungan antara kedalaman dengan hasil tangkapan udang banana (Penaeus merguensis) di Perairan Kaimana Timika mengikuti model persamaan regresi kuadratik. Hal ini menunjukkan, bahwa produksi hasil tangkapan berbentuk parabola yang memiliki titik maksimum pada kedalaman < 17 meter cederung menaik produksi hasil tangkapan sedangkan kedalaman > 17 cenderung menurun produksi hasil tangkapan. 4.2 Saran Dari hasil kesimpulan penelitian ini penulis menyarakan sebagai berikut : 1. Perlunya ada penelitian lanjutan tentang ukuran panjang udang penaeid yang tertangkap pada setiap tingkat kedalaman sebab hal ini berhubungan dengan siklus udang penaeid, dimana udang dewasa di hutan mangrove dan melakukan pemijahan migrasi ke arah laut dalam. 2. Mengatasi over fisihing perlu adanya kawasan konservasi atau daerah perlindungan laut (DPL) atau marine protected area (MPA), yang merupakan kawasan laut yang ditetapkan dan diatur sebagai daerah larang ambil/tangkap, secara permanen tertutup (10-20 % dari luas wilayah perairan) bagi berbagai aktivitas pemanfaatan yang bersifat ekstraktif. 3. Perlu ada penegakan peraturanperaturan yang sudah ada lewat pengawasan dan monitoring di daerah penangkapan serta terjaganya ekosistem hutan mangrove sebagai tempat pemijahan, tempat pembesaran/pemeliharaan larva dan tempat mencari makan udang. DAFTAR PUSTAKA Hoek, F. 2012. Kajian Potensi Sumberdaya Udang Penaeid Di Perairan Kepulauan Aru Bagian Timur.Tesis.(tidak diterbitkan) Program Studi Ilmu Kelautan Universitas Pattimura Program Pascasarjana,Ambon. Nikijuluw, V.P.H. 2002. Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. Pusat Pemberdayaan dan Pembangunan Regional. Jakarta. Retraubun, A. S. W., 1985. Keadaan Stok Perikanan Demersal di Perairan Arafura Sub Area Utara Dolak dan Timur Aru. Skripsi (tidak diterbitkan) Fakultas Perikanan UNPATTI, Ambon. -17 - - 17 -
Sparre, P. dan Venema, S. C. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis. Buku 1 Manual. (Terjemahan: J. Widodo, I.G.S. Merta, S. Nurhakim, dan M. Badrudin). Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Widodo, J. dan Suadi. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. Penerbit Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. -18 -