BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu negara tidak terlepas dari proses perencanaan yang baik. Perencanaan berfungsi sebagai alat koordinasi antar lembaga pemerintahan untuk menghasilkan dokumen perencanaan dan untuk mecapai tujuan pembangunan. Perencanaan memiliki peran penting dalam proses pembangunan yaitu sebagai arahan untuk berjalan menuju tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan pembangunan sendiri dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan menuju ke arah yang lebih baik dan dilakukan secara terus menerus untuk mencapai tujuan pembangunan. Indonesia memiliki tujuan pembangunan yakni mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, berdaya saing, maju dan sejahtera. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah Indonesia telah berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di masing masing daerahnya melalui berbagai program dan kegiatan yang tertuang dalam dokumen perencanaan jangka panjang dan jangka pendek. Dokumen perencanaan nasional tersebut yang kemudian dijadikan acuan dalam penyusunan dokumen perencanaan masing-masing daerah untuk memajukan daerahnya. Oleh karena itu salah satu indikator utama keberhasilan pembangunan nasional adalah penurunan laju penduduk miskin di Indonesia. Efektivitas dalam menurunkan jumlah penduduk miskin merupakan pertumbuhan utama dalam memilih strategi atau instrument pembangunan. Hal ini berarti salah satu 1
kriteria utama sektor andalan pembangunan nasional adalah efektivitas dalam menurunkan jumlah penduduk miskin. Kemiskinan saat ini seakan telah menjadi komoditi yang sexy untuk diperbincangkan dan sangat laku dijadikan jargon politik dalam setiap kampanye. (dpr.go.id). Diharapkan, sesuai dengan hakikatnya yang bersifat multidimensi, penanganan kemiskinan tidak hanya berhenti pada tatatanan wacana saja tetapi juga solusi dalam pengentasan masalah kemiskinan. Seperti yang kita tahu, tingkat kemiskinan di Indonesia masih sangat tinggi. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2011 2015 dapat dilihat dari grafik di bawah ini. 13,00 12,50 12,49 12,00 11,50 11,00 10,50 11,66 11,47 10,96 11,13 10,00 2011 2012 2013 2014 2015 Grafik 1. Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia tahun 2011-2015 Sumber: BPS (2017) Data Diolah Jumlah penduduk miskin di Indonesia tahun 2011-2015 mengalami penurunan. Tetapi pada tahun 2015 kembali naik karena adanya kebijakan pemerintah menaikkan 2
harga BBM bersubsidi. Kenaikan BBM yang umumnya disusul dengan meroketnya berbagai harga kebutuhan termasuk juga ongkos transportasi sedikit banyak berpengaruh terhadap angka kemiskinan. Inflasi tinggi bisa menarik lagi masyarakat yang sebelumnya telah keluar dari garis kemiskinan kembali masuk ke garis kemiskinan. Kondisi kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah tidak jauh berbeda dengan kondisi kemiskinan nasional. Jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan kondisi kemiskinan provinsi lain di Pulau Jawa, bahkan dapat dikatakan bahwa kemiskinan di Jawa Tengah tertinggi kedua setelah Provinsi DIY. Apabila dilihat dari grafik di bawah ini, baik Provinsi DIY maupun Jawa Tengah mengalami penurunan tingkat kemiskinan setiap tahunnya mulai dari tahun 2011 hingga 2015. Namun, apabila dilihat dari tingkat penurunannya DIY memiliki penurunan tingkat kemiskinan yang lenih besar dari Jawa Tengah yakni sebesar yakni sebesar 2,92 persen. Sedangkan Provinsi Jawa Tengah hanya sebesar 2,44 persen saja. 18,00 16,00 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 15,76 16,08 15,88 14,98 14,23 14,44 15,03 14,5513,16 13,08 13,58 12,73 13,32 12,28 12,28 10,65 9,89 9,61 9,18 9,57 6,32 5,71 5,89 5,51 5,75 3,75 3,70 3,72 4,09 3,61 2011 2012 2013 2014 2015 Jawa Timur Jawa Tengah DKI Jakarta Jawa Barat Banten DIY Grafik 2. Jumlah Penduduk Miskin di Pulau Jawa Tahun 2011-2015 Sumber: BPS (2017) Data Diolah 3
Baik pemerintah pusat dan daerah telah melakukan berbagai upaya untuk menurunkan angka kemiskinan dengan melaksanakan berbagai program dan kegiatan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasioanl (RPJMN) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Namun, kebijakankebijakan yang telah dilaksanakan belum menampakkan hasil yang optimal dalam menurunkan jumlah penduduk miskin. Hasil dari upaya penanggulangan kemsikinan di Provinsi Jawa Tengah sedikit menampakkan hasil prositif. Hal ini terlihat dari penurunan tingkat kemiskinan tahun 2011-2015. 16,00 15,50 15,76 15,00 14,50 14,00 13,50 13,00 12,50 14,98 14,44 13,58 13,32 12,00 2011 2012 2013 2014 2015 Grafik 3. Tingkat Kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015 Sumber: BPS (2017) Data Diolah Dari grafik dapat dilihat bahwa persentase penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah memiliki kecenderungan penurunan jumlah penduduk miskin. Pada periode tahun 2011 hingga 2015, jumlah penduduk miskin menurun sebesar 817 ribu jiwa yaitu dari 5317 juta jiwa pada tahun 2011 menjadi 4506 juta jiwa pada tahun 2015. Sementara persentase penduduk miskin menurun dari 15,72 % menjadi 13,52 % pada 4
periode yang sama. Bahkan persentase jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah mengalami penurunan setiap tahunnya dari tahun 2011-2015. Pada tahun 2012 jumlah penduduk miskin mengalami penurunan sebesar 365 ribu jiwa atau sekitar 0,78 persen. Pada tahun 2013 jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah juga mengalami penurunan yaitu sebesar 141 ribu jiwa atau sekitar 0,54 % dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 jumlah penduduk miskin mengalami penurunan sebesar 249 ribu jiwa atau sekitar 0,86 %. Pada tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 56 ribu jiwa dari tahun sebelumnya atau sekitar 0,26 %. 18,00 16,00 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 15,76 14,98 14,44 13,58 13,32 12,49 11,66 11,47 10,96 11,13 2011 2012 2013 2014 2015 Jawa Tengah Nasional Grafik 4. Tingkat Kemiskinan di Indonesia dan Jawa Tengah Tahun 2011-2015 Sumber: BPS (2017) Data Diolah Berdasarkan grafik di atas, Provinsi Jawa Tengah memiliki tingkat kemiskinan yang lebih tinggi dari tingkat kemiskinan di Indonesia. Hal tersebut tentu menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk menanggulangi kemsikinan yang semakin tinggi setiap tahunnya di Provinsi Jawa Tengah. Bahkan, kemiskinan merupakan isu strategis dan mendapatkan prioritas utama untuk ditangani. 5
Hal ini dapat dilihat bahwa pemerintah Provinsi Jawa Tengah menjadikan penurunan kemiskinan sebagai isu strategis dan prioritas utama untuk ditangani yang tercantu dalam perencanaan pembangunan jangka panjang daerah (RPJPD) Jawa Tengah periode 2005-2025. Kemiskinan erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi suatu daerah, di mana pertumbuhan ekonomi merupakan kunci utama penurunan kemiskinan suatu wilayah. Dengan pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat di masing-masing provinsi mengindikasikan bahwa pemerintah mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, sehingga dapat mengurangi tingkat kemiskinan. Kemiskinan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pengangguran dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) saja. Melainkan juga dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu daerah. PDRB merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi pertumbuhan ekonomi suatu daerah dalam waktu tertentu. Di mana PDRB adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Semakin tinggi PDRB yang dihasilkan oleh suatu daerah, maka semmakin tinggi pula potensi sumber penerimaan daerah tersebut. Pertumbuhan ekonomi merupakan tema sentral dalam kehidupan ekonomi negara-negara di dunia belakangan ini. Negara-negara yang kemiskinannya paling banyak berkurang cenderung telah mengalami pertumbuha berkelanjutan pada saat yang sama, pertumbuhan ekonomi tidak menjamin pengurangan kemiskinan. Namun, pemerintah di berbagai negara telah berupaya menurunkan semaksimal mungkin untuk meingkatkan pertumbuhan ekonomi negaranya. Berhasil atau tidaknya kinerja 6
pemerintah di berbagai negara dunia sering dinilai berdasarkan tinggi rendahnya output dan pendapatan nasional. Grafik di bawah ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dari yang semula pada tahun 2011 sebesar 658.003.645 menjadi 805.839.821 pada tahun 2015. 5,80 5,60 5,40 5,20 5,00 4,80 5,58 4,93 5,24 5,05 5,56 4,60 2011 2012 2013 2014 2015 Grafik 5. PDRB di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015 Sumber: BPS (2017) Data Diolah Persentase Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Jawa Tengah mengalami fluktuasi. Pada tahun 2012 persentase lajr pertumbuhan PDRB di Provinsi Jawa Tengah mengalami penurunan sebesar 0,65 persen dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2013 kembali meningkat sebesar 0,31 persen. Namun pada tahun 2014 kembali turun sebesar 0,19 persen. Pada tahun 2015 kembali naik dengan persentase tahun sebelumnya yakni sebesar 0,51 persen. PDRB di Provinsi Jawa Tengah berada diurutan kedua setelah Provinsi DIY yang memiliki PDRB terendah di Pulau Jawa. Hal tersebut dibuktikan dengan grafik di bawah ini. 7
650876,58 119938,57 109551,92 105160,59 155441,28 143788,45 DKI JAKARTA JAWA BARAT JAWA TENGAH DI YOGYAKARTA JAWA TIMUR BANTEN Grafik 6. PDRB di Pulau Jawa Tahun 2011 2015 (dalam ribuan) Sumber: BPS (2017) Data Diolah Berdasarkan grafik di atas, jumlah PDRB tertinggi adalah Provinsi DKI Jakarta yaitu sebesar 650876,58 kemudian diikuti Provinsi Jawa Timur dengan angka 155441,28, ketiga ditempati Provinsi Jawa Berat dengan perolehan sebesar 119938,57, kemudian Provinsi Banten sebesar 143788,45, posisi kelima ditempati Provnsi Jawa Tengah yaitu sebesar 109551,92 dan yang terakhir Provinsi DIY sebesar 105160,59. Pada dasarnya, pembangunan daerah tidak hanya memusatkan perhatian pada pertumbuhan ekonomi saja. Tetapi juga keadaan tingkat kemiskinan yang tercipta dari suatu pembangunan tersebut. Bahkan sampai akhir tahun 1960, para ahli ekonomi mempercayai cara terbaik untuk mengejar keterbelakangan ekonomi adalah dengan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi setinggi-tingginya. Sehingga dengan cara tersebut pendapatan perkapitan suatu daerah dapat meningkat sehingga otomatis terjadi pula peningkatan kesejahteraan masyarakat daerah tersebut. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) juga sangat penting dikarenakan PDRB merupakan ekspansi dari kapasitas untuk memproduksi barang dan jasa dari 8
suatu perekonomian atau ekspansi memproduksi suatu perekonomian. PDRB adalah nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian di satu daerah pada periode tertentu. PDRB Juga digunakan untuk menilai pertumbuhan ekonomi daerah yang dapat digunakan sebagai acuan dalam mensejahterakan masyarakat terutama dalam menurunkan jumlah atau persentase penduduk miskin suatu daerah. Maka dari itu PDRB merupakan variabel yang sangat penting dalam penurunan jumlah penduduk miskin. Selain kemiskinan, jumlah penduduk juga merupakan masalah yang kompleks dalam pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Karena pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dapat menghambat pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi jumlah penduduk, maka semakin tinggi pula jumlah pengangguran yang tercipta. Sehingga akan menambah jumlah kemiskinan suatu daerah. Seperti yang kita tahu, bahwa semakin tinggi tingkat pengangguran maka semakin tinggi pula tingkat kemsikinan. Karena kemiskinan dan pengangguran memiliki keterkaitan yang hingga saat ini masih sulit untuk diatasi. Meningkatnya, angka pertumbuhan penduduk terutama diakibatkan oleh penurunan tingkat kematian dan juga karena tingkat kelahiran yang meningkat perlahan. (Todaro). Melihat masih tingginya persentase penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah, dapat dipastikan bahwa sebagian besar penduduk di Provinsi Jawa Tengah masih berada di bawah garis kemsikinan. 9
20,40 20,30 20,20 20,10 20,00 19,90 19,80 19,70 19,60 19,50 19,40 19,30 20,31 20,16 20,00 19,84 19,68 2011 2012 2013 2014 2015 Grafik 7. Jumlah Penduduk di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015 Sumber: BPS (2017) Data Diolah Berdasarkan dari grafik di atas, bahwa jumlah penduduk di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2015 cukup tinggi dan mengalami kenaikan setiap tahunnya yang berbanding terbalik dengan persentase jumah penduduk miskin yang justru mengalami penurunan setiap tahunnya. Pada tahun 2011 jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah sebanyak 33.744.141 jiwa dan meningkat pada tahun 2015 yakni sebanyak 35.725.378 jiwa. Meningkatnya jumlah penduduk tidak hanya berpengaruh terhadap kemiskinan saja, namun juga berdampak buruk pada supply bahan pangan. Namun pertambahan jumlah penduduk juga berdampak baik terhadap PDRB, karena penduduk merupakan pelaku utama dalam menjalankan sektor-sektor yang ada pada PDRB. 1.2 Rumusan Masalah Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dihadapi negera berkembang, tidak terkecuali Indonesia. Tingginya angka kemiskinan di Indonesia dipengaruhi oleh 10
beberapa faktor diantaranya pengangguran, IPM, jumlah penduduk, dan jumlah PDRB perprovinsi. Banyak sekali dampak negatif yang ditimbulkan karena kemiskinan. Tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah masih cukup tinggi. Walaupun dapat dikatakan bahwa pada tahun 2011 hingga tahun 2015 mengalami penurunan. Dari 15,76 persen pada tahun 2011 menjadi 13,32 persen pada tahun 2015. Tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah masih berada di posisi kedua setelah Provinsi DIY yang memiliki tingkat kemsikinan tertinggi di Pulau Jawa. Apabila dilihat dari laju tingkat kemiskinannya, Provinsi DIY dan Provinsi Jawa Tengah mengalami penurunan. Bahkan apabila dibandingkan antara Provinsi DIY dan Jawa Tengah dari tahun 2011 2015, Provinsi DIY memiliki persentase penurunan tingkat kemiskinan yang lebih tinggi dari Provinsi Jawa Tengah yakni sebesar 2,92 persen. Sedangkan Provinsi Jawa Tengah hanya sebesar 2,44 persen saja. Besarnya angka kemiskinan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jumlah penduduk, PDRB, IPM, pendidikan dan pengangguran. Berdasarkan penelitian terdahulu mengenai bahasan yang sama yakni tingkat kemiskinan dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Didapatkan hasil bahwa tingkat kemiskinan dipengaruhi oleh jumlah penduduk, PDRB, IPM, pendidikan dan pengangguran. PDRB merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi. Apabila PDRB pada suatu daerah mengalami peningkatan setiap tahunnya, maka pendapatan daerah tersebut akan meningkat yang diharapkan dapat menyebar secara merata kepada seluruh masyarakat agar semua masyarakat menikmati hasil-hasilnya. Dan diharapkan kesejahteraan masyarakat juga meningkat di mana hal tersebut dapat menurunkan 11
tingkat kemiskinan suatu daerah. Kondisi PDRB di Provinsi Jawa Tengah mengalami fluktuatif dan merupakan provinsi dengan jumlah PDRB terendah kedua setelah Provinsi DIY. Jumlah penduduk merupakan salah satu faktor penyebab kemiskinan. Karena pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali akan menyebabkan tidak tercapainya tujuan pembangunan ekonomi yaitu menekan angka kemiskinan. Jumlah penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya, dapat menjadi beban pemerintah yakni semakin banyak terciptanya pengangguran. Di mana pengangguran merupakan faktor utama penyebab tingginya tingkat kemiskinan di suatu daerah. Melihat dari tingginya jumlah penduduk yang mengalami kenaikan setiap tahunnya dan diiikuti tingginya angka kemiskinan dapat disimpulkan bahwa sebagian besar penduduk Jawa Tengah masih berada di bawah garis kemiskinan. Jumlah penduduk di Provinsi Jawa Tengah meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan latar belakang di atas dirumuskan permasalahan apakah ada pengaruh antara Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Jumlah Penduduk terhadap Tingkat Kemiskinan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2015. 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah. 12
2. Menganalisis pengaruh jumlah penduduk terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah. 1.4 Manfaat Penulisan Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca maupun yang berkaitan langsung dengan penelitian ini. 1. Bagi Penulis: Mengetahui pengaruh Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Jumlah Penduduk terhadap Tingkat Kemiskinan Di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2015. 2. Bagi Pembaca: Memberikan informasi tambahan mengenai pengaruh Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Jumlah Penduduk terhadap Tingkat Kemiskinan Di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2015. 1.5 Sistematika Penulisan Penelitian ini disusun dengan sistematika penulisan guna memberikan informasi yang jelas mengenai penelitian yang dilakukan. Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Pada bab pertama dijelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Pada bab kedua dijelaskan mengenai landasan teori yang digunakan sebagai dasar dari analisispenelitian, penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran teoritis. 13
BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ketiga dijelaskan mengenai variabel penelitian dan definisi operasional, jenis dan sumber data, metode analisis, metode pengumpulan data, metode penelitian, estimasi data, dan pengujian statistik analisis regresi. BAB IV HASIL DAN ANALISIS Pada bab keempat diuraikan tentang deskripsi objek penelitian, analisis data, dan pembahasan atas hasil pengolahan data. BAB V KESIMPULAN Pada bab terakhir merupakan kesimpulan dari seluruh penelitian dan juga saran yang direkomendasikan oleh peneliti kepada pemangku kepentingan. 14