PENERAPAN HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) DALAM PENYELENGGARAAN WARUNG MAKAN KAMPUS

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) DALAM PENYELENGGARAAN WARUNG MAKAN KAMPUS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini peredaran rumah makan berbasis ayam goreng kian

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah melakukan pembangunan berwawasan kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan itu harus memenuhi syarat-syarat bagi kesehatan hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak

Upaya Perlindungan Kualitas Hidup Konsumen Melalui Studi Penerapan HACCP Pada Penyediaan Pangan Di Kantin Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. bisa melaksanakan rutinitasnya setiap hari(depkesri,2004).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keamanan makanan serta efektivitas dalam proses produksi menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. untuk dikonsumsi. Maka dari itu, dalam hal ini higienitas sangat berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan jajanan sekolah merupakan masalah yang perlu menjadi perhatian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maryadi Putra M, 2014

BAB I PENDAHULUAN. fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Rancangan sistem..., Putih Sujatmiko, FKM UI, 2009

PELUANG BISNIS KULINER

BAB I PENDAHULUAN. dari proses pengolahan yang aman mulai dari bahan baku, produk setengah

A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Berdasarkan Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

MANFAAT PENGETAHUAN HIGIENE SANITASI DALAM MEMBUAT MAIN COURSE MAKANAN KONTINENTAL MAHASISWA PENDIDIKAN TATA BOGA ANGKATAN 2015

PENERAPAN PENGETAHUAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN PADA PEMILIHAN MAKANAN JAJANAN MAHASISWA PENDIDIKAN TATA BOGA UPI

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atau dikenal dengan kampus induk/pusat, kampus 2 terletak di Jalan Raden Saleh,

I. PENDAHULUAN. Pada era globalisasi keadaan gizi masyarakat yang baik menjadi salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi kelangsungan hidup manusia,

BAB I PENDAHULUAN. adanya makanan maka manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Makanan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam membentuk

HANDOUT. PERTEMUAN KE : 7, 8 dan 9 MATA KULIAH : MANAJEMEN USAHA BOGA POKOK MATERI : Proses produksi dalam Suatu Usaha Boga

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. mutu dan keamanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

BAB 1 : PENDAHULUAN. aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan lain yang

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Faktor-faktor yang menentukan kualitas makanan baik, dapat ditinjau dari

BAB I PENDAHULUAN. gizi dan mempunyai bentuk yang menarik, akan tetapi juga harus aman dalam arti

memerlukan makanan yang harus dikonsumsi setiap hari, karena makanan merupakan sumber energi dan berbagai zat bergizi untuk mendukung hidup

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal

PENDAPAT SUPERVISOR TENTANG PENERAPAN SANITASI HIGIENE OLEH MAHASISWA PADA PELAKSANAAN PRAKTEK INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam beberapa tahun belakangan ini, media di Indonesia sangat gencar

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. makan dan minuman menjadi salah satu syarat mutlak manusia untuk bisa

PENDAHULUAN Latar Belakang

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH

BAB IV KURSUS HIGIENE SANITASI MAKANAN

PENANGGULANGAN GIZI BURUK MELALUI ANALISIS SIKAP DAN KEBIASAAN IBU DALAM PENGATURAN MAKANAN KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologi pada

BAB I PENDAHULUAN. merupakan media untuk dapat berkembang biaknya mikroba atau kuman.

Palembang Zuhri, Tangerang Christiyanto, 2002

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mereka sedang dalam puncak pertumbuhan. Pada anak usia sekolah akan terus

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan produk-produk pangan untuk tetap dapat hidup dan. menyehatkan, aman untuk dikonsumsi dan praktis untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan sebagainya (Depkes RI, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. bersih. 4 Penyakit yang menonjol terkait dengan penyediaan makanan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Makanan jajanan (street food) sudah menjadi bagian yang. pedesaan. Salah satu alasan tingginya tingkat kesukaan pada makanan adalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. disebut penyakit bawaan makanan (foodborned diseases). WHO (2006)

BAB I PENDAHULUAN. dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan media untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia.

PENERIMAAAN BAHAN MAKANAN KERING

KUISIONER PENELITIAN. A. KARAKTERISTIK RESPONDEN Nama :... Sekolah/Kelas :... Jenis Kelamin : L / P Umur :... Pekerjaan Orang tua :...

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

2016 STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA RUMAH MAKAN SAUNG POJOK DADAHA KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. bagi kehidupan manusia dimana makanan berfungsi memberikan tenaga atau

SUMMARY ASPEK HYGIENE DAN SANITASI MAKANAN DI PASAR JAJAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012 ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk makanan dari jasaboga. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA SANITASI DAN HIGIENE PENYAJIAN MAKANAN DI KANTIN UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di negara berkembang, seperti

DAFTAR ISI... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Mutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

KUESIONER PENELITIAN PERBEDAAN SANITASI PENGELOLAAN RUMAH MAKAN DAN RESTORAN BERDASARKAN TINGKAT MUTU (GRADE A,B DAN C) DI KOTA MEDAN TAHUN 2013

Gambaran pentingnya HACCP dapat disimak pada video berikut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,

BAB I PENDAHULUAN. makanan, kantin, swalayan di jalanan dan tempat-tempat keramaian umum

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada Bab IV penulis akan menguraikan hasil penelitian berupa pengolahan

BAB 1 PENDAHULUAN. sedang istirahat di sekolah. Hal tersebut terjadi karena jarangnya orang tua

BAB I PENDAHULUAN. Keamanan pangan (food safety) merupakan hal-hal yang membuat

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman

Analisa Mikroorganisme

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Letusan penyakit akibat pangan (food borne diseases) dan kejadiankejadian

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam makanan. Kurangnya perhatian terhadap hal ini telah sering

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA Keamanan Pangan

LAMPIRAN PENYELENGGARAAN MAKANAN, KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN DARUSALAAM BOGOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kata Kunci: Perilaku, Penjamah Makanan, Mie Basah, Bakteri

PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PANDUAN PENYELENGGARAAN MAKANAN

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada usia 6 bulan saluran pencernaan bayi sudah mulai bisa diperkenalkan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Makanan jajanan (street food)

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah tempat menuntut ilmu bagi anak dan remaja. Hampir

Transkripsi:

Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol., No., November 2009 PENERAPAN HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) DALAM PENYELENGGARAAN WARUNG MAKAN KAMPUS Rina Febriana, Guspri Devi Artanti 2 Abstrak : secara operasional penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) atau Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis pada warung makan kampus dilingkungan Kampus A Universitas Negeri Jakarta yang meliputi komponen penanganan bahan mentah, pemilihan bahan, persiapan, pengolahan, dan penyajian makanan. Penelitian menggunakan metode survey untuk mengetahui tingkat penerapan HACCP pada warung makan kampus. Lokasi penelitian ini di sekitar kampus A Universitas Negeri Jakarta dengan 25 responden pemilik warung makan kampus. Penelitian dilakukan pada bulan Juli Oktober 2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan HACCP pada warung kampus menunjukkan data penanganan bahan mentah 96.5%, pemilihan bahan 95%, persiapan 94.25%, pengolahan 99%, dan penyajian 9.5%. Secara umum rata-rata penerapan HACCP pada warung makan kampus dilingkungan kampus A Universitas Negeri Jakarta tergolong tinggi dengan tingkat penerapan rata-rata 95%. Kata Kunci : HACCP, Warung, Universitas Negeri Jakarta PENDAHULUAN Latar Belakang Di era globalisasi ini sebagai dampak dari lingkungan hidup, pola pikir dan pola konsumsi masyarakat terhadap suatu produk makanan telah mengalami perubahan. Untuk mendapatkan keunggulan kompetitif di pasar global, mutu dan keamanan makanan serta efektifitas dalam proses produksi menjadi suatu hal yang penting untuk diperhatikan. Sekarang tuntutan konsumen baik dalam maupun luar negeri tentang jaminan mutu dan keamanan makanan (food safety) semakin meningkat. Dilain pihak kontaminasi makanan oleh kuman dan bahan racun masih menjadi masalah bagi negara berkembang, termasuk Indonesia. Sehingga jaminan keamanan terhadap mutu pangan masih menjadi tanda tanya besar. ) 2) Dosen Program Studi Tata Boga Jurusan IKK FT UNJ yang tidak aman (unsafe) yang disebabkan oleh adanya zat asing yang membahayakan, memberi dampak terhadap timbulnya berbagai penyakit yang ringan hingga yang membahayakan. Hal ini menjadi latar belakang dari Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) atau analisis bahaya dan pengendalian titik kritis yang sangat penting diterapkan dalam usaha jasa boga, termasuk di dalamnya adalah usaha warung kampus. Warung makan kampus merupakan suatu usaha jasa boga dibidang pengadaan dan pelayanan makanan terhadap orangorang di lingkungan kampus. Keberadaan warung kampus sangat dirasakan kebermanfaatannya terutama dilingkungan mahasiswa. Harga yang relatif murah, menu yang bervariasi serta porsi makanan yang cukup banyak merupakan beberapa hal yang

Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol., No., November 2009 2 menjadi alasan mengapa mahasiswa menyukai makan di warung kampus. Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) atau analisis bahaya dan pengendalian titik krisis dalam penyelenggaraan warung makan di kampus merupakan hal yang penting mengingat penyelenggaraan makanan erat kaitannya dengan kesehatan. HACCP adalah suatu sistem pencegahan untuk menjamin keamanan pangan dengan melakukan analisis terhadap kemungkinan yang terjadi bahaya pada sistem produksi serta tindakan pengawasan terhadap titik pengendalian kritis ( Critical Conrol Point) (Anonymous, 2002). Menurut Fardiaz (993), HACCP adalah sistem pencegahan yang dikendalikan pada titik kendali kritis bahan atau tahapan proses untuk menentukan komponen, kondisi atau tahap proses yang harus mendapat perlakuan yang tepat untuk menjamin bahwa produk yang dihasilkan aman dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Tujuan. Mengetahui sejauhmana penerapan Hazard Analysis Critical Control Point dalam penyelenggaraan warung makan kampus di lingkungan Universitas Negeri Jakarta. 2. Mengetahui faktor penyebab bahaya pada pengolahan makanan dan minuman. METODOLOGI Waktu, Tempat, dan Metode Penelitian dilakukan bulan Juni- November 2006. Tempat penelitian ini dilakukan di warung makan di lingkungan kampus A Universitas Negeri Jakarta yang menjual nasi rames, pecel lele, dan ayam goreng. Penelitian ini menggunakan metode survey karena di dalam pengumpulan data tidak dilakukan perlakuan atau pengkondisian terhadap variable yang diteliti, tetapi hanya mengungkap fakta di lapangan. Selain itu karena informasi untuk penelitian ini diperoleh dari responden dengan menggunakan kuesioner dan kemudian dianalisis secara kualitatif. Teknik Penarikan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah warung makan di sekitar lingkungan kampus Universitas Negeri Jakarta Kampus A. Dari populasi tersebut diambil sampel secara sengaja (purposive sampling), berdasarkan pertimbangan bahwa warung makan yang dijadikan sampel adalah warung makan yang menjual nasi rames, pecel lele dan ayam goreng beserta pelengkap hidangannya yaitu sambal dan lalap. Data yang diperoleh dari lapangan bahwa warung makan dengan kriteria seperti di atas terdapat sebanyak 25 warung makan yang tersebar di beberapa titik/tempat yaitu kantin Darma Wanita 6 warung, kantin depan gedung eks BAAK 4 warung, kantin samping gedung Pasca Sarjana (kantin blok M) 8 warung, kantin sastra (kansas) 7 warung. Instrumen Instrumen penelitian yang digunakan penelitian ini berupa kuesioner yang berisi daftar pernyataan. Dengan menggunakan kuesioner, data yang terkumpul relatif lebih cepat dan mudah, serta akurat, sehingga menghemat waktu, biaya, dan tenaga. Instrumen ini berisi pernyataan-pernyataan seputar penerapan HACCP kepada pemilik dan atau pengelola warung makan kampus yang meliputi lima (5) komponen atau tahap. Tahapan dalam penerapan HACCP meliputi yaitu tahap penanganan bahan mentah, tahap pemilihan bahan mentah, tahap persiapan, tahap pengolahan, dan tahap penyajian, dimana masing-masing aspek/tahap diwakili oleh 4 indikator, sehingga total pernyataan dalam kuesioner berjumlah 20 butir. Instrumen pada penelitian ini menggunakan skala Likert dimana tiap responden diberikan beberapa pernyataan sikap. Jawaban yang

Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol., No., November 2009 3 diberikan terdiri dari 4 pilihan yaitu Selalu Sering Kadang-kadang- Tidak Pernah. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menyebarkan kuesioner untuk mendapatkan jawaban dari pihak warung makan kampus. Tahap pertama mendata jumlah warung makan kampus yang tersebar di beberapa lokasi, kemudian dikhususkan lagi lepada warung makan yang mensual nasi rames, peces lele, dan ayam goreng (dengan pelengkapnya yaitu sambal dan lalap). Tahap selanjutnya adalah mengidentifikasi komponen-komponen dari penerapan HACCP yang terdiri dari lima (5) komponen yaitu penanganan bahan mentah, pemilihan bahan mentah, persiapan, pengolahan, dan penyajian. Dan tahap berikutnya hádala menyebarkan kuesioner untuk kemudian diisi oleh pihak/orang yang bersangkutan. Analisis Data Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif, yaitu cara mendeskripsikan jawaban responden yang diperoleh melalui pengisian kuesioner. Setelah data terisi maka dianalisa. Pernyataan-pernyataan yang menyebar dibuang, sedangkan pernyataan-pernyataan yang mempunyai nilai agak bersamaan dari setiap responden digunakan dalam membuat skala. Nilai skala dari tiap pernyataan dihitung, yaitu merupakan median dari nilainilai yang telah diberikan oleh responden. HASIL DAN PEMBAHASAN pada beberapa lokasi yaitu kantin darma wanita sebanyak 5 warung, kantin depan eks Gedung BAAK 3 warung, kantin blok M sebanyak 0 warung, dan kantin sastra 7 warung, dengan demikian jumlah warung makan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini berjumlah 25 warung makan. Untuk warung makan yang menjual makanan sepinggan seperti mie ayam, bakso, dan sejenisnya tidak dijadikan sampel dalam penelitian ini dengan asumsi bahwa warung tersebut hanya menjual makanan setengah jadi (sudah diproses terlebih dahulu) dan tinggal menyajikan ataupun mengolah tahap terakhir sehingga warung makan-warung makan tersebut tidak melakukan tahapan-tahapan dalam penerapan HACCP. Penerapan HACCP pada Warung Makan Kampus Berdasarkan hasil data yang ditemukan di lapangan dapat dilihat bahwa penerapan HACCP pada warung makan kampus dilingkungan Kampus A Universitas Negeri Jakarta yang mencakup komponen penanganan bahan mentah, pemilihan bahan mentah, persiapan, pengolahan, dan penyajian berbeda-beda meskipun perbedaannya tidak terlalu jauh. Hal ini terlihat dari data pada Tabel. Walaupun penerapan HACCP pada warung makan kampus cukup baik (tinggi), dari data yang diperoleh untuk sebaran tiap komponen penerapan HACCP adalah komponen penanganan bahan mentah (Gambar ) dengan indikator penyimpanan bahan kering 00% dan yang paling rendah penyimpanan bahan basah 9%. Data Umum Warung Warung makan kampus yang diteliti dalam penelitian ini adalah warung makan di sekitar Kampus A Universitas Negeri Jakarta yang menjual makanan : nasi rames (nasi beserta lauk pauknya), nasi pecel lele, dan nasi pecel ayam (ayam goreng) lengkap dengan hidangan pelengkapnya yaitu sambal dan lalapan. Banyaknya lokasi warung makan dilingkungan Kampus A Universitas Negeri Jakarta maka pada penelitian ini difokuskan 02 00 98 96 94 92 88 86 Penanganan Bahan Mentah Komponen Penanganan Bahan Mentah Penanganan Bahan Basah Penanganan Bahan Kering Penyimpanan Bahan Basah Penyimpanan Bahan Kering

Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol., No., November 2009 4 Gambar. Penerapan Komponen Penanganan Bahan Mentah pada Warung Tabel. Penerapan HACCP pada Warung No. Komponen Indikator No. Item. Penanganan Bahan - Penanganan bahan basah Mentah - Penanganan bahan kering 2 - Penyimpanan bahan basah 3 2. Pemilihan Bahan Mentah - Penyimpanan bahan kering 4 - Bahan makanan tidak layu 5 - Bahan makanan tidak berbau asing 6 - Bahan makanan tidak kadaluarsa 7 - Bahan makanan memiliki sifat aslinya 8 3. Persiapan - Menggunakan bahan makanan yang segar 9 - Menggunakan alat-alat pengolahan yang bersih 0 - Pencucian bahan sebelum diproses - Pencucian bahan dengan air mengalir 2 4. Pengolahan - Ruang dapur khusus 3 - Ruang pengolahan terhindar dari udara terbuka 4 - Kebersihan pengolah makanan 5 - Kebersihan alat pengolahan 6 5. Penyajian - Penempatan pada wadah bersih 7 - Penempatan pada wadah yang tertutup 8 - Penempatan pada display/etalase 9 - Sirkulasi udara pada ruang penyajian 20 Hasil analisis untuk komponen pemilihan bahan mentah (Gambar 2), prosentase tertinggi 00% untuk indikator memilih bahan makanan yang tidak layu dan tidak berbau asing. Terendah untuk penggunaan bahan makanan yang tidak selalu elastis (sesuai dengan sifat bahan makanan tersebut) sebesar 88%. Pemilihan bahan Mentah Gambar 2. Penerapan Komponen Pemilihan Bahan Mentah pada Warung Untuk komponen persiapan dalam mengolah makanan yang selalu dilakukan oleh semua pengelola warung makan (Gambar 3) adalah selalu menggunakan bahan makanan segar (00%), diikuti oleh penggunaan alat-alat pengolahan yang bersih 99%, pencucian dengan air yang mengalir 93%, dan yang terkecil adalah mencuci bahan makanan setelah bahan makanan dipotong-potong 85%. 05 00 95 85 80 Komponen Pemilihan Bahan Mentah Bahan Tidak Layu Bahan Tidak Berbau Asing Bahan Tidak Kadaluarsa Bahan Elastis

Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol., No., November 2009 5 05 00 95 85 80 75 Persiapan Mengolah Komponen Persiapan Penggunaan Bahan Segar Penggunaan Alat Pengolahan yang Bersih Pencucian Bahan Pencucian dengan Air mengalir Pada komponen penyajian yang merupakan komponen terakhir dari penerapan HACCP pada warung makan kampus (Gambar 5) prosentase tertinggi diperoleh data dari penempatan pada wadah bersih 99% dari makanan yang sudah diolah, diikuti dengan sirkulasi udara pada ruang penyajian makanan 95%, penempatan makanan pada etalase kaca %, dan terendah adalah penempatan makanan pada wadah tertutup 82%. Gambar 3. Penerapan Komponen Persiapan dalam Mengolah pada Warung Pada komponen data tentang pengolahan makanan pada warung makan kampus (Gambar 4) untuk komponen memiliki ruang dapur khusus rata-rata para pengelola memilikinya dengan tingkat penerapan 00%, nilai ini sama dengan kebersihan para pengelola dalam menjaga alat-alat pengolahan (00%), kemudian kebersihan penjamah makanan sebesar 99%, dan yang terendah adalah ruang pengolahan terhindar dari udara terbuka 97% dengan kata lain hanya 3% yang mengelola makanan di ruang terbuka walaupun memiliki ruang khusus mengelola makanan. 0 00 99 98 97 96 95 Pengolahan Komponen Pengolahan Ruang Dapur Khusus Terhindar dari udara terbuka Kebersihan Penjamah Kebersihan Alat Pengolahan Gambar4. Penerapan Komponen Pengolahan pada Warung Makan Kampus 20 00 80 60 40 20 0 Penyajian Komponen Penyajian Penempatan pada Wadah Bersih Penempatan pada wadah Tertutup Penempatan pada Etalase Kaca Sirkulasi Udara pada Ruang Penyimpanan Gambar 5. Penerapan Komponen Penyajian pada warung Makan Kampus Secara umum penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) pada warung makan kampus secara sederhana yang meliputi komponen penanganan bahan mentah, pemilihan bahan mentah, persiapan, pengolahan, dan penyajian makanan dapat dilihat pada Gambar 6 dibawah ini dengan perincian komponen tertinggi untuk pengolahan makanan mencapai 99%, penanganan bahan mentah 96,25%, pemilihan bahan mentah 95%, persiapan 94,25%, dan terendah penyajian makanan 9,5%.

Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol., No., November 2009 6 Tingkat Penerapan (00%) Penerapan HACCP pada Warung 00 98 96 94 92 88 86 Komponen Penerapan HACCP Penanganan Bahan Mentah Pemilihan Bahan Mentah Persiapan Pengolahan an Penyajian Gambar 6. Penerapan HACCP pada Warung menjaga sanitasi lingkungan tempat kerja, hygiene pengelola atau penjamah makanan, dan lingkungan sekitar warung makan, dan bagi universitas hendaknya dibentuk suatu badan atau lembaga yang bertugas mengawasi warung makan yang ada dilingkungan kampus, serta memberikan standar penerapaan HACCP ataupun prosedur-prosedur yang harus dilakukan dalam penyelenggaraan makanan bagi orang banyak sehingga mengurangi resiko terjadinya keracunan makanan yang berdampak pada terjadinya gangguan kesehatan. DAFTAR PUSTAKA KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penemuan dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab terdahulu maka dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) secara sederhana pada warung makan kampus tergolong cukup tinggi. Hal ini terlihat dari persentase tingkat penerapan komponen HACCP yang memiliki rata-rata sekitar 95%. Saran Bagi Mahasiswa hendaknya benarbenar memperhatikan pola makannya, termasuk didalamnya adalah waktu makan, jenis makanan, dan kebersihan makanan yang hendak dikonsumsi untuk mengurangi resiko terjadinya gangguan kesehatan yang disebabkan oleh keracunan makanan. Sedangkan bagi penyelenggara warung makan kampus hendaknya tetap menjaga kualitas makanan, termasuk di dalamnya Anonymous,. Hazard Analysis Critical Contol Point (HACCP.) Sub Dinas Kesehatan Masyarakat, Jakarta Barat, 2002. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Aplikasi HACCP dalam industri Pangan Menjamin Keamanan Produk. Makalah Seminar Pengendalian Mutu dalam Pembuatan Eksport Pangan, Himpunan Mahasiswa Teknologi Pertanian, IPB, 993. Fadiati, Ari. Pengelolaan Usaha Boga, Jakarta : P2LPTK, 988 Fardiaz, Srikandi. Prinsip dan Penerapan HACCP dalam Industri Pangan. Diktat Mata Kuliah Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Phil, S.M. Penerapan HACCP pada Industri Pangan. Makalah yang disajikan dalam pelatihan HACCP, Bogor, 6 November 2000. Poerwadarminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 986). SNI. Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (HACCP) serta Pedoman Penerapannya. Badan Standarisasi Nasional Indonesia. 998.