BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi mengindikasi kebutuhan penyedia jasa keuangan yang tinggi pula. Bank menjalankan operasionalnya dengan menghimpun dana masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya sehingga korelasi antara pertumbuhan ekonomi dengan pertumbuhan bank di Indonesia jelas dan rill. Untuk meningkatkan pengendalian pasar, banyak bank-bank di Indonesia yang melakukan merger dan akuisisi sebagai salah satu strategi perusahaan. Misalnya saja Bank Agro yang diakuisisi oleh Bank Rakyat Indonesia di tahun 2011, Bank Bumiputera yang diakuisisi oleh ICB Financial Group Holdings di tahun 2010, dan lainnya. Bukan hanya bank yang telah diakuisisi, daftar panjang bank di Indonesia yang siap untuk restrukturisasi kepemilikan dengan akuisisi juga sudah menanti. Sebut saja Bank Danamon yang sedang dalam proses akuisisi oleh DBS, dan bankbank lain yang masih dalam proses pembahasan. Bank-bank yang masih dalam proses pembahasan dan penawaran salah satunya adalah Bank Mutiara. Bank Mutiara saat ini dimiliki oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Nama Bank Mutiara sebelum tahun 2008 adalah Bank Century yang kasusnya sampai saat ini masih dibahas di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Bukan hanya kasus penyelewengan dana nasabah, penjualan atas Bank Mutiara yang dilakukan LPS juga menjadi bahan perbincangan. Menurut UU No 24 tahun 2004 pasal 24, LPS harus menjual Bank Mutiara kepada pihak lain paling lambat tiga tahun sejak bailout 2008, yakni 2011. Tetapi, 1
Bank Mutiara sampai saat ini masih tetapi dimilik oleh LPS, oleh karena itu deadline penjualan tersebut mundur dua tahun lagi tepatnya pada tahun 2013. LPS sendiri mematok harga penjualan Bank Mutiara adalah sebesar 6,7 trilyun Rupiah atau setara dengan nilai bailout-nya. Bagi investor lokal maupun asing, harga ini terlalu mahal untuk ukuran bank yang memiliki track record yang buruk akibat dari permasalahan internal bank tersebut. Pendapat investor tersebut bukan tanpa alasan. Tahun 2011 saja nilai net assets Bank Mutiara hanya sekitar 1 triliun Rupiah. Memang ketika satu perusahaan membeli/mengakuisisi perusahaan lain, nilai akuisisinya rata-rata akan lebih mahal dibandingkan net assets. Namun, harga 6,7 triliun Rupiah menurut para pakar sangat tidak realistis yaitu 6,7 kali lipat dari net assets-nya. Meskipun demikian, dalam menentukan nilai suatu perusahaan, tidak bisa hanya dengan melihat besaran net assest-nya saja. Banyak faktor-faktor lainnya yang perlu untuk di analisis untuk dapat menilai harga wajar suatu perusahaan. Salah satu metode yang paling sering digunakan oleh para pakar adalah Discounted Cash Flow (DCF). Pada prakteknya terdapat banyak sekali variasi model perhitungan DCF. Namun yang paling populer untuk digunakan adalah model Free Cash Flow to Firm (FCFF) dan Free Cash Flow to Equity (FCFE). Oleg Deev (2011) menyatakan, dalam menggunakan metode FCFE untuk menghitung valuasi terhadap bank sangat cocok, karena terdapat fakta bahwa bank-bank dapat menciptakan nilai dari kewajiban yang dimilikinya. Seperti yang diketahui bank sebagai penggerak perekonomian suatu negara dan menghadapi berbagai macam risiko. Lembaga keuangan ini harus menjadi 2
perhatian bagi manajemen dalam suatu bank agar dapat meminimalisir dan mengelola setiap risiko yang ada. Di Indonesia, Bank Indonesia (BI) selaku regulator menerapkan berbagai kebijakan dalam hal untuk menghadapi kompleksitas usaha dan profil risiko serta perubahan pendekatan penilaian kondisi bank yang diterapkan secara internasional maka maka Bank Indonesia mengeluarkan peraturan yaitu salah satunya Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 tentang penilaian tingkat kesehatan bank yang dikenal dengan metode RGEC ( Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning, and Capital ) yang secara efektif dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2012. Peraturan terbaru ini dikeluarkan untuk menyempurnakan Peraturan Bank Indonesia yang lama dengan No. 6/10/PBI/2004 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan menggunakan metode CAMELS. Lebih lanjut BI menegaskan, bahwa bank perlu memperhatikan tingkat kesehatan suatu bank, karena apabila terjadi penurunan terhadap tingkat kesehatan bank secara kontinu dapat menyebabkan terjadinya financial distress. Sementara itu hasil penelitian Fongnawati dan Andre (2011), menyimpulkan bahwa khususnya pada bank Mutiara (Eks Century) secara keseluruhan dinyatakan sebagai bank sehat dengan data penelitian menggunakan data 2007, namun perbaikan atau pada peningkatan kearah yang lebih baik juga perlu terus-menerus dilakukan agar predikat sehat tersebut dapat senantiasa disandang. Diketahui bahwa bank tersebut memiliki kelemahan dalam hal profitabilitas tetapi tidak ada upaya untuk memperbaikinya. Adanya isu penjualan Bank Mutiara dengan harga yang terlalu mahal serta dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia No. 13/I/PBI/2011 menjadi latar belakang 3
penulis untuk membuat karya berjudul PENILAIAN BISNIS DAN ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK MUTIARA 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perkiraan harga wajar perusahaan PT Bank Mutiara Tbk dengan analisis Free Cash Flow to Equity (FCFE) pada tahun 2013? 2. Bagaimana tingkat kesehatan Bank Mutiara pada tahun 2012 menurut metode perhitungan terbaru yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia? 1.3 Ruang Lingkup Penelitian Pembatasan ruang lingkup dalam penelitian ini dimaksudkan agar penelitian yang dilakukan oleh peneliti lebih terfokus dan mendalam. Penelitian ini mempunyai ruang lingkup sebagai berikut : 1. Penulis menganalisis tingkat kesehatan PT Bank Mutiara Tbk (Eks Century) dengan menggunakan pendekatan Risiko (Risk-based Banking Rating/RBBR) dan analisis penilaian bisnis menggunakan metode FCFE (Free Cash Flow to Equity) 2. Periode penelitian untuk tingkat kesehatan Bank Mutiara dilakukan selama 1 periode yaitu tahun 2012 serta penggunaan data pendukung yang bersumber dari Laporan Tahunan Bank Mutiara periode 2008-2011. Sedangkan penilaian bisnis Bank Mutiara dilakukan pada tahun 2013 dengan memproyeksi Laporan Tahunan Bank Mutiara periode 2011-2012. 3. Dalam melakukan penelitian, penulis menganalisis data historis laporan tahunan PT Bank Mutiara Tbk dan yahoo finance. 4
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu: 1. Untuk mengetahui perkiraan nilai bisnis (harga jual wajar Bank Mutiara) pada tahun 2013 dengan metode FCFE. 2. Untuk mengevaluasi dan analisis tingkat kesehatan Bank Mutiara dengan menggunakan pendekatan Risiko (Risk-based Bank Rating/RBBR) pada tahun 2012. 1.4.2 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak, manfaat-manfaat tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Bagi Penulis Memberikan tambahan ilmu pengetahuan yang baru bagi penulis dalam hal perbankan dalam hal penilaian tingkat kesehatan bank dan valuasi bisnis terhadap lembaga perbankan. 2. Bagi Industri Perbankan Bagi Industri Perbankan, penelitian ini diharapkan memberikan informasi berapa peringkat Bank Mutiara dalam tingkat kesehatan bank dan besaran nilai perusahaan saat ini, dengan demikian manajemen perbankan dapat memiliki preferensi yang kuat dalam menyusun kebijakan untuk PT Bank Mutiara Tbk. 3. Bagi Perusahaan lain dan Kelompok Investor Bagi Perusahaan dan Kelompok Investor, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan yang matang bagi pengambil keputusan terutama saat investasi dan pembiayaan harus diputuskan. 5
4. Bagi Pembaca Penelitian ini diharapkan memberikan informasi-informasi penting dan menumbuhkan keingintahuan pembaca tentang perbankan. 1.5 Metodologi Penelitian Karakteristik penelitian ini sebagai berikut : 1. Jenis riset adalah eksploratioria, yakni riset bersifat kualitatif 2. Menggunakan metode RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning and Capital) dalam menganalisis tingkat kesehatan bank dan Valuasi terhadap perusahaan dengan menggunakan FCFE (Free Cash Flow to Equity Model) 3. Metode pengumpulan data adalah tidak langsung (data sekunder), menggunakan laporan keuangan PT Bank Mutiara Tbk yang diambil dari Bursa Efek Indonesia dan website bank bersangkutan serta data IHSG dan harga saham pada perusahaan yang dianggap dapat mewakili objek penelitian dengan periode 2009-2012 yang diambil secara bulanan dan tersedia di website yahoo finance. 4. Lingkungan riset adalah lingkungan riil (field research) 5. Unit analisis adalah PT Bank Mutiara Tbk. 1.6 Tinjauan Pustaka Berikut ialah penelitian terdahulu yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini: 1. Oleg Deev (2011) berjudul Methods of Bank Valuation: A Critical Overview. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan kelebihan dan kekurangan dari berbagai metode valuasi perusahaan ketika digunakan untuk memvaluasi nilai bank. Adapun hasil yang didapatkan ialah tidak ada satupun metode yang lebih 6
mendominasi dalam menilai bank. Meskipun demikian, Deev juga menyetujui bahwa metode Free Cash Flow to Equity adalah yang paling lazim digunakan. 2. Fanny Suzunda Pohan (2008) yang berjudul Analisis Fundamental untuk Menentukan Nilai Intrinsik PT Bank Central Asia Tbk dengan Menggunakan Free Cash Flow to Equity dan Abnormal Earning. Sesuai dengan judulnya, penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai saham Bank Central Asia (BCA) dengan mengunakan dua metode yaitu Free Cash Flow to Equity dan Abnormal Earning per November 2008. Hasil dari penelitian ini adalah harga saham BCA telah overvalued baik jika mengunakan metode Free Cash Flow to Equity maupun dengan metode Abnormal Earning. 3. Aditya Surya Pratama (2010) berjudul Analisis Valuasi Harga Saham PT. Bank Negara Indonesia, Tbk Dengan Metode Free Cash Flow to Equity dan Relative Valuation. Penelitian ini mengunakan metode Free Cash Flow to Equity dan Relative Valuation untuk menilai value dari saham Bank Negara Indonesia (BNI) per Desember 2009. Hasil penelitian ini adalah harga saham BNI telah mengalami undervalued yang dinilai dengan kedua metode tersebut. 4. Rizky Adityo (2012) berjudul Analisis Kinerja Bank Mutiara Setelah Bailout. Penelitian ini mengunakan 6 rasio keuangan yaitu Loan to Deposit Ratio (LDR), Capital Adequancy Ratio (CAR), Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Non Performing Loan (NPL), and Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO). Perhitungan rasio keuangan tersebut mengunakan 2 periode waktu, tahun 2006-2007 (sebelum bailout) dan 2009-2010 (setelah bailout). Adapun hasil dari penelitian ini ialah terdapat peningkatan kinerja Bank Mutiara setelah bailout yang dimungkinkan karena adanya perubahan pada manajemen serta seluruh jajaran direksi PT. Bank Mutiara. 7
5. Bobby Nugroho (2010) berjudul Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Akuisisi Pada Bank Century Tbk. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kinerja keuangan Bank Mutiara (eks Bank Century) sebelum dan sesudah diakuisisi oleh Lembaga Penjamin Simpanan. Kinerja keuangan yang dijadikan variabel operasional adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Primary Ratio (PR), Non Performing assets (NAP), Net-Performing Loan (NPL), Penghapusan dan Penyisishan Aktiva Produktif (PPAP), Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR), Quick Ratio (QR), Net Open Position (NOP), Interest Rate Risk (IRR). Adapun periode laporan keuangan yang digunakan adalah 2006 (sebelum akuisisi) dan 2009 (setelah akuisisi). Hasil yang didapatkan dengan mengunakan metode uji satu sisi rata-rara sampel bebas dengan uji-t ialah tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan Bank yang signifikan sebelum dan sesudah akuisisi. 1.7 Sistematika Pembahasan Penulisan skripsi ini disusun dengan sistematika sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini berisi mengenai hal-hal umum mengenai penulisan penelitian ini, yaitu latar belakang, identifikasi masalah, ruang lingkup penelitian, tujuan dan manfaat, metodologi penelitian serta sistematika pembahasan. BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini menjelaskan tentang teori-teori yang digunakan sebagai acuan dan referensi dalam membahas masalah yang ada, yakin teori tentang perbankan dan laporan keuangan serta metode yang 8
digunakan untuk menilai tingkat kesehatan dan valuasi bisnis. Landasan teori ini diperoleh dari berbagai media. BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN Bab ini berisi tentang gambaran umum tentang perbankan yang menjadi objek utama penelitian ini, seperti sejarah singkat PT Bank Mutiara Tbk, struktur organisasi, produk-produk/jasa, dan informasi perusahaan. BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Bab ini berisi tentang pembahasan mengenai data-data yang akan dianalisa dan hasil yang diperoleh dari proses pengumpulan data yang dibahas pada bab III. BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan dari hasil pembahasan masalah. Dan peneliti juga memberikan saran-saran yang berguna serta keterbatasan yang dijelaskan oleh peneliti, yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penelitian ini. 9
10