HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam

PERBANDINGAN DAYA HAMBAT EKSTRAK SIWAK (Salvadora persica) DAN LARUTAN KUMUR KOMERSIL TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI MULUT IRAL PREPINIDA B

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. tanaman alami sebagai bahan dasar pembuatan obat. (Adiguzel et al.

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi C. albicans

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal yang sering

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Myrmecodia pendens Merr. & Perry) terhadap bakteri Lactobacillus

BAB I PENDAHULUAN. kualitas dan kesejahteraan hidup, sehingga diperlukan metode perawatan kebersihan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu cermin dari kesehatan manusia, karena merupakan

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak mengkudu terhadap daya

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus sanguis adalah jenis bakteri Streptococcs viridans yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambir adalah ekstrak kering dari ranting dan daun tanaman Uncaria gambir

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia setelah Brazil (Hitipeuw, 2011), Indonesia dikenal memiliki tanaman-tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Bahan-bahan dari alam tersebut dapat berupa komponen-komponen biotik seperti

TINJAUAN PUSTAKA Mikroba Mulut

BAB 5 HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hampir 700 spesies bakteri dapat ditemukan pada rongga mulut. Tiap-tiap

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berdasarkan ada atau tidaknya deposit organik, materia alba, plak gigi, pelikel,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak/biofilm, dan diet. Komponen diet

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. golongan usia (Tarigan, 1993). Di Indonesia penderita karies sangat tinggi (60-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif golongan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Rongga mulut manusia tidak pernah terlepas dari bakteri. Dalam rongga mulut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Aktivitas antimikroba pada ekstrak sambiloto terhadap pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pada permulaan terjadinya karies gigi (Purnamasari et al., 2010). Namun, tanpa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Identifikasi Tanaman Manggis (Garcinia mangostana)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses penuaan adalah perubahan morfologi dan fungsional pada suatu

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

BAB 1 PENDAHULUAN. Nikaragua. Bersama pelayar-pelayar bangsa Portugis di abad ke 16, tanaman ini

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. mulut dan bersama grup viridans lainnya umum terdapat di saluran pernapasan

BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino,

BAB I PENDAHULUAN. mulut. Ketidakseimbangan indigenous bacteria ini dapat menyebabkan karies gigi

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

BAB I PENDAHULUAN. yang predominan. Bakteri dapat dibagi menjadi bakteri aerob, bakteri anaerob dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal.

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan hubungan oklusi yang baik (Dika et al., 2011). dua, yaitu ortodontik lepasan (removable) dan ortodontik cekat (fixed).

3. HASIL PENELITIAN Fermentasi Asinan Rebung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak kulit buah dan

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. (1965). Hasil determinasi tanaman. Determinasi dari suatu tanaman bertujuan untuk mengetahui kebenaran

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. populasi mikrobia dengan berbagai ukuran dan kompleksitas. Bakteri

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Streptococcus sanguis merupakan bakteri kokus gram positif dan ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kavitas oral ditempati oleh bermacam-macam flora mikroba, yang berperan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 5 HASIL PE ELITIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, dunia pengobatan saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

3. HASIL PENELITIAN Acar Kubis Putih (Brassica oleracea)

BAB V PEMBAHASAN. graveolens L.), kemangi (Ocimum bacilicum L.) serta campuran keduanya. terhadap pertumbuhan Candida albicans in vitro yang

BAB 1 PENDAHULUAN. iskemik jaringan pulpa yang disertai dengan infeksi. Infeksi tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Kemurnian Bakteri L. plantarum dan Patogen

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. prevalensi masalah gigi dan mulut diatas angka nasional (>25,9%) dan sebanyak

BAB 1 PENDAHULUAN. 2008). Tanaman ini sudah banyak dibudidayakan di berbagai negara dan di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Plak dapat berkalsifikasi menjadi kalkulus atau tartar. Plak dapat terlihat dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. putih akan membuat orang lebih percaya diri dengan penampilannya (Ibiyemi et

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel dan pembanding yang digunakan sama seperti pada uji aktivitas antibakteri metode hitungan cawan.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. (Al Shamrany, 2006). Salah satu penyakit gigi yang banyak terjadi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Rongga mulut manusia tidak terlepas dari berbagai macam bakteri, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. dan Nigeria sering menggunakan kombinasi obat herbal karena dipercaya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai uji klinis dan di pergunakan untuk pengobatan yang berdasarkan

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah dengan menggunakan obat kumur antiseptik. Tujuan berkumur

I. PENDAHULUAN. antara lain: disebabkan oleh penyakit infeksi (28,1 %), penyakit vaskuler

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2013 menunjukkan urutan pertama pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. positif yang hampir semua strainnya bersifat patogen dan merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Morfologi Sel dan Pewarnaan Gram

Transkripsi:

15 HASIL DAN PEMBAHASAN Bakteri dari probandus berhasil diperoleh setelah air kumur-kumur mereka dibiakkan ke atas media Agar Darah. Koloni-koloni mikroorganisme tersebut kemudian ditanam pada media umum yaitu BHIA untuk memperbanyak bakteri. Selanjutnya dilakukan penanaman kembali pada Agar Darah untuk melihat jenis hemolisis yang terjadi. Koloni bakteri yang ada diwarnai dengan pewarnaan Gram dan dari hasil pewarnaan ini diperoleh bahwa koloni-koloni yang didapat merupakan koloni bakteri Positif Gram. Selanjutnya dilakukan uji katalase menggunakan H 2 O 2 3% untuk mengetahui apakah bakteri-bakteri yang diperoleh menghasilkan enzim katalase atau tidak. Enzim katalase yang menguraikan H 2 O 2 sehingga H 2 O 2 yang diberikan dapat dipecah oleh bakteri dan menghasilkan oksigen. Bakteri yang memiliki enzim katalase adalah S. aureus, sedangkan yang tidak memiliki diantaranya Streptococcus, Leuconostoc, Lactobacillus, dan Clostridium. Bakteri katalase positif dapat menghasilkan enzim katalase dan dapat mengubah H 2 O 2 menjadi oksigen. Koloni bakteri yang tumbuh pada media BHIA dan memiliki sifat katalase positif ditanam pada media Baird Parker Agar (BPA) yang mengandung lithium chloride dan tellurite untuk menumbuhkan mikroba yang bersifat koagulase positif. S. aureus mempunyai koloni spesifik berwarna hitam akibat endapan hasil tellurite dan media disekitarnya menjadi jernih. Endapan tersebut berwarna hitam dikarenakan Staphylococcus mereduksi tellurite menjadi telluride dan di sekitar warna hitam dikelilingi oleh zona yang jernih (Biokar-diagnostics, 2010). Bila bakteri sudah murni maka dapat dilakukan uji biokimia selanjutnya untuk menentukan genus dan spesies dari masing-masing bakteri (Cowan, 1974). Uji biokimia yang dilakukan antara lain uji fermentasi mannitol dan glukosa. Uji ini ditujukan untuk menentukan bakteri yang mampu memfermentasikan manitol maupun glukosa. Pada uji gula-gula hanya terjadi perubahan warna pada media glukosa yang berubah menjadi warna kuning, artinya bakteri ini membentuk asam dan gas dari fermentasi glukosa. Untuk memeriksa hasil fermentasi manitol pada

16 uji yang telah dilakukan, koloni bakteri ditanam juga pada media MSA (Manitol Salt Agar). Dari seluruh rangkaian uji tersebut di atas, maka didapatkan hasil bahwa bakteri yang diisolasi dari air kumur probandus adalah S. aureus, Bacillus sp, dan Streptococcus sp. Bakteri-bakteri tersebut termasuk ke dalam kelompok bakteri positif Gram. Bakteri positif Gram mempunyai membran plasma tunggal yang dikelilingi dinding sel tebal berupa peptidoglikan. Ada beberapa hal yang menyebabkan bakteri-bakteri tersebut di atas ada pada hasil kumur-kumur. Halhal tersebut antara lain bakteri tersebut merupakan mikroflora normal pada mulut manusia seperti S. aureus. Bakteri S. aureus juga merupakan patogen yang umum pada manusia. Hal lain yang menjadi penyebab keberadaan bakteri-bakteri tersebut adalah masuknya makanan atau air minum yang kurang bersih ke dalam rongga mulut. Di dalam makanan atau minuman yang kurang bersih tersebut bisa terdapat bakteri-bakteri tersebut. Gambar 6 Kurva regresi linier bakteri Dari kurva regresi linier terlihat bahwa pada ketiga bakteri tersebut yakni S. aureus, Bacillus, dan Streptococcus mengalami peningkatan jumlah bakteri sebanding dengan nilai OD (Optical Density) yang semakin besar.

17 Hasil reaksi hambatan dari ekstrak kayu siwak dan larutan kumur komersil terhadap suspense campuran ketiga bakteri tercantum dalam Tabel 1 dan Gambar 1 di bawah ini. Tabel 1 Pengaruh ekstrak kayu Siwak dan larutan kumur komersil terhadap pertumbuhan campuran bakteri Larutan Uji (log) Siwak BET TC 10 2,54425 z 2,42199 b -0,72403 q 20 2,16201 y 2,25135 c 0,44475 p 40 1,97088 x 2,16603 d 1,02915 o 80 1,87532 w 2,12337 e 1,32134 n 160 1,82754 v 2,10204 f 1,46744 m 320 1,80364 u 2,09138 f 1,54049 l 640 1,79169 u 2,08605 f 1,57702 k 1280 1,78572 u 2,08338 f 1,59528 k 2560 1,78274 u 2,08205 f 1,60441 k Pengenceran (1/x) Keterangan: Superskrip yang berbeda pada kolom dan baris yang sama, menandakan adanya perbedaan nyata pada tingkat kepercayaan 95%. Gambar 7 Pengaruh ekstrak kayu Siwak dan larutan kumur komersil terhadap pertumbuhan campuran bakteri Efek antimikroba terlihat nyata pada pengenceran 1/160 untuk ekstrak kayu siwak, pengenceran 1/80 untuk BET, dan pengenceran 1/320 untuk TC. Bila membandingkan ketiga bahan yang diuji, efek antimikroba ketiga bahan tersebut sudah memperlihatkan perbedaan yang nyata pada semua pengenceran. Dari

18 ketiga jenis bahan uji tersebut terlihat bahwa TC merupakan bahan uji yang paling efektif. Pengamatan selanjutnya dilakukan untuk efek antimikroba ekstrak kayu siwak, larutan kumur komersil BET dan TC masing-masing terhadap bakteri S. aureus, Bacillus dan Streptococcus. Hasil percobaan yang melihat pengaruh ekstrak kayu siwak terhadap pertumbuhan bakteri terpapar pada Tabel 2 dan Gambar 2 di bawah ini. Tabel 2 Pengaruh ekstrak kayu Siwak terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus, Bacillus sp., dan Streptococcus sp. Kandungan Ekstrak (mg/ml) Jenis bakteri (log kandungan bakteri) S. aureus Bacillus Streptococcus 0,12 1,51432 yd 1,52914 wh 1,603528 wi 0,23 1,51520 yd 1,53150 wh 1,604218 wi 0,47 1,51695 yd 1,53623 wh 1,605596 wi 0,94 1,52048 yd 1,54569 wh 1,608359 wi 1,88 1,52752 yd 1,56462 wh 1,613884 wi 3,75 1,54161 yd 1,60246 wh 1,624929 wi 7,50 1,56978 vc 1,67814 ug 1,647020 uj 15,00 1,62613 sb 1,82950 tf 1,691201 tk 30,00 1,73882 pa 2,13221 pl 1,779564 re Keterangan: Superskrip yang berbeda pada kolom dan baris yang sama, menandakan adanya perbedaan nyata pada tingkat kepercayaan 95%. Siwak Log Jumlah Bakteri 2.2 2.1 2 1.9 1.8 1.7 1.6 1.5 1.4 0.12 0.47 1.88 7.50 30.00 Kadar Bahan (mg/ml) S. aureus Bacillus Streptococcus Gambar 8 Pengaruh ekstrak kayu Siwak terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus, Bacillus sp., dan Streptococcus sp.

19 Dari tabel maupun gambar terlihat bahwa ekstrak siwak tidak efektif untuk ketiga bakteri. Dalam percobaan ini terlihat bahwa tidak ada efek antibakteri dari ekstrak kayu siwak terhadap ketiga genus bakteri. Peningkatan nyata jumlah bakteri terjadi pada kandungan siwak sebesar 3,75 (mg/ml) untuk bakteri S. aureus dan Bacillus serta sebesar 7,50 (mg/ml) untuk bakteri Streptococcus. Ketiga genus bakteri telah memperlihatkan reaksi pertumbuhan yang berbeda nyata pada kadar larutan sebesar 15,00 (mg/ml). Hasil percobaan ini sangat berlainan dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Menurut hasil penelitian Gazi et al. (1987) ekstrak kasar batang kayu siwak pada pasta gigi yang dijadikan cairan kumur dan dikaji sifatsifat antiplaknya, memberikan efek terhadap komposisi bakteri yang menyusun plak dan menyebabkan penurunan bakteri negatif Gram batang. Menurut AbdElRahman et al. (2002), perbedaan waktu pengamatan serta jenis bahan pengekstrak memberikan hasil yang berbeda pada bakteri yang diamati. Pada penelitian yang dilakukan Gazi et al. (1987), bakteri yang digunakan adalah bakteri negatif Gram. Sedang pada penelitian yang dilakukan AbdElRahman et al. (2002), bakteri yang digunakan adalah S. mutans, A. comitans, L. acidophilus, A. naeslundii, P. gingivalis, dan P. intermedia. Bakteri yang digunakan dalam penelitian ini juga berbeda dengan dua penelitian tersebut. Hanya satu bakteri yang genusnya sama yaitu Streptococcus, tetapi spesiesnya tidak ditegaskan dalam penelitian ini. Dari penelitian ini diperoleh bahwa ekstrak siwak tidak memberikan efek antibakteri terhadap bakteri S. aureus, Bacillus, dan Streptococcus. Pada penelitian yang dilakukan oleh AbdElRahman et al. (2002) juga dilakukan perbedaan pengamatan waktu yakni 24, 48, dan 72 jam. Pada waktu-waktu yang berbeda tersebut memberikan hasil pengamatan yang berbeda juga. Hasil percobaan yang melihat pengaruh larutan kumur BET terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus, Bacillus sp., dan Streptococcus sp. terpapar pada Tabel 3 dan Gambar 3 di bawah ini.

20 Tabel 3 Pengaruh BET terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus, Bacillus sp., dan Streptococcus sp. Jenis bakteri (log kandungan bakteri) S. aureus Bacillus Streptococcus 3,91 1,50093 lg 2,12956 na 1,798374 lh 7,81 1,50078 lg 2,12753 na 1,798602 lh 15,63 1,50047 lg 2,12346 na 1,799059 lh 31,25 1,49986 lg 2,11532 na 1,799973 lh 62,50 1,49864 g 2,09904 p 1,801801 r 125,00 1,49621 g 2,06649 u 1,805457 r 250,00 1,49133 f 2,00137 c 1,812769 b 500,00 1,48157 w 1,87115 z 1,827393 e 1000,00 1,46206 v 1,61070 x 1,856642 y Kandungan BET (x 10-6 ml) Keterangan: Superskrip yang berbeda pada kolom dan baris yang sama, menandakan adanya perbedaan nyata pada tingkat kepercayaan 95%. Gambar 9 Pengaruh BET terhadap pertumbuhan Bakteri S. aureus, Bacillus sp., dan Streptococcus sp. Larutan kumur memberikan efek antibiotik pada bakteri S. aureus dan Bacillus. Jumlah bakteri menurun secara nyata pada kandungan BET sebesar 31,25x10-6 (ml) dengan tingkat kepercayaan 95%. Akan tetapi, hasil yang berbeda terjadi pada bakteri Streptococcus. Larutan kumur BET tidak memberikan efek antibiotik pada bakteri ini karena populasi bakteri ini meningkat dengan bertambahnya kandungan larutan kumur BET.

21 Hasil percobaan yang melihat efek antibiotik larutan kumur TC terhadap bakteri S. aureus, Bacillus sp. dan Streptococcus sp. terpapar pada Tabel 4 dan Gambar 4 di bawah ini. Tabel 4 Pengaruh TC terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus, Bacillus sp., dan Streptococcus sp. Kandungan TC Jenis bakteri (log kandungan bakteri) (x 10-4 mg/ml) S. aureus Bacillus Streptococcus 6,0 1,41077 g 2,01485 c 1,746747 e 12,0 1,40340 g 2,00169 c 1,740689 e 23,0 1,38865 h 1,97537 c 1,728574 e 47,0 1,35916 h 1,92273 d 1,704343 b 94,0 1,30018 i 1,81746 f 1,655882 j 188,0 1,18222 t 1,60691 u 1,558959 v 375,0 0,94630 q 1,18581 r 1,365114 s 750,0 0,47446 n 0,34362 o 0,977424 p 1500,0-0,46921 m -1,34078 k 0,202043 l Keterangan: Superskrip yang berbeda pada kolom dan baris yang sama, menandakan adanya perbedaan nyata pada tingkat kepercayaan 95%. Gambar 10 Pengaruh TC terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus, Bacillus sp., dan Streptococcus sp. Larutan kumur TC ternyata memiliki efek antibiotik yang baik. Larutan ini mampu menekan pertumbuhan bakteri secara nyata pada tingkat kepercayaan 95%

22 dengan kadar bahan aktif sebesar 23,0x10-4 (mg/ml) untuk bakteri S. aureus dan 47,0x10-4 (mg/ml) untuk bakteri Bacillus dan Streptococcus. Ketiga genus bakteri telah memperlihatkan reaksi pertumbuhan yang berbeda nyata pada kadar larutan sebesar 188,0x10-4, 375,0x10-4, dan 750,0x10-4 (mg/ml). Dari Gambar terlihat bahwa semakin tinggi kadar bahan maka jumlah bakteri semakin menurun. El-Mostehy et al (1995) melaporkan bahwa tanaman siwak mengandung zat-zat antibakterial. Efek ini dipercaya berhubungan dengan tingginya kandungan natrium klorida dan kalium klorida, salvadourea dan salvadorine, saponin, tanin, vitamin C, silika dan resin, juga cyanogenic glycoside dan benzylsothio-cyanate. Kandungan kimiawi yang ada berfungsi untuk membersihkan, memutihkan dan menyehatkan gigi dan gusi. Bahan-bahan ini sering diekstraksi untuk dijadikan bahan penyusun pasta gigi. Trimetilamin dan vitamin C membantu penyembuhan dan perbaikan jaringan gusi. Klorida bermanfaat untuk menghilangkan noda pada gigi, sedangkan silika dapat bereaksi sebagai penggosok. Fluorida mencegah terbentuknya karies dengan memperkuat lapisan email dan mengurangi suasana asam yang dihasilkan oleh bakteri. Nitrat (NO 3- ) dilaporkan mempengaruhi pengangkutan aktif porline pada E. coli, seperti juga pada aldosa dari E. coli dan S. faecalis. Nitrat juga mempengaruhi pengangkutan aktif oksidasi fosforilasi dan pengambilan oksigen oleh Pseudomonas aeruginosa dan S. aureus sehingga proses penggunaan dalam metabolisme bakteri menjadi terhambat. Penelitian tentang efek antimikroba ekstrak kayu siwak secara in vitro juga telah dilakukan oleh Shibl et al. (1985), dengan menggunakan beberapa pelarut ekstraksi, yaitu petroleum eter, kloroform, dan metanol terhadap bakteri negatif Gram dan positif Gram serta cendawan. Hasil yang diperoleh menunjukkan semua jenis ekstraksi tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroba tersebut. Hasil yang berbeda dilaporkan oleh Al Bayati dan Sulaiman (2008), dengan menggunakan pelarut ekstraksi air dan metanol yang menunjukkan adanya penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri dengan efektifitas yang bermacammacam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak siwak tidak memberikan daya hambat pada bakteri yang diuji. Hal ini berbeda dengan penelitian El- Mostehy et al (1995) dan Al Bayati dan Sulaiman (2007). Pada penelitian yang

23 dilakukan El Mostehy et al (1995), bahan pengekstraksi yang digunakan adalah alkohol dan eter. Sedang pada penelitian yang dilakukan oleh Al Bayati dan Sulaiman (2007), bahan pengekstraksi yang digunakan adalah air dan methanol. Sedang pada penelitian yang dilakukan oleh AbdElRahman et al (2002), bahan pengekstraksi etanol digunakan. Akan tetapi, bakteri yang diuji berbeda dengan bakteri yang duji dalam penelitian ini. Pada penelitian ini, bahan pengekstraksi yang digunakan adalah ethanol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak siwak tidak memberikan daya hambat pada bakteri yang diamati. Obat kumur memiliki bahan aktif yang berfungsi sebagai zat antibakteri. Obat kumur BET memiliki bahan aktif povidone iodine dan obat kumur TC memiliki bahan aktif fluor. Secara umum, kerja dari bahan aktif adalah berpenetrasi ke dalam sel dan mengganggu fungsi normal seluler secara luas, termasuk menghambat biosintesis (pembuatan) makromolekul dan persipitasi protein intraseluler dan asam nukleat (DNA atau RNA). Fluor bekerja menginaktifkan enzim yang berperan dalam proses pembentukan energi bagi bakteri. Fluor juga menghambat proses glikolisis dan menghalangi pengangkutan glukosa ke dalam sel (Satari, 1990). Iodine berfungsi untuk mempresipitasi protein. Iodine juga telah dikenal luas sebagai antibiotika spektrum luas.