BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari peranan pemerintah, lembaga lembaga di sektor keuangan, dan para pelaku usaha. Percepatan pembangunan ekonomi sangat tergantung pada pemerintah sebagai pembuat dan pengatur kebijakan ekonomi yang diharapkan dapat memberikan iklim yang kondusif bagi dunia usaha sehingga para pelaku di dunia usaha atau bisnis maupun pihak lembaga keuangan mampu memanfaatkan kebijakan tersebut dan bisa melaksanakan kegiatan usahanya dengan lancar. Lembaga keuangan, terutama bank memiliki peran penting dalam perekonomian di Indonesia karena kegiatan bank dapat memengaruhi kegiatan ekonomi di suatu negara (Kasmir, 2005:7). Ukuran kemajuan suatu negara dapat dilihat dari maju tidaknya suatu bank di negara tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa keberadaan dunia perbankan saat ini sangat dibutuhkan (Kasmir, 2005:7). Menurut Undang Undang RI No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dengan demikian, bank merupakan lembaga perantara atau intermediasi yang memiliki peran penting dalam perekonomian di suatu negara. Bank merupakan lembaga yang mempunyai fungsi penting dalam perekonomian dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat khususnya bagi para pelaku usaha yang membutuhkan tambahan modal atau pembiayaan untuk mengembangkan usahanya. Salah satu pelaku usaha yang memiliki eksistensi penting dalam percaturan pembangunan ekonomi di Indonesia 1
2 adalah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Namun, terkadang UMKM sering terlupakan oleh perbankan karena usaha ini dianggap tidak feasible dan bankable. Padahal UMKM berperan dalam kontribusi pembangunan ekonomi nasional. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) telah diakui sebagai salah satu penopang perekonomian yang kuat dalam struktur perekonomian banyak negara, baik negara maju maupun negara yang baru bertumbuh. UMKM mampu berhasil mencerminkan dan mewakili kehidupan sosial ekonomi masyarakat setempat baik pelaku ekonomi di sektor formal maupun informal karena relatif rendahnya biaya investasi untuk menciptakan satu unit pekerjaan pada sektor UMKM. Selain itu, UMKM dapat lebih efektif menciptakan lapangan pekerjaan yang bersifat padat karya dan sesuai dengan tingkat kemampuan/keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat. UMKM juga merupakan salah satu motor penggerak dalam menggerakkan perekonomian negara melalui produk produk ekspor nonmigas yang cukup inovatif (Azis dan Rusland, 2009 : 1). Ditambah lagi saat ini banyak bermunculan industri ekonomi kreatif di Indonesia. UMKM merupakan sumber penciptaan lapangan kerja baru. UMKM mampu menyerap angkatan kerja Indonesia. UMKM membuka kesempatan bagi angkatan kerja di Indonesia yang masih atau belum mendapatkan pekerjaan, dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk mendirikan usaha mereka sendiri. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mempunyai peranan yang penting dalam menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, UMKM selama ini berperan sebagai sumber penciptaan lapangan kerja di Indonesia yang merupakan pendorong utama roda perekonomian di pedesaan, yang tentunya mempunyai andil besar dalam mengatasi pengangguran dan kemiskinan di Indonesia. Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM, perkembangan data UMKM dan Usaha besar pada tahun 2012 2013, unit usaha mikro, kecil, dan menengah jumlahnya ada
3 1.361.129 unit dan mampu menyerap tenaga kerja sebesar 6.486.573 orang. Angka ini lebih besar bila dibandingkan dengan perkembangan jumlah unit usaha besar yang jumlahnya hanya ada 98 unit dan hanya mampu menyerap tenaga kerja sebesar 386.517 orang. Perkembangan data Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB) di Indonesia pada tahun 2012 2013 dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini:
4 Tabel 1.1 Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB) di Indonesia Tahun 2012-2013 N o Indikator Satuan Tahun 2012 Tahun 2013 Jumlah Pangsa (%) Jumlah Pangsa (%) Perkembangan Tahun 2012-2013 Jumlah Pangsa (%) 1 Unit Usaha (A+B) (Unit) 56,539,560 57,900,787 1,361,227 2.41 A. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Unit) 56,534,592 99.99 57,895,721 99.99 1,361,129 2.41 Usaha Mikro (Unit) 55,856,176 98.79 57,189,393 98.77 1,333,217 2.39 Usaha Kecil (Unit) 629,418 1.11 654,222 1.13 24,804 3.94 Usaha Menengah (Unit) 48,997 0.09 52,106 0.09 3,109 6.35 B. Usaha Besar (Unit) 4,968 0.01 5,066 0.01 98 1.97 2 Tenaga Kerja (A+B) (Orang) 110,808,154 117,681,244 6,873,090 6.20 A. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Orang) 107,657,509 97.16 114,144,082 96.99 6,486,573 6.03 Usaha Mikro (Orang) 99,859,517 90.12 104,624,466 88.90 4,764,949 4.77 Usaha Kecil (Orang) 4,535,970 4.09 5,570,231 4.73 1,034,261 22.80 Usaha Menengah (Orang) 3,262,023 2.94 3,949,385 3.36 687,362 21.07 B. Usaha Besar (Orang) 3,150,645 2.84 3,537,162 3.01 386,517 12.27 Sumber : Kementerian Koperasi dan UKM, 2013
5 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) selalu hadir karena memang diperlukan. Salah satunya adalah kemampuannya dalam membuktikan ketahanannya dalam menghadapi krisis ekonomi. UMKM dengan beberapa kelebihannya terbukti mampu bertahan terhadap goncangan krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997 dan 2007 dan tetap mampu menunjukkan eksistensinya di dalam perekonomian bahkan hingga saat ini (Goeltom dalam Azis dan Rusland, 2009 : 1). Para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mampu bertahan dan secara makro ekonomi mampu menyangga perekonomian nasional. UMKM yang jumlahnya mencapai 40 juta lebih mampu menciptakan lapangan kerja dan menampung korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dari perusahaan yang terkena krisis. UMKM yang tangguh tersebut, ternyata tidaklah terlepas dari pengaruh dan peran semua pihak, baik dari pemerintah, lembaga keuangan, fasilitator, dan pengusaha. Berdasarkan pentingnya peranan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) bagi perekonomian negara, upaya pemberdayaan UMKM telah menjadi prioritas program pemerintah baik di negara maju maupun di negara berkembang. Bahkan hal ini telah menjadi perhatian bagi negara negara di seluruh dunia terutama untuk mengatasi kesenjangan ekonomi antar negara maju dan negara berkembang serta mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan. Jumlah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia adalah jumlah UMKM yang paling besar dibanding negaranegara lain. Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM, pada tahun 2013 jumlah UMKM di Indonesia ada 57.895.721 unit. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) telah mendominasi jumlah unit usaha yang mencapai 99,9% dimana 98,8% diantaranya adalah usaha mikro. Namun, jumlah tersebut tidak dibarengi dengan kualitas pendidikan pelaku UMKM yang belumlah maksimal. Padahal pasar tunggal ASEAN atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah mulai berlaku pada tahun
6 2016 ini sehingga ada beberapa pihak yang mencemaskan kemampuan Indonesia dalam bersaing dengan negara negara di Asia Tenggara lainnya seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan sebagainya. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dianggap sebagai salah satu sektor industri yang tidak dapat kuat bertahan dalam era pasar bebas di kawasan ini. Sektor usaha informal di negara Indonesia ini dinilai belum mampu bersaing dengan negara lain, karena masih rendahnya pengetahuan pengusaha UMKM tentang teknologi dan kualitas produk yang dihasilkan dinilai belum cukup berkualitas dan kompetitif. Dengan demikian, untuk menyikapinya UMKM perlu menjaga dan meningkatkan daya saing sebagai industri kreatif dan inovatif. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan standar, desain dan kualitas produknya. Keterlibatan bank sentral sangatlah diperlukan dalam pengembangan UMKM baik sebagai otoritas moneter maupun otoritas perbankan, terutama untuk membantu mengatasi masalah kesinambungan pembiayaan sektor usaha oleh dunia perbankan (Azis dan Rusland, 2009 : 2). Bank Indonesia sampai saat ini telah memiliki peran yang sangat besar dan memiliki pengalaman yang cukup panjang dalam membantu pemberdayaan UMKM di Indonesia bekerjasama dengan pemerintah dan instansi terkait lainnya. Upaya Bank Indonesia dalam pengembangan UMKM dibedakan dalam dua periode, yaitu kebijakan pengembangan UMKM sebelum dan sesudah berlakunya Undang Undang RI No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Perbedaan mendasar ada pada peran Bank Indonesia dalam membantu pengembangan UMKM. Sebelum berlakunya Undang Undang RI No. 23 tahun 1999, peran Bank Indonesia dalam pengembangan UMKM bersifat langsung, yaitu dengan memberikan bantuan keuangan berupa penyediaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) yang merupakan kredit subsidi untuk membantu pembangunan di berbagai sektor salah satunya adalah UMKM, serta memberikan bantuan
7 teknis dengan mendirikan berbagai proyek pengembangan UMKM, seperti Proyek Pengembangan Usaha Kecil (PPUK), Proyek Hubungan Bank dengan Kelompok Swadaya Masyarakat (PHBK), dan Proyek Kredit Mikro (PKM). Sedangkan setelah berlakunya Undang Undang RI No. 23 tahun 1999, peran Bank Indonesia dalam pengembangan UMKM relatif terbatas dan bersifat tidak langsung, yaitu melalui kebijakan kredit perbankan dan pemberian bantuan teknis secara terbatas. Sejak diberlakukannya Undang Undang RI No. 23 tahun 1999 yang kemudian disempurnakan dengan Undang Undang RI No. 3 tahun 2004 tentang Bank Indonesia sebagai pengganti Undang Undang RI No. 13 tahun 1968 tentang Bank Sentral, kebijakan Bank Indonesia dalam membantu pengembangan UMKM mengalami perubahan. Undang undang ini mengamanatkan Bank Indonesia dengan satu tujuan dan tugas tugas yang lebih fokus, dengan akuntabilitas dan transparansi yang semakin besar yaitu bertujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Dengan terfokusnya tujuan dan tugas Bank Indonesia tersebut, Bank Indonesia tidak dapat lagi memberikan bantuan keuangan atau Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI). Pendekatan yang digunakan kepada UMKM, khususnya peranan Bank Indonesia telah bergeser dari development role kepada promotional role. Pendekatan yang memberikan subsidi kredit dan bunga murah sudah bergeser kepada pendekatan yang lebih menitikberatkan kepada bentuk aktivitas tidak langsung seperti penelitian, pelatihan, penyediaan informasi dan fasilitasi (Setyobudi, 2007:33). Salah satu kebijakan Bank Indonesia dalam mendorong pengembangan UMKM, terutama dalam mempermudah akses UMKM kepada layanan kredit perbankan lebih difokuskan melalui pemberian bantuan teknis. Peran Bank Indonesia dalam pengembangan UMKM ini lebih ditekankan pada peningkatan intermediasi kepada sektor UMKM dengan cara meningkatkan elijibilitas dan kapabilitas UMKM serta mendorong perbankan untuk menyalurkan kredit kepada UMKM. Dalam
8 menjalankan perannya ini, Bank Indonesia bekerja sama dengan pemerintah, kementerian, dan lembaga internasional. Pengembangan UMKM yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia ini bertujuan untuk mendukung pencapaian tugas Bank Indonesia dalam: (1) menjaga stabilitas moneter melalui pengendalian inflasi dari sisi supply, (2) stabilitas sistem keuangan melalui terlaksananya fungsi intermediasi perbankan yang lebih seimbang, (3) kehandalan sistem pembayaran melalui dukungan terhadap penggunaan rupiah dan pemanfaatan elektronifikasi pembayaran. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo merupakan perpanjangan tangan dari Kantor Bank Indonesia Pusat sehingga tugas tugas yang dilaksanakan di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo tidak bisa terlepas dari apa yang telah ditetapkan oleh Kantor Pusat Bank Indonesia. Dalam rangka turut melaksanakan tujuan dan tugas Bank Indonesia khususnya dalam program pengembangan UMKM melalui pemberian bantuan teknis, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo juga turut memberikan bantuan teknis untuk pengembangan UMKM yang berada di wilayah kerjanya yang terdiri dari enam kabupaten dan satu kota di Eks Karesidenan Surakarta, yaitu Kabupaten Boyolali, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sragen, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri, dan Kota Solo. Berdasarkan latar belakang diatas serta melihat fakta fakta yang terjadi selama ini, penulis ingin mempelajari serta memperdalam ilmu mengenai peran Bank Indonesia khususnya untuk mengetahui kegiatan apa saja yang telah dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo dalam pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), kemudian mengangkatnya menjadi pokok permasalahan dengan judul Peran Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo dalam Pengembangan UMKM di Wilayah Solo Raya.
9 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, adapun yang menjadi pokok permasalahan dari penelitian ini adalah: 1. Bagaimana peran Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo dalam pengembangan UMKM di wilayah Solo Raya? 2. Apa saja hambatan dan hasil yang dicapai Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo dalam pengembangan UMKM di wilayah Solo Raya? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui peran Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo dalam pengembangan UMKM di wilayah Solo Raya. 2. Untuk mengetahui hambatan dan hasil yang dicapai Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo dalam pengembangan UMKM di wilayah Solo Raya. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini yaitu: 1. Manfaat bagi penulis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman yang lebih mendalam berkaitan dengan peranan dan tanggung jawab Bank Indonesia secara umum dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo pada khususnya, terutama kebijakan kebijakan Bank Indonesia dalam mencapai tujuan utamanya yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan. Kemudian hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis tentang peran Bank Indonesia khususnya Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo dalam pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan
10 Menengah (UMKM) melalui pemberian bantuan teknis di wilayah Solo Raya. 2. Bagi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo sehingga dapat meningkatkan proses yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo dalam upaya pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di wilayah Solo Raya. 3. Bagi Universitas Sebelas Maret Surakarta Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi akademik dan berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama materi yang terkait dengan kebanksentralan. Utamanya pada peran Bank Indonesia pada umumnya dan peran Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo pada khususnya dalam pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di wilayah Solo Raya. Selain itu, penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sebagai referensi bagi penelitian berikutnya. 4. Bagi pembaca Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan pengetahuan bagi pembacanya mengenai peran Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo dalam pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di wilayah Solo Raya. E. Metode Penelitian Metode penelitian mengemukakan secara tertulis tata kerja dari suatu penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini terdiri dari: 1. Objek Penelitian Objek yang diambil dalam penelitian ini adalah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo, yang berlokasi di Jalan Jenderal Sudirman No.15 Solo 57111.
11 2. Jenis dan Sumber Data a. Data Primer Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama secara individu atau perseorangan, seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian kuesioner (Umar, 2002:103). Data dalam penelitian ini diambil secara langsung kepada pihak yang berkaitan dengan penelitian ini. Penulis telah melakukan wawancara langsung dengan pegawai di Unit Akses Keuangan dan UMKM (UAKU) yang merupakan staf konsultan untuk pengembangan UMKM di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo. Adapun beberapa informasi yang penulis dapatkan dari wawancara yang telah dilakukan adalah mengenai garis besar peran Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo dalam pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di wilayah Solo Raya. b. Data Sekunder Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain (Umar, 2002:130). Pada penelitian ini penulis mendapatkan data sekunder dari buku buku referensi penunjang penelitian mengenai Bank Indonesia dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), dokumen atau sumber lain yang berkaitan dengan penelitian melalui studi kepustakaan, dokumen, laporan, serta internet yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti dalam penelitian ini. 3. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan cara untuk memperoleh data penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: a. Observasi (Pengamatan) Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang diperoleh dengan cara melakukan pengamatan secara langsung di Kantor
12 Perwakilan Bank Indonesia Solo untuk mendapatkan gambaran perusahaan secara lebih nyata dan menyeluruh. b. Wawancara Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab langsung kepada pihak yang berkaitan dengan penelitian ini. Penulis telah melakukan wawancara langsung atau tanya jawab dengan pegawai di Unit Akses Keuangan dan UMKM (UAKU) yang merupakan staf konsultan untuk pengembangan UMKM di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo terkait dengan penelitian mengenai peran Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo dalam pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di wilayah Solo Raya dan informasi lainnya untuk memperoleh data penunjang. c. Studi Pustaka Studi pustaka merupakan pengumpulan data dari kepustakaan yang dilakukan dengan cara membaca buku buku referensi, literature literature, internet serta dari penelitian sebelumnya yang relevan terkait dengan penelitian ini. Penulis melakukan pengumpulan data dengan cara mencari, membaca, mempelajari dan menelaah bahan bahan kepustakaan berupa referensi buku buku pedoman, Undang Undang, Surat Edaran Bank Indonesia, makalah, majalah, surat kabar, jurnal, serta laporan maupun internet yang berhubungan dengan masalah yang diteliti sebagai bahan penunjang dalam penulisan Tugas Akhir. d. Dokumentasi Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melihat catatan catatan yang ada di perusahaan serta menyalin hal hal yang dipandang relevan dan perlu.
13 4. Teknik Pembahasan Teknik pembahasan dalam penelitian ini adalah: a. Pembahasan Deskriptif Yaitu teknik untuk membuat gambaran atau deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai suatu objek yang diteliti. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu dengan mengumpulkan, menganalisis, dan mengolah data. Selain itu, penelitian ini juga berisi bahasan secara deskriptif mengenai tanggapan yang diberikan narasumber kepada penulis. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menyajikan data yang sudah diolah menjadi informasi yang mudah dimengerti. Alasan menggunakan analisis deskriptif adalah untuk memberikan gambaran terkait dengan peran Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo dalam pengembangan UMKM di wilayah Solo Raya. Selain itu, juga untuk memberikan gambaran mengenai hambatan yang dihadapi, dan hasil yang dicapai oleh Kantor Perwakilan Perwakilan Bank Indonesia Solo dalam pengembangan UMKM di wilayah Solo Raya.