BAB I PENDAHULUAN. yang baik. Perencanaan berfungsi sebagai alat koordinasi antar lembaga pemerintahan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN. dengan laju pertumbuhan ekonomi wilayah itu sendiri, oleh sebab itu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan terutama

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah melakukan upaya yang berfokus pada peran serta rakyat dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. miskin mulai dari awal peradaban hingga sekarang ini. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan sebuah upaya atau proses untuk melakukan

dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2011). pemerataan, akan terjadi Ketimpangan wilayah (regional disparity), terlihat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir

BAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. menyedihkan dalam kehidupan seseorang. Banyak orang mengandalkan

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kemiskinan. Berdasarkan tujuan pembangunan Millennium

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. bermartabat. Kemiskinan menurut PBB didefenisikan sebagai kondisi di mana

BAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

BAB I PENDAHULUAN. perbedaaan kondisi demografi yang terdapat pada daerah masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu yang dapat menjadi acuan dalam mengukur keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat berkaitan erat dengan peningkatan kualitas dan. buatan serta sumberdaya sosial (Maulidyah, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam bangsa, yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam konteks bernegara, pembangunan diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. GDP baik secara keseluruhan maupun per kapita. Tujuan dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja, meratakan pendapatan dan meningkatkan hubungan antara daerah.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional dapat dikatakan berhasil apabila

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi banyak dilakukan di beberapa daerah dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan adalah masalah bagi negara-negara di dunia terutama pada negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dan infrastruktur dasra, gender, dan lokasi geografis. kemiskinan tidak hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Kesempatan kerja merupakan salah satu indikator pembangunan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. (disparity) terjadi pada aspek pendapatan, spasial dan sektoral. Golongan kaya

I. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk mencapai social welfare (kemakmuran bersama) serta

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut. Sehubungan dengan arah pembangunan nasional, maka pada

BAB I PENDAHULUAN. berkembang maupun negara maju, meskipun telah terjadi perbaikan-perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan kesehatan. Dari sudut pandang politik, ini terlihat bagaimana. kesehatan yang memadai untuk seluruh masyarakat.

Judul : Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengangguran, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kemiskinan di Provinsi Bali Nama : Ita Aristina NIM :

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan penggunaan waktu (Boediono, 1999). pada intinya PDB merupakan nilai moneter dari seluruh produksi barang jadi

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1 Butir 7 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai

BAB I PENDAHULUAN. nasionalnya memiliki satu tujuan yaitu memajukan kesejahteraan umum.

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari

BAB I PENDAHULUAN. penanganan yang tepat agar dapat segera teratasi. Indonesia merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. lebih tinggi. Di lain segi istilah tersebut bertujuan untuk menggambarkan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama

I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

BAB I PENDAHULUAN. Problema kemiskinan terus menjadi masalah besar sepanjang sejarah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan utama dari pembangunan ekonomi adalah terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan dari pembangunan, namun pada

BAB I PENDAHULUAN. dibahas adalah masalah kemiskinan. Baik di negara maju atau negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa waktu terakhir, pemerintah telah menerapkan sistem. pembangunan dengan fokus pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan tingkat

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah kenyataan fisik sekaligus keadaan mental (state

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. antar daerah dan struktur perekonomian yang seimbang (Sukirno, 2005).

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan

ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah pembangunan Indonesia seutuhnya. Kemiskinan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah itu sendiri maupun pemerintah pusat. Setiap Negara akan

BAB I PENDAHULUAN. serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). Salah satu indikator kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi dan sulit

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dalam struktur dan corak kegiatan ekonomi. 1. perkembangan ekonomi dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah. Sumber daya alam nantinya dapat digunakan sebagai pendukung

BAB I PENDAHULUAN. dikelompokkan kedalam kegiatan memproduksi barang dan jasa. Unit-unit

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu negara tidak terlepas dari proses perencanaan yang baik. Perencanaan berfungsi sebagai alat koordinasi antar lembaga pemerintahan untuk menghasilkan dokumen perencanaan dan untuk mecapai tujuan pembangunan. Perencanaan memiliki peran penting dalam proses pembangunan yaitu sebagai arahan untuk berjalan menuju tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan pembangunan sendiri dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan menuju ke arah yang lebih baik dan dilakukan secara terus menerus untuk mencapai tujuan pembangunan. Indonesia memiliki tujuan pembangunan yakni mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, berdaya saing, maju dan sejahtera. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah Indonesia telah berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di masing masing daerahnya melalui berbagai program dan kegiatan yang tertuang dalam dokumen perencanaan jangka panjang dan jangka pendek. Dokumen perencanaan nasional tersebut yang kemudian dijadikan acuan dalam penyusunan dokumen perencanaan masing-masing daerah untuk memajukan daerahnya. Oleh karena itu salah satu indikator utama keberhasilan pembangunan nasional adalah penurunan laju penduduk miskin di Indonesia. Efektivitas dalam menurunkan jumlah penduduk miskin merupakan pertumbuhan utama dalam memilih strategi atau instrument pembangunan. Hal ini berarti salah satu 1

kriteria utama sektor andalan pembangunan nasional adalah efektivitas dalam menurunkan jumlah penduduk miskin. Kemiskinan saat ini seakan telah menjadi komoditi yang sexy untuk diperbincangkan dan sangat laku dijadikan jargon politik dalam setiap kampanye. (dpr.go.id). Diharapkan, sesuai dengan hakikatnya yang bersifat multidimensi, penanganan kemiskinan tidak hanya berhenti pada tatatanan wacana saja tetapi juga solusi dalam pengentasan masalah kemiskinan. Seperti yang kita tahu, tingkat kemiskinan di Indonesia masih sangat tinggi. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2011 2015 dapat dilihat dari grafik di bawah ini. 13,00 12,50 12,49 12,00 11,50 11,00 10,50 11,66 11,47 10,96 11,13 10,00 2011 2012 2013 2014 2015 Grafik 1. Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia tahun 2011-2015 Sumber: BPS (2017) Data Diolah Jumlah penduduk miskin di Indonesia tahun 2011-2015 mengalami penurunan. Tetapi pada tahun 2015 kembali naik karena adanya kebijakan pemerintah menaikkan 2

harga BBM bersubsidi. Kenaikan BBM yang umumnya disusul dengan meroketnya berbagai harga kebutuhan termasuk juga ongkos transportasi sedikit banyak berpengaruh terhadap angka kemiskinan. Inflasi tinggi bisa menarik lagi masyarakat yang sebelumnya telah keluar dari garis kemiskinan kembali masuk ke garis kemiskinan. Kondisi kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah tidak jauh berbeda dengan kondisi kemiskinan nasional. Jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan kondisi kemiskinan provinsi lain di Pulau Jawa, bahkan dapat dikatakan bahwa kemiskinan di Jawa Tengah tertinggi kedua setelah Provinsi DIY. Apabila dilihat dari grafik di bawah ini, baik Provinsi DIY maupun Jawa Tengah mengalami penurunan tingkat kemiskinan setiap tahunnya mulai dari tahun 2011 hingga 2015. Namun, apabila dilihat dari tingkat penurunannya DIY memiliki penurunan tingkat kemiskinan yang lenih besar dari Jawa Tengah yakni sebesar yakni sebesar 2,92 persen. Sedangkan Provinsi Jawa Tengah hanya sebesar 2,44 persen saja. 18,00 16,00 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 15,76 16,08 15,88 14,98 14,23 14,44 15,03 14,5513,16 13,08 13,58 12,73 13,32 12,28 12,28 10,65 9,89 9,61 9,18 9,57 6,32 5,71 5,89 5,51 5,75 3,75 3,70 3,72 4,09 3,61 2011 2012 2013 2014 2015 Jawa Timur Jawa Tengah DKI Jakarta Jawa Barat Banten DIY Grafik 2. Jumlah Penduduk Miskin di Pulau Jawa Tahun 2011-2015 Sumber: BPS (2017) Data Diolah 3

Baik pemerintah pusat dan daerah telah melakukan berbagai upaya untuk menurunkan angka kemiskinan dengan melaksanakan berbagai program dan kegiatan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasioanl (RPJMN) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Namun, kebijakankebijakan yang telah dilaksanakan belum menampakkan hasil yang optimal dalam menurunkan jumlah penduduk miskin. Hasil dari upaya penanggulangan kemsikinan di Provinsi Jawa Tengah sedikit menampakkan hasil prositif. Hal ini terlihat dari penurunan tingkat kemiskinan tahun 2011-2015. 16,00 15,50 15,76 15,00 14,50 14,00 13,50 13,00 12,50 14,98 14,44 13,58 13,32 12,00 2011 2012 2013 2014 2015 Grafik 3. Tingkat Kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015 Sumber: BPS (2017) Data Diolah Dari grafik dapat dilihat bahwa persentase penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah memiliki kecenderungan penurunan jumlah penduduk miskin. Pada periode tahun 2011 hingga 2015, jumlah penduduk miskin menurun sebesar 817 ribu jiwa yaitu dari 5317 juta jiwa pada tahun 2011 menjadi 4506 juta jiwa pada tahun 2015. Sementara persentase penduduk miskin menurun dari 15,72 % menjadi 13,52 % pada 4

periode yang sama. Bahkan persentase jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah mengalami penurunan setiap tahunnya dari tahun 2011-2015. Pada tahun 2012 jumlah penduduk miskin mengalami penurunan sebesar 365 ribu jiwa atau sekitar 0,78 persen. Pada tahun 2013 jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah juga mengalami penurunan yaitu sebesar 141 ribu jiwa atau sekitar 0,54 % dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 jumlah penduduk miskin mengalami penurunan sebesar 249 ribu jiwa atau sekitar 0,86 %. Pada tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 56 ribu jiwa dari tahun sebelumnya atau sekitar 0,26 %. 18,00 16,00 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 15,76 14,98 14,44 13,58 13,32 12,49 11,66 11,47 10,96 11,13 2011 2012 2013 2014 2015 Jawa Tengah Nasional Grafik 4. Tingkat Kemiskinan di Indonesia dan Jawa Tengah Tahun 2011-2015 Sumber: BPS (2017) Data Diolah Berdasarkan grafik di atas, Provinsi Jawa Tengah memiliki tingkat kemiskinan yang lebih tinggi dari tingkat kemiskinan di Indonesia. Hal tersebut tentu menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk menanggulangi kemsikinan yang semakin tinggi setiap tahunnya di Provinsi Jawa Tengah. Bahkan, kemiskinan merupakan isu strategis dan mendapatkan prioritas utama untuk ditangani. 5

Hal ini dapat dilihat bahwa pemerintah Provinsi Jawa Tengah menjadikan penurunan kemiskinan sebagai isu strategis dan prioritas utama untuk ditangani yang tercantu dalam perencanaan pembangunan jangka panjang daerah (RPJPD) Jawa Tengah periode 2005-2025. Kemiskinan erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi suatu daerah, di mana pertumbuhan ekonomi merupakan kunci utama penurunan kemiskinan suatu wilayah. Dengan pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat di masing-masing provinsi mengindikasikan bahwa pemerintah mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, sehingga dapat mengurangi tingkat kemiskinan. Kemiskinan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pengangguran dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) saja. Melainkan juga dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu daerah. PDRB merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi pertumbuhan ekonomi suatu daerah dalam waktu tertentu. Di mana PDRB adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Semakin tinggi PDRB yang dihasilkan oleh suatu daerah, maka semmakin tinggi pula potensi sumber penerimaan daerah tersebut. Pertumbuhan ekonomi merupakan tema sentral dalam kehidupan ekonomi negara-negara di dunia belakangan ini. Negara-negara yang kemiskinannya paling banyak berkurang cenderung telah mengalami pertumbuha berkelanjutan pada saat yang sama, pertumbuhan ekonomi tidak menjamin pengurangan kemiskinan. Namun, pemerintah di berbagai negara telah berupaya menurunkan semaksimal mungkin untuk meingkatkan pertumbuhan ekonomi negaranya. Berhasil atau tidaknya kinerja 6

pemerintah di berbagai negara dunia sering dinilai berdasarkan tinggi rendahnya output dan pendapatan nasional. Grafik di bawah ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dari yang semula pada tahun 2011 sebesar 658.003.645 menjadi 805.839.821 pada tahun 2015. 5,80 5,60 5,40 5,20 5,00 4,80 5,58 4,93 5,24 5,05 5,56 4,60 2011 2012 2013 2014 2015 Grafik 5. PDRB di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015 Sumber: BPS (2017) Data Diolah Persentase Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Jawa Tengah mengalami fluktuasi. Pada tahun 2012 persentase lajr pertumbuhan PDRB di Provinsi Jawa Tengah mengalami penurunan sebesar 0,65 persen dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2013 kembali meningkat sebesar 0,31 persen. Namun pada tahun 2014 kembali turun sebesar 0,19 persen. Pada tahun 2015 kembali naik dengan persentase tahun sebelumnya yakni sebesar 0,51 persen. PDRB di Provinsi Jawa Tengah berada diurutan kedua setelah Provinsi DIY yang memiliki PDRB terendah di Pulau Jawa. Hal tersebut dibuktikan dengan grafik di bawah ini. 7

650876,58 119938,57 109551,92 105160,59 155441,28 143788,45 DKI JAKARTA JAWA BARAT JAWA TENGAH DI YOGYAKARTA JAWA TIMUR BANTEN Grafik 6. PDRB di Pulau Jawa Tahun 2011 2015 (dalam ribuan) Sumber: BPS (2017) Data Diolah Berdasarkan grafik di atas, jumlah PDRB tertinggi adalah Provinsi DKI Jakarta yaitu sebesar 650876,58 kemudian diikuti Provinsi Jawa Timur dengan angka 155441,28, ketiga ditempati Provinsi Jawa Berat dengan perolehan sebesar 119938,57, kemudian Provinsi Banten sebesar 143788,45, posisi kelima ditempati Provnsi Jawa Tengah yaitu sebesar 109551,92 dan yang terakhir Provinsi DIY sebesar 105160,59. Pada dasarnya, pembangunan daerah tidak hanya memusatkan perhatian pada pertumbuhan ekonomi saja. Tetapi juga keadaan tingkat kemiskinan yang tercipta dari suatu pembangunan tersebut. Bahkan sampai akhir tahun 1960, para ahli ekonomi mempercayai cara terbaik untuk mengejar keterbelakangan ekonomi adalah dengan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi setinggi-tingginya. Sehingga dengan cara tersebut pendapatan perkapitan suatu daerah dapat meningkat sehingga otomatis terjadi pula peningkatan kesejahteraan masyarakat daerah tersebut. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) juga sangat penting dikarenakan PDRB merupakan ekspansi dari kapasitas untuk memproduksi barang dan jasa dari 8

suatu perekonomian atau ekspansi memproduksi suatu perekonomian. PDRB adalah nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian di satu daerah pada periode tertentu. PDRB Juga digunakan untuk menilai pertumbuhan ekonomi daerah yang dapat digunakan sebagai acuan dalam mensejahterakan masyarakat terutama dalam menurunkan jumlah atau persentase penduduk miskin suatu daerah. Maka dari itu PDRB merupakan variabel yang sangat penting dalam penurunan jumlah penduduk miskin. Selain kemiskinan, jumlah penduduk juga merupakan masalah yang kompleks dalam pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Karena pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dapat menghambat pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi jumlah penduduk, maka semakin tinggi pula jumlah pengangguran yang tercipta. Sehingga akan menambah jumlah kemiskinan suatu daerah. Seperti yang kita tahu, bahwa semakin tinggi tingkat pengangguran maka semakin tinggi pula tingkat kemsikinan. Karena kemiskinan dan pengangguran memiliki keterkaitan yang hingga saat ini masih sulit untuk diatasi. Meningkatnya, angka pertumbuhan penduduk terutama diakibatkan oleh penurunan tingkat kematian dan juga karena tingkat kelahiran yang meningkat perlahan. (Todaro). Melihat masih tingginya persentase penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah, dapat dipastikan bahwa sebagian besar penduduk di Provinsi Jawa Tengah masih berada di bawah garis kemsikinan. 9

20,40 20,30 20,20 20,10 20,00 19,90 19,80 19,70 19,60 19,50 19,40 19,30 20,31 20,16 20,00 19,84 19,68 2011 2012 2013 2014 2015 Grafik 7. Jumlah Penduduk di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015 Sumber: BPS (2017) Data Diolah Berdasarkan dari grafik di atas, bahwa jumlah penduduk di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2015 cukup tinggi dan mengalami kenaikan setiap tahunnya yang berbanding terbalik dengan persentase jumah penduduk miskin yang justru mengalami penurunan setiap tahunnya. Pada tahun 2011 jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah sebanyak 33.744.141 jiwa dan meningkat pada tahun 2015 yakni sebanyak 35.725.378 jiwa. Meningkatnya jumlah penduduk tidak hanya berpengaruh terhadap kemiskinan saja, namun juga berdampak buruk pada supply bahan pangan. Namun pertambahan jumlah penduduk juga berdampak baik terhadap PDRB, karena penduduk merupakan pelaku utama dalam menjalankan sektor-sektor yang ada pada PDRB. 1.2 Rumusan Masalah Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dihadapi negera berkembang, tidak terkecuali Indonesia. Tingginya angka kemiskinan di Indonesia dipengaruhi oleh 10

beberapa faktor diantaranya pengangguran, IPM, jumlah penduduk, dan jumlah PDRB perprovinsi. Banyak sekali dampak negatif yang ditimbulkan karena kemiskinan. Tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah masih cukup tinggi. Walaupun dapat dikatakan bahwa pada tahun 2011 hingga tahun 2015 mengalami penurunan. Dari 15,76 persen pada tahun 2011 menjadi 13,32 persen pada tahun 2015. Tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah masih berada di posisi kedua setelah Provinsi DIY yang memiliki tingkat kemsikinan tertinggi di Pulau Jawa. Apabila dilihat dari laju tingkat kemiskinannya, Provinsi DIY dan Provinsi Jawa Tengah mengalami penurunan. Bahkan apabila dibandingkan antara Provinsi DIY dan Jawa Tengah dari tahun 2011 2015, Provinsi DIY memiliki persentase penurunan tingkat kemiskinan yang lebih tinggi dari Provinsi Jawa Tengah yakni sebesar 2,92 persen. Sedangkan Provinsi Jawa Tengah hanya sebesar 2,44 persen saja. Besarnya angka kemiskinan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jumlah penduduk, PDRB, IPM, pendidikan dan pengangguran. Berdasarkan penelitian terdahulu mengenai bahasan yang sama yakni tingkat kemiskinan dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Didapatkan hasil bahwa tingkat kemiskinan dipengaruhi oleh jumlah penduduk, PDRB, IPM, pendidikan dan pengangguran. PDRB merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi. Apabila PDRB pada suatu daerah mengalami peningkatan setiap tahunnya, maka pendapatan daerah tersebut akan meningkat yang diharapkan dapat menyebar secara merata kepada seluruh masyarakat agar semua masyarakat menikmati hasil-hasilnya. Dan diharapkan kesejahteraan masyarakat juga meningkat di mana hal tersebut dapat menurunkan 11

tingkat kemiskinan suatu daerah. Kondisi PDRB di Provinsi Jawa Tengah mengalami fluktuatif dan merupakan provinsi dengan jumlah PDRB terendah kedua setelah Provinsi DIY. Jumlah penduduk merupakan salah satu faktor penyebab kemiskinan. Karena pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali akan menyebabkan tidak tercapainya tujuan pembangunan ekonomi yaitu menekan angka kemiskinan. Jumlah penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya, dapat menjadi beban pemerintah yakni semakin banyak terciptanya pengangguran. Di mana pengangguran merupakan faktor utama penyebab tingginya tingkat kemiskinan di suatu daerah. Melihat dari tingginya jumlah penduduk yang mengalami kenaikan setiap tahunnya dan diiikuti tingginya angka kemiskinan dapat disimpulkan bahwa sebagian besar penduduk Jawa Tengah masih berada di bawah garis kemiskinan. Jumlah penduduk di Provinsi Jawa Tengah meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan latar belakang di atas dirumuskan permasalahan apakah ada pengaruh antara Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Jumlah Penduduk terhadap Tingkat Kemiskinan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2015. 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah. 12

2. Menganalisis pengaruh jumlah penduduk terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah. 1.4 Manfaat Penulisan Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca maupun yang berkaitan langsung dengan penelitian ini. 1. Bagi Penulis: Mengetahui pengaruh Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Jumlah Penduduk terhadap Tingkat Kemiskinan Di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2015. 2. Bagi Pembaca: Memberikan informasi tambahan mengenai pengaruh Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Jumlah Penduduk terhadap Tingkat Kemiskinan Di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2015. 1.5 Sistematika Penulisan Penelitian ini disusun dengan sistematika penulisan guna memberikan informasi yang jelas mengenai penelitian yang dilakukan. Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Pada bab pertama dijelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Pada bab kedua dijelaskan mengenai landasan teori yang digunakan sebagai dasar dari analisispenelitian, penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran teoritis. 13

BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ketiga dijelaskan mengenai variabel penelitian dan definisi operasional, jenis dan sumber data, metode analisis, metode pengumpulan data, metode penelitian, estimasi data, dan pengujian statistik analisis regresi. BAB IV HASIL DAN ANALISIS Pada bab keempat diuraikan tentang deskripsi objek penelitian, analisis data, dan pembahasan atas hasil pengolahan data. BAB V KESIMPULAN Pada bab terakhir merupakan kesimpulan dari seluruh penelitian dan juga saran yang direkomendasikan oleh peneliti kepada pemangku kepentingan. 14