PENGARUH PENERAPAN SANKSI BERJENJANG TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA DI SDN MEKARWANGI I KECAMATAN CIHURIP KABUPATEN GARUT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pada dunia pendidikan dalam upaya mengembangkan pemahaman diri sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. maju mundurnya suatu bangsa terletak pada baik tidaknya karakter dan akhlak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1 Undangundang

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN GURU BK (KONSELOR) DENGAN MINAT BELAJAR SISWA DI SMPN 3 TANJUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga tempat mendidik. Pendidikan merupakan segala

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

Marina Tri Handhani. Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MENINGKATKAN DISIPLIN DAN TANGGUNG JAWAB SISWA MELALUI SANKSI BERJENJANG PADA SISWA KELAS V SD

Oleh MOCH. RIZKI FAUZI NPM :

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA. KELAS VIII MTs MUHAMMADIYAH WARU TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam

PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII MTs AL IRSYAD NGAWI TAHUN AJARAN 2011/2012

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

S U N A R Y O NIM

PENGARUH KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATAKULIAH AKUNTANSI BIAYA II MAHASISWA FKIP AKUNTANSI UMS ANGKATAN 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi serta mau bersaing dalam tantangan hidup. Akan tetapi sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang menentukan dalam pembinaan manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

SKRIPSI. Oleh: SUKARYATI NPM : P

BAB I PENDAHULUAN. beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat,

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

HUBUNGAN ANTARA KONDISI LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 DONOROJO TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN KEBIASAAN DISIPLIN DI SEKOLAH DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS III SD SE-GUGUS 4 KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

HUBUNGAN ANTARA DISIPLIN DIRI DENGAN SIKAP PEDULI SOSIAL SISWA DI SMPN 1 SANGGAR KAB. BIMA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, serta orang tua. Menurut Dimyati dan Mujiono (2006: 7),

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Negara (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003) informal dapat melalui keluarga dan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

KORELASI KEDISIPLINAN BELAJAR DI RUMAH DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SD NEGERI 19 BANDA ACEH. Abstrak

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh : ELY ERNAWATI A

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan bagi kehidupan manusia di era global seperti saat ini menjadi

Pengaruh Manajemen Kesiswaan terhadap Disiplin Belajar dalam Mewujudkan Prestasi Belajar Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang sangat terpenting bagi setiap individu, pendidikan

PENGARUH MANAJEMEN KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH TERHADAP KEDISIPLINAN GURU (Penelitian di MTs. Nurulhuda Cibojong, Cisurupan, Kabupaten Garut)

JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

UNIVERSITAS SEBELAS MARET NIM. K

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Hubungan Antara Pemberian Motivasi Belajar Dari Orangtua Dengan Prestasi Belajar IPS/ Sejarah Bagi Peserta Didik

PENGARUH KEDISIPLINAN SISWA DI SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA TEKNIK PENDINGIN

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR SISWA KELAS VIII-B SMP NEGERI I STABAT TERHADAP PEMBENTUKAN PERILAKU

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki agar dapat hidup bermasyarakat dan memaknai hidupnya dengan nilai-nilai pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diri sendiri dan tanpa tanggung jawab untuk keselamatan atau kebahagiaan dirinya

JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna. Memperoleh GelarSarjana Pendidikan (S.Pd.) Program Studi Bimbingan dan Konseling OLEH :

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi untuk mengukur kualitas keberhasilan dari proses pembelajaran yang

Pengaruh Tingkat Disiplin Dan Lingkungan Belajar Di Sekolah Terhadap Prestasi Belajar Siswa

PENGARUH MINAT BACA DI PERPUSTAKAAN PGSD TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA PGSD SEMESTER GENAP TAHUN 2014/2015

HUBUNGAN ANTARA DISIPILIN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 4 GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemakaian seragam sekolah terhadap siswa di dalam suatu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin mengglobal dan kompetitif memunculkan tantangan-tantangan

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQH (Penelitian di MA Hidayatul Faizien Bayongbong)

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

ABSTRAK Kata Kunci : Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Kepribadian Guru Ekonomi, Fasilitas Belajar dan Minat Belajar Ekonomi

HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR DI RUMAH PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KEBONAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

PENGARUH KEDISIPLINAN BELAJAR DAN BERFIKIR KRITIS SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 2 COLOMADU TAHUN AJARAN 2009/ 2010

Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Universitas Garut

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA DENGAN HASIL BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

Partono 1 Tri Minarni 2

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

ERFIANA RESTYA RAHMAWATI A

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia ke tengah-tengah persaingan global ialah dengan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. fungsi pendidikan nasional yang terdapat pada Undang Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

PENGARUH JAM BELAJAR MASYARAKAT DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI SD NEGERI 02 KALISORO TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. menempuh pendidikan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Manfaat Penelitian, (f) Penegasan Istilah. PASAL 1. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 14

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

Upaya Meningkatkan Karakter Siswa Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Sosiodrama

Dosen Prodi PPKn IKIP PGRI Madiun Dosen Prodi PPKn IKIP PGRI Madiun Mahasiswa Prodi PPKn IKIP PGRI Madiun. Soenarjo Siska Diana Sari Dwijayanto

BAB I PENDAHULUAN. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan education. diterjemahkan dengan tarbiyah yang berarti pendidikan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu

HUBUNGAN KEBIASAAN BELAJAR DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 27 BATAM

Transkripsi:

Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Universitas Garut ISSN: 1907-932X PENGARUH PENERAPAN SANKSI BERJENJANG TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA DI SDN MEKARWANGI I KECAMATAN CIHURIP KABUPATEN GARUT Novi Hernawati Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Universitas Garut Abstrak Keberhasilan pendidikan di sekolah salah satunya ditentukan oleh bagaimana guru dalam mendidik siswanya di sekolah. Kedisiplinan siswa sangat berperan penting dalam meningkatkan keberhasilan pendidikan. Dalam pelaksanaan tugas mendidik, guru memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan kedisiplinan siswa bukan hanya sekedar mengajar. Penelitian ini berjudul Pengaruh Penerapan Sanksi Berjenjang Terhadap Kedisiplinan Siswa di SDN Mekarwangi I Kecamatan Cihurip Kabupaten Garut. Realitas penerapan sanksi berjenjang di SDN Mekarwangi I Cihurip-Garut (Variabel X), berdasarkan hasil jawaban responden dari seluruh item yang diajukan menunjukkan intensitas yang tinggi, dengan hasil perolehan nilai parsial sebesar 3,44 dan prosentase rata-rata sebesar 82,1%. Realitas kedisiplinan siswa di SDN Mekarwangi I Cihurip-Garut (Variabel Y), berdasarkan hasil perhitungan atas jawaban responden dari seluruh item yang diajukan menunjukkan intensitas yang tinggi, dengan hasil perolehan nilai parsial sebesar 4,02 dan prosentase rata-rata sebesar 92,8%. Berdasarkan pengolahan dan analisis data melalui uji korelasional Variabel X (penerapan sanksi berjenjang) dengan Variabel Y (kedisiplinan siswa) diperoleh kejelasan dimana adanya korelasi yang cukup signifikan dari penerapan sanksi berjenjang di SDN Mekarwangi I (Variabel X) dengan kedisiplinan siswa di SDN Mekarwangi I (Variabel Y), dengan indeks koefisien 0,988. Adapun taraf pengaruh penerapan sanksi berjenjang terhadap kedisiplinan siswa memiliki pengaruh sebesar 10%, dan sisanya 90% menunjukkan faktor lain yang turut mempengaruhi kedisiplinan siswa di SDN Mekarwangi I Cihurip-Garut. Kata kunci : Kedisiplinan Siswa, Sanksi Berjenjang. 1 Pendahuluan Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat proses pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Rendahnya kualitas sumber daya pun akan menjadi batu sandungan bagi proses era globalisasi, karena era globalisasi merupakan era persaingan dalam segala lini kehidupan. Jika bangsa Indonesia ingin berkiprah dalam pencaturan global, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah menata dan meningkatkan mutu sumber daya manusia, baik dari aspek intelektual, spiritual, kreativitas, moral maupun rasa tanggung jawab. Penataan sumber daya tersebut perlu diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan melalui sistem pendidikan yang berkualitas pula, baik pada jalur pendidikan 10

Hernawati formal, informal, maupun non formal, mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi (Mulyasa 2004 : 4). Dalam Undang Undang No. 3 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 disebutkan, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskn kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang Undang Sisdiknas, 2006; 53). Kenyataan terjadi pada saat ini di lapangan, anak selalu kurang disiplin di sekolah, tidak membuat pekerjaan rumah, mencoret coret bangku, tidak biasa antre, pada saat upacara bendera tidak tertib, tidak berpakian dengan rapi, sering datang terlambat, menyerahkan tugas tidak tepat waktu, di dalam kelas selalu mengganggu teman, sering berkelahi, kurang hormat pada guru. Hal ini merupakan dasar dalam pembentukan watak dan kepribadian siswa. Kalau kebiasan ini tidak menemukan pemecahan masalahnya maka tujuan pendidikan nasional akan sulit terwujud. Berbagai faktor yang mempengaruhi anak kurang menunjukkan sikap tersebut, diantaranya lemahnya perhatian orang tua kepada anaknya dikarenakan orang tua selalu sibuk dengan urusan ekonomi, orang tua yang otoriter, keluarga yang broken home, pengaruh pergaulan di lingkungan sekitar anak, adanya perkembangan media elektronik, kurang demokratisnya pendekatan dari orang tua maupun guru yang ada di sekolah. Sehubungan dengan tujuan pendidikan yakni untuk mengembangkan potensi kognitif, sikap dan keterampilan peserta didik maka pendidik/tenaga kependidikan memikul tanggung jawab untuk membimbing, mengajar dan melatih murid atas dasar norma-norma yang berlaku baik norma agama, adat, hukum, ilmu dan kebiasaan-kebiasaan yang baik. Untuk mewujudkan tujuan itu perlu ditanamkan sikap disiplin, tanggung jawab, berani mawas diri, beriman dan lain-lain. Hukuman pun sering diterima siswa manakala mereka melanggar tata tertib yang telah disepakati. Hukuman itu dimaksudkan sebagai upaya mendisiplinkan siswa terhadap peraturan yang berlaku. Sebab, dengan sadar pendidik memegang prinsip bahwa disiplin itu merupakan kunci sukses hari depan. Apakah bentuk-bentuk hukuman bisa dikembangkan untuk mendisiplinkan siswa? Pertanyaan seperti inilah menjadi dilema bagi kaum pendidik dalam mengemban kewajiban dan tanggung jawabnya. Apabila sanksi hukuman sama sekali tidak diadakan niscaya perilaku siswa akan lebih semrawut. Maka bisa menduga-duga, ada penerapan hukuman saja siswa yang melanggar masih banyak, apalagi jika sanksi hukuman ditiadakan. Jika hukuman itu diadakan menuntut konsekuensi bagi para pendidik itu sendiri. Maksudnya, pendidik harus benar-benar bisa sebagai suri tauladan bagi anak didiknya. Penerapan aturan hukuman bagi para siswa yang melanggar tetapi tidak diikuti kedisiplinan pendidik, maka banyak siswa yang menyepelekan. Diharapkandengan diterapkannya sanksi berjenjang, kedisiplinan siswaakanmeningkat,dapat merubah sikap siswa dari kurang disiplin menjadi anak yang berdisiplin. 2 Kajian Pustaka Kata sanksi berjenjang dibagi menjadi dua yaitu sanksi dan berjenjang. Sanksi adalah hukuman, tindakan paksaan atau pelanggaran (Ramdhani, 2002 : 493). Sedangkan berjenjang adalah berasal dari kata jenjang atau janjang yang artinya tangga atau tingkat. Jadi berjenjang adalah bertingkat tingkat. Dengan demikian, sanksi berjenjang dapat diartikan hukuman, ganjaran yang bertingkat. www.journal.uniga.ac.id 11

Hernawati Jurnal Pendidikan Universitas Garut Dalam penelitian ini sanksi yang diberikan mulai yang paling ringan sampai pemanggilan orang tua siswa. Sanksi sanksi yang diberikan secara bertingkat yang diterapkan dalam batas sewajarnya atau mendidik agar pola dan tingkah laku siswa mau berubah kehal-hal yang lebih baik dan tidak sampai memberikan sanksi fisik yang menyebabkan siswa menderita secara fisik. Sanksi/Hukuman sebagai salah satu teknik pengelolaan kelas sebenarnya masih terus menjadi bahan perdebatan. Akan tetapi, apa pun alasannya, hukuman sebenarnya tetap diperlukan dalam keadaan sangat terpaksa, katakanlah semacam pintu darurat yang suatu saat mungkin diperlukan. Hukuman merupakan alat pendidikan represif, disebut juga alat pendidikan korektif, yaitu bertujuan untuk menyadarkan anak kembali kepada hal-hal yang benar dan/atau yang tertib. Alat pendidikan represif diadakan bila terjadi suatu perbuatan yang diangap bertentangan dengan peraturan-peraturan atau suatu perbuatan yang dianggap melanggar peraturan. Penguatan negatif dan penghapusan sebenarnya bernilai hukuman/sanksi juga. Menyajikan stimulus tidak menyenangkan dalam pemakaian teknik penguatan negatif maupun tidak memberikan penguatan yang diharapkan siswa dalam teknik penghapusan, pada dasarnya adalah hukuman/sanksi walaupun tidak langsung. Kalau penguatan negatif dan penghapusan dapat dikatakan hukuman/sanksi tidak langsung, maka yang dimaksud dengan hukuman di sini adalah hukuman langsung, dalam arti dapat dengan segera menghentikan tingkah laku siswa yang menyimpang. Dengan kata lain, hukuman/sanksi adalah penyajian stimulus tidak menyenangkan untuk menghilangkan dengan segera tingkah laku siswa yang tidak diharapkan. Yang termasuk alat pendidikan di antaranya ialah berupa hukuman/sanksi dan/atau ganjaran. Guru perlu menempuh prosedur yang berjenjang dalam mendidik dan menghukum anak saat dia melakukan kesalahan. Apabila pada suatu kali anak menyalahi perilaku terpuji, selayaknya pendidik tidak membongkar dan membeberkan kesalahan-kesalahannya itu. Mengungkapkan rahasianya itu mungkin akan membuatnya semakin berani melanggar. Jika anak mengulangi kesalahan yang sama, tegurlah dengan halus dan tunjukkan urgensi kesalahannya. Dalam rangka meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah, seorang guru harus menyatakan peraturan dan konsekuensinya bila siswa melanggarnya konsekuensi ini dilakukan secara bertahap dimulai dari peringatan, teguran, memberi tanda cek, disuruh menghadap Kepala Sekolah dan atau dilaporkan kepada orang tuanya tentang pelanggaran yan dilakukannya di sekolah, (Rohani dkk, 1991 : 131 ). Disiplin merupakan suatu cara yang digunakan oleh guru untuk mendidik dan membentuk perilaku siswa menjadi orang yang berguna dan berprestasi tinggi dalam bidang pelajaran. Ini dapat dilihat dari pengertian disiplin menurut Hurlock (2006 : 82) yaitu suatu cara masyarakat untuk mengajar anak perilaku moral yang disetujui kelompok. Tujuan seluruh disiplin adalah membentuk perilaku sedemikian rupa hingga ia akan sesuai dengan peran peran yang ditetapkan kelompok budaya, tempat individu itu diidentifikasinya. Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban (Prijodarminto, 1994: 23). Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah sikap individu yang terbentuk dari serangkaian perilaku yang menunjukkan ketaatan dan keteraturan berdasarkan acuan nilai moral. Menurut Rachman (1999) dalam Tu u (2004:32) menyatakan disiplin sebagai upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hatinya. 12 www.journal.uniga.ac.id

Hernawati Gordon (1996:3-4) membedakan kata disiplin dengan mendisiplin. Disiplin biasanya diartikan sebagai perilaku dan tata tertib yang sesuai dengan peraturan dan ketetapan, atau perilaku yang diperoleh dari pelatihan, seperti disiplin dalam kelas atau disiplin dalam tim bola basket yang baik. Sedangkan kata mendisiplin didefinisikan sebagai menciptakan keadaan tertib dan patuh dengan pelatihan dan pengawasan dan menghukum atau mengenakan denda, membetulkan, menghukum demi kebiasaan. Dari uraian pengertian disiplin di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud disiplin adalah perilaku seseorang yang sesuai dengan tata tertib atau aturan yang berlaku baik yang muncul dari kesadaran dirinya maupun karena adanya sanksi atau hukuman. Disiplin belajar siswa dapat diukur dengan dimensi dan indikator sebagaimana dikemukakan Hamalik (2004 :35) berikut : 1. Motivasi, meliputi self-motivation, dukungan keluarga, teman dan guru 2. Lingkungan belajar, meliputi suasana belajar dan fasilitas pendukung 3. Minat belajar, meliputi perilaku belajar dan antusiasme dalam belajar. Adapun hubungan antara sanksi berjenjang dengan disiplin siswa menurut Prijodarminto (2005 : 23) yaitu Disiplin merupakan suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Disiplin belajar pada siswa sangat diperlukan tingkat konsistensi dan kebiasaan yang teratur dalam kegiatan proses belajar mengajar karena dalam belajar membutuhkan beberapa faktor salah satu diantaranya adalah kebiasaan dalam disiplin belajar. Maka keterhubungan antara sanksi berjenjang terhadap kedisiplinan siswa atau antara variabel X terhadap variabel Y ialah bahwa sanksi berjenjang merupakan suatu hukuman yang bertahap dimulai dari teguran, peringatan, memberi tanda cek, disuruh menghadap kepala sekolah, sampai dengan pemanggilan orang tua. Dengan diberikan sanksi berjenjang terhadap siswa maka akan berpengaruh terhadap kedisiplinan siswa yaitu adanya motivasi dari guru, lingkungan belajar yang kondusif dan suasana belajar yang efektif, serta minat belajar siswa meningkat. 3 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan di SDN Mekarwangi I Kecamatan Cihurip Kabupaten Garut tahun pelajaran 2011/2012. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa di SDN Mekarwangi I Kecamatan Cihurip Kabupaten Garut yang berjumlah 234 siswa laki-laki dan perempuan, yang dijadikan sampel adalah siswa SDN Mekarwangi I Cihurip-Garut, diambil 10% dari jumlah populasi yang berjumlah 234 orang, sampelnya 23 orang. Hal ini didasarkan pada pendapat Arikunto (2003: 121-122). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey deskriptif dimana penulis melakukan penelitian ini dengan terjun ke lokasi penelitian untuk mengamati fenomena yang sedang terjadi dan bersifat aktual. Menurut Sudjana (2002: 64) penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang dengan perkataan lain, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memutuskan perhatian kepada masalah-masalah yang aktual sebagaimana adanya saat penelitian dilaksanakan. www.journal.uniga.ac.id 13

Hernawati Jurnal Pendidikan Universitas Garut 4 Hasil Dan Pembahasan Peningkatan kedisiplinan siswa yang dilakukan tak lepas dari alat atau aturan yang dijalankan guru dalam menerapkan kedisiplinan pada siswa. Karena peningkatan kedisiplinan siswa harus didasarkan pada adanya sanksi atau hukuman yang berlaku di sekolah. Agar mengetahui pengaruh penerapan sanksi berjenjang terhadap kedisiplinan siswa SDN Mekarwangi I Kecamatan Cihurip Kabupaten Garut, penulis melakukan pengamatan langsung dengan terjun kelokasi dengan cara menggunakan teknik wawancara kepada guru dan membagikan angket kepada 23 orang siswa yang dijadikan sampel dalam penelitian tersebut.realitas penerapan sanksi berjenjang di SDN Mekarwangi I Cihurip Garut (variabel X), dalam pengelolaan dan analisis data atas angket yang menitikberatkan kepada proses penerapan sanksi berjenjang di sekolah tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan melalui teknik pentabulasian atas jawaban responden dari seluruh item yang diajukan menunjukkan intensitas yang tinggi, dengan hasil perolehan nilai parsial sebesar 3,44 dan prosentase rata-rata sebesar 82,1%. Realitas Kedisiplinan siswa di SDN Mekarwangi I Cihurip Garut (variabel Y), dalam pengolahan dan analisis data atas angket yang menitikberatkan kepada proses kedisiplinan siswa di sekolah tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan melalui teknik pentabulasian atas jawaban responden dari seluruh item yang diajukan menunjukkan intensitas yang tinggi, dengan hasil perolehan nilai parsial sebesar 4,02 dan prosentase rata-rata sebesar 92,8%. Adapun koefisien korelasi yang ditemukan sebesar 0.988 termasuk pada kategori sangat kuat. Jadi terdapat hubungan yang sangat kuat antara penerapan sanksi berjenjang (Variabel X) terhadap kedisiplinan siswa (Variabel Y). Hubungan tersebut baru berlaku untuk sampel yang 23 orang tersebut. Untuk menguji signifikansi hubungan, yaitu apakah hubungan yang ditemukan itu berlaku untuk seluruh populasi yang berjumlah 234 orang, maka perlu diuji signifikansinya. Yang digunakan Rumus uji signifikansi product moment Maka dilihat tabel t 0,975 di titik 21 maka jatuh pada t tabel = 2,080 t hitung t tabel (29,39 2,080) artinya ada hubungan yang signifikan antara variabel X dan variabel Y. Pengujian hipotesis dengan ketentuan sebagai berikut : Hipotesis diterima jika t hitung lebih besar dari t tabel, dan hipotesis ditolak jika t hitung lebih kecil dari t tabel. Dengan demikian, setelah melihat hasil perhitungan diperoleh bahwa t hitung (29,39) lebih besar dari t tabel (2,080), sehingga hipotesis yang diajukan diterima dan hipotesis nol (H o) tidak ada pengaruh antara penerapan sanksi berjenjang terhadap kedisiplinan siswa di SDN Mekarwangi I Cihurip-Garut ditolak. 5 Uji Pengaruh Variabel X terhadap Variabel Y Untuk mengetahui besar kecilnya pengaruh antara variabel X dan variabel Y, dapat dicari dengan perhitungan sebagai berikut : K = 1 r² = 1 0,988 = 0,012 = 0,10 Setelah itu dilakukan perhitungan untuk mengetahui berapa prosentase tinggi rendahnya penerapan sanksi berjenjang terhadap kedisiplinan siswa di SDN Mekarwangi I Cihurip-Garut dengan menggunakan rumus: E = 100 (1 - K) 14 www.journal.uniga.ac.id

Hernawati = 100 ( 1 0,10) = 100. 0,10 = 10% Berdasarkan hasil perhitungan di atas jelaslah bahwa penerapan sanksi berjenjang mempunyai pengaruh terhadap kedisiplinan siswa sebesar 10%, dan masih ada 90% faktor lain yang mempengaruhi kinerja guru di SDN Mekarwangi I Cihurip - Garut yang tidak dimasukan pada model penelitian. 6 Kesimpulan Realitas penerapan sanksi berjenjang di SDN Mekarwangi I Cihurip Garut (variabel X), dalam pengelolaan dan analisis data atas angket yang menitikberatkan kepada proses penerapan sanksi berjenjang di sekolah tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan melalui teknik pentabulasian atas jawaban responden dari seluruh item yang diajukan menunjukkan intensitas yang tinggi, dengan hasil perolehan nilai parsial sebesar 3,44 dan prosentase rata-rata sebesar 82,1%. Realitas Kedisiplinan siswa di SDN Mekarwangi I Cihurip Garut (variabel Y), dalam pengolahan dan analisis data atas angket yang menitikberatkan kepada proses kedisiplinan siswa di sekolah tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan melalui teknik pentabulasian atas jawaban responden dari seluruh item yang diajukan menunjukkan intensitas yang tinggi, dengan hasil perolehan nilai parsial sebesar 4,02 dan prosentase rata-rata sebesar 92,8%. Berdasarkan analisis data yang menggunakan teknik penghitungan statistik melalui uji korelasi Variabel X dan Variabel Y diperoleh kejelasan dimana adanya korelasi yang cukup signifikan dari pengaruh penerapan sanksi berjenjang di SDN Mekarwangi I (Variabel X) terhadap kedisiplinan siswa di SDN Mekarwangi I (Variabel Y) dengan indeks koefisien 0,988 yang menandakan bahwa antara variabel X dan variabel Y mempunyai korelasi sangat kuat, maka Ho ditolak dan Hi diterima yaitu ada pengaruh antara penerapan sanksi berjenjang terhadap kedisiplinan siswa. Adapun taraf signifikansi penarapan sanksi berjenjang terhadap kedisiplinan siswa memiliki pengaruh sebesar 10%, dan sisanya 90% menunjukkan faktor lain yang turut mempengaruhi kedisiplinan siswa di SDN Mekarwangi I Cihurip-Garut. Daftar Pustaka Ahmad Rohani, HM, dkk. 1991. Pengelolaan Pengajaran, Rineka Cipta, Jakarta. Azwar. 2000. Belajar Mudah Penelitian. Bandung : ALFABETA Gordon. 1996. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rodakarya Hamalik, Oemar. 2004. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Bumi Aksara, Jakarta. Indrakusuma, A.D. (1973). Pengantar Ilmu Pengetahuan. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Malang. Mulyasa. E. 2004. Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan, Bandung, CV. Geger Sunten. Safari.2003. Evaluasi Pembelajaran, Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Pendasmen, Direktorat Tenaga Kependidikan. Sagala, Syaiful. 2004. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Alfabeta, Bandung. Sofiyah, Ramdhani ES.2002. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, KaryaAgung, Surabaya. Soejono. (1980). Pendahuluan Ilmu Pendidikan Umum. Bandung: CV. Ilmu. www.journal.uniga.ac.id 15

Hernawati Jurnal Pendidikan Universitas Garut Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Sudjana, Nana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja RosdaKarya Sukandar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Karya Suwarno. (1981). Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakrta: PT. Rineka Cipta. Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas No.20 Thn 2003), Asa Mandiri. 16 www.journal.uniga.ac.id