BAB 6 PENUTUP 6.1 Kesimpulan Penelitian mengenai profesionalitas aparatur pemerintah Dinas Pendidikan Kabupaten Tulungagung dalam implementasi kebijakan sertifikasi guru diperoleh melalui pengkajian beberapa aspek antara lain kualifikasi, responsibilitas, transparansi, dan responsivitas. Hasil penelitiannya dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Kualifikasi aparatur Dinas Pendidikan Kabupaten Tulungagung dalam pelaksanaan sertifikasi guru terbilang kurang. Sebagian guru mengalami keterlambatan dalam mengikuti UKG dikarenakan adanya kendala teknis pada saat pelaksanaan ujian. Aparat tidak menunjukkan kapasitasnya dalam mempersiapkan pelaksanaan UKG. Syarat pengajuan NUPTK yang pada mulanya adalah minimal 2 tahun mengajar diubah menjadi minimal 5 tahun mengajar, aparat tidak memberikan informasi maupun upaya sosialisasi mengenai hal tersebut sehingga guru merasa kebingungan. Disini terlihat bahwa aparat tidak cukup kompeten dalam mempersiapkan pelaksanaan sertifikasi dan melayani kebutuhan informasi bagi peserta sertifikasi. 2. Responsibilitas aparatur Dinas Pendidikan Kabupaten Tulungagung dalam pelaksanaan sertifikasi guru terbilang buruk. 95
Terjadi suatu tindak pelanggaran dilakukan oleh aparat terhadap peraturan perundangan-undangan yakni adanya pungutan liar (pungli) terhadap guru penerima tunjangan sertifikasi. Diakui oleh guru bahwa aparat dari Cabang Dinas Pendidikan meminta uang sebesar Rp 200.000,00 apabila tunjangan profesional cair. Namun tindakan aparat ini tidak mendapat sanksi atau teguran dari Dinas Pendidikan dikarenakan tidak adanya upaya guru sebagai korban pungutan liar untuk memprotes tindak pelanggaran tersebut. Pihak Dinas Pendidikan tidak merasa perlu untuk mengusut permasalahan tersebut selama belum ada laporan dari guru yang menjadi korban pungutan liar. 3. Transparansi aparat Dinas Pendidikan Kabupaten Tulungagung dalam pelaksanaan sertifikasi guru dapat dikatakan kurang. Diakui bahwa penggunaan anggaran untuk pelaksanaan sertifikasi dilaporkan melalui SPJ yang dibuat setiap bulan tanpa ada keterlambatan. Akan tetapi aparat tidak bersedia menunjukkan secara detail laporan pertanggungjawaban anggaran yang digunakan untuk pelaksanaan sertifikasi dengan berbagai alasan. Dinas Pendidikan juga tidak menyediakan sarana lain untuk mengakses informasi terkait anggaran yang digunakan sebagai biaya operasional sertifikasi. Padahal dana tersebut bersumber dari APBD Kabupaten Tulungagung yang sudah sepatutnya publik 96
mempunyai berhak tahu dan ikut serta dalam mengawasi penggunaannya. 4. Responsivitas aparatur Dinas Pendidikan Kabupaten Tulungagung dalam pelaksanaan sertifikasi terbilang cukup. Diakui oleh wali murid bahwa kebijakan sertifikasi guru merupakan suatu langkah maju yang dapat meningkatkan kualitas mengajar guru. Melalui sertifikasi, guru diberikan pembelajaran dan pelatihan yang kemudian diterapkan di kelas sehingga dapat menjadikan proses belajar mengajar lebih menarik. Ini diharapkan akan berdampak pada peningkatan prestasi murid. Namun, dari pihak guru tampaknya tidak sepenuhnya diartikan demikian karena keinginan untuk mendapatkan tambahan penghasilan yang justru lebih menonjol. Meskipun demikian, tidak semua guru berhak mendapatkan tunjangan profesi, hanya guru yang telah memenuhi persyaratan tertentu serta berhasil lulus ujian dalam proses sertifikasi. Kebijakan sertifikasi nyatanya memang bermanfaat dalam membantu perekonomian guru. Artinya sertifikasi telah menjawab kebutuhan guru terkait pengakuan profesionalitas guru dan adanya tambahan penghasilan melalui pembayaran tunjangan profesional. Yang masih perlu dipertegas adalah pengertian bahwa sertifikasi bukanlah semata-mata terkait tunjangan profesional melainkan lebih kepada peningkatan kualitas mengajar dari guru itu sendiri. 97
6.2 Saran Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah dipaparkan sebelumnya, peneliti memiliki beberapa saran sebagai berikut : 1. Aparat Dinas Pendidikan Kabupaten Tulungagung harus lebih aktif menjalin komunikasi dengan pusat untuk mempersiapkan kebutuhan sertifikasi, khususnya pada saat pelaksanaan UKG. Persiapan UKG harus dilakukan lebih awal. Aparat harus berkoordinasi dengan pusat terkait pendistribusian soal-soal UKG agar tidak terjadi keterlambatan. Dan mengenai perubahan syarat pengajuan NUPTK, aparat harus lebih tanggap terhadap perubahan kebijakan yang terjadi secara mendadak. Ketika pusat memutuskan adanya perubahan syarat dalam pengajuan NUPTK, maka aparat Dinas Pendidikan harus segera mensosialisasikannya kepada guru peserta sertifikasi agar tidak terjadi kebingungan. 2. Aparatur Dinas Pendidikan Kabupaten Tulungagung harus bertindak cepat dalam mengusut pelaku pungutan liar kepada guru penerima tunjangan profesi tanpa harus menunggu adanya laporan. Guru sudah menyampaikan keluhan terkait adanya pungutan liar kepada publik bahkan sudah sejak lama, akan tetapi memang tidak ada pengaduan secara resmi kepada pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Tulungagung. Aparat harus mempunyai insiatif untuk mengusut pelaku pungutan liar tersebut dan memberikan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 98
3. Aparat Dinas Pendidikan Kabupaten Tulungagung harus memberikan kemudahan kepada publik untuk dapat mengakses informasi terkait pelaksanaan sertifikasi guru. Khususnya mengenai alokasi dana APBD yang digunakan untuk membiayai operasional pelaksanaan sertifikasi guru di Kabupaten Tulungagung. Salah satu cara yang dapat dilakukan aparat adalah memanfaatkan website resmi Dinas Pendidikan Kabupaten Tulungagung untuk memberikan update seputar proses sertifikasi guru di Kabupaten Tulungagung. Termasuk memberikan informasi mengenai alokasi anggaran yang digunakan untuk biaya operasional pelaksanaan sertifikasi. Aparat Dinas Pendidikan (aparat di tingkat kabupaten/kota) harus lebih terbuka kepada publik agar publik dapat ikut serta mengawal jalannya proses sertifikasi sehingga kemungkinan adanya tindakan pelanggaran dapat diminimalkan. 4. Aparat Dinas Pendidikan Kabupaten Tulungagung harus berperan dalam menjadikan kebijakan sertifikasi sebagai kebijakan yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat, khususnya kebutuhan guru dan anak didiknya. Aparat harus berupaya mempertegas kepada guru-guru bahwa tujuan sertifikasi adalah peningkatan kualitas guru, bukan sekedar mendapatkan tambahan penghasilan. Artinya, guru yang berhak disertifikasi adalah guru yang benarbenar memenuhi segala persyaratan dan kriteria tertentu. Apabila 99
tidak memenuhi syarat dan kriteria guru profesional maka tidak perlu diluluskan. Tidak boleh ada manipulasi data, nilai, kongkalikong dengan aparat, dan sebagainya. Dengan demikian, hasil yang dapat dicapai dari kebijakan sertifikasi ini adalah keberadaan guru yang benar-benar profesional sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat. Oleh karena itu, kebijakan sertifikasi perlu dipertahankan dan diteruskan dalam jangka panjang disertai dengan upaya-upaya perbaikan tersebut. 100