BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian analisis kesinambungan konsep dalam buku pelajaran

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berbasis karakter (competency and character based curriculum), yang dirancang

ANALISIS KESINAMBUNGAN KONSEP SISTEM PERNAPASAN MANUSIA DALAM BUKU PELAJARAN BERDASAR KURIKULUM 2013 DI KABUPATEN SLEMAN

Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya

Sistem Respirasi Manusia L/O/G/O

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan

BAB VII SISTEM PERNAPASAN

TUTORIAL 2 SISTEM TUBUH 2. Sistem Respirasi Manusia

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL

SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sistem Pernafasan Manusia

MODUL MATA PELAJARAN IPA

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru

Bab. Peta Konsep. Gambar 4.1 Orang sedang melakukan pernapasan. Pernapasan dada. terdiri dari. - Inspirasi - Ekspirasi. Mekanisme pernapasan

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sebagai hasil pengalaman. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALatihan Soal 5.1

Lampiran : 1 77

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatian soal 12.3

- - SISTEM PERNAFASAN MANUSIA

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 18. SISTEM PERNAPASANLATIHAN SOAL BAB 18

UJIAN TENGAH SEMESTER RPP KOMIK SISTEM PERNAFASAN KELAS XI

5. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang dinamakan... a. pleura b. bronkus c. alveolus d. trakea

SILABUS (Kelas eksperimen)

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.4

mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan.

KISI KISI SOAL PRETEST DAN POST TEST. Ranah Kognitif Deskripsi Soal Jawaban

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada salingtemas.

Lampiran 1. Daftar Sekolah dan Buku yang Digunakan. Hasil Observasi Buku Teks Pelajaran Tematik pada Jenjang SD,

Pendidikan Fisika IPA TERPADU Pengikatan O2 dan Pelepasan CO2 pada Paru-paru

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerimaannya dan lain lain serta aspek yang ada pada individu yang

SISTEM PERNAPASAN MANUSIA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain analisis isi (content

Kamu dapat mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Sistem Pernapasan. artinya

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALatihan Soal 5.2 TBC. Bronkitis. Asfiksi. Pneumonia

TUGAS BIOLOGI (SISTEM PERNAPASAN MANUSIA)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

O 2 + Zat Makanan CO 2 + H 2 O + Energi

I. PENDAHULUAN. dan menghadapi hal-hal darurat tak terduga (McGowan, 2001). Lutan. tahan dan fleksibilitas, berbagai unsur kebugaran jasmani saling

BAB 1 PENDAHULUAN. Dari latar belakang diatas dapat diperoleh beberapa rumusan masalahnya yaitu antara lain:

Peta Konsep. Kata Kunci. respirasi udara pernapasan pernapasan dada udara cadangan pernapasan perut udara residu. 68 IPA SMP/MTs Kelas VIII.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang masalah

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI

BAB II PEMBAHASAN. A. Studi Literatur

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA. Laporan. Disusun untuk memenuhi tugas. Mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia.

SISTEM PERNAFASAN PADA MANUSIA. Drs. Refli., MSc

Sistem Pernapasan Manusia. Nama : Kelas : Agustina Putri Puspitasari, , 4a

MATERI VI SISTEM RESPIRASI MAHLUK HIDUP

Yani Mulyani, M.Si, Apt STFB

BAB I PENDAHULUAN. A.Mekanisma ini terbahagi kepada tarikan nafas dan hembusan nafas. B.Ia melibatkan perubahan kepada :

II. TINJAUAN PUSTAKA. pameran. Pameran merupakan kegiatan untuk memperkenalkan produk, karya

METODE PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan September November

SILABUS. Pengalaman Belajar Indikator Penilaian Alokasi

REFERAT WSD. Oleh : Ayu Witia Ningrum Pembimbing : Dr. Fachry, Sp.P

BAB III METODE PENELITIAN. Berikut ini diuraikan beberapa definisi operasional dari istilah-istilah yang

BAB I PENDAHULUAN. Semua mahluk hidup pasti bernapas dan butuh bernapas. Bernapas. sederhana, mulai menghirup udara sampai menghembuskannya lagi hanya

Disusun Oleh : Intan Nirmala Hasibuan

KONTRAK BELAJAR PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS STIKES NGUDI WALUYO. Kriteria Waktu Setelah. Strategi Pembelajaran. 1.

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLATIHAN SOAL BAB 11

Sistem pernapasan adalah sistem tubuh manusia yang menghasilkan energi yang diperlukan untuk proses kehidupan.

MAKALAH KELOMPOK SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pengetahuan Alam 1

DESAIN PEMBELAJARAN IPA TERPADU DENGAN TOPIK PERISTIWA RESPIRASI MANUSIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pernapasan Pada Ikan Bertulang Sejati

BAB 8 SISTEMA RESPIRATORIA

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan istilah yang digunakan

BAB VI SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA

SURAT IJIN PENELITIAN. NIP : Pangkat/Gol. Ruang : Pembina, IV/a

BAB 1 ALAT PERNAPASAN MANUSIA DAN BEBERAPA HEWAN. Kamu dapat mengidentifikasi fungsi organ pernapasan manusia dan beberapa hewan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Tempat penelitian adalah SMP Negeri 28 Bandar Lampung Tahun pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK SISWA SD KELAS AWAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III PEMERIKSAAN RESPIRASI

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB I PENDAHULUAN. memberikan arti dan makna kehidupan serta perilaku individu. Belajar adalah

ANALISIS KESINAMBUNGAN PERSOALAN DALAM KONSEP SISTEM REPRODUKSI PADA BUKU TEKS PELAJARAN KURIKULUM 2013 DI JENJANG SD, SMP, DAN SMA DI KOTA YOGYAKARTA

Sistem Respirasi Pada Hewan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 LANDASAN TEORI. Bab ini akan menjelaskan masalah masalah teoritis yang berkaitan dalam pembuatan

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

SOAL IPA KELAS VIII SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN SMP NEGERI 14 KOTA TASIKMALAYA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil. biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan adalah

ANALYSIS OF SUBSTAINABILITY OF BIOTECHNOLOGY CONCEPTS ON SCIENCE/BIOLOGY TEXTBOOKS

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan mata pelajaran biologi di Madrasah Aliyah (MA) adalah agar peserta didik

LOMBA PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN GEBYAR TIK 2013 BTIKP PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2013

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN SISTEM PERNAFASAN MENGGUNAKAN METODE MIND MAP UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 RAMBAH HILIR

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut. Analisis

SISTEM PERNAPASAN. Dr. Refli., MSc JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEHNIK UNIVERSITAS NUSA CENDANA PENDAHULUAN SISTEM PERNAPASAN PARU-PARU O 2 SEL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurikulum 2013 (Kemendikbud, 2014: 2) merupakan Kurikulum penyempurnaan KTSP yang tertera pada Peraturan Menteri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini, maka penjelasan dari masing-masing definisi

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN MATERI. 1. Pendekatan Pembelajaran Inkuiri. terjemahan bebas untuk konsep ini adalah siswa diminta untuk mencari dan

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian analisis kesinambungan konsep dalam buku pelajaran Tematik pada jenjang SD, buku pelajaran IPA pada jenjang SMP, dan buku Biologi pada jenjang SMA berdasarkan Kurikulum 2013 di Kabupaten Sleman adalah sebagai berikut. Data temuan konsep esensial maupun konsep nonesensial pada materi sistem pernapasan yang terdapat pada buku pelajaran pada jenjang SD, SMP, dan SMA dapat dilihat pada halaman lampiran. Persentase temuan konsep yang muncul pada buku teks jenjang SD, SMP, dan SMA dituliskan pada tabel berikut. Tabel 8. Temuan Konsep pada Buku Teks Pelajaran pada Jenjang SD, SMP, dan SMA serta Derajat Kecocokan Antarpanelis No. Jenjang Pendidikan Jumlah konsep yang ditemukan Jumlah konsep yang ditemukan Derajat kecocokan antar panelis 1. SD 41 0, 87 2. SMP 98 242 konsep 0, 88 3. SMA 218 0, 81 Tabel yang menyajikan data yang mengetahui konsep-konsep sistem pernapasan pada masing-masing jenjang terlampir pada lampiran 6. Hasil data yang diperoleh dianalisis oleh tiga orang panelis dengan hasil derajat kecocokan 73

pada jenjang SD sebesar 0,87; jenjang SMP sebesar 0,88; dan pada jenjang SMA sebesar 0,81 sehingga keputusan yang diambil adalah valid. Konsep yang ditemukan pada jenjang SD, SMP, dan SMA dapat dipetakan berdasarkan kode-kode yang telah di tentukan. Kode-kode tersebut nantinya diakumulasikan dan dilakukan perhitungan kesinambungan konsep dan ketidaksinambungan konsep. Pengodean konsep dilakukan berdasarkan ditemukannya konsep pada masing-masing jenjang pendidikan. Persentase pemetaan konsep yang berkesinambungan dalam buku teks pelajaran Tematik pada jenjang SD, buku IPA pada jenjang SMP, dan buku Biologi pada jenjang SMA dituliskan dalam tabel berikut: Tabel 9. Hasil Analisis Kesinambungan Konsep dalam Buku Teks Pelajaran Tematik pada Jenjang SD, Buku IPA pada Jenjang SMP, dan Buku Biologi pada Jenjang SMA. Konsep kode Jumlah Konsep Persentase (%) Konsep terdapat di jenjang SD dan hilang A 8 3,31 pada jenjang SMP dan SMA Konsep belum ada di jenjang SD ada di B 8 3,31 jenjang SMP dan hilang pada jenjang SMA Konsep belum ada di jenjang SD dan C 129 53,30 SMP namun muncul pada jenjang SMA Konsep terdapat di jenjang SD, hilang di D 10 4,12 SMP dan muncul pada jenjang SMA Konsep yang belum ada di jenjang SD E 65 26,89 dan muncul pada jenjang SMP dan SMA Konsep yang ada di jenjang SD dan F 2 0,81 SMP, hilang pada jenjang SMA Konsep terdapat di jenjang SD, SMP dan G 20 8,26 SMA Jumlah 242 100 74

Analisis pemetaan konsep yang terdapat pada jenjang SD, SMP, dan SMA adalah untuk memetakan konsep yang ditemukan pada satu jenjang, dua jenjang, dan semua jenjang pendidikan. Berdasarkan analisis di atas perhitungan konsep yang berkesinambungan adalah jumlah konsep dengan kode E, kode F, dan kode G yaitu sebesar 35,95%. Konsep yang tidak berkesinambungan adalah jumlah konsep A, konsep B, konsep C, dan Konsep D yaitu sebesar 64,05%. Perbandingan temuan konsep yang ada di jenjang SD, SMP, dan SMA apabila ditinjau dari konsep-konsep yang ditemukan dapat digambarkan dalam tabel berikut: Tabel 10. Hasil Analisis Perbandingan Temuan Konsep pada Topik yang Terdapat di Jenjang SD, SMP, dan SMA. No. Topik, subtopik, dan Jumlah Temuan Konsep pada konsep yang ditemukan Setiap Jenjang Pendidikan Jumlah SD SMP SMA 1. Struktur organ pernapasan 5 38 60 64 2. Fungsi organ pernapasan 1 15 24 25 3. Mekanisme sistem 18 17 41 48 pernapasan 4. Volume udara pernapasan 0 4 9 9 5. Proses pertukaran Oksigen 4 16 29 29 dan Karbondioksida 6. Faktor yang mempengaruhi 0 0 13 13 frekuesi pernapasan 7. Gangguan pernapasan 2 6 16 17 8. Bahaya merokok 7 0 6 8 9. Upaya menjaga kesehatan 3 0 0 3 sistem pernapasan 10. Teknologi sistem 0 0 4 4 pernapasan 11. Pengaruh pencemaran terhadap sistem pernapasan 0 0 2 22 Jumlah 242 75

Kesinambungan konsep dapat dilihat melalui penambahan, perluasan, maupun pendalaman konsep. Analisis penambahan konsep, konsep yang mendalam dan meluas pada materi sistem pernapasan yang terdapat pada buku pelajaran SD, SMP, dan SMA dijabarkan dalam tabel berikut: Tabel 11. Hasil Identifikasi Penambahan Konsep, Konsep yang Mendalam dan Meluas Pada Materi Sistem Pernapasan yang Terdapat pada Buku Pelajaran SD, SMP, dan SMA. No Topik, Sub Topik, Konsep Temuan Konsep pada Setiap Jenjang Pendidikan Keterangan SD SMP SMA 1. Struktur organ pernapasan - Mendalam dan meluas 2. Fungsi organ pernapasan - Mendalam dan meluas 3. Mekanisme pernapasan a. Otot-otot pernapasan Mendalam dan meluas 4. Pertukaran oksigen dan Mendalam dan karbondioksida meluas 5. Volume udara pernapasan - Mendalam dan meluas 6. Faktor yang mempengaruhi - - Mendalam frekuesi pernapasan 7. Gangguan sistem pernapasan Meluas dan mendalam 8. Bahaya merokok - Meluas pada jenjang SMA 9. Teknologi sistem pernapasan - - Mendalam 10. Pengaruh pencemaran terhadap sistem pernapasan - - Mendalam Keterangan: Memberikan tanda ( ) untuk konsep yang ditemukan dan tanda (-) untuk konsep yang tidak ditemukan. 76

Analisis konsep yang mendalam dan meluas digunakan untuk menganalisis konsep yang mengalami penambahan, pendalaman, dan perluasan. Konsep yang meluas dan mendalam sebanyak 10 konsep ditemukan meluas dan mendalam pada jenjang SMP dan SMA, karena pada jenjang SD banyak materi yang belum dibahas. Analisis pengurangan konsep dan konsep yang hilang pada materi sistem pernapasan yang terdapat pada buku pelajaran SD, SMP, dan SMA dijabarkan dalam tabel berikut: Tabel 12. Hasil Analisis Pengurangan Konsep dan Konsep yang Hilang pada Materi Sistem Pernapasan yang Terdapat pada Buku Pelajaran SD, SMP, dan SMA. No Topik, Sub Topik, Konsep 1. Struktur organ pernapasan a. struktur hidung Temuan Konsep Keterangan pada Setiap Jenjang Pendidikan SD SMP SMA - - Pengurangan konsep b. Paru-paru - - Pengurangan konsep 2. Fungsi organ pernapasan - - Pengurangan konsep a. trakhea b. paru-paru - - Pengurangan konsep c. alveolus - - Pengurangan konsep 3. Mekanisme pernapasan - Hilangnya konsep dan pengurangan konsep 4. Bahaya merokok - Hilangnya konsep dan pengurangan konsep 5. Upaya menjaga kesehatan sistem pernapasan - - Hilangnya konsep Keterangan: Memberikan tanda ( ) untuk konsep yang ditemukan dan tanda (-) untuk konsep yang tidak ditemukan. 77

Analisis ini digunakan untuk menganalisis konsep yang hilang maupun mengalami pengurangan konsep. Berdasarkan analisis tersebut ditemukan 5 konsep yang berkurang maupun hilang pada jenjang yang lebih tinggi. Analisis penggunaan istilah dalam materi sistem pernaasan yang terdapat pada buku di SD, SMP, dan SMA dijabarkan dalam tabel berikut: Tabel 13. Daftar Istilah Materi Sistem Pernaasan Manusian yang Digunakan pada setiap Jenjang Pendidikan. No. konsep Temuan Istilah pada Setiap Jenjang Pendidikan SD SMP SMA 1. Pernapasan (respirasi) Pernapasan Respirasi Respirasi 2. Pangkal tenggorok Pangkal Faring* Laring tenggorok 3. Tenggorokan (trakea) Trakea Trakea trakea 4. Tulang rusuk (intercostalis) Tulang rusuk Tulang rusuk interkostal 5. Sekat antara rongga dada dan Diafragma Diafrgama Diaftagma rongga perut (diafragma) 6. Menghirup napas Inspirasi Inhalasi dan Inspirasi (inspirasi) inspirasi 7. Menghembuskan napas Ekspirasi Ekshalasi dan Ekspirasi (ekspirasi) ekspirasi 8. Alveolus Alveolus Alveolus Alveolus 9. Saluran pernapasan (nasofaring) - Nasofaring - 10. Saluran pernapasan (orofaring) - Orofaring - 11. Katup epiglotis - Epiglotis Epiglotis 12. Cabang batang tenggorok bronkus Bronkus Bronkus (bronkus) 13. Anak cabang batang tenggorok bronkiolus Bronkiolus Bronkiolus (bronkiolus) 14. Paru-paru Paru-paru Pulmo pulmo 15. Orang yang merokok - - Perokok aktif 16. Orang yang berada di sekitar orang merokok - - Perokok pasif Keterangan: Tanda (*) digunakan untuk memberi tanda pada istilah yang tidak tepat. 78

Analisis istilah yang digunakan dalam buku teks pelajaran tematik, IPA, maupun Biologi berjumlah 16 istilah yang ditemukan. Istilah yang ada disesuaikan dengan tingkat pemahaman pada masing-masing jenjang pendidikan, sehingga istilah-istilah ilmiah dan istilah asing muncul pada jenjang SMP dan SMA. Tanda bintang pada istilah faring menunjukkan istilah yang salah, istilah pangkal tenggorok yang tepat adalah laring. Analisis penggunaan gambar dalam materi sistem pernaasan pada manusia yang terdapat pada buku pelajaran SD, SMP, dan SMA dijabarkan dalam tabel berikut: Tabel 14. Penggunaan Gambar dalam Materi Sistem Pernaasan Manusia yang Digunakan pada setiap Jenjang Pendidikan. No Topik, Sub Topik, Temuan Gambar Keterangan Gambar Konsep pada Setiap Jenjang Pendidikan SD SMP SMA 1. Struktur dan fungsi Gambar lebih banyak dan organ manusia kompleks di jenjang SMA 2. Pertukaran oksigen - Monoton (sama) dan karbondioksida 3. Mekanisme - Gambar lebih banyak dan pernapasan kompleks di jenjang SMA 4. Volume dan kapasitas paru - - Gambar hanya ada di jenjang SMA 5. Bahaya merokok - Gambar Lebih kompleks di jenjang SMA 6. Gangguan sistem - - Gambar hanya ada di jenjang pernapasan SMP 7. Teknologi sistem - - Gambar hanya ada di jenjang pernapasan SMA 79

Analisis gambar yang digunakan dalam buku teks pelajaran tematik, IPA, maupun Biologi pada materi sistem pernapasan yang ditemukan berjumlah 3 gambar pada jenjang SD, 5 gambar pada jenjang SMP, dan 16 gambar pada jenjang SMA (daftar gambar terlampir di lampiran). Gambar yang ada disesuaikan dengan tingkat pemahaman pada masing-masing jenjang pendidikan, gambar yang digunakan ditujukan untuk meningkatkan pemahaman peserta didik dalam mempelajari materi sistem pernapasan. B. Pembahasan Kesinambungan konsep dalam materi sistem pernapasan pada manusia dianalisis berdasarkan buku teks pelajaran tematik pada jenjang SD, buku IPA pada jenjang SMP, dan buku Biologi pada jenjang SMA berdasarkan Kurikulum 2013 di Kabupaten Sleman. Sampel buku yang dianalisis merupakan buku yang terbanyak digunakan oleh sekolah dalam pembelajaran berdasar Kurikulum 2013 yang diambil menggunakan purposive sampling. Pemilihan sampel tersebut dengan pertimbangan buku tersebut digunakan sebagai buku acuan yang digunakan oleh sekolah yang sudah menerapkan Kurikulum 2013, sekolah yang sudah menerapkan Kurikulum 2013 di kelas V SD, VIII SMP, dan IX SMA adalah sekolah percontohan atau sekolah Piloting Project. Buku yang paling banyak digunakan pada jenjang SD dan SMP adalah buku yang diterbitkan oleh Kemendikbud yang dianjurkan pemerintah untuk digunakan sebagai buku ajar, sedangkan pada jenjang SMA belum ada buku terbitan dari Kemendikbud dan mayoritas menggunakan buku yang diterbitkan oleh penerbit swasta. Analisis 80

Persentase kesinambungan konsep pada sistem pernapasan dimulai dengan menganalisis konsep yang esensial maupun tidak esensial yang terdapat di dalam buku teks/ pelajaran. Penemuan konsep ini disesuaikan dengan tuntutan KD dalam Kurikulum 2013. Hasil analisis temuan seluruh sub konsep pernapasan dapat diketahui besar persentase sub konsep yang ditemukan pada setiap jenjang. Konsep sistem pernapasan paling banyak ditemukan pada jenjang SMA dan paling sedikit ditemukan pada jenjang SD. Persentase temuan seluruh konsep digambarkan dalam grafik berikut. Temuan Konsep pada Buku Teks Pelajaran pada Jenjang SD, SMP, dan SMA 100.00% 90.00% 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% 90.50% 40.08% 16.94% SD SMP SMA Jenjang Pendidikan Gambar 15. Grafik Temuan Konsep dalam Buku Teks Pelajaran pada Jenjang SD, SMP, dan SMA Konsep esensial merupakan konsep pokok yang harus ada di setiap jenjang pendidikan. Konsep esensial yang terdapat dalam materi pernapasan mencakup 81

keterkaitan antara struktur, fungsi, otot-otot yang berperan, syaraf pusat yang berperan, dan proses pernapasan, serta kelainan/penyakit yang berhubungan. Keutuhan konsep yang terdapat dalam buku dilihat kesesuaiannya dengan Kompetensi Dasar (KD) dalam Kurikulum. Konsep yang ditemukan di jenjang SD antara lain organ pernapasan, mekanisme pernapasan yang dilakukan oleh otot-otot pernapasan, proses inspirasi, proses ekspirasi, difusi O2 dan CO2 di alveolus, perbedaan tekanan parsial yang mempengaruhi difusi, dan gangguan sistem pernapasan. Konsep yang terdapat di jenjang SD merupakan konsep dasar. Konsep non esensial yang terdapat dijenjang SD diantaranya pernapasan dada dan pernapasan perut, bahaya merokok, serta upaya menjaga kesehatan sistem pernapasan. Berdasarkan analisis konsep yang terdapat di dalam buku Tematik pada jenjang SD tidak utuh karena penjelasan mengenai fungsi dari masing-masing organ pernapasan belum disampaikan. Konsep yang temukan di jenjang SMP antara lain struktur dan fungsi pada setiap organ pernapasan (mencakup struktur sel dan jaringan), proses inspirasi, proses ekspirasi, mekanisme pernapasan yang dilakukan oleh otot-otot pernapasan, difusi O2 dan CO2 di alveolus, difusi O2 dan CO2 di jaringan, perbedaan tekanan parsial yang mempengaruhi difusi, dan gangguan sistem pernapasan. Konsep non esensial yang ditambahkan di jenjang SMP adalah konsep volume pernapasan dan mekanisme tersedak, konsep non esensial seperti pernapasan dada dan pernapasan perut, bahaya merokok, serta upaya menjaga kesehatan sistem pernapasan yang terdapat di jenjang SD hilang di jenjang SMP. Berdasarkan analisis konsep yang terdapat di dalam buku IPA pada jenjang SMP 82

sudah utuh, namun pada jenjang ini terjadi hilang dan pengurangan konsep non esensial. Konsep yang temukan di jenjang SMA antara lain struktur dan fungsi pada setiap organ pernapasan (mencakup struktur sel dan jaringan), fungsi sistem pernapasan secara umum, proses inspirasi, proses ekspirasi, mekanisme pernapasan yang dilakukan oleh otot-otot pernapasan (kerja otot utama dan kerja otot aksesori), difusi O2 dan CO2 di alveolus, difusi O2 dan CO2 di jaringan, perbedaan tekanan parsial yang mempengaruhi difusi, transpor pengankutan O2 dan CO2 di darah dan gangguan sistem pernapasan. Konsep non esensial yang ditambahkan di jenjang SMA adalah konsep volume pernapasan, faktor yang berpengaruh pada frekuensi pernapasan, bahaya merokok, teknologi pada sistem pernapasan, dan pengaruh pencemaran udara terhadap sistem pernapasan. Konsep non esensial upaya menjaga kesehatan sistem pernapasan yang terdapat di jenjang SD juga hilang di jenjang SMA. Berdasarkan analisis konsep yang terdapat di dalam buku Biologi pada jenjang SMA sudah utuh, namun pada jenjang ini terjadi hilang dan pengurangan konsep non esensial. Konsep dalam materi sistem pernapasan pada jenjang SD mencakup konsep mengenai penjelasan organ-organ pernapasan dan fungsinya secara umum, serta penjelasan mengenai bahaya merokok dan gangguan dan penyakit pernapasan. Materi yang disampaikan pada jenjang SD apabila dibandingkan dengan jenjang SMP dan SMA masih terlihat sangat dangkal, hal ini dikarenakan pada jenjang SD materi yang disampaikan hanya sebatas langkah awal untuk memperkenalkan kepada peserta didik mengenai konsep-konsep dasar yang ada 83

pada materi sistem pernapasan. Materi dasar yang disampaikan diharapkan dapat menjadi bekal peserta didik ketika menduduki jenjang yang lebih tinggi. Konsep yang disampaikan pada jenjang SMP lebih banyak dibandingkan pada jenjang SD, karena pada jenjang SMP peserta didik sudah mampu berpikir logis untuk mencapai pemecahan masalah sehingga pada tahap ini materi yang disampaikan lebih rinci, sehingga konsep yang ditemukan lebih banyak. Konsep pada materi sistem pernapasan banyak yang muncul di jenjang SMA karena pada dasarnya SMA merupakan jenjang yang paling tinggi dan konsep pada materi yang dipelajari merupakan materi yang lebih kompleks dan mendalam, sehingga semakin rinci dan semakin mendalam suatu materi jumlah cakupan konsepnya lebih banyak. Hal ini sesuai dengan pendapat Bruner dalam Budiningsih (2005:41) mengenai kurikulum spiral (a spiral curriculum) adalah sebagai pengorganisasiaan materi pelajaran dengan cara mengurutkan materi pelajaran mulai dari umum atau sederhana ke materi yang lebih kompleks dan lebih rinci. Kesesuaian Kompetensi Dasar (KD) dengan materi yang terdapat dalam buku teks dapat diketahui bahwa pada jenjang SD dan SMP terdapat konsep yang terdapat silabus namun belum disampaikan di dalam buku teks pelajaran. Materi yang terdapat dalam Kurikulum 2013 masih sangat dangkal karena beberapa konsep tidak ditemukan di dalam buku teks/pelajaran pada Kurikulum 2013. Ketidaksesuaian konsep dalam buku dengan konsep dalam tuntutan KD menyebabkan konsep yang diterima siswa tidak utuh. Menurut Muslich (2016:23) pendidikan dapat dikelola dengan menyesuaikan buku teks dengan aturan dan kebijakan yang ada di dalam 84

kurikulum, sedangkan menurut Sitepu (2012:18) buku pelajaran yang digunakan dalam pembelajaran harus memenuhi syarat yang disesuaikan dengan konsep kurikulum sehingga kompetensi dasar dapat tercapai. Materi sistem pernapasan pada buku teks pelajaran berdasar Kurikulum 2013 masih dinilai sangat dangkal dan kedalaman konsepnya belum sesuai dengan tuntutan kurikulum yang ada, hal ini dikarenakan konsep-konsep yang belum dituangkan dalam buku pembelajaran yang ada di jenjang SD dan SMP, sehingga dapat menjadi salah satu penghambat ketercapaian kompetensi dasar yang telah dirumuskan. Menurut Muslich (2016: 92-94) Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan belajar sedangkan buku teks merupakan sarana belajar yang digunakan di sekolah untuk menunjang suatu program pembelajaran. Buku teks ditulis berdasarkan silabus yang dikembangkan dengan kurikulum yang sesuai untuk disuaikan dengan metode pembelajaran, bahan ajar, dan kompetensi yang ingin dicapai. Kesinambungan konsep dapat dianalisis berdasarkan: 1. Ada tidaknya konsep sistem pernapasan pada buku teks pelajaran tematik pada jenjang SD, buku IPA pada jenjang SMP, dan buku Biologi pada jenjang SMA. 2. Analisis kesinambungan konsep yang hilang, konsep yang mendalam dan meluas, serta penambahan konsep 3. Analisis kesinambungan penggunaan istilah 4. Analisis kesinambungan pada gambar 85

Penjabaran analisis di atas disesuakan berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada buku teks/pelajaran pada jenjang SD, SMP, dan SMA. Analisis dalam penelitian ini dilakukan oleh 3 panelis, dengan peneliti yang merangkap sebagai panelis. Analisis penilaian sesuai atau tidak sesuainya konsep dilakukan menggunakan instrumen yang telah dibuat berdasarkan literatur yang ada. Apabila suatu konsep dinyatakan terdapat di dalam buku teks oleh lebih dari 2 panelis, maka konsep tersebut dinyatakan ada di dalam buku teks, sedangkan apabila lebih dari 2 panelis menyatakan suatu konsep tidak terdapat dalam buku teks maka konsep tersebut dinyatakan tidak ada. Menurut Krippendorf (2004:232) apabila derajad kecocokan kurang dari 0,7 cenderung tidak signifikan secara statistik, sehingga perlu dilakukan pengecekan ulang antar panelis melalui diskusi dengan membandingkan dengan literatur yang ada. Derajat kecocokan bernilai 0,7-0,8 untuk pengambilan keputusan yang sangat berhati-hati, dan apabila derajat kecocokan lebioh dari 0,8 keputusan yang diambil benar-benar valid. Hasil derajat kecocokan instrumen kesinambungan oleh ketiga panelis pada jenjang SD menunjukkan 0,87, pada jenjang SMP 0,88, dan pada jenjang SMA 0,81. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa pengambilan keputusan benarbenar valid. 86

Pemetaan Konsep pada Buku Teks Pelajaran pada Jenjang SD, SMP, dan SMA Kode F 2% Kode A 5% Kode B 5% Kode G 11% Kode E 26% Kode C 52% Kode D 4% Gambar 16. Grafik Pemetaan konsep pada buku teks pelajaran pada jenjang SD, SMP, dan SMA Pemetaan konsep yang berkesinambungan dapat digunakan untuk melihat kesinambungan konsep pada sistem pernapasan manusia secara menyeluruh. Penemuan sub-sub konsep yang ada dapat dikelompokkan berdasarkan kode-kode yang sudah ditentukan. Kode-kode digunakan untuk memudahkan pengelompokan temuan sub-sub konsep yang terdapat pada setiap jenjang pendidikan. 87

70.00% 60.00% 50.00% Kesinambungan Konsep pada Buku Teks Pelajaran pada Jenjang SD, SMP, dan SMA 64.05% 40.00% 30.00% 35.95% 20.00% 10.00% 0.00% berkesinambungan tidak berkesinambungan Gambar 17. Grafik Kesinambungan konsep pada buku teks pelajaran pada jenjang SD, SMP, dan SMA Kesinambungan konsep dapat dilihat dari persentase kode tersebut. Suatu konsep dapat dikatakan berkesinambungan apabila konsep tersebut ditemukan pada dua jenjang yang berbeda dan berturut-turut, apabila konsep ditemukan pada dua jenjang namun tidak berturut-turut konsep tersebut tidak dikatakan berkesinambungan karena terdapat konsep yang hilang pada satu jenjang. Akumulasi persentase konsep-konsep yang ditemukan pada materi sistem pernapasan menunjukkan bahwa tidak berkesinambungan karena persentase konsep berkesinambungan sebesar 35,95%, sedangkan konsep yang tidak berkesinambungan sebesar 64,05%. Ketidaksinambungan konsep disebabkan banyaknya konsep yang hanya ditemukan di jenjang SMA. Konsep yang hanya ditemukan di jenjang SMA merupakan konsep yang sebelumnya tidak ditemukan di jenjang SD dan SMP. 88

Ketidaksinambungan materi yang ditemukan pada buku teks pelajaran pada jenjang SD, SMP, dan SMA tidak sesuai dengan teori kesinambungan dan kurikulum spiral. Menurut Nasution (1993: 120), kesinambungan ditunjukkan dengan bertambah meningkat keluasan dan kedalaman suatu materi pembelajaran. Materi pembelajaran perlu dikelola secara berkesinambungan dari jenjang yang rendah sampai dengan jenjang yang lebih tinggi yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif. Guru sebaiknya mengulang kembali materi pelajaran yang telah disampaikan dalam pembelajaran pada jenjang pendidikan sebelumnya untuk mengingatkan kembali dan mengaitkan konsep yang sudah dipelajari dengan konsep baru yang akan dipelajari oleh peserta didik. Pengulangan materi yang sudah dipelajari pada jenjang pendidikan sebelumnya menjadi sangat penting untuk menambah dan memperdalam materi yang akan disampaikan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, supaya tidak terjadi konsep yang hilang pada satu jenjang pendidikan. Pengulangan materi hanya untuk meningatkan kepada peserta didik sebagai pengantar untuk mendapatkan materi baru yang mendalam maupun meluas, namun pengulangan materi harus dibatasi juga supaya tidak terdapat konsep materi yang tidak monoton. Menurut Budiningsih (2005:41) model kurikulum spiral merupakan bentuk penyesuaian antara materi yang dipelajari dengan tahap perkembangan kognitif orang yang belajar. Kesinambungan ditunjukkan dengan bertambah meningkat keluasan dan kedalaman suatu materi pembelajaran. Materi pembelajaran perlu dikelola secara berkesinambungan dari jenjang yang rendah sampai dengan 89

jenjang yang lebih tinggi yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif (Nasution, 1993: 120). Kesinambungan dimulai dari jenjang SD dengan konsep-konsep yang masih konkret dan mudah untuk dilihat, dilanjutkan dengan konsep yang terdapat pada jenjang SMP dengan konsep yang mulai sulit untuk diamati misalnya proses inspirasi atau menghirup udara yang dipengaruhi oleh perbedaan tekanan parsial yang terdapat di dalam paru-paru maupun di lingkungan. Pada jenjang SMA konsep yang ditemukan bersifat lebih kompleks dengan adanya perluasan, pendalaman, dan penambahan konsep baru, misalnya pertukaran antara oksigen dan karbondioksida di alveolus dan di jaringan. Menurut Syah (2016: 66) konsep-konsep yang dipelajari akan semakin kompleks dan abstrak menyesuaikan dengan perkembangan usia yang semakin dewasa. Tahapan perkembangan tersebut dapat digunakan sebagai gambaran umum perkembangan kognitif peserta didik untuk menyesuaikan konsep-konsep yang dapat diterima oleh peserta didik. Prinsip penjenjangan mengharuskan penyampaian materi secara berurutan mulai dari yang level yang mudah ke level yang sulit, dari materi dasar ke materi lanjutan, dan dari materi sederhana ke materi kompleks. Penjenjangan materi harus memperhatikan kesinambungan konsep antar jenjang dengan tingkat kedalaman dan keluasan yang semakin tinggi sesuai dengan perkembangan peserta didik. Analisis persentase konsep yang ditemukan pada jenjang SD, SMP, dan SMA digunakan untuk mengetahui perbandingan persentase konsep pada 90

masing-masing jenjang, sehingga dapat dilihat gap atau overlaping pada masingmasing jenjang. Konsep paling banyak ditemukankan di jenjang SMA dan konsep yang paling sedikit ditemukan di jenjang SD, namun terdapat konsep yang terdapat di jenjang SD dan SMA namun tidak ditemukan di jenjang SMP, antara lain konsep bahaya merokok. Konsep yang hanya ditemukan pada jenjang SD, seperti konsep upaya menjaga kesehatan sistem pernapasan. Konsep yang hanya terdapat di jenjang SMA antara lain konsep mengenai faktor yang mempengaruhi frekuensi pernapasan, teknologi sistem pernapasan, dan upaya menjaga sistem pernapasan. Selisih persentase pada konsep-konsep yang ditemukan pada masingmasing jenjang terpaut sangat jauh. Kesenjangan konsep terjadi pada konsep 4, konsep 6, konsep 8, konsep 9, konsep 10, dan konsep 11, hal tersebut berarti dari 11 subkonsep yang ada 6 konsep mengalami kesenjangan materi pada tiap jenjang pendidikan yang ada. Kesenjangan tersebut dapat membingungkan peserta didik karena materi yang diterima tidak runtut. Peserta didik memerlukan waktu lebih banyak untuk memahami materi baru yang disampaikan, apabila materi yang disampaikan dalam jumlah yang banyak akan memberatkan peserta didik dalam mempelajarinya, sehingga standar kompetensi yang diharapkan akan sangat sulit untuk tercapai. 91

persentase persentase konsep yang ditemukan pada jenjang SD, SMP, dan SMA 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 94% 96% 100% 100% 100% 100% 94% 100% 100% 85% 88% 59% 60% 55% 44% 35% 35% 38% 8% 14% 4% 12% 0% 0% 0% 75% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% SD konsep yang ditemukan SMP SMA Gambar 18. Grafik Persentase Konsep yang Ditemukan dalam Buku Teks Pelajaran pada Jenjang SD, SMP, dan SMA Kesenjangan materi tersebut diantaranya terdapat pada konsep 4 yaitu konsep mengenai volume udara pernapasan. Konsep ini tidak disampaikan dalam buku pelajaran pada jenjang SD, karena pada jenjang SD konsep volume yang diketahui hanya terdapat pada benda cair, dan belum mengerti konsep mengenai volume udara. Konsep ini mulai disampaikan pada jenjang SMP dan kemudian diperdalam di jenjang SMA. Konsep volume pada udara diperkenalkan di jenjang 92

SMP dan pada jenjang SMA mulai terdapat perhitungan tentang volume udara, sehingga pada kedua jenjang pendidikan tersebut volume udara pernapasan dapat disampaikan sesuai dengan kompetrnsi dasar yang ada. Konsep 6 yaitu konsep mengenai faktor yang mempengaruhi frekuensi pernpasan hanya disampaikan di jenjang SMA. Konsep ini memuat perhitungan bernapas manusia pada setiap menitmya. Konsep ini tidak disampaikan dalam buku pelajaran pada jenjang SD dan SMP. Konsep yang di ajarkan pada jenjang SD kemudian hilang di jenjang SMP, dan muncul kembali di jenjang SMA merupakan kesenjangan yang sangat mempengaruhi peserta didik dalam menerima materi yang disampaikan, misalnya pada materi bahaya merokok. Peserta didik pada jenjang SMP sangat perlu untuk diberi gambaran mengenai bahaya merokok, karena pada dasarnya di usia mereka merupakan tahap untuk berpikir lebih logis, jika dilihat dari faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif peserta didik maka lingkungan sosial, lingkungan keluarga, budaya, serta intuisi sosial seperti sekolah sangat berpengaruh terhadap perkembangan peserta didik tersebut. Pengenalan dan pendalaman materi mengenai bahaya merokok harus tetap diberikan penekanan mengingat di lingkungan peserta didik terdapat lingkungan positif dan lingkungan negatif. Kesenjangan materi tersebut belum sesuai dengan gagasan mengenai kurikulum spiral yang dikemukakan oleh Bruner, penerapan kurikulum seharusnya dilakukan dengan cara mengurutkan pembelajaran. Urutan pengajaran dimulai dengan mengajarkan isi pengajaran secara umum, kemudian secara 93

berkala kembali mengajarkan isi yang sama dengan cakupan materi yang lebih rinci (Budiningsih, 2005: 41). Konsep 1, konsep 2, konsep 3, konsep 5, dan konsep 7 sudah sesuai dengan teori kesinambungan dengan mengurutkan materi dan terdapat pengulangan materi sebagai pengantar untuk mempelajari materi selanjutnya. Konsep yang runtut berkesinambungan dapat memudahkan peserta didik untuk mengingat kembali materi yang sudah disampaikan dan dapat menerima materi pembelajaran selanjutnya dengan lebih baik. Penerimaan materi secara matang oleh peserta didik membuat materi yang diterimanya berarti dan dapat digunakan sebagai bekal untuk mempelajari konsep selanjutnya. Piaget berpendapat bahwa perkembangan kognitif seorang siswa adalah melalui proses asmilasi dan akomodasi. Materi sistem pernapasan yang sudah dipelajari pada jenjang sebelumnya maka akan mempermudah siswa dalam mempelajari atau menerima materi baru di jenjang SMA. Menurut Abdullah (2014:120) kesinambungan konsep perlu diperhatikan supaya tidak terjadi gap (kesenjangan) di antara materi yang disampaikan dalam buku teks pelajaran, selain itu supaya tidak terjadi adanya overlapping (tumpang tindih) di antara materi. Kesenjangangan dalam materi yang dimaksud adalah adanya konsep-konsep yang hilang dalam jenjang tertentu sehingga peserta didik akan kesulitan dalam melanjutkan pemahaman konsep yang lebih tinggi. Sedangkan overlapping atau tumpang tindih yang dimaksud yaitu terjadi pengulangan materi yang sama persis pada jenjang pendidikan yang berbeda, sehingga tidak terdapat kemajuan pemahanan konsep peserta didik yang berarti. 94

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat diketahui kesinambungan konsep sistem pernapasan manusia pada buku pelajaran dari jenjang SD, SMP, dan SMA. Aspek yang dianalisis untuk mengetahui kesinambungan konsep adalah sebagai berikut: 1. Perubahan konsep-konsep sistem pernapasan Perbedaan konsep yang terdapat pada masing-masing jenjang menunjukkan adanya perubahan konsep materi sistem pernapasan pada buku pelajaran jenjang SD, SMP, dan SMA. Perubahan konsep yang terjadi disesuaikan dengan perkembangan kognitif peserta didik, hal ini harus disesuaikan dengan daya pikir peserta didik yang berbeda-beda. Perubahan yang ditemukan dari hasil analisis ialah adanya penambahan konsep (konsep baru, pendalaman, dan perluasan konsep), pengurangan/hilangnya konsep, serta penggunaan istilah dan gambar. a. Penambahan konsep (konsep baru, mendalam, meluas) Berdasarkan hasil analisis mengenai kedalaman dan keluasan materi, konsep yang ditemukan pada jenjang SD, SMP, dan SMA terdiri dari konsep yang mendasar, mendalam dan meluas. Konsep yang mendalam dan meluas ditemukan pada jenjang SMA, karena jenjang SMA merupakan jenjang tertinggi sehingga memuat materi yang lebih banyak dan lebih kompleks. Materi baru juga lebih banyak ditemukan pada jenjang SMA. Hamalik (2007: 48) menyatakan bahwa kesinambungan bukanlah semata-mata pengulangan isi pelajaran (overlapping), melainkan merupakan pengulangan yang lebih kompleks dalam upaya peningkatan hasil belajar. 95

Konsep yang ditemukan di dalam buku pada jenjang SD merupakan konsep-konsep yang mendasar, sedangkan konsep yang ditemukan pada jenjang SMP dan SMA merupakan konsep-konsep yang lebih kompleks hang bersifat melengkapi konsep yang ada pada jenjang sebelumnya. Pada jenjang SD, konsep mekanisme pernapasan hanya dibahas mengenai inspirasi dan ekspirasi, pada jenjang SMP dan SMA dijelaskan bahwa inspirasi dan ekspirasi terjadi akibat perbedaan tekanan parsial oksigen dan karbondioksida. Karakteristik materi pada jenjang SD tergolong dangkal karena materi pada jenjang SD diintegrasikan dengan mata pelajaran yang lain sehingga pada konsep-konsep yang kompleks tidak dapat saling diintegrasikan, oleh karena itu konsep-konsep yang terdapat pada jenjang SD masih dangkal, sehingga perlu dilengkapi di jenjang selanjutnya. b. Pengurangan atau hilangnya konsep Pengurangan konsep terdapat pada beberapa konsep materi pernapasan, diantaranya adanya tonjolan hidung atau konka yang hanya terdapat pada jenjang SMP, pleura berupa katup tertutup yang berisi cairan limfe hanya pada jenjang SMP, fungsi-fungsi organ pernapasan, dan upaya menjaga kesehatan yang hanya terdapat pada jenjang SD. Hilangnya konsep pada jenjang SMA menunjukkan adanya pengurangan konsep pada materi sistem pernapasan pada manusia. Pengurangan konsep pada jenjang yang lebih tinggi biasanya digunakan untuk mengurangi adanya overlapping atau penumpukan konsep yang seharusnya memang sudah tidak perlu diberikan pada jenjang yang lebih tinggi. Pengulangan materi yang tidak seharusnya disampaikan lagi hanya akan menghambat proses pembelajaran, karena dapat membuang waktu karena pada dasarnya materi 96

tersebut sudah dipelajari di jenjang sebelumnya atau dapat dipelajari secara mandiri. Materi lama yang diperoleh dari jenjang SMP akan disimpan dalam memori otak sehingga tanpa guru menjelaskan lebih rinci, siswa dapat memahaminya. Hal tersebut memungkinkan terjadinya pengurangan materi di jenjang SMA. c. Penggunaan istilah dan gambar Penggunaan istilah pada materi sistem pernapasan manusia pada umumnya tidak banyak perbedaan pada setiap jenjang. Perbedaan penggunaan istilah hanya terdapat pada beberapa istilah, misalnya istilah yang digunkaan pada jenjang SD adalah sistem pernapasan dan pada jenjang SMP dan SMA adalah sistem respirasi. Istilah nasofaring dan orofaring muncul di SMP dan tidak ditemukan pada tingkat SD dan SMA. Penggunaan istilah sendiri digunakan untuk mempermudah dan memperkaya istilah-istilah biologi dalam pembelajaran. Istilah-istilah tersebut merupakan sarana komunikasi untuk menyampaikan sebuah konsep dengan tata bahasa yang disesuaikan dengan perkembangan kognitif peserta didik. Penggunaan istilah pada jenjang yang masih rendah biasanya menggunakan istilah yang ringan dan mudah dipahami oleh peserta didik, sedangkan penggunaan istilah pada jenjang yang lebih tinggi biasanya mulai menggunakan bahasa latin atau bahasa biologi, dan sangat bervariatif. Penggunaan istilah dalam sistem pernapasan tidak mengalami banyak perbedaan karena istilah yang digunakan tidak sekompleks dan variatif seperti materi yang lainnya. Muchlis (2016, 291-305) mengungkapkan bahwa indikator yang harus diperhatikan dalam hal 97

penilaian hal kelayakan bahasa yaitu kesesuaian pemakaian bahasa dengan tingkat perkembangan siswa, pemakaian bahasa yang komunikatif, dan pemakaian bahasa memenuhi syarat keruntutan dan keterpaduan alur berpikir. Penambahan gambar dalam buku teks pelajaran dalah salah satu cara untuk menyiasati perubahan kedalaman materi dari konkret ke abstrak, yang dapat dilakukan untuk memperjelas pemahaman suatu konsep oleh peserta didik. Penambahan gambar-gambar tersebut juga membantu guru dalam menjelaskan suatu konsep materi kepada peserta didik. Muchlis (2016, 291-305) mengungkapkan bahwa indikator yang harus diperhatikan dalam hal kelayakan kegrafikan yaitu ukuran buku, desain sampul buku, gambar-gambar pendukung materi, dan desain isi buku. Menurut Bruner, perkembangan kogitif terjadi melalui tiga tahap yaitu enaktif, ikonik, dan simbolik. Perkembangan kognitif anak SD pada tahap enaktif, yaitu hanya mampu mempelajari hal-hal yang bersifat konkret. Topik pembelajaran pada jenjang SD hanya direpresentasikan atau diwujudkan dalam bentuk benda-benda nyata, sehingga penggunaan gambar dapat membantu siswa dalam memahami konsep yang sedang dipelajari (Budiningsih, 2005: 41). Penggunaan istilah yang tidak tepat ditemukan pada jenjang SMP. Penggunaan istilah yang kurang tepat dapat menyebabkan adanya miskonsepsi pada siswa. Miskonsepsi yang terdapat dalam sistem pernapasan pada buku yang dianalisis tidak dibahas detail, karena hal tersebut tidak masuk dalam ranah penelitian kesinambungan. Istilah yang digunakan dalam buku SMP untuk menyebut pangkal tenggorok adalah faring. Istilah tersebut ditemukan pada buku A halaman 19 yaitu penulisan sub konsep: 98

b. Pangkal Tenggorok (Faring) Faring adalah bagian yang merupakan persimpangan dari sistem pencernaan dan sistem pernapasan. Faring dapat menerima udara dari rongga hidung dan makanan serta minuman dari rongga mulut. Bagian inferior, faring terhubung ke sistem pernapasan di laring dan ke sistem pencernaan di kerongkongan (Seeley, Stephens, dan Tate, 2008: 829). Berdasarkan gambar yang terdapat pada Marieb faring terletak dibagian atas, dan laring terdapat pada bagian bawah faring dan merupakan pangkal tenggorok. Hal tersebut terdapat dalam gambar berikut: Gambar 19. Struktur Anatomi Laring dan Faring (Marieb, 2014: 804) Menurut Kamus Kedokteran (1991: 194, 278) pharynx adalah dinding belakang kerongkongan, sedangkan larynx adalah kotak suara yang berada di antara basis lidah dan pipa suara. Marieb dan Hoehm (2007: 835) faring terbagi 99

menjadi 3 bagian yaitu nasofaring, orofaring dan laringofaring. Nasofaring terletak di bagian belakang rongga hidung, orofaring terletak di belakang rongga mulut, dan laringofaring merupakan gerbang untuk saluran respiratori selanjutnya. Hasil observasi di sekolah berupa wawancara dengan guru-guru di Kabupaten Sleman, dalam wawancara tersebut para guru mengungkapkan bahwa sebagian besar buku pendamping dari buku yang digunakan dalan pemebelajaran adalah buku dari kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Menurut pendapat para guru materi dalam buku pelajaran berdasar Kurikulum 2013 dianggap sangat dangkal, sehingga sebagai buku pendamping guru memilih menggunakan buku dengan KTSP yang dianggap mempunyai materi yang lebih mendalam. Perbedaan buku berdasarkan kurikulum 2013 dan KTSP adalah pada KTSP pembelajaranannya terpisah dan pembelajaran terpusat pada guru (teacher center) sehingga buku pelajaran menjadi salah satu sumber yang utama dalam proses pembelajaran, sedangkan pada kurikulum 2013 pembelajarannya terpusat pada siswa (student center) sehingga siswa dituntut untuk dapat mencari materi pembelajaran dari berbagai sumber belajar, buku pelajaran bukan satu-satunya sumber belajar. Guru mempunyai peranan penting dalam mengarahkan sumber belajar yang relevan untuk menunjang pembelajaran di kelas. Kokom Komalasari (2011: 44) menyatakan bahwa pemilihan buku teks hendaknya memperhatikan beberapa syarat kelayakan dan kualitas buku, yaitu penyajiannya harus menarik, menantang, materinya bervariasi sehingga siswa benar-benar termotivasi untuk 100

memelajarinya. suatu buku yang semakin berkualitas, maka semakin sempurna mata pelajaran yang ditunjangnya (Kokom Komalasari, 2011:44). Menurut Muchlis (2016: 291-305) komponen penilaian kelayakan tersebut diantaranya kelayakan isi, kelayakan penyajian, kelayakan kebahasaan, dan kelayakan kegrafikan. Indikator yang harus diperhatikan dalam hal kelayakan isi yaitu kesesuaian uraian materi dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat dalam kurikulum bersangkutan; keakuratan materi; dan materi pendukung pembelajaran. Penyajian materi dalam buku pelajaran yang dianalisis sebagian besar sudah memenuhi kompetensi dasar yang ditentukan. Guru harus dapat mempersiapkan bebarapa konsep yang belum terdapat di dalam buku dengan penugasan atau dengan pembelajaran lapangan supaya kompetensi dasar dapat tercapai. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa buku Tematik pada jenjang SD, buku IPA pada jenjang SMP, dan buku Biologi pada jenjang SMA mengalami pendalaman dan perluasan konsep dengan persentase kesinambungan konsep adalah sebesar 45,1%, sehingga sebagian besar tidak konsep materi sistem pernapasan pada manusia tidak berkesinambungan. Kesinambungan konsep materi perlu diperhatikan supaya pembelajaran dari jenjang SD, SMP, hingga SMA dapat menjadi bermakna dan tidak terjadi gap maupun overlapping pada materi sistem pernapasan pada manusia. Para perancang kurikulum pada setiap jenjang perlu mendiskusikan konsep kesinambungan yang ada pada setiap jenjang. Seluruh materi sistem pernapasan dalam setiap jenjang dikumpulkan kemudian bersama-sama memetakan konsep 101

apa saja yang perlu diketahui oleh siswa SD, SMP, maupun SMA, kemudian bersama-sama merancang kurikulum yang baik supaya konsep yang ada dapat terjaga kesinambungannya dan diharapkan tidak terjadi adanya gap, overlapping, serta miskonsepsi pada materi sistem pernapasan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sagala (2014: 233) yang menyatakan pengembangan kurikulum perlu dilakukan serempak bersama-sama, perlu selalu ada komunikasi dan kerja sama antara para pengembang kurikulum sekolah dasar dengan SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang siafnya berkesinambungan. Kurikulum didesain sedemikian rupa sehingga tidak terjadi jurang yang memisahkan antara jenjang pendidikan dasar dengan jenjang pendidikan selanjutnya. Menurut Abdullah (2014, 121) perencanaan kesinambungan konsep yang menyangkut kedalaman dan keluasan materi serta tingkat abstraksi materi dalam pembelajaran ataupun buku teks merupakan suatu hal yang tidak mudah, sehingga untuk mengatasi hal tersebut pembentukan panitia kurikulum dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum dari tingkat SD, SMP dan SMA harus dilibatkan supaya tercapai suatu kesinambungan yang utuh dan mendukung adanya peningkatan pengetahuan yang diterima oleh peserta didik. 102